Disusun Oleh:
TAHUN AJARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Kami mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kita masih dalam keadaan sehat. Dan khususnya,
kelompok 1 bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ Sistem Hukum Islam”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Nurul Rahmawati, S.Pd.I, M.HI. pada bidang studi Aspek Hukum Perbankan
Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang topik
“Sistem Hukum Islam” bagi para pembaca dan penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Rumusan Permasalahan......................................................................................3
C. Tujuan Permasalahan..........................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................4
A. Pengertian Sistem Hukum Islam........................................................................4
B. Hubungan Hukum islam dan Agama Islam......................................................6
C. Istilah Penting Penerapan Hukum Islam...........................................................8
D. Sumber-Sumber Hukum Islam.........................................................................12
E. Hukum Perikatan Islam, Hak Milik Perikatan Islam, dan Konsep Perikatan
Hukum Islam..............................................................................................................16
BAB III...........................................................................................................................20
PENUTUP......................................................................................................................20
A. Kesimpulan.........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara hukum, ketika
kita berbicara mengenai hukum di negara ini banyak sekali berbagai macam
jenis hukum, misalnya adalah hukum islam. Walaupun terdapat hukum nasional,
kehadiran sistem hukum islam mulai menjadi perhatian dalam sistem hukum di
Indonesia. Sistem hukum di Indonesia berkembang sangat beragam yang
dikarenakan sejarah sistem hukum Indonesia yang memiliki sumber hukum
lebih dari satu.
Hukum Islam dalam pengertian qanun maupun KHI diterapkan dengan
basis kepercayaan. Umat Islam percaya bahwa hukum Allah adalah hukum yang
benar. Karena itu hukum tersebut harus diterapkan. Ada beberapa ayat yang
biasanya dipakai sebagai argumen dalam hal ini. Misalnya, dalam Al-Quran
surat Al Maidah ayat 44 yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan
Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang
dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang
menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta
mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan
mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada
manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-
Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (Q.S.
Al Maidah: 44).
Begitu juga Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 45 yang Artinya: “Dan
Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa
(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan
telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada qishaashnya. Barangsiapa yang
melepaskan (hak qishaash)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus
dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
1
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim” (Q.S Al-
Maidah: 45),
Juga Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 47 yang artinya: “Dan hendaklah
orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah didalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik” (Q.S. Al
Maidah: 47)
Ketiga ayat di atas saya kutip secara keseluruhan untuk memberikan
gambaran yang jelas. Ketiga ayat itulah, dan juga masih banyak ayat sejenis ini,
yang biasanya digunakan oleh beberapa kalangan untuk bersikeras bahwa
manusia harus memakai hukum Allah. 1
Menurut Prof. H. Mohammad Daud Ali, S. H. (2002: 209) “hukum Islam
telah ada di kepulauan Indonesia sejak orang Islam datang dan bermukim di
nusantara ini.” Awalnya hukum Islam ini memiliki bentuk yang tidak tertulis,
dalam artian aturan-aturannya tidak dicantumkan di dalam peraturan perundang-
undangan yang ada sehingga tidak adanya sanksi yang diberikan oleh penguasa.
Namun meskipun demikian, karena hukum Islam dianggap sebagai hukum yang
benar oleh para penganutnya, maka ia dipatuhi oleh masyarakat Islam—terutama
dari kalangan pemimpin dan ulamanya. 2
Hukum Islam bukanlah istilah yang populer dalam tradisi Islam awal. Ini
adalah konsep yang sama sekali baru. Sehingga, ketika disebut kata hukum
Islam, maka harus ditelisik lebih lanjut apa yang dimaksudkan istilah tersebut.
Lantas, bagaimana cara kerja sistem hukum di peradilan berbasis agama dewasa
ini. Istilah hukum dewasa ini merujuk pada berbagai peraturan atau norma yang
telah ada maupun yang sengaja dibuat untuk mengatur tingkah laku individu
dalam suatu masyarakat. Dan itu ditegakkan oleh kekuasaan. Sedangkan istilah
Islam merujuk pada agama Islam itu sendiri. Dengan demikian, dapat dipahami
bahwa Istilah hukum Islam merupakan peraturan legal-positif yang digali dari
prinsip-prinsip Islam yang diberlakukan pada suatu masyarakat oleh kekuasaan.
