Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“AMTSAL dalam AL-QUR’AN”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Tafsir

Dosen Pembimbing : Gusnanda,S.Th. I, m. Ag

Kelompok 10:
1. Dila Yolanda
2. Arini Alfa Muwaddah
3. M. Hamdi

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT.Karena dengan rahmat allah
dan karunianya serta taufik dan hidayah-nya yang telah memberikan kesehatan,
kesempatan dan kekuatan kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah ini.
Segala sanjung dan shalawat yang tidak pernah bosan bosannya kami ucapkan
kepada Rosulullah SAW. Yang telah membawa kita dari alam jahiliyah ke islamiah
seperti yang kita rasakan sampai saat ini.

Makalah ini kami susun untuk dalam rangka memenuhi salah satu tugas dalam mata
kuliah “Fiqih Ibadah”. Kami penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang membantu dan berpartisipasi dalam menyusun makalah. atas perhatian dan
segala saran dari pembaca, pemkalah mengucapkan terimakasih semoga makalah ini
berguna bagi kita semua.

Bukitinggi, 10 November 2022

(Pemakalah)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI...................................................................................................................................... 2

BAB I............................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN.............................................................................................................................. 3

A. Latar Belakang........................................................................................................................ 3

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 3

C. Tujuan Pembahasan................................................................................................................ 3

BAB II.............................................................................................................................................. 4

PEMBAHASAN................................................................................................................................ 4

A.    Pengertian Amtsal................................................................................................................ 4

B.     Unsur-unsur Amtsal Al-Qur’an............................................................................................ 4

C.    Macam-macam Amtsal Al-Qur’an........................................................................................ 5

D.    Sighat Amtsal Al-Qur’an....................................................................................................... 6

E.     Kegunaan Amtsal Al-Qur’an................................................................................................. 8

F. Ciri-Ciri Amtsal Al-Quran.......................................................................................................... 8

G. Urgensi Amtsal Al-Quran........................................................................................................ 8

BAB III........................................................................................................................................... 11

PENUTUP...................................................................................................................................... 11

A. Kesimpulan........................................................................................................................... 11

B. Saran.................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an merupakan firman Allah SWT (kalamullah) yang diwahyukan


kepadanabi Muhammad SAW melalui ruhul Amin, malaikat Jibril untuk
dijadikan pedomanhidup (jalan hidup) bagi makhluknya di setiap ruang dan
waktu.Al-Alquran juga berfungsimengantarka n danmengarahkanka n manusia
kejalan yang lurus.Namun, ajaran yang terkandung dalam Al-Qur'an
tidaklah dapat serta merta bisadipahami secara jelasKarena itu, dalam memahami
Al-Qur'an sangatlah penting dibutuhkan ilmu tersendiri, yang dikenal
denganulumul Qur'an. Dimana dalam ilmu ini salah satudisiplinnya adalah
ilmuamtsalul Qur'an. Al-Qur'an sendiri telah menyerukan kepadaumat manusia
untuk diperhatikantamsil-tamsil, sebab dari situlah akan ditemukansuatu
kebenaran yang hakiki mengenai kekuasaan Allah Yang MahaPencipta lagi
MahaKuasa atas segala sesuatu. 

B. Rumusan Masalah
 1.Bagaimana definisi dari amtsal Alquran?
 2.Bagaimana macam-macam amtsal dalam Alquran?
3.Bagaimana faedah/manfaat dari amtsal Alquran?
4. Bagaimana aktualisasi amtsal Qur'an dalam pendidikan?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mendeskripsikan definisi dari amtsal Alquran.
 2. Untuk mendeskripsikanmacam-macam amtsal dalam Alquran.
3. Untuk mendeskripsikan faedah/manfaat dari amtsal Alquran.
 4.Untuk mendeskripsikan aktuali sasiamtsal Qur'an dalam pendidikan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Amtsal
Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal, mitsl dan matsil serupa
dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafazh maupun maknanya. Amsal dalam
sastra adalah penyerupaan suatu keadaan dengan keadaan yang lain, demi tujuan
yang sama, yaitu menyerupakan sesuatu dengan yang aslinya. 

Secara etimologi, kata amtsal adalah bentuk jamak dari mitsl dan matsal yang


berarti serupa atau sama. Namun, dapat juga diartikan sebagai contoh, teladan,
peribahasa atau cerita perumpamaan.

Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat. Menurut istilah ulama ahli
adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang
diceritakan dengan sesuatu yang dituju1.

