Anda di halaman 1dari 13

KAIDAH HUKUM ISLAM

(Dibuat untuk melaksanakan tugas mata kuliah Filsafat Hukum Islam)

Dosen Pengampu:
Dr. Ahmad Fauzan, S.H.I., M.H
NIP : 20190401 1999210 0 01

Disusun Oleh:
(Kelompok 3)

Gilang Samudra Kusuma 2121020193


Annisa Dwi Nabila 2121020142
Dimas Ariadeta 2121020177
Dani Saputra 2121020164
Sri Dwi Aprilia 2121020116

FAKULTAS SYARIAH
HUKUM TATA NEGARA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1444 H / 2023 M
10

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr .Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Filsafat
Hukum Islam tentang Kaida Hukum Islam. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr Ahmad Fauzan, S.H.I., M.H Selaku
Dosen Mata Kuliah Filsafat Hukum Islam atas dedikasinya kepada kami untuk
menyelesaikan tugas makalah.

Kami sebagai penulis makalah menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca. Dan penulis berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada penulis terutama dan juga pembaca sekalian
untuk dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amiin.

Jati Agung, 04 Mei 2023

Penulis
(Kelompok 3)
10

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan ................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2

2.1 Pengertian Kaidah ...................................................................................... 2

2.2 Pengertian Hukum Islam ........................................................................... 3

2.3 Macam-macam Kaidah Hukum Islam ....................................................... 5

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 9

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 9

DAFTAR PUSAKA ....................................................................................... 10


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seluruh hukum yang ditetapkan Allah SWT untuk para hamba Nya,
baik dalam bentuk perintah maupun larangannya mengandung mashlahah.
Tidak ada hukum syara' yang tidak mengandung mashlahah. Seluruh
perintah Allah kepada manusia untuk melakukannya adalah mengandung
manfaat untuk dirinya, baik secara langsung maupun tidak, begitu pula
sebaliknya semua larangan Allah untuk dijauhi manusia terkandung
kemaslahatan, yaitu terhindarnya manusia dari kebinasaan atau kerusakan.

Semua ulama sependapat tentang adanya kemaslahatan dalam hukum


yang ditetapkan Allah. Oleh karena itu mashlahah menjadi ukuran bagi
mujtahid yang berijtihad untuk menetapkan hukum atas suatu masalah
yang tidak ditemukan hukumnya baik dalam al-Qur'an, Sunnah, maupun
ijma”. Dalam hal ini, mujtahid menggunakan metode mashlahah dalam
menggali dan menetapkan hukum.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan


masalah, sebagai berikut:

1. Pengertian kaidah?

2. Apa pengertian Hukum Islam?

3. Apa macam-macam Kaidah Hukum Islam?

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan

Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini ialah mahasisa/i


mampu mengetahui serta memahami tentang Kaidah Hukum Islam beserta
tafsiran-nya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kaidah

Secara etimologis, kaidah berasal dari bahasa Arab qā‘idah yang


berarti asās yang berarti asas, dasar, atau fondasi baik dalam pengertian
kongkrit maupun abstrak. Bentuk jamaknya adalah qawā‘id. Usūs al-syai’
berarti ushūluh ‘dasar-dasarnya’ baik yang bersifat kongkrit seperti
tertuang dalam ungkapan qawā‘id al-bait ‘dasar-dasar rumah’, maupun
yang bersifat abstrak seperti dalam ungkapan qawā‘id al-dīn ‘tiang-tiang
agama’, qawā‘id al-‘ilm dasar-dasar ilmu.1

Adapun kaidah terbagi menjadi 2 macam yaitu :

1. Kaidah Ushuliyah

Kaidah ushuliyah adalah dalil-dalil yang dalam Alquran dan Hadis,


sedangkan objek dari kaidah fiqhiyyah, adalah perilaku mukallaf.
Kaidah ushuliyah berlaku secara umum, sedangkan kaidah fiqhiyyah
hanya berlaku pada sebagian besarnya saja, dimana selalu terdapat
pengecualian dalam penerapannya. Kaidah ushuliyah merupakan
sarana, untuk melakukan istimbath hukum syara yang bersifat
amaliyah.