1
M. Khusnul Khuluq, S.Sy., M.H. Sistem Hukum di Pengadian Berbasis Agama.2020. diakses di
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/sistem-hukum-di-pengadilan-berbasis-
agama
2
Mohammad Daud Ali , Hukum Islam: Pengantar Tata Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia,
Cetakan Kesepuluh, , ( Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2002 ) h. 209.
2
Satu hal yang menjadi ciri hukum Islam adalah bahwa hukum Islam bersumber
pada Islam itu sendiri, baik syariah maupun fikih. Dengan demikian, dapat
dipahami bahwa hukum Islam merujuk pada syariah dan atau fikih yang
dipositifkan, sehingga bersifat mengikat bagi masyarakat.
B. Rumusan Permasalahan
Berikut ini adalah rumusan permasalahan yang akan di bahas,
1. Apa yang dimaksud dengan sistem hukum islam?
2. Bagaimana hubungan hukum islam dan agama islam?
3. Apa istilah penting dalam penerapan hukum islam?
4. Apa saja sumber-sumber hukum islam?
5. Apa itu hukum perikatan islam, hak milik dalam perikatan islam, dan konsep
perikatan dalam hukum islam?
C. Tujuan Permasalahan
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang sistem hukum islam.
2. Untuk mengetahui dan memahami hubungan antara hukum islam dan agama
islam.
3. Untuk mengetahui istilah penting dalam penerapan hukum islam.
4. Dapat menjelaskan dan memahami tentang sumber-sumber hukum islam.
5. Dapat memahami hukum perikatan islam, hak milik dalam perikatan islam
dan mengetahui konsep dari perikatan dalam hukum islam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
seperti halnya air sangat penting bagi kehidupan manusia, begitu pula kejelasan
dan kebenaran Syariah adalah sarana kehidupan bagi jiwa dan pikiran. Syariat
Islam menurut bahasa berarti jalan yang dilalui umat manusia untuk menuju
kepada Allah. Hukum Islam bertindak sebagai pedoman hidup yang harus
dipatuhi oleh semua Muslim, termasuk salat, puasa dan sedekah kepada orang
miskin.8
Hukum Islam atau syariah adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan
pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul. Hukum Islam mengatur tingkah laku
yang mengikat bagi semua pemeluknya. Hukum Islam dipandang sebagai
ekspresi perintah Tuhan bagi umat Islam. Dalam penerapannya, hukum Islam
merupakan sistem yang menjadi kewajiban semua Muslim.9
Sebenarnya istilah “hukum islam” jarang dipakai oleh para ulama islam.
Istilah yang selalu mereka gunakan untuk menunjukkan hukum islam itu ada
dua, yaitu syariat dan Fiqih. Dan hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan
oleh Rasul untuk melaksanakannya secara total. Syariat Islam menurut istilah
berarti hukum-hukum yang diperintahkan Allah SWT untuk umat-Nya yang
dibawa oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)
maupun yang berhubungan dengan amaliyah.Syariat Islam menurut bahasa
berarti jalan yang dilalui umat manusia untuk menuju kepada Allah Ta’ala. Dan
ternyata Islam bukanlah hanya sebuah agama yang mengajarkan tentang
bagaimana menjalankan ibadah kepada Tuhannya saja. Keberadaan aturan atau
sistem ketentuan Allah SWT untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah
Ta’ala dan hubungan manusia dengan sesamanya. Aturan tersebut bersumber
pada seluruh ajaran Islam, khususnya Al-Quran dan Hadits.
Menuurut Abdul Ghani Abdullah dalam bukunya yang diterbitkan di
Gema Insani Press mengungkapkan bahwa hukum islam sebagai hukum yang
bersumber dan menjadi bagian dari agama islam. Ia pun juga menyebutkan
bahwa konsepsi hukum islam sebagai dasar dan kerangka hukum yang
ditetapkan oleh Allah. Hukum islam menurut Abdul Ghani Abdullah tidak hanya
8
Anugerah Ayu Sendari, Tujuan Hukum Islam, Pengertian, Sumber dan Macamnya. 2021 diakses di
https://hot.liputan6.com/read/4564478/tujuan-hukum-islam-pengertian-sumber-dan-macamnya
9
Anugerah Ayu Sendari, Tujuan Hukum Islam, Pengertian, Sumber dan Macamnya. 2021 diakses di
https://hot.liputan6.com/read/4564478/tujuan-hukum-islam-pengertian-sumber-dan-macamnya
5
mengatur antara manusia dengan Tuhan-Nya, tetapi juga mengatur hubungan
antara manusia dengan alam semesta.10
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber pada nilai-nilai keislaman
yang berasal dari dalil-dalil agama Islam. Bentuk hukumnya dapat berupa
kesepakatan, larangan, anjuran, ketetapan dan sebagainya.
