Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Illat”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqih

Dosen Pembimbing : Efizal A

Kelompok 7:
1. Dila Yolanda (3322306)
2. M. Iqbal (3322290)
3. M. Fauzi (3322297)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT.Karena dengan rahmat allah dan
karunianya serta taufik dan hidayah-nya yang telah memberikan kesehatan, kesempatan dan
kekuatan kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Segala sanjung dan
shalawatyang tidak pernah bosan bosannya kami ucapkan kepada Rosulullah SAW. Yang telah
membawa kita dari alam jahiliyah ke islamiah seperti yang kita rasakan sampai saat ini.

Makalah ini kami susun untuk dalam rangka memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah
“USHUL FIQIH”. Kami penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu
dan berpartisipasi dalam menyusun makalah. atas perhatian dan segala saran dari pembaca,
pemkalah mengucapkan terimakasih semoga makalah ini berguna bagi kita semua.

Bukitinggi, 28 Oktober 2022

(Pemakalah)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................3
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
A. Pengertian ‘Illat..................................................................................................................................4
B. Macam- macam Illat...........................................................................................................................5
C. Cara mencari illat................................................................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................................9
PENUTUP.....................................................................................................................................................9
A. Kesimpulan..........................................................................................................................................9
B. Saran..................................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saya memahmi makna dan hakikat yang diatur dan telah disyariatkan ole Allah swt. yang
digunakan sebagai alat untuk mengatur hidup dan kehidupanumat manusia masalah yang
ringan. Hal ini dapat dipahami bahwa semua aturanyang telah ditetapkan Allah tersebut
hanya Diayang mengetahui hakikatnya.Segala ketentuan hukum yang telah diterapkan oleh
Allah swt. baik perintah maupunlarangan dengan tujuan untuk menciptakan kemaslahatan
bagi seluruh umatmanusia. selainitu dijadikan sebagai landasan pola berpikir untuk
melihat dan menentukan kira-kira apa yang menjadi mobilisasi atauyang
melatarbelakangi suatu ketetapan hukum syara' tersebut.Untuk memahami dan
mengetahui apa yang menjadi motivasi atau alasan-alasan rasional dari semua
ketentuan hukum yang telah ditetapkan itu, maka para ulama Ushul!aku h meneliti nash Al-
#ur'andan Sunnah dengan melihathubungan antarasuatu ketentuanhukum dengan alasan yang
mendasar. Upaya ini, akhirnya melahirkansuatu teori yangkemudian dalam $lmu Ushul !i"h
disebut dengan illat. Di dalam makalah ini akan dijelaskantentang de%enisi illat, syarat illat,
pembagian illat dan metode mengetahui atu masalik illat pada halaman selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. apa pengertian illat?
2. apa pembagian illat?
3.apa syarat-syarat illat?
4. bagaiaman cara menemukan illat?

C. Tujuan Masalah
1. Memahami apa itu illat
2. Memahami apa saja pembagian illat
3. Memahami syarat-syarat illat
4. Memahami Bagaimana menemukan illat
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ‘Illat
‘lllat adalah sifat yang terdapat dalam hukum ashal yang digunakan sebagai dasar
hukum.‘Illat merupakan salah satu rukun atau unsur qiyas,‘Illat unsur yang terpenting,
karena adanya ‘illat itulah menentukan adanya qiyas atau menentukan suatu hukum untuk
dapat direntangkan kepada masalah yang lain. Pada prinsipnya semua hukum syari’at itu
ditetapkan memiliki latar belakang, sebab dan unsur kemaslahatan bagi umat manusia,
yakni menolak bahaya dan menghilangkan kesulitan bagi manusia. Tujuan tersebut dapat
dilihat dari beberapa isyarat atau tanda (‘illat) yang terdapat di dalam nash yang
menetapkannya. Sebagian disebutkan dengan jelas dalam al-Qur’an dan Sunnah,
sebagian lagi hanya berupa isyarat, dan ada pula yang harus diamati dan dianalisa terlebih
dahulu, sehingga para mujtahid memerlukan cara atau metode tertentu untuk
mengetahuinya, disebut masalik al-‘illat atau turuq al-‘illat. Masalik al-‘illat yaitu suatu
cara atau metode yang digunakan untuk mencari sifat atau ‘illat dari suatu peristiwa, yang
dapat dijadikan dasar dalam menetapkan hukum. Cara yang populer digunakan ulama
Ushul Fiqh, untuk mencari dan mengetahui ‘illat itu, di antaranya: Berdasarkan konteks
nash, dalam hal ini nash-nash al-Qur’an dan Sunnah telah menerangkan suatu sifat
merupakan ‘illat hukum dari suatu peristiwa (kejadian). Penunjukan nash tentang sifat
sesuatu kejadian sebagai ‘illat itu, adakalanya “sarahah”(dengan jelas, secara langsung)
dan adakalanya dengan “ima’“atau “isyarah “(dengan syarat, secara tidak langsung).
Selain itu, berdasarkan ijma’dan As-Sabru wat Taqsim.