2. Kaidah Fiqhiyyah

Menurut Musthafa Az-Zarqa adalah dasar-dasar hukum fiqh, yang


bersifat umum dan ringkas, berbentuk peraturan (undang-undang) yang
berisi hukum-hukum syara’ yang umum, terhadap berbagai kejadian
hukum, yang termasuk kedalam ruanglingkup kaidah tersebut.( Az-
Zarqa, 1989) Sederhananya, kaidah-kaidah fiqh merupakan kerangka

1
Ali Ahmad al-Nadwiy, Al-Qawā‘id al-Fiqhiyyah, (Damsyiq: Dar al-Qalam, 1994), h. 39; Lihat
juga A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-Masalah Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2006), h. 2.
acuan bagi pelaksanaan hukum, sekaligus untuk mengetahui hukum
dari perbuatan seorang mukallaf. Hasil dari penerapan hukum yang
bersifat amaliyah tersebut. Dimana kaidah fiqhiyyah adalah kompilasi
dari hukum-hukum yang memiliki kesamaan, yang mana ketentuan
hukumnya merujuk pada kesamaan. Kaidah fiqhiyyah sendiri, terdapat
pembagian lagi kedalam kaidah kulliyah (universal) dan kaidah kaidah
furuiyah (kaidah cabang). Kaidah kulliyah yang masyhur di kalangan
ulama terdapat lima kaidah, yaitu : Segala perkara tergantung dari
maksud (tujuan), “Suatu keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan
keragu-raguan”, “Kesulitan mendatangakan kemudahan”, “Bahaya
(mudharat) harus dihilangkan”, “Adat atau kebiasaan dapat dijadikan
pertimbangan menetapkan hukum”.2

2.2 Pengertian Hukum Islam

Hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaidah-kaidah yang


didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah
laku mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui
dan diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluknya.Dan hal ini mengacu
pada apa yang telah dilakukan oleh Rasul untuk melaksanakannya secara
total. Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum yang diperintahkan
Allah Swt untuk umatNya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik yang
berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun yang berhubungan
dengan amaliyah.

Syariat Islam menurut bahasa berarti jalan yang dilalui umat manusia
untuk menuju kepada Allah Ta’ala. Dan ternyata islam bukanlah hanya
sebuah agama yang mengajarkan tentang bagaimana menjalankan ibadah
kepada Tuhannya saja. Keberadaan aturan atau sistem ketentuan Allah swt
untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah Ta’ala dan hubungan

2
Wartoyo, Rekontruksi Hukum Transaksi Muamalah Dengan Pendekatan Kaidah Fiqhiyyah,
(Al-Mustashfa: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Islam), Vol. 5, No. 1, 2020, hlm 44-45.
manusia dengan sesamanya. Aturan tersebut bersumber pada seluruh
ajaran Islam, khususnya Al-Qurandan Hadits.

Definisi hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan yang


diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi
SAW, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)
maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan)
yang dilakukan oleh umat Muslim semuanya.

Tujuan Sistem Hukum Islam

Sumber hukum syariat Islam adalah Al-Quran dan Al-Hadist. Sebagai


hukum dan ketentuan yang diturunkan Allah swt, syariat Islam telah
menetapkan tujuan-tujuan luhur yang akan menjaga kehormatan manusia,
yaitu sebagai berikut.

1. Pemeliharaan Atas Keturunan

Hukum syariat Islam mengharamkan seks bebas dan


mengharuskan dijatuhkannya sanksi bagi pelakunya. Hal ini untuk
menjaga kelestarian dan terjaganya garis keturunan. Dengan
demikian, seorang anak yang lahir melalui jalan resmi pernikahan
akan mendapatkan haknya sesuai garis keturunan dari ayahnya.