10
Ridwan Karim, Pengertian Hukum Islam: Sumber, Pembagian, Tujuan, dan Contoh Hukum,2022
diakses di https://deepublishstore.com/materi/pengertian-hukum-islam/#:~:text=Menurut%20Abdul
%20Ghani%20Abdullah%20dalam,hukum%20yang%20ditetapkan%20oleh%20Allah.
11
Dr. Rohidin, SH, M.Ag , PENGANTAR HUKUM ISLAM, cetakan 1, ( Yogyakarta : Lintang Rasi
Aksara Books, 2016) hal 5
6
memahami,mendalami syariat untuk dapat dirumuskan menjadi kaidah konkret
yang dapat dilaksanakan dimasyarakat. Tidak seperti syariat yang fundamental
dan memiliki lingkup yang lebih luas karena didalamnya menyangkut juga
akhlak dan akidah, fiqih lebih bersifat instrumental karena ruang lingkupnya
hanya sebatas pada hukum yang mengatur tentang perbuatan manusia serta
didalam pelaksanaannya fiqih ini dapat berubah sesuai dengan perkembangan
jaman.12
Agama islam akan menjadi satu sentral yang tak tergantikan didalam
hukum islam karena ajaran agama inilah hukum islam mulai bisa tumbuh dan
berkembang pesat didalam masyarakat. Ajaran agama mulai masuk ke Indonesia
sekitar abad ke VII ini telah menjadi suatu agama yang sangat penting, karena
berawal dari ajaran agama islam kaidah-kaidah atau aturan yang berlaku sebagai
hukum positif di Indonesia, selain itu melalui hukum islam yang merupakan
bagian dari ajaran agama islam ini telah banyak mempengaruhi kegiatan atau
pola hidup masyarakat Indonesia.
Pelaksanaan hukum islam di Indonesia sebenarnya terdapat suatu
hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisah-pisahkan antara hukum islam
dengan agama islam. Sebagai contoh, baik syariat mapun fiqh yang merupakan
hukum islam tersebut semuanya bersumber pada satu kitab suci umat islam,
yaitu Al-Qur’an. Selain itu, salah satu aspek yang merupakan aspek fundamental
ajaran islam merupakan penjelasan terhadap amalan-amalan manusia atau fiqh.
Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa hukum islam itu sebenarnya
merupakan salah satu bagian dari ajaran agama islam, serta pelaksanaannya di
kehidupan bermasyarakat hukum islam akan selalu menerapkan aturan-aturan
maupun kaidah-kaidah yang diajarkan di dalam agama islam, walaupun ada
sebagian dari hukum islam yang digunakan merupakan suatu proses
pemberdayagunaan akal pikiran manusia terhadap apa yang diterapkan didalam
kitab suci Al-Qur’an serta kadangkala antara aturan yang satu dengan yang
lainnya berbeda cara pelaksanaannya.13
12
Diakses di https://www.studocu.com/id/document/universitas-andalas/pendidikan-agama/hukum-islam-
merupakan-bagian-dari-agama-islam/5453423
13
Diakses di https://www.studocu.com/id/document/universitas-andalas/pendidikan-agama/hukum-islam-
merupakan-bagian-dari-agama-islam/5453423
7
Didalam al-qur’an yang merupakan pedoman hidup bagi umat islam,
sebenarnya memuat banyak sekali kaidah hukum baik yang berkenaan dengan
syariah, moral maupun akidah atau dapat disimpulkan bahwa konsep hukum
menurut Alqur’an adalah meliputi segala-galanya sesuai dengan sifat
penciptanya yaitu Allah Penguaasa alam semesta yang menguasai semuanya. Ini
berarti, hukum didalam islam tidak dapat dipisahkan dengan iman dan akhlak.
Dikarenakan menurut konsep didalam alqur’an mengatakan bahwa hukum islam
tidak dapat dipisahkan dari keimanan seseorang terhadap salah satu ajaran
agama, yaitu agama islam serta akhlak seseorang yang diatur oleh ajaran agama
islam juga.
8
2. Al-‘Adl/ Qist15
Al-‘Adl dalam pengertian kebahasaan berarti pertengahan, lurus,
menyamakan antara dua hal dan insaf. Al-‘Adl dalam istilah mempunyai arti
sangat luas dan bermacam-macam sesuai dengan lapangan penggunaannya.
