Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Ilmu Al-
Qur’an Jurusan Pendidikan Bahasa Arab pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
Dosen Pembimbing:
Disusun oleh:
Lutfhi Cahyani (20200122046)
Nurinsana (20200122056)
Tujuan dari penulisan makalah ini tidak lain untuk sebagai pembantu bahan
pembelajaran atau bahkan sebagai referensi bagi para pembaca terutama para
pembaca yang saat ini sedang berproses dalam mempelajari Ilmu Al-Qur’an.
Karena sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa Ilmu Al-Qur’an
adalah induk dari segala ilmu agama kita ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu saran-saran serta
kritikan sangatlah dibutuhkan. Akhir harapan penulis Semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya yang saat ini dalam proses
mempelajari bahasa Arab.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
BAB III.................................................................................................................. 9
PENUTUP ............................................................................................................. 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak jaman jahiliyah atau sebelum kedatangan rasul masyarakat Arab sudah
gemar berpantun dan bersyair. Semakin indah pantun dan syair seseorang maka semakin
tinggi pula status sosial seseorang. Ketika Allah SWT yang maha mengetahui mengutus
seorang rasul dengan dibekali firman-firman dari Allah yang kemudian dibukukan
menjadi sebuah kitab dengan bahasa dan sastranya tidak bisa ditandingi oleh siapapun.
Dengan analogi yang benar, kita akan lebih mengetahui ilmu yang kita yakini.
Tamtsil (perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna
dalam bentuk yang hidup didalam pikiran. Biasanya dilakukan dengan
mempersonifikasikan sesuatu yang ghoib dengan yang hadir, yang abstrak dengan yang
konkrit, atau menganalogikan hal dengan sesuatu yang sama. Dengan tamtsil betapa
banyak makna yang baik, dijadikan lebih indah, menarik dan mempesona.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal, mitsl dan matsil serupa
dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafazh maupun maknanya. Amsal dalam sastra
adalah penyerupaan suatu keadaan dengan keadaan yang lain, demi tujuan yang sama,
yaitu menyerupakan sesuatu dengan yang aslinya.
Secara etimologi, kata amtsal adalah bentuk jamak dari mitsl dan matsal yang
berarti serupa atau sama. Namun, dapat juga diartikan sebagai contoh, teladan,
peribahasa atau cerita perumpamaan.
Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat. Menurut istilah ulama ahli
adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan
dengan sesuatu yang dituju.
3
Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan
. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.”
2. Amtsal Kaminah adalah amtsal yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas
lafaz tamtsil tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam
kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan
kepada yang serupa dengannya. Contoh pada al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat
68 :
Ayat tersebut yang senada dengan suatu ungkapan “sebaik-baik perkara yang tidak
berlebihan, adil, dan seimbang.” Yaitu seperti firman Allah diatas yang artinya : “Sapi
betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan di antara itu”
4
1. Amtsal Mursalah adalah kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan
lafaz tasybih secara jelas, tetapi kalimat-kalimat itu berlaku
sebagai matsal. Contoh pada al-Qur’an surat al-Mudatstsir ayat 38:
َم ۤا ِء ََاِنَّ َما َمث َ ُل ْال َح ٰيوةِ الدُّ ْنيَا َك َم ۤاءٍ ا َ ْنزَ ْل ٰنهُ ِمنَ الس
Dalam ayat tersebut jelas tampak adanya lafal al-matsal yang berarti
perumpamaan.
Yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan yang bebas dan tidak terikat dengan
asal ceritanya. Contohya seperti dalam ayat 73 Surat Al hajj
disini keadaan keledai yang tidak bisa memanfaatkan buku dengan baik,
padahal dia yang membawa buku yang tebal-tebal itu.
5. Sighat isyti’arah
7
2.4 Kegunaan Amtsal Al-Qur’an
5. Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para
cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-
nilai universalnya.
8
BAB III
PENUTUP
Amsal adalah penyerupaan suatu keadaan dengan keadaan yang lain, demi
tujuan yang sama. Unsur-Unsur Amtsal Al-Qur’an diantaranya adalah musyabbah,
musyabbah bih, wajhul musyabbah, dan alat Tasybih,
Sedangkan Amtsal di dalam Al-Qur’an dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
Amtsal Musarrahah, Amtsal Kaminah, Amtsal Mursalah.
Sighat Amtsalil Qur’an terdiri dari beberapa bentuk, antara lain : Sighat tasybih
ash-sharih, Sighat tasybih adh-dhimni, Sighat majaz mursal, Sighat majaz Murakkab,
Sighat isyti’arah.
Sementara kegunaan amtsal al-qur’an adalah Pengungkapan pengertian yang
abstrak dengan bentuk yang kongkrit yang dapat ditangkap dengan indera manusia,
Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik dalam ungkapan yang singkat dan
padat, mendorong giat beramal, menghindarkan dari perbuatan tercela, Memberikan
kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para cendekiawan untuk
menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-nilai universalnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
10