Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyalesaikan tugas makalah
kami yang berjudul “Hukum dan Islam” dengan tepat waktu guna memenuhi tugas dari mata
kuliah “Pendidikan Agama Islam”.
Shalawat serta salam marilah kita haturkan kepada baginda alam, junjungan serta tauladan
seluruh umat, yaitu Rasulullah SAW Rahmatallil’alamiin. Yang telah membawa masyarakat
dari zaman jahilliyah menuju zaman islamiyah yang sangat maju seperti saat sekarang ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis meminta maaf dan berharap kepada seluruh pembaca untuk memberikan kritik
dan saran yang membangun demi penyempurnaan tugas ini. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.2.1. Al-quran...............................................................................................................6
2.2.3. Ijma’.....................................................................................................................7
2.2.4. Qiyas....................................................................................................................7
3.1. Kesimpulan................................................................................................................11
3.2. Saran..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
i
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum adalah komponen yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat, dan
pada dasarnya hukum itu adalah masyarakat itu sendiri. Setiap tingkah laku masyarakat
selalu di monitor oleh hukum, baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak
tertulis. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang memiliki penduduk mayoritas
beragama islam, secara sengaja maupun tidak sengaja hal tersebut mempengaruhi
terbentuknya suatu aturan hukum yang berlandaskan atas agama Islam.
Walaupun merupakan bagian integral syari’ah Islam dan memiliki peran
signifikan, kompetensi dasar yang dimiliki hukum Islam. Tidak banyak dipahami
secara benar dan mendalam oleh masyarakat, bahkan oleh kalangan ahli hukum itu
sendiri. Sebagian besar kalangan beranggapan, tidak kurang diantaranya kalangan
muslim, menancapkan kesan kejam, incompatible dan off to date dalam konsep hukum
Islam.Ketakutan ini akan semakin jelas adanya apabila mereka membincangkan
hukum pidana Islam, ketentuan pidana potong tangan, rajam, salab dan qisas telah off to
date dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusian.
Sedikit kita tilik, pada hakikatnya hukum islam sangat adil (terutama hukum
pidana) dan hukumannya pun dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku dan dapat
menjadi pelajaran bagi yang lain. Tetapi untuk pelaksanaan hukuman untuk si pelaku
cukup sulit, semisal pidana potong tangan bagi yang mencuri, eksekusi tidak bisa
dilaksanakan sebelum mendatangkan 4 saksi, 4 saksi harus disumpah untuk membuktikan
kebenarannya. Jadi salah apabila ada orang yang mengatakan bahwasanya hukum islam
itu sangat kejam dan tidak pantas diterapkan karena tidak manusiawi. Hal ini
disebabkan ia belum memahami benar hukum islam secara menyeluruh. Bila kita
memahami benar prinsip hukum islam, kita akan mengetahui betapa adil dan membawa
kemaslahatan bagi seluruh lapisan masyarakat, karena tidak memandang jabatan atau
pangkat sekalipun itu raja apabila bersalah wajib menerima hukuman sesuai ketentuan
yang berlaku
12
1.2. Rumusan Masalah
12
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama
islam. Dalam konsepsi hukum Islam , dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh
Allah SWT. yang diatur tidak hanya hubungan manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat termasuk dirinya sendiri dan benda serta alam semesta,tetapi juga hubungan
manusia dengan Tuhan. Dalam sistem hukum Islam terdapat lima kaidah yang
dipergunakan untuk mengukur perbuatan manusia baik di bidang ibadah maupun di
bidang mu’amalah. Kelima jenis kaidah tersebut dinamakan al-ahkam al-khamsah atau
penggolongan hukum yang lima yakni jaiz atau mubah atau ibahah, sunnah, makruh,
wajib, dan haram. Dalam pembahasan kerangka dasar agama islam disebutkan bahwa
komponen kedua agama Islam adalah syari’at yang terdiri dari dua bagian yakni ibadah
dan mu’amalah. Adapun ilmu yang membahas tentang syari’at disebut dengan ilmu fikih.
