Puji syukur kami ucpkan atas ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas membuat
makalah “KONSEP HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM”.
Makalah ini dapat kami selesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak, terutama rekan-rekan yang terlibat dalam penulisan makalah
ini. Makalah ini dapat kami selesaikam berkat adanya bantuan dari berbagai pihak.
Penulis
B. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian, ciri , ruang lingkup, tujuan, sumber dan
fungsi hukum islam
2. Untuk mengetahui persepsi ham menurut barat dan islam
3. Untuk mengetahui sikap muslim terhadap HAM
4. Untuk mengetahui macam-macam hak dalam islam
5. Untuk mengetahui tema utama ham
BAB II
PEMBAHASAN
A. HUKUM ISLAM
1. Pengertian Hukum Islam
Hukum Islam adalah hukum yang berasal dari agama Islam, Yaitu hukum yang diturunkan oleh
Allah untuk kemaslahatan hamba-hambaNya di dunia dan akhirat.
Perkataan "yang diturunkan oleh Allah" dalam definisi di atas menunjukkan bahwa hukum
Islam itu ciptaan Aliah, bukan ciptaan manusia. Hal ini karena yang berhak dan berwenang
membuat hukum adalah Allah. Allah mempunyai hak perogratif untuk membuat dan
menciptakan hukum, yaitu antara lain menghalalkan sesuatu dan mengharamkan yang lainnya.
Jika Rasulullah Muhammad SAW. itu juga menghalaikan dan mengharamkan sesuatu
sebagaimana Allah lakukan, hal itu karena Allah juga yang memberi beliau kewenangan dan
Allah juga yang memerintahkan umat Islam untuk mentaati beliau. Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri di antara
kamu." (QS. An-Nisaak: 59).
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu,
maka tinggalkanlah." (QS. Al- Hasvr: 7)
Hukum Islam dibagi atas dua macam oleh para fuqaha, yaitu:
1. Yang bersifat perintah, larangan, atau pilihan. Golongan ini bernama Hukum Takliefy yang
terbagi atas lima yaitu wajib, sunat, mubah, makruh, dan haram.
2. Yang bersifat menunjukkan keadaan-keadaan tertentu yang dikualifikasi sebagai sebab atau
syarat atau halangan bagi berlakunya hukum. Golongan ini bernama Hukum Wadhi'i.
2. Tentang syarat, syarat adalah sesuatu yang padanya bergantung adanya sesuatu hukum yang
berlaku, terdiri dari:
a. Syarat yang menyempurnakan sebab, misalnya jatuh tempo pembayaran zakat menjadi
syarat untuk mengeluarkan zakat atas harta benda yang sudah mencapai jumlah tertentu
untuk dikenakan zakat.
b. Syarat yang menyempurnakan sebab, misalnya berwudhu dan menghadap kiblat adalah
menyempurnakan hakikat shalat.
c. Halangan (maani), maani adalah sesuatu yang karena adanya menghalangi berlakunya
ketentuan hukum, terdiri dari:
1) Maani yang mempengaruhi sebab, misalnya ahli waris membunuh pewaris sehingga
terhalang untuk menerima warisan.
2) Maani yang mempengaruhi akibat, misalnya ayah yang membunuh anaknya sendiri
seharusnya dikenakan hukuman qisas, tetapi karena statusnya sebagai bapak
menghalangi dijatuhkannya hukuman qisas.
b. As-Sunah
Sunnah secara kamus berarti 'cara yang dibiasakan' atau cara yang terpuji. Sunnah
lebih umum disebut hadits yang mempunyai beberapa arti: dekat, baru, berita. Dari arti-arti
di atas maka yang sesuai untuk pembahasan ini adalah hadits dalam arti khabar, seperti
dalam firman Allah Secara kamus menurut ulama ushul fiqh adalah semua yang bersumber
dari Nabi saw, selain Al-Qur'an baik berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan. Adapun
hubungan Al-Sunnah dengan Al-Qur'an dilihat dari sisi materi hukum yang terkandung di
dalamnya sebagai berikut :
1) Muaqqid yaitu menguatkan hukum suatu peristiwa yang telah ditetapkan Al-
Qur'an dikuatkan dan dipertegas lagi oleh Al-Sunnah, misalnya tentang
Shalat, zakat terdapat dalam Al-Qur'an dan dikuatkan oleh Al-sunnah.
2) Bayan yaitu al-Sunnah menjelaskan terhadap ayat-ayat Al-Qur,an yang
belum jelas, dalam hal ini ada empat hal :
a) Memberikan perincian terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang masih mujmal,
misalnya perintah shalat dalam Al-Qur'an yang mujmal, diperjelas
dengan Sunnah demikian juga tentang zakat, haji dan shaum.
b) Membatasi kemutlakan (taqyid al-muthlaq) Misalnya: Al-Qur'an memerintahkan untuk
berwasiat, dengan tidak dibatasi berapa jumlahnya
kemudian Al-Sunnah membatasinya.
c) Mentakhshishkan keumuman, Misalnya: Al-Qur‟an mengharamkan
tentang bangkai, darah dan daging babi, kemudian Al-Sunnah mengkhususkan dengan
memberikan pengecualian kepada bangkai ikan laut, belalang, hati dan limpa.
d). Menciptakan hukum baru. Rasulullah melarang untuk binatang buas dan yang bertaring
kuat, dan burung yang berkuku kuat, dimana hal ini tidak disebutkan dalam Al-Qur'an.
c. Ijma’
Ijma menurut bahasa dan istilah dijelaskan dalam arti bahasa yang mempunyai dua arti, yang
pertama adalah berusaha bertekad terhadap sesuatu. Sedangkan kedua artinya kesepakatan.
6. Fungsi
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri manusia membutuhkan
pertolongan satu sama lain dan memerlukan organisasi dalam