Al-Qurtubi mengutip pendapat Ibn Al-‘Arabi menjelaskan bahwa adil
mencakup beberapa objek, yang masing-masing mempunyai arti lain. Adil
antara Tuhannya berarti mengutamakan hak Tuhan dari dirinya. Adil
seseorang terhadap dirinya sendiri berarti kemampuannya dalam
mengendalikan dirinya terjerumus kepada kebinasaan. Adil seseorang
terhadap orang lain ialah kemampuannya berbuat baik terhadap orang
tersebut dan tidak menghianatinya.
Dalam tasawuf, adil diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
menahan gelora nafsunya, sehingga ia dapat mengendalikan kemarahan dan
syahwatnya dengan akal dan tuntunan syara’.
3. Al-Hukm16
Al-Hukm (jamaknya al-ahkam) secara etimologi sinonim dengan al-‘ilm,
al-fiqh, al-qada’ bi al-‘adl. Al-Hukm juga berarti menahan,kalau dikatakan
anda menghukumnya dengan demikian artinya ialah anda menahannya.
Hakim disebut dengan hakim karena ia mencegah (menahan) si zalim dari
berbuat aniaya.
Hukum merupakan suatu khitab (firman) tuhan terhadap mukallaf
menyangkut perbuatannya. Khitab itu juga boleh jadi berupa tuntunan
berbuat, memilih, atau membuat sesuatu menjadi berkait adanya yang lain
(al-wad’). Dari definisi tersebut kelihatan bahwa yang dikatakan hukum
dalam peradilan ialah keputusan hakim dalam suatu perkara yang
dihadapinya. Keputusan itu boleh berupa ucapan lisan dan boleh berupa teks
tulisan. Sifat keputusan itu adalah mengikat, dengan arti kata lain ia tidak
dapat dilanggar, kalau dilanggar akan mengakibatkan si pelanggar dikenai
sanksi pelanggaran.
15
Eka Putra, ISTILAH-ISTILAH DALAM PERADILAN ISLAM,diterbitkan oleh Jurusan Syariah
STAIN Kerinci,2014, vol.11 halaman 68-70
16
Eka Putra, ISTILAH-ISTILAH DALAM PERADILAN ISLAM,diterbitkan oleh Jurusan Syariah
STAIN Kerinci,2014, vol.11 halaman 70-72
9
Hukum islam sendiri secara umum dapat dibagi menjadi dua: Pertama,
hukum yang mengikat bila diundangkan, tetapi bila tidak diundangkan tidak
mengikat, seperti hukum minum khmar,judi dan sebagainya. Kedua, hukum
yang senantiasa mengikat dimanapun mukallaf berada, seperti sholat, puasa,
haji dan sebagainya.
4. Al-Ifta’17
Al-Fatwa atau al-Futya artinya adalah jawaban terhadap suatu problem
yang musikil dalam bidang hukum. Ahmad ibn Hanbal menyatakan bahawa
seseorang yang menyediakan diri untuk memberi fatwa memiliki 5 karakter,
yaitu:
a. Ia harus mempunyai niat yang tulus.
b. Ia harus berilmu, penyantun, terhormat dan tenang.
c. Ia harus mempunyai kemampuan fisik dan mengenal permasalahan yang
dihadapinya dengan baik.
d. Tidak cacat dan harus cerdas
e. Mengenal tipe manusia
10
5. Al-Ijtihad18
Itjihad adalah mengerahkan suatu kemampuan secara maksimal untuk
mencapai sesuatu. Itjihad adalah suatu proseskinerja intelektual dalam
mengistimbatkan hukum dari dalil-dalilnya, yang dilakukan dengan penuh
kesungguhan.
Ijtihad dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu ijtihad istimbat dan
ijtihad tatbiqi. Ijtihat istimbat mengacu kepada penalaran hukum dari
sumber-sumbernya, sedangkan ijtihad tatbiqi mngacu pada penerapan hukum
yang telah diistimbatkan. Untuk lebih jelasnya tentang kedua bentuk ijtihad
tersebut.
1. Ijtihad Istimbat
Jumlah ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadist Nabi SAW tentang
hukum relatif sedikit, disamping pada umumnya hanya memuat norma-
norma dasar yang bersifat umum dan global. Dengan prinsip berpengang
teguh pada alqur’an dan hadist para ulama bekerja keras melakukan
penalaran dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ketentuan
hukumnya tidak tegas ditentukan oleh nas-nas al-qur’an dan hadist.