خَصي ًما
ِ َك ٱهَّلل ُ ۚ َواَل تَ ُكن لِّ ْلخَٓائِنِين
َ اس بِ َمٓا أَ َر ٰى َ َإِنَّٓا أَن َز ْلنَٓا إِلَ ْيكَ ْٱل ِك ٰت
ِّ ب بِ ْٱل َح
ِ َّق لِتَحْ ُك َم بَ ْينَ ٱلن
Innā anzalnā ilaikal-kitāba bil-ḥaqqi litaḥkuma bainan-nāsi bimā arākallāh, wa lā
takul lil-khā`inīna khaṣīmā
12
Setiap apapun yang diisyaratkan oleh Allah bagi manusia, makahal itu akan
menuntun kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dengan demikian, menaati ketentuan-
ketentuan hukum syariat itu, tidak lain adalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri
dimanapun ia berada. Semakin banyak manusia menjalankan syariat maka semakin
banyak pula kemaslahatan dan kebaikan hidup yang akan diperolehnya.
1. Bersifat Menyeluruh.
Di antara karakter Hukum Islam yang terpenting adalah bersifat menyeluruh dan
tidak bisa dipisah-pisahkan. Selain karena pemisahan itu berlawanan dengan tujuan
Syari’at, juga nash sendiri melarang pengambilan sebagian hukum-hukum syari’at dengan
meninggalkan bagian yang lain. Dalam hal ini lihatlah firman Allah pada surah al-
Baqarah 85, dan an-Nisa’ 150 :
ض ٍ ْض َو َن ْكفُ ُر ِب َبع ٍ ْون ُن ْؤمِنُ ِب َبع ۟ ُون أَن ُي َفرِّ ق
َ ُوا َبي َْن ٱهَّلل ِ َو ُر ُسلِهِۦ َو َي ُقول َ ُون ِبٱهَّلل ِ َو ُر ُسلِهِۦ َوي ُِري ُد َ إِنَّ ٱلَّذ
َ ِين َي ْكفُر
وا َبي َْن ٰ َذل َِك َس ِبياًل
۟ ون أَن َي َّتخ ُِذ
َ َوي ُِري ُد
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul Nya, dan
bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya,
dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap
sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan
(tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir).
Cara lain dari hubungan umat islam dengan hukum islam adalah bahwa syari’at
Islam mewajibkan kepada pemeluknya mempunyai akhlak yang utama. Orang yang
menegakkan syariat, orang yang membentuk kepribadian dan akhlaknya kepada pencipta-
Nya, makhluk, dan alam sekitarnya. Orang yang berakhlak demikian akan mengurangi
hawa nafsu melakukan tindakan criminal.
12
3. Merasa di dalam Pengawasan Allah
Islam adalah agama yang diisyaratkan Allah untuk umat akhir zaman. Karena itu,
Allah memberikan suatu kelebihan kepada syariat ini untuk mampu berdaptasi dalam
mewujudkan kemashlahatan bagi umat manusia di akhir zaman tersebut. Ajaran-ajaran
Islam selalu bersifat fleksibel dalam merespons segala sesuatu yang muncul. Dasar-dasar
hukum untuk merespons segala keadaan dan tempat telah dijelaskan oleh Allah di dalam
Al-Quran dan Sunnah. Karena itulah syariat Islam akan mampu menjadi pedoman hidup
manusia hingga akhir zaman.
12
2.2. Sumber-sumber dan Dalil-dalil Hukum Islam
Sumber hukum Islam yang disepakati oleh jumhur ahli fikih ada dua, yaitu Al-
Quran dan Sunnah (Hadis). Sementara itu, dalil hukum yang tidak diperselisihkan ada
empat, yaitu Al-quran, Sunnah, Ijma’, dan qiyas. Hukum-hukum yang diambil dari
sumber-sumber hukum tersebut mesti diikuti sesuai dengan tunjukkannya. Sebagian
penulis buku usul fikih memasukkan ijma’ dan qiyas ke dalam pembagian sumber hukum
Islam, sehingga sumber hukum Islam itu adalah Al-Quran, Sunnah, Ijma’, dan qiyas.