2. Pemeliharaan Atas Akal

Hukum Islam mengharamkan segala sesuatu yang dapat


memabukkan dan melemahkan ingatan, seperti minuman keras
atau beralkohol dan narkoba. Islam menganjurkan setiap Muslim
untuk menuntut ilmu dan mengembangkan kemampuan
berpikirnya. Jika akalnya terganggu karena pesta miras oplosan,
akalnya akan lemah dan aktivitas berpikirnya akan terganggu.

3. Pemeliharaan Atas Kemuliaan


Syariat Islam mengatur masalah tentang fitnah atau tuduhan dan
melarang untuk membicarakan orang lain. Hal ini untuk menjaga
kemuliaan setiap manusia agar ia terhindar dari hal-hal yang dapat
mencemari nama baik dan kehormatannya.

4. Pemeliharaan Atas Jiwa

Hukum Islam telah menetapkan sanksi atas pembunuhan, terhadap


siapa saja yang membunuh seseorang tanpa alasan yang benar.
Dalam Islam, nyawa manusia sangat berharga dan patut dijaga
keselamatannya.

5. Pemeliharaan Atas Harta

Syariat Islam telah menetapkan sanksi atas kasus pencurian


dengan potong tangan bagi pelakunya. Hal ini merupakan sanksi
yang sangat keras untuk mencegah segala godaan untuk
melakukan pelanggaran terhadap harta orang lain.

6. Pemeliharaan Atas Agama

Hukum Islam memberikan kebebasan bagi setiap manusia untuk


menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya. Islam tidak pernah
memaksakan seseorang untuk memeluk Islam. Akan tetapi, Islam
mempunyai sanksi bagi setiap muslim yang murtad agar manusia
lain tidak mempermainkan agamanya.3

2.3 Macam-macam Kaidah Hukum Islam

Tiap sendi-sendi kehidupan manusia, ada tata aturan yang harus


ditaati. Bila berada dalam masyarakat maka hukum masyarakat harus
dijunjung tinggi. Begitu pula dengan memeluk agama Islam, yaitu agama
yang memiliki aturan. Dan aturan yang pertama kali harus kita pahami
adalah aturan Allah. Segala aturan Ilahi dalam segala bentuk hukum-

3
Eva Iryani, Hukum Islam Demokrasi, (Jambi : Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari), vol.17,
No.2, 2017, hal.24-27.
hukum kehidupan manusia tertuang di Al-Qur’an, yang dilengkapi
penjelasannya dalam hadits Nabi SAW. Berikut ini adalah macam-macam
hukum Islam.

Hukum Dibagi menjadi 2:

1. Hukum Taklifi

Hukum Taklifi adalah firman Allah yang menuntut Maru, untuk


melakukan atau meninggalkan sesuatu atau memilih antara berbuat dan
meninggalkan.

Hukum Taklifi dibagi menjadi 5:

A. Ijab (wajib), Yaitu tuntutan syari yang bersifat ntuk melaksanakan


sesuatu dan tidak bolch ditinggalkan, orang yang meninggalkannya
dikcnai sanksi.

Ijab (wajib) dibagi menjadi dua macam:

a. Wajib ‘Aini, ialah wajib yang ditunjuk kepada setiap individu,


sehingga siapapun yang meninggalkan kewajiban itu berdosa dan
akan mendapat hukuman, contoh kewajiban shalat, puasa, zakat,
dan kewajiban memberikan kepada setiap orang apa yang
menjadi haknya.

b. Wajib Kifaiyah, ialah wajib yang ditunjukan kepada masyarakat


umum, tetapi jika sebagian anggota masyarakat sudah ada
yangmengerjakan kewajiban itu, maka gugurlah kewajiban itu
bagi warga masyarakat lainnya. Contoh, shalat jenazah, amar
ma'ruf nahi mungkar, belajar menjadi ahli agama dan
sebagainya, (Abu Zahrah).