Menurut ulama ahli tafsir, amtsal adalah menampakkan penampakan yang


abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam
jiwa, baik dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal. 

B.     Unsur-unsur Amtsal Al-Qur’an


Didalam matsal  haruslah terdapat empat unsur yaitu: 
1.         Ada yang disempurnakan (musyabbah), yaitu sesuatu yang akan
diperumpamakan.
2.         Ada asal ceritanya (musyabbah bih), yaitu sesuatu yang dijadikan
perumpamaan.
3.         Ada persamaannya (wajhulmusyabbah), yaitu segi perumpamaan.
4.         Ada alat Tasybih, yaitu kaf, mitsil, kaana, dan semua lafaz yang
menunjukkan makna perserupaan.
Contoh tamtsil dalam Al-Qur’an
‫ف ال يَ ْق ِدرُونَ ِم َّما َك َسبُوا َعلَى َش ْي ٍء‬
ٍ ‫ص‬ ْ ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ َكفَرُوا بِ َربِّ ِه ْم َأ ْع َمالُهُ ْم َك َر َما ٍد ا ْشتَ َّد‬
ِ ‫ت بِ ِه الرِّي ُح فِي يَوْ ٍم عَا‬
‫َذلِكَ هُ َو الضَّال ُل ْالبَ ِعي ُد‬
Artinya: “Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah
seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang.
Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka
usahakan . Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.”

C.    Macam-macam Amtsal Al-Qur’an


Amtsal di dalam Al-Qur’an dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. 1977. Ilmu Qur’an, Jakarta : Bulan Bintang.
4
1.       Amtsal Musarrahah adalah amtsal yang didalamnya dijelaskan dengan
lafaz matsal . Seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah :17
‫ْصرُون‬ ٍ ‫ور ِه ْم َوتَ َر َكهُ ْم فِي ظُلُ َما‬
ِ ‫ت ال يُب‬ ِ ُ‫َب هَللا ُ بِن‬
َ ‫ت َما َحوْ لَهُ َذه‬ َ ‫َمثَلُهُ ْم َك َمثَ ِل الَّ ِذي ا ْستَوْ قَ َد نَارًا فَلَ َّما َأ‬
ْ ‫ضا َء‬
Artinya: “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,
maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya
mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.”

2.       Amtsal Kaminah adalah amtsal yang di dalamnya tidak disebutkan


dengan jelas lafaz tamtsil tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah,
menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri
bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Contoh pada al-Qur’an
surat Al-Baqarah ayat 68 :
‫ان بَ ْينَ َذلِكَ فَˆˆا ْف َعلُوا َمˆˆا‬ ِ َ‫ك يُبَي ِّْن لَنَا َما ِه َي قَا َل ِإنَّهُ يَقُو ُل ِإنَّهَا بَقَ َرةٌ ال ف‬
ٌ ‫ارضٌ َوال بِ ْك ٌر ع ََو‬ ُ ‫قَالُوا ا ْد‬
َ َّ‫ع لَنَا َرب‬
َ‫تُْؤ َمرُون‬

Artinya : Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami,


agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu." Musa
menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah
sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu". (al-Baqarah : 68)

Ayat tersebut yang senada dengan suatu ungkapan “sebaik-baik


perkara yang tidak berlebihan, adil, dan seimbang.” Yaitu seperti firman
Allah diatas yang artinya : “Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda,
pertengahan di antara itu”

3.       Amtsal Mursalah adalah kalimat-kalimat bebas yang tidak


menggunakan lafaz tasybih secara jelas, tetapi kalimat-kalimat itu berlaku
sebagai matsal. Contoh pada al-Qur’an surat al-Mudatstsir ayat 38
 ٌ‫ت َر ِهينَة‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬
ْ َ‫س بِ َما َك َسب‬
Artinya:”Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya.” 

D.    Sighat Amtsal Al-Qur’an


Sighat Amtsalil Qur’an terdiri dari beberapa bentuk, antara lain2 :
1.      Sighat tasybih ash-sharih (tasybih yang jelas)
Yaitu bentuk perumpamaan yang jelas dimana didalamnya terungkap kata-kata
mastsal (perumpamaan). Contohnya seperti ayat 24 surah Yunus 

‫ِإنَّ َما َمثَ ُل ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َك َما ٍء َأ ْنز َْلنَاهُ ِمنَ ال َّس َما ِء‬
Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air
(hujan) yang kami turunkan dari langit.”
Dalam ayat tersebut jelas tampak adanya lafal al-matsal yang berarti
perumpamaan.