Masing-masing dari keempat dalil atau sumber hukum Islam tersebut akan
dijelaskan berikut ini :
2.2.1. Al-quran
Alquran ialah kitab suci dari Tuhan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Dengan perantaraan malaikat Jibril a.s dan dituliskan di dalam mushaf, dimulai
dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas serta berpahala membacanya.
Sunnah ialah setiap yang diriwayatkan dari Rasulullah saw. Berupa kata-kata,
perbuatan, atau pengakuan. Dari pengertian ini kita dapat mengetahui bahwa Sunnah
Rasul dibagi menjadi tiga, yaitu Sunnah qauliyah, Sunnah fi’liyah dan Sunnah taqririyah.
Dari segi banyak sedikitnya orang yang meriwayatkan, Hadis (Sunnah) dibagi
menjadi tiga, yaitu :
12
1) Hadis mutawatir, yaitu yang diriwayatkan oleh orang banyak sejak Rasul SAW
sampai masa ia dibukukan.
2) Hadis masyhur, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh banyak orang, pada permulaan
tingkatan tetapi tidak sebanyak orang yang meriwayatkan hadis mutawir.
3) Hadis ahad, yaitu Hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah saw, oleh perseorangan
sampai kepada masa kemudian.
2.2.3. Ijma’
Dimaksud dengan Ijma’ adalah kebulatan pendapat semua ulama mujtahid dari
ummat Islam atas suatu pendapat (hukum) yang disepakati oleh mereka, baik dalam
suatu pertemuan atau berpisah-pisah, maka hukum tersebut mengikat, wajib diaati, dan
dalam hal ini ijma’ merupakan dalil qath’i (pasti). Namun, ketika hukum tersebut hanya
pendapat kebanyakan mujtahid, maka hanya dianggap sebagai dalil zhanni (dugaan
kuat).
Ijma’ harus mempunyai dasar, yaitu Al-Quran dan Sunnah Rasul saw. Sebab,
Ijma’ tidak boleh didasarkan atas kemauan atau hawa nafsu melainkan harus ditegakkan
berdasarkan aturan-aturan Syara’ dan ruhnya. Ia diterapkan ketka tidak terdapat nas dari
Alquran dan Sunnah secara tegas yang menjelaskannya.
2.2.4. Qiyas
Dimaksud dengan qiyas ialah mempersamakan hukum dari peristiwa yang belum
ada ketentuannya dengan hukum pada persitiwa yang sudah ada ketentuannya. Sebab
antara kedua persitiwa tersebut terdapat segi-segi persamaan (‘illat).
Rukun qiyas ada empat, yaitu adanya ashl, furu’, ‘illah, dan hukum. Ashl adalah
sesuatu yang telah ditetapkan hukumnya oleh nash. Furu’ adalah sesuatu yang hukumnya
tidak dijelaskan nash, namun mujtahid ingin menyamakan hukumnya dengan hukum ashl.
Hukum, yaitu ketetapan atau hukum syara’ yang di tetapkan nash pada ashl. ‘Illat, yaitu
suatu sifat yang ditemukan pada ashl (hukum yang memiliki nash) yang dibangun diatas
sifat itu hukum syara’ ditegakkan.
12
B. PEMBAGIAN HUKUM ISLAM
Ketentuan Syari’ terhadap mukallaf (orang yang telah dibebani hukum) ada tiga
bentuk, yaitu tuntutan, pilihan, dan wadh’i. Ketentuan yang dinyatakan dalam bentuk
tuntutan disebut hukum taklifi, yang dalam bentuk pilihan disebut takhyiri, sedang yang
mempengaruhi perbuatan taklifi disebut hukum wadh’i.
a. Wajib
Dimaksud dengan wajib dalam pengertian hukum islam adalah ketentuan yang
menuntut para mukallaf untuk melakukannya dengan tuntutan yang mengikat, serta diberi
pahala bagi yang melaksanakannya dan ancaman dosa bagi yang meninggalkannya.