Dalam kegiatan istinbath hukum yang dilakukan oleh para ulama sepanjang sejarah
pemikiran hukum Islam, maka salah satu permasalahan yang paling mendasar dikalangan mereka
adalah menyangkut ‘illat (alasan) apa saja yang mendasari suatu ketetapan hukum. Secara lebih
tegas bahwa setiap perintah dan larangan pasti mempunyai ‘illat yang logis dan tujuan masing-
masing. Untuk memahami apa yang menjadi ‘illat ( alasan) logis dari semua ketentuan hukum
yang telah ditetapkan itu, maka para ulama berupaya meneliti nash dengan melihat hubungan

4
antara suatu ketentuan hukum dengan ‘illat yang mendasarinya. Kegiatan ini akhirnya
melahirkan suatu teori yang dalam Ilmu Ushul Fiqh dinamai dengan ‘illat hukum

Dalam memandang’illat, para ulama terbagi menjadi tiga golongan :

(1) Mazhab Hanafiyah dan Jumhur yang berpendapat bahwa nash-nash hukum pasti
melihat ‘illat. Mereka mengatakan, sesuangguhnya sumber hukum asal adalah ‘illat hukum
itu sendiri, hingga ada petunjuk (‘illat) lain yang menentukan. Kelompok ini dianut oleh
madzhab Malikiyah dan Hambaliyah dengan tokohnya Ibn Taimiyah dan muridnya Ibn
Qayyim al-Jauziyah

(2) Golongan yang beranggapan bahwa nash-nash hukum itu tidak ber-‘illat kecuali ada
dalil yang menentukan adanya ‘illat.

(3) Ulama yang menentang qiyas yang mengangap tidak adnya ‘illat hukum seperti
golongan Zhahiriyah.

B. Macam- macam Illat


Para ulama ushul fiqih membagi ‘illat itu menjadi beberapa segi, diantaranya adalah segi
cara mendapatkanya dan bisa tidaknya ‘illat itu diterapkan pada kasus hukum lainya.

Dari segi cara mendapatkanya, ‘illat itu, menurut ulama ushul fiqh, ada dua macam, yaitu:

a) ‘Illah Manshushah adalah ’illat yang di kandung langsung oleh nash. Jadi, apabila
dalam nash terdapat ‘illat yang menyatakan begini, atau sebab begini, atau karena begini, maka
sifat itu adalah ‘illat yang berdasar nash itu. Seperti firman Allah dalam memberi ‘illat
terutusnya para Rasul, yang disebutkan dalam al-Quran surat al-Nisa’ ayat 165: “(Mereka kami
Utus) selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan supaya tidak ada alas
an bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu.

b) ‘Illah Mustabathah adalah ‘illat yang digalli oleh para mujtahid dari nash sesuai
dengan kaidah-kaidah yang ditentukan dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab. Misalnya
menjadikan perbuatan mencuri sebagai ‘illat bagi hukum potong tangan.

Dari segi cakupanya, illat itu ada dua macam yaitu :

5
1) ‘Illah Muta’addiyah adalah ‘illat yang ditetapkan suatu nash dan bisa diterapkan pada
kasus hukum lainya. Misalnya, ‘illat memabukkan dalam minuman khamr juga terdapat pada
wisky, karena unsure memabukkan dalam wisky juga ada. Oleh sebab itu, maka antara wisky
dan khamr hukumnya sama, yaitu haram diminum. ‘illat ini dapat dijadikan sifat dalam
menetapkan suatu hukum.