2
Anwar, Rosihon. 2000. Ilmu Tafsir, Pustaka Setia: Bandung.
5
2.      Sighat tasybih adh-dhimni (tasybih yang terselubung)
Yaitu bentuk perumpamaan yang tersembunyi, didalam perumpamaan itu
tidak terdapat kata al-amtsal, tetapi perumpamaan itu diketahui dari segi
artinya. Contoh QS. Al Hujarat ayat 12 

ُ ‫ْض الظَّنِّ ِإ ْث ٌم َوال ت ََج َّسسُوا َوال يَ ْغتَبْ بَ ْع‬


‫ض ُك ْم بَ ْعضًا‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا َكثِيرًا ِمنَ الظَّنِّ ِإ َّن بَع‬
‫َأيُ ِحبُّ َأ َح ُد ُك ْم َأ ْن يَْأ ُك َل لَحْ َم َأ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ َواتَّقُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ تَوَّابٌ َر ِحي ٌم‬
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka,
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”
Dalam ayat tersebut tidak terdapat kata-kata al-matsal (perumpamaan), tetapi arti
itu jelas menerangkan perumpaman , yaitu mengumpamamakan menggunjing
orang lain yang disamakan dengan makan daging bangkai saudaranya sendiri.

3.      Sighat majaz mursal


Yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan yang bebas dan tidak terikat
dengan asal ceritanya. Contohya seperti dalam ayat 73 Surat Al hajj 

‫ب َمثَ ٌل فَا ْستَ ِمعُوا َلهُ ِإ َّن الَّ ِذينَ تَ ْد ُعونَ ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ لَ ْن يَ ْخلُقُوا ُذبَابًا َولَ ِو اجْ تَ َمعُوا لَهُ َوِإ ْن‬ ِ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ض‬
َ ‫ُر‬
ُ‫طلُوب‬ْ ‫ضعُفَ الطَّالِبُ َو ْال َم‬ ُّ ‫يَ ْسلُ ْبهُ ُم‬
َ ُ‫الذبَابُ َش ْيًئا ال يَ ْستَ ْنقِ ُذوهُ ِم ْنه‬
Artinya: “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan maka dengarkanlah olehmu
perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kalian seru selain Allah sekali –
kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakanya. Dan jika lalat-lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah
mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahnya yang
menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah .”

4.      Sighat majaz Murakkab 


Yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan ganda yang segi persamaanya
diambil dari dua hal yang berkaitan, dimana kaitanya adalah perserupamaan yang
telah biasa digunakan dalam ucapan sehari-hari yang berasal dari isti’arah
tamtsiliyah. Contohnya seperti melihat orang yang ragu-ragu akan pergi atau
tidak, maka diucapkan saya lihat kamu itu maju mundur saja. Dalam al-qur’an
contohnya seperti dalam QS Al – jumu’ah ayat 5 

َ ‫ار يَحْ ِم ُل َأ ْسفَارًا بِْئ‬


‫س‬ ِ ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ ُح ِّملُوا التَّوْ َراةَ ثُ َّم لَ ْم يَحْ ِملُوهَا َك َمثَ ِل ْال ِح َم‬
  َ‫ت هَّللا ِ َوهَّللا ُ ال يَ ْه ِدي ْالقَوْ َم الظَّالِ ِمين‬
ِ ‫َمثَ ُل ْالقَوْ الَّ ِذينَ َك َّذبُوا بِآيَا‬
Artinya: ”Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat,
kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-

6
kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-
ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim."
disini keadaan keledai yang tidak bisa memanfaatkan buku dengan baik, padahal
dia yang membawa buku yang tebal-tebal itu.

5.      Sighat isyti’arah  
Dengan bentuk perumpamaan sampiran. Bentuk ini hampir sama dengan majas
murokkab, karena memang merupakan asalnya. Contohnya seperti sebelum
memanah harus dipenuhi tempat anak panahnya. Contohnya dalam al-qur’an
seperti daam ayat 24 QS Yunus: 