Kesungguhan usaha semacam ini dalam ushul fiqh lazim disebut ijtihad,
dan ijtihad yang lebih banyak bertumpu pada proses penalaran terhadap
kandungan nas disebut ijtihad istimbat.
2. Ijtihad Tatbiqi
Yang dimaksud dengan ijtihad tatbiqi adalah suatu penelitian
terhadap suatu masalah yang dimana hukum akan diterapkan, guna
mengetahui kecocokannya dengan apa yang dimaksud oleh Al-qur’an
dan hadist. Dengan demikian kelihatan bahwa sasaran utama ijtihad
tatbiqi adalah bagaimana supaya suatu produk hukum dapat diterapkan
ditengah-tengah masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi yang
berkembang dalam masyarakat tersebut.
Jika ijtihad istimbat yang menjadi objek mujtahid adalah Al-Qur’an dan
hadist, maka pada ijtihad tatbiqi yang menjadi objek mujtahid adalah
masyarakat dengan segala situasi dan kondisinya senantiasa berubah.
18
Eka Putra, ISTILAH-ISTILAH DALAM PERADILAN ISLAM,diterbitkan oleh Jurusan Syariah
STAIN Kerinci,2014, vol.11 halaman 73-75
11
D. Sumber-Sumber Hukum Islam
Sumber hukum islam merupakan suatu rujukan, landasan, atau dasar
yang utama dalam pengambilan hukum. Ada 4 sumber hukum islam yang
dijadikan pedoman bagi umat islam yaitu Al-Qur’an, Hadist, Ijma’ dan Qiyas.
Imam Badruddin az-Zarkasyi (w. 794 H) dalam kitabnya Tasynif al-Masaami’bi
jam’i al-jawami’ li Taj ad-Din as-Subki (Mekkah: Maktbah Qurthubah,
1418/1998), menjelaskan sumber hukum islam sebagai berikut:
“Dan para imam mazhab sepakat bahwa dalil-dalil syariat tidak terbatas pada
keempat dalil tersebut (al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, dan Qiyas), di mana terdapat
dalil syariat lainnya…”19
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai Mukjizat yang paling
besar dan agung, melalui Malaikat Jibril dengan jalan mutawatir sebagai
petunjuk bagi seluruh manusia, dan merupakan pahala bagi yang
membacanya.
Dari segi bahasa atau etimologi, istilah Al Qur’an berasal dari Bahasa
Arab, yakni merupakan suatu jamak (banyak) dari masdar fi’il, yaitu qara’a -
yaqra’u-qur’anan yang artinya adalah “bacaan” atau lebih mudahnya
“sesuatu yang dibaca berulang-ulang”.
Menurut Muhammad Ali ash-Shabumi, definisi Al-Qur’an adalah firman
Allah SWT yang paling mulia dan diturunkan Nabi Muhammad melalui
perantara malaikat jibril, yang ditulis dalam bentyk mushaf-mushaf dan
disampaikan secara mutawatir.20
Al Quran merupakan sumber hukum Islam pertama dan utama dalam
menghukumi persoalan dalam kehidupan. Dalil Al Quran sebagai dasar
hukum disebutkan dalam Surat Az Zukhruf ayat 43. Allah SWT berfirman:
19
Kastolani, 4 Sumber Hukum Islam, Pengertian/Penjelasan Lengkap dengan Dalil, 2022 diakses di
https://www.inews.id/lifestyle/muslim/sumber-hukum-islam/2
20
M. Hardi, Memahami 4 Sumber Hukum Islam yang Telah Disepakati Lebih Dalam, diakses di
https://www.gramedia.com/literasi/sumber-hukum-islam/
12
Artinya : maka, berpegang teguhlah pada (Al-Qur’an) yang telah
diwahyukan kepadamu, sesungguhnya engkau berada dijalan yang lurus.21
Sebagai sumber hukum Islam, ada beberapa hal yang disampaikan secara
rinci dalam Al-Quran dan ada juga yang disampaikan secara umum.
Misalnya saja terkait dengan ibadah yang dijelaskan secara rinci. Sedangkan
untuk masalah yang lainnya tidaklah dijelaskan dengan rinci. Oleh karena
itu, dibutuhkanlah sumber hukum Islam lainnya sebagai pendukung agar
nantinya Al-Quran bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta
menjadi pedoman ketika muncul suatu permasalahan.