2) ‘Illah Qashirah adalah ‘illat yang terbatas pada suatu nash saja; tidak terdapat dalam
kasus lain, baik ‘illat itu manshushah maupun musthanbathah. Misalnya, Ulama Malikiyah,
Syafi’iyah, Hambaliyah, dan mayoritas ahli kalam menyatakan bahwa ‘illat riba dalam
memperjual belikan barang yang sejenis adalah nilainya.

Adapun syarat-syarat 'illat yaitu:1

 'illat tujuannya harus sesuai dengan pembentukan suatu hukum. Dalam artian, kuatanya
dugaan hukum itu bisa terjadi karena ada alasan 'illat itu bukan karena sesuatu yang lain.
Timbulnya dugaan kuat itu sebagai hasil dari penelitian tentang hubungan sesuatu yang
dianggap 'illat itu dengan kemashlahatan manusia.
 'illat itu harus bersifat nyata dan jelas. sesuatu yang tersembunyi atau samar tidak bisa
dijadikan sebagai 'illat.
 illat itu harus berupa sesuatu yang bisa dipastikan bentuk, jarak, atau kadar timbangannya
berupa barang yang ditimbang sehinggatidak jauh berbeda pelaksanaannya antara
seorang pelaku yang lain. misalnya, tindakan pembunuhan adalah sifat yang dapat
dipastikan, yaitu menghilangkan nyawa seseorang dan hakikat pembunuhan itu tidak
berbeda antara satu sama yang lain. Oleh sebab itu, ia secara sah bisa dijadikan 'illat bagi
terhalangnya mendapat harta warisan bilamana yang membunuh adalah anak dari yang
terbunuh atau ahli warisan lain dari yang terbunuh. atas dasar itu, maka hal ini bisa juga
berlaku bagi wasiat dengan mengqiyaskan kepada warisan, yaitu bilamana seseorang
penerima wasiat membunuh pihak yang berwasiat, maka pembunuh tidak lagi berhak
terhadap harta yang diwasiatkan, dengan 'illat karena membunuh. Dengan demikian,

1
Milenia, R., Abdal’u,j.M.,Rudin,A.A.,& PS,MS. (2020). Analisi Hikmah dan illat Dalam Pembentukan Hukum Islam.
At-Tawasuth,2(1), 17-29

6
syarat 'illat itu menjaadikan landasan sebagai terwujudnya penggalian dasar hukum dari
sifat 'illat itu sendiri.

C. Cara mencari illat


untuk mencari dan mengetahui ‘illat itu, di antaranya : Berdasarkan konteks nash, dalam
hal ini nash-nash al-Qur’an dan Sunnah telah menerangkan suatu sifat merupakan ‘illat hukum
dari suatu peristiwa (kejadian). Penunjukan nash tentang sifat sesuatu kejadian sebagai ‘illat itu,
adakalanya “sarahah” ( dengan jelas, secara langsung ) dan adakalanya dengan “ ima’ “ atau “
isyarah “ ( dengan syarat, secara tidak langsung). Selain itu, berdasarkan ijma’ dan As-Sabru wat
Taqsim2.

Syekh Ali Jumah menyebutkan bahwa teks-teks syariat yang berhubungan dengan
hukum jumlahnya sangat terbatas, baik yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun sunnah. Ayat-
ayat yang berkaitan dengan hukum jumlahnya tidak lebih dari 200 ayat (dari 6.236 ayat).
Sedangkan hadits aḥkām juga tidak lebih dari 3000 hadits (dari sekitar 60.000an hadits). Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam sebuah adagium ‘Nuṣūṣun maḥsūratun” (jumlah naṣ-naṣ
terbatas). sedangkan masalah manusia senantiasa berkembang. ‫وال‬U‫ائع واألح‬U‫ورة الوق‬U‫وص محص‬U‫النص‬
‫ير‬UU‫د والتغ‬UU‫دد والتزاي‬UU‫ة التج‬UU‫ة دائم‬UU‫ الحياتي‬Artinya, “Teks-teks agama terbatas. Sedangkan kejadian dan
kondisi kehidupan manusia senantiasa diperbaharui, bertambah, dan berubah, (Lihat Syekh Ali
Jumah, Tārikh Uṣul Fiqh. Dalam hal seperti inilah maka para ahli ushul menggunakan qiyas
sebagai metode pengambilan hukum (istinbaṭ al-ḥukm), walau ada juga beberapa perdebatan
terkait keabsahan qiyas itu sendiri. Salah satu rukun qiyas yang harus difahami adalah illat.
Mengetahui dan memahami illat menjadi bagian penting dari qiyas karena tidak mungkin qiyas
bisa digunakan tanpa diketahui terlebih dahulu illatnya. Abdul Wahhab Khallaf menjelaskan tiga
cara yang paling umum digunakan untuk mengetahui sebuah illat dalam sebuah hukum syariat.
Pertama, Nash (teks). Illat dalam naṣh ini ada kalanya ṣhāriḥ (jelas) dan ada kalanya bil imā’ wal
isyārah (dengan tanda atau petunjuk).