‫ض ِم َّما يَْأ ُك ُل النَّاسُ َواأل ْن َعا ُم َحتَّى ِإ َذا‬ ِ ْ‫ات األر‬ ُ َ‫اختَلَطَ بِ ِه نَب‬ْ َ‫ِإنَّ َما َمثَ ُل ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َك َما ٍء َأ ْنز َْلنَاهُ ِمنَ ال َّس َما ِء ف‬
‫َت َوظَ َّن َأ ْهلُهَا َأنَّهُ ْم قَا ِدرُونَ َعلَ ْيهَا َأتَاهَا َأ ْم ُرنَا لَيْال َأوْ نَهَارًا فَ َج َع ْلنَاهَا‬ْ ‫ت األرْ ضُ ُز ْخ ُرفَهَا َوا َّزيَّن‬ ِ ‫َأ َخ َذ‬
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬
ِ ‫ص ُل اآليَا‬ ِّ َ‫ك نُف‬َ ِ‫س َك َذل‬ ِ ‫صيدًا َكَأ ْن لَ ْم تَ ْغنَ بِاأل ْم‬ ِ ‫َح‬

Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air


yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu
tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang
ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai
perhiasannya , dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti
menguasasinya , tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau
siang, lalu Kami jadikan laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-
akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-
tanda kekuasaan kepada orang-orang berfikir”.

E.     Kegunaan Amtsal Al-Qur’an


1.     Pengungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk yang kongkrit
yang dapat ditangkap dengan indera manusia.
2.     Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik dalam ungkapan yang
singkat dan padat.
3.     Mendorong giat beramal, melakukan hal-hal yangn menarik dalam Al-
Qur’an.
4.     Menghindarkan dari perbuatan tercela.
5.     Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para
cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah
nilai-nilai universalnya.

F. Ciri-Ciri Amtsal Al-Quran


Adapun ciri-ciri amtsal Al-Quran, yaitu:
1. Mengandung penjelasan atas makna yang samar atau abstrak sehingga
menjadi jelas, konkret, dan berkesan.

7
2. Amtsal memiliki kesejajaran antara situasi-situasi perumpamaan yang
dimaksud dan padannya.
3. Ada keseimbangan (Tawazun) antara perumpanaan dan keadaan yang
dianologikan.

G. Urgensi Amtsal Al-Quran


Dalam masyarakat Arab ungkapan matsal itu tidak akan terjadi kecuali karena ada
sebab-sebab, atau kejadian-kejadian yang menimbulkan adanya matsal. Maka suatu
prumpamaan yang dicontohkan bagi sesuatu itu mempunyai hubungan yang tegas dan
nyata, yang membawa konsekuensi agar lebih diyakini. Oleh karenanya menurut
ulama Ilmu Bayan, Matsal itu adalah majaz murakab, karena hubungan kesamaan itu
adalah sesuatu yang telah umum pemakaiannya dalam masyarakat3.

Al-Zarkasyi dalam (AI-Burhan fi Ulum al-Qur'an: 486-487), mengemukakan


bahwa faedah penggunaan matsal itu ada enam, yaitu: peringatan, nasehat, ajakan,
teguran, penetapan serta penyusunan yang dikehendaki oleh akal, dan terakhir
menggambarkan sesuatu yang mudah ditangkap akal dengan menampilkannya dalam
bentuk yang bisa diinderai.
Abdu al-Rahman menyimpulkan enam tujuan utama dari matsal yang ada dalam al-
Qur'an, sebagai berikut:

1. Matsal akan mendekatkan gambaran mumatsalah dalam benak orang yang


diajak bicara, karena kadangkala si mukhatab tidak atau belum tahu dengan
contoh, maka untuk menghilangkan ketidaktahuan itu contoh dikemukakan
melalui matsal. Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,laksana mutiara yang
tersimpan baik.(Al-Waqiah, 22-23). Pada mulanya Bidadari itu tidak diketahui
bentuknya oleh mukhatab maka dalam matsal dikemukakan bahwa yang
dimaksud Bidadari itu laksana mutiara yang tersimpan baik. Dengan demikian si
mukhatab langsung bisa membayangkan betapa indah dan memukaunya Bidadari
yang dijanjikan itu.

2. Suatu ajakan agar berfkir logis sehingga sampai pada puncak alasan yang
keyakinan (al-Huijah al-Burhaniyah) yang secara pasti (tidak dapat tidak) harus
demikian.Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami
menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang
nyata! Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada
kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang,
yang telah hancur luluh?" (Yasin:77-78). Pada mulanya orang yang tidak beriman
tidak mempercayai tentang kekuasaan Allah untuk menghidupkan kemhali tuhuh-
tubuh yang telah menjadi tulang berulang di akhirat kelak, maka ayat yang

3
Rofi’I, Ahmad. 1997. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.

8
mengandung matsal di atas mengajak mereka untuk memikirkan kejadian awal
dari setiap makhluk, Allah menciptakan mereka dari tiada4.