2. Hadits
Sumber hukum Islam yang kedua adalah hadits. Melalui hadits inilah
yang akan memberikan penjelasan lebih lanjut dari apa yang tercantum di
Al-Quran. Hadits adalah satu dari 4 sumber hukum Islam yang disepakati
para ulama. Hadits menjadi rujukan bagi umat muslim untuk menjelaskan
hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Quran.
Dikutip dari buku Memahami Ilmu Hadits oleh Asep Herdi, secara
etimologis hadits dimaknai sebagai jadid, qorib, dan khabar. Jadid adalah
lawan dari qadim yang artinya yang baru. Sedangkan qarib artinya yang
dekat, yang belum lama terjadi. Sementara itu, khabar artinya warta yaitu
sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada yang
lainnya.
Sedangkan pengertian hadits secara terminologi adalah sabda, perbuatan,
dan persetujuan dari Rasulullah SAW. Sedangkan secara bahasa, hadis
berarti perkataan, percakapan, berbicara. Definisi hadits dikategorikan
menjadi tiga, yaitu perkataan nabi (qauliyah), perbuatan nabi (fi’liyah), dan
segala keadaan nabi (ahwaliyah). Sebagian ulama seperti at-Thiby
berpendapat bahwa hadits melengkapi sabda, perbuatan, dan taqrir nabi.
Hadits juga melengkapi perkataan, perbuatan, dan taqrir para sahabat dan
Tabi’in.22
21
Kastolani, 4 Sumber Hukum Islam, Pengertian/Penjelasan Lengkap dengan Dalil, 2022 di akses di
https://www.inews.id/lifestyle/muslim/sumber-hukum-islam/2
22
M. Hardi, Memahami 4 Sumber Hukum Islam yang Telah Disepakati Lebih Dalam, diakses di
https://www.gramedia.com/literasi/sumber-hukum-islam/
13
Dalil hadis sebagai sumber hukum Islam yakni berdasarkan sabda Nabi
SAW: Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan sebagai
sumber atau dalil kedua setelah Al Quran dan mempunyai kekuatan untuk
ditaati serta mengikat untuk semua umat Islam. Diriwayatkan dari Imam
Malik bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
“Aku telah tinggalkan kepada kalian dua hal yang jika kalian berpegang
teguh kepadanya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah dan sunah nabi-Nya.”
(HR. Malik dalam al-Muwatha‘).23
Kedudukan hadits adalah sebagai penguat dan memberikan keterangan
ketika penjelasannya tidak tercantum di dalam Al-Quran. Apa yang
disampaikan dalam hadits adalah hukum yang sudah ditetapkan oleh Nabi
Muhammad SAW yang merupakan petunjuk dari Allah SWT dan bisa juga
dari hasil ijtihad.
3. Ijma’
14
menggunakan Al-Qur’an dan hadits sebagai dasar menetapkan Ijma.
Pengertian Ijma penting dipahami ketika mempelajari hukum Islam. Secara
bahasa, ijma adalah mengumpulkan masalah yang setelah itu diberi hukum
atas masalah tersebut lalu diyakini. 24
4. Qiyas
Sumber hukum Islam yang terakhir adalah qiyas. Qiyas sendiri secara
bahasa adalah tindakan mengukur sesuatu yang kemudian dinamakan.
Sedangkan secara istilah, qiyas adalah penetapan hukum pada suatu
perbuatan yang saat itu belum ada ketentuannya dan kemudian didasarkan
dengan yang sudah ada ketentuannya.25
Qiyas adalah sumber hukum yang menjadi penengah apabila ada suatu
permasalahan. Apabila ditemukan permasalahan yang tidak ditemukan
solusi di Al-Quran, Hadits, Ijma’ maka dapat ditemukan dalam
qiyas. Qiyas adalah menjelaskan sesuatu yang tidak disebutkan dalam tiga
hal tadi (Al-quran, hadits dan Ijma’) dengan cara membandingkan atau
menganalogikan menggunakan nalar dan logika. 26
Jumhur ulama mempergunakan qiyas sebagai dasar hukum pada hal-hal
yang tidak jelas nashnya baik dalam Al-Quran, hadits, pendapat maupun
ijma ulama. 27
24
M. Hardi, Memahami 4 Sumber Hukum Islam yang Telah Disepakati Lebih Dalam, diakses di
https://www.gramedia.com/literasi/sumber-hukum-islam/
25
M. Hardi, Memahami 4 Sumber Hukum Islam yang Telah Disepakati Lebih Dalam, diakses di
https://www.gramedia.com/literasi/sumber-hukum-islam/
26
Ridwan Karim, Pengertian Hukum Islam : Sumber, Pembagian, Tujuan dan Contoh Hukum, 2022 di
akses di https://deepublishstore.com/materi/pengertian-hukum-islam/
27
Kastolani, 4 Sumber Hukum Islam, Pengertian/Penjelasan Lengkap dengan Dalil, 2022 di akses di
https://www.inews.id/lifestyle/muslim/sumber-hukum-islam/2
15
dan usaha. Oleh karenanya dapat dibenarkan jika dikatakan bahwa perikatan
merupakan pranata sosial yang ditemukan oleh peradaban umat manusia
untuk mendukung kehidupannya sebagai makhluk sosial.28
Hukum perikatan Islam adalah hukum Islam yang diadopsi dalam fiqih
bidang muamalah yang mengatur perilaku manusia di dalam menjalankan
hubungan ekonominya.