Adapun beberapa contoh illat naṣh ṣhāriḥ adalah biasanya menyebutkan secara langsung
‘sebab dan alasannya’ dalam badan naṣh, misalnya dengan lafal “li ajli”, “li alla”, “li sababi”.

2
(Lihat Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih,halaman 76)

7
Contohnya: ‫ أقم الصالة لدلوك الشمس‬Artinya, “Dirikanlah shalat karena matahari sudah bergeser dari
titik tengahnya.” Atau bisa juga naṣh yang ghairus Sārih, seperti‫اليقض القاضي وهو غضبان‬

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian ‘Illat
‘lllat adalah sifat yang terdapat dalam hukum ashal yang digunakan sebagai dasar
hukum.‘Illat merupakan salah satu rukun atau unsur qiyas,‘Illat unsur yang terpenting,
karena adanya ‘illat itulah menentukan adanya qiyas atau menentukan suatu hukum untuk
dapat direntangkan kepada masalah yang lain.
2. Macam- macam Illat
a) ‘Illah Manshushah adalah ’illat yang di kandung langsung oleh nash. Jadi, apabila
dalam nash terdapat ‘illat yang menyatakan begini, atau sebab begini, atau karena begini,
maka sifat itu adalah ‘illat yang berdasar nash itu.
b) ‘Illah Mustabathah adalah ‘illat yang digalli oleh para mujtahid dari nash sesuai
dengan kaidah-kaidah yang ditentukan dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab.
3. Cara mencari illat
untuk mencari dan mengetahui ‘illat itu, di antaranya : Berdasarkan konteks nash, dalam
hal ini nash-nash al-Qur’an dan Sunnah telah menerangkan suatu sifat merupakan ‘illat
hukum dari suatu peristiwa (kejadian). Penunjukan nash tentang sifat sesuatu kejadian
sebagai ‘illat itu, adakalanya “sarahah” ( dengan jelas, secara langsung ) dan adakalanya
dengan “ ima’ “ atau “ isyarah “ ( dengan syarat, secara tidak langsung). Selain itu,
berdasarkan ijma’ dan As-Sabru wat Taqsim.

Adapun syarat-syarat 'illat yaitu

4. 'illat tujuannya harus sesuai dengan pembentukan suatu hukum. Dalam artian, kuatanya
dugaan hukum itu bisa terjadi karena ada alasan 'illat itu bukan karena sesuatu yang lain.

9
Timbulnya dugaan kuat itu sebagai hasil dari penelitian tentang hubungan sesuatu yang
dianggap 'illat itu dengan kemashlahatan manusia.
5. 'illat itu harus bersifat nyata dan jelas. sesuatu yang tersembunyi atau samar tidak bisa
dijadikan sebagai 'illat.
6. illat itu harus berupa sesuatu yang bisa dipastikan bentuk, jarak, atau kadar timbangannya
berupa barang yang ditimbang sehinggatidak jauh berbeda pelaksanaannya antara
seorang pelaku yang lain.

B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi Pembaca dan Penulis, serta diharapkan dengan
diselesaikannya makalah ini, baik Pembaca dan Penulis dapat menerapkan atau mengerti tentang
Pola dan Struktur Kalimat. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
terdapat kekurangan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Khallaf, A. W. (1956). Ilmu Ushul Fiqih. Maktabah Dakwah, halaman 76.

Milenia, R. P. (2020). Analisis Hikmah dan Illat dalam pembentukan Islam. At-Tasawuth.

11

Anda mungkin juga menyukai