B. Nadab (sunah), yaitu tuntotan untak melaksanakan suatu perbuatan


yang tidak bersifat memaksa, melainkan sebagai anjuran, sehigga
seseorang tidak dilarang untuk meninggalkannya. Orang yang
meninggalkannya tidak dikenai hukuman. Yang dituntut untuk
mengerjakan itu disebut mandub, sedangkan akibat dari tuntutan itu
disebut nadab, misalnya dalam surat Al-Bagarah ayat 282:

ُۗ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا تَ َدايَ ْنتُ ْم بِ َدي ٍْن اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم َس ًّمى فَا ْكتُب ُْوه‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang
piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.”

C. Ibahah (mubah), yaitu khitab Allah yang bersifat fakultatif, :


mengandung pilihan antara berbuat dan tidak berbuat secara sama.
Akibat dari khitab Allah ini disebut juga dengan ibahah, dan
perbuatan yang boleh dipilih itu disebut mubah, misalnya dalam
surat Al Maidah ayat 2:

‫ۗ واِ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَاصْ طَا ُد ْوا‬


َ
“apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu”

D. Karahah (Makruh), yaitu tuntutan untuk meninggalkan suatu


perbuatan, tetapi tuntutan itu diungkapkan melalui redaksi yang
tidak bersifat memaksa. Seseorang yang mengerjakan perbuatan
yang dituntut untuk ditinggalkan itu tidak dikenai hukum. Akibat
dari tuntutan seperti ini disebut juga karahah. Karahah ini
mcrupakan kebalikan dari nadab.

E. Tahrim (haram), yaitu tuntutan untuk tidak mengerjakan suatu


perbuatan dengan tuntutan yang memaksa. Akibat dari tuntutn ini
disebut hurmah dan perbuatan yang dituntut itu disebut dengan
haram.
2. Hukum Wad’iy

Hukum Wad'iy ialah firman Allah yang menuntut untuk menjadikan


sesuatu sebagai sebab, syarat atau penghalang dari sesuatu yang lain.
Bila firman Allah menunjukan atas kaitan sesuatu dengan hukum
taklifi, baik bersifat sebagai sebab, atau syarat, atau penghalang, maka
ia disebut hukum wad'iy4

4
Susiadi, Ushul Fiqh, (Lampung, IAIN raden intan), hlm. 52-59.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari kajian diatas penulis menyimpulkan bahwasannya Kata kaidah


merupakan terjemahan dari bahasa Arab yang artinya menurut bahasa
adalah dasar, asas atau fondasi. Para ahli bahasa memberikan contoh
dengan maksudnya ialah dasar atau fondasi rumah. Arti lafazd qawa’id
dalam ayat tersebut ialah dasar atau fondasi. Syariat Islam menurut bahasa
berarti jalan yang dilalui umat manusia untuk menuju kepada Allah Ta’ala.
Dan ternyata islam bukanlah hanya sebuah agama yang mengajarkan
tentang bagaimana menjalankan ibadah kepada Tuhannya saja.

Hukum Taklifi dibagi menjadi 5:

1. Ijab (wajib)

2. Nadab (sunah)

3. Ibahah (mubah)

4. Karahah (Makruh)

5. Tahrim (haram)
DAFTAR PUSTAKA

Mukhsin, Nyak umar. 2017. Kaidah Fiqhiyyah Dan Pembaharuan


Hukum Islam. Banda Aceh: Yayasan WDCBanda Aceh.

Rohidin. 2016. Pengantar Hukum Islam. Yogyakarta: Lintang Rasi


Aksara Books.

Yudesman. 2014. Prinsip-prinsip Dan Kaidah-kaidah Hukum


Islam. Jambi: STAIN Kerinci. Vol. 11.

Sudarmara, Ananda. 2008. Tentang Kaidah Hukum. Jakarta: Jurnal


Hukum Pro Justitia. Vol.26.

Eva Iryani. 2017. Hukum Islam Demokrasi Dan Hak Asasi


Manusia. Jambi: Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari. Vol. 17.

Susiadi. 2022. Ushul Fiqh. Lampung: IAIN Raden intan .

Anda mungkin juga menyukai