3. matsal adalah sebuah dorongan, agar senantiasa berbuat baik dan berusaha
untuk memperindah diri, sebaliknya mendorong untuk menghindarkan hal-hal
yang buruk dan negatif (Ali, 1996:6).
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon
yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak
dapat tetap (tegak) sedikitpun. Ayat di atas memberikan gambaran bahwa
pcrbuatan baik akan menumbuhkan berbagai kebaikan dengan suburya dan akan
memberikan hasil yang memuaskan. Sebaliknya setiap perbuatan jahat akan
membawa akibat yang jahat. Sebagaimana dicontohkan dengan pohon yang
kerdil yang tercabut akarya dari tanah.

4. Matsal yang memberikan dorongan dan sikap gemar melakukan kebaikan,


atau sebaliknya dengan memunculkan rasa takut untuk melakukan hal-hal yang
dilarang.Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

5. Matsal yang digunakan untuk memuji atau untuk mencela sesuatu


perbuatan, di samping untuk mengemukakan rasa kagum atau untuk
menghinakan.Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat,
kemudian mereka tiada memikulnya (tidak mengamalkan isinya, antara lain tidak
membenarkan kedatangan Muhammad s.a.w. ) adalah seperti keledai yang
membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang
mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum
yang zalim. (Al-Jumuah : 5)

6. Matsal yang digunakan untuk mempertajam daya nalar manusia,


menggerakkan kemampuan berfkirya sehingga manusia akan merasa terdorong
untuk melakukannya. Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada
sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan
ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat
untuk manusia supaya mereka berfikir. (Al-Hasyr : 21)

4
Abdul Lathif, Wahab. 1993. Musu’ah Amtsal al-Qur’aniyyah, Kairo.
9
10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian Amtsal

Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal, mitsl dan matsil serupa


dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafazh maupun maknanya. Amsal dalam
sastra adalah penyerupaan suatu keadaan dengan keadaan yang lain, demi tujuan
yang sama, yaitu menyerupakan sesuatu dengan yang aslinya. 

Macam-macam Amtsal Al-Qur’an

1.       Amtsal Musarrahah

2.       Amtsal Kaminah 

3.       Amtsal Mursalah 

Kegunaan Amtsal Al-Qur’an

1.     Pengungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk yang kongkrit


yang dapat ditangkap dengan indera manusia.
2.     Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik dalam ungkapan yang
singkat dan padat.
3.     Mendorong giat beramal, melakukan hal-hal yangn menarik dalam Al-
Qur’an.
Ciri-Ciri Amtsal Al-Quran
Adapun ciri-ciri amtsal Al-Quran, yaitu:
1. Mengandung penjelasan atas makna yang samar atau abstrak sehingga
menjadi jelas, konkret, dan berkesan.
2. Amtsal memiliki kesejajaran antara situasi-situasi perumpamaan yang
dimaksud dan padannya.
3. Ada keseimbangan (Tawazun) antara perumpanaan dan keadaan yang
dianologikan.
Urgensi Amtsal Al-Quran
Dalam masyarakat Arab ungkapan matsal itu tidak akan terjadi kecuali karena ada
sebab-sebab, atau kejadian-kejadian yang menimbulkan adanya matsal. Maka
suatu prumpamaan yang dicontohkan bagi sesuatu itu mempunyai hubungan yang
tegas dan nyata, yang membawa konsekuensi agar lebih diyakini. Oleh karenanya

11
menurut ulama Ilmu Bayan, Matsal itu adalah majaz murakab, karena hubungan
kesamaan itu adalah sesuatu yang telah umum pemakaiannya dalam masyarakat5.

B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi Pembaca dan Penulis, serta diharapkan
dengan diselesaikannya makalah ini, baik Pembaca dan Penulis dapat
menerapkan atau mengerti tentang Amtsal dalam Alqur’an. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan.

5
Rofi’I, Ahmad. 1997. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Lathif, W. (1993. ). Kairo. Musu’ah Amtsal al-Qur’aniyyah,, hal, 22.

Anwar, R. ( 2000.). Pustaka Setia: Bandung. Ilmu Tafsir,, hal 13.

Ash-Shiddieqy, M. H. (1977.). Jakarta : Bulan Bintang. Ilmu Qur’an, , hal 25.

Rofi’I, A. (1997.). Bandung: Pustaka Setia. Ulumul Qur’an., hal, 8.

13

Anda mungkin juga menyukai