Sedangkan menurut Profesor Doktor Haji Muhammad Tahir Azhary,
SH., Hukum Perikatan Islam adalah sebuah seperangkat kaidah hukum yang
bersumber dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijtihad para ulama yang mengatur
tentang hubungan antara dua orang atau lebih mengenai suatu benda yang
diarahkan menjadi objek suatu transaksi.
Kaidah-kaidah hukum yang berlaku pada konsep Hukum Perikatan Islam
ini memanglah bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam, tetapi kaidah-kaidah ini tidak lepas dari fungsi fikih sebagaimana
pemahaman dari syariah yang dibentuk oleh beberapa ulama mazhab yang
memiliki kemampuan atau kriteria keilmuan yang tinggi dalam mengkaji
sebuah hukum mentah di dalam Al-Qur’an dan Hadis. Atau yang kita sering
sebut sebagai Imam Mujtahid. Di Indonesia sendiri terdapat 4 mazhab
masyhur yang diakui, yaitu Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan
Imam Hambali. Sedangkan di Indonesia mayoritas mengikuti Imam Syafi’i.
Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan bahwa ada sebuah keterkaitan
antara Hukum Perikatan Islam, khususnya yang bersifat perdata dengan
prinsip kepatuhan dalam menjalankan ajaran agama Islam yang
ketentuannya terdapat dalam sumber-sumber hukum Islam tersebut.29
29
Diakses di https://www.abusyuja.com/2020/08/pengertian-hukum-perikatan-islam.html
16
Para ahli Hukum Islam membedakan khiyar yang bersumber dari kedua
belah pihak yang melakukan perikatan seperti khiyar syarath dan khiyar
ta’yin, dan khiyar yang bersumber dari syara’ itu sendiri seperti khiyar ‘aib,
khiyar ruyah dan khiyar majelis.
1. Khiyar Syarath
Khiyar Syarath Adalah hak memilih antara melangsungkan atau
membatalkan perikatan yang telah terjadi, bagi masing-masing, atau
salah satu pihak dalam waktu tertentu. Para ahli hukum Islam sepakat
bahwa khiyar syarath ini dibenarkan dalam suatu perikatan dengan
tujuan untuk memelihara hak-hak para pihak dari unsure penipuan yang
mungkin terjadi.
2. Khiyar Ta’yinn
Adalah hak pilih bagi pembeli dalam menentukan barang yang
menjadi objek perikatan. Khiyar at-Ta’yin berlaku apabila objek
perikatan hanya satu dari sekian banyak barang yang berbeda kualitas
dan harganya dan satu pihak pembeli, misalnya diberi hak menentukan
mana yang akan dipilihnya.
3. Khiyar ‘Aib
Adalah hak untuk membatalkan atau melangsungkan kontrak
bagi kedua belah pihak yang mengadakan perikatan, apabila terdapat
suatu cacat pada objek perikatan dan cacat ini tidak diketahui pemiliknya
ketika perikatan berlangsung.
4. Khiyar ‘Ru’yah
Adalah hak pilih bagi pembeli untuk menyatakan berlaku atau
batal jual beli yang ia lakukan terhadap suatu objek yang belum ia lihat
ketika perikatan berlangsung. Dasar hukum dari khiyar ar-Ru’yah ini
adalah Hadis Riwayat al-Daruqutni dari Abu Hurariah r.a. yang artinya:
“siapa yang membeli sesuatu yang belum ia lihat, maka ia berhak khiyar
apabila telah melihat barang itu”.