b. Mandub
Mandub terbagi tiga, yaitu sunnah mu’akkadah, za’idah, dan fadhillah. Sunnah
mu’akkadah adalah ketentuan syara’ yang tidak mengikat tetapi sangat penting. Sunnah
za’idah adalah ketentuan syara’ yang tidak mengikat dan tidak sepenting Sunnah
mu’akkadah. Sedangkan Sunnah fadhilah adalah mengikuti tradisi Rasulullah saw. Dari
segi kebiasaan-kebiasaan kulturalnya.
c. Haram
12
Dimaksud dengan haram adalah tuntutan Syari’ kepada mukallaf untuk
meninggalkannya dengan tuntutan yang mengikat, beserta imbalan pahala bagi yang
menaatinya, dan balasan dosa bagi yang melanggarnya.
Haram ada dua, yaitu haram zati dan haram ‘aradhi. Haram zati adalah
perbuatan-perbuatan yang telah diharamkan oleh Syari’ semenjak perbuatan itu lahir
Sedang yang dimaksud dengan haram ‘aradhi adalah perbuatan-perbuatan yang pada
awalnya tidak haram, namun menjadi haram.
d. Makruh
Jumhur ulama berpendapat bahwa makruh itu hanya satu, yaitu sebatas perbuatan
yang dilarang dengan larangan yang tidak mengikat. Akan tetapi, Abu Hanifah
membaginya pada dua bagian, yaitu makruh tahrim dan makruh tanzih. Makruh tahrim
menurutnya adalah ketentuan syara’ yang dituntut untuk meninggalkan secara mengikat,
namun dengan dalil yang zani (dugaan kuat). Sedangkan makruh tanzih sama maknanya
seperti makruh yang dikemukakan para ulama lainnya.
a. Hukum Wadhi’
12
terwujudnya perbuatan-perbuatan taklifi lain yang terikat langsung dengan ketentuan-
ketentuan wadhi’ tersebut.
1) Sabab
Sabab, sebagaimana diungkapkan para ulama fikih, adalah sesuatu yang tampak
dan jelas yang dijadikan oleh Syari’ sebagai penentu adanya hukum.
2) Syarath
Dimaksud dengan syarath adalah sesuatu itu terwujud atau tidak tergantung
kepadanya. Kalau syarath tidak terpenuhi, maka perbuatan taklifi-nya tidak diterima
secara hukum. Berbeda dengan sabab, di sini setiap ada syarath pasti ada hukum, sah atau
tidak.
3) Mani’
Mani’ merupakan suatu keadaan atau perbuatan hukum yang dapat menghalangi
perbuatan hukum lain. Adanya mani’ membuat ketentuan lain menjadi tidak dapat
dijalankan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama islam.
Tujuan Hukum Islam adalah pertama, untuk memenuhi keperluan hidup manusia
yang bersifat primer, sekunder, dan tertier yang dalam kepustakaan hukum Islam disebut
dengan istilah daruriyyat, hajjihyat dan tahnissiyat. Kedua, untuk ditaati dan dilaksanakan
oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, supaya dapat ditaati dengan baik dan
benar, manusia wajib meningkatkan kemampuannya memahami hukum Islam dengan
mempelajari usul al-figh yakni dasar pembentukan dan pemahaman hukum Islam sebagai
metodologinya.
Sumber hukum islam ialah segala sesuatu yang dijadikan pedoman atau yang
menjadi sumber syari’at islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad (Sunnah
Rasulullah SWA). Sebagian besar pendapat ulama ilmu fiqih sepakat bahwa pada
prinsipnya sumber utama hukum islam adalah Al-Qur’an dan Hadist.
3.2. Saran
Demikian makalah ini penulis susun. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki makalah ini kedepannya, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
12
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Ramli, MA, dkk. 2021. Islam Kaffah (pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan
Tinggi) : Medan-Indonesia.
12