5. Khiyar Majelis
Adalah hak pilih bagi kedua belah pihak yang berperikatan untuk
meneruskan atau tidak meneruskan perikatan selama keduanya masih
17
dalam majelis akad sebelum berpisah. Khiyar Majelis hanya berlaku
dalam perikatan yang bersifat mengikat kedua belah pihakseperti jual
beli dan sewa menyewa.
3. Konsep Perikatan Hukum Islam
Berdasarkan KUH Perdata Pasal 12 33 dinyatakan bahwa perikatan
lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang. Dalam pasal ini
terdapat istilah perikatan dan juga istilah persetujuan/ perjanjian. Menurut
Syamsul Anwar, istilah perikatan dalam bahasa Belanda disebut sebagai
verbintenis, sedangkan persetujuan (yang juga diidentikan dengan perjanjian
dan bahkan juga dengan istilah kontrak) memiliki padanan kata dengan
overeenkomst. Dalam hukum Islam kontemporer, perikatan (verbintenis)
memiliki padanan kata dengan “iltizâm”, sedangkan istilah perjanjian/
kontrak/ overeekomst memiliki padanan kata dengan kata “`aqd” (akad).
Penggunaan istilah akad sebagai padanan kata “kontrak” (contract) juga
disetujui beberapa sarjana seperti oleh Linquat Ali Khan, Hasan S. Karmi,
dan Edward William.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan secara singkat bahwa padanan
kata yang digunakan untuk menjelaskan makna perikatan adalah iltizâm dan
verbintenis, sedangkan padanan kata untuk istilah persetujuan adalah
perjanjian, kontrak, contract, overeekomst, dan juga `aqd (akad).
Konsep iltizâm/ perikatan dalam hukum Islam, menurut Syamsul Anwar
dapat diartikan sebagai:“Terisinya dzimmah seseorang atau suatu pihak
dengan suatu hak yang wajib ditunaikanya kepada orang lain atau pihak
lain.”
Istilah dzimmah, digunakan oleh para fukaha ketika membahas tentang
hubungan perutangan antara dua pihak atau lebih. Secara bahasa arti
dzimmah adalah tanggungan, sedangkan secara istilah artinya adalah suatu
wadah dalam diri seseorang yang menampung hak dan kewajiban. Maka bisa
dikatakan jika seseorang mempunyai hutang hak kepada orang lain, maka
dzimmah orang tersebut telah terisi.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut diatas, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan bahwa Hukum Islam bersumber pada Al-Quran dan hadist, sistem
hukum yang mewarnai sistem hukum nasional adalah sistem hukum barat,
hukum adat dan sistem hukum Islam. Dari ketiga sistem hukum tersebut hukum
Islamlah ke depan yang lebih berpeluang memberi masukan bagi pembentukan
19
hukum nasional, karena selain mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam,
juga karena sistem hukum barat/kolonial sudah tidak berkembang lagi sejak
kemerdekaan Indonesia, sementara hukum adat juga tidak memperlihatkan
sumbangsih yang besar bagi pembangunan hukum nasional, sehingga harapan
utama dalam pembentukan hukum nasional adalah sumbangsih hukum Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Khuluq,Khusnul,M. (2022). Sistem Hukum di Pengadilan Berbasis Agama. Di akses di
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/sistem-hukum-di-
pengadilan-berbasis-agama
Ali, Daud, Mohammad.(2002). Hukum Islam: Pengantar Tata Hukum dan Tata Hukum
Islam di Indonesia (edisi ke-10). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
20
Rohidin. (2016). PENGANTAR HUKUM ISLAM ( edisi ke 1). Yogyakarta: Percetakan
Muhammadiyah “Gramasurya”.
Hardi,M. Memahami 4 Sumber Hukum Islam yang Telah Disepakati Lebih Dalam.
Diakses di https://www.gramedia.com/literasi/sumber-hukum-islam/
https://www.studocu.com/id/document/universitas-andalas/pendidikan-agama/hukum-
islam-merupakan-bagian-dari-agama-islam/5453423
http://elearning.iainkediri.ac.id/enrol/index.php?id=2936#:~:text=Hukum%20perikatan
%20Islam%20merupakan%20pengetahuan,dalam%20kegiatan%20bisnis
%20dan%20usaha.
https://www.abusyuja.com/2020/08/pengertian-hukum-perikatan-islam.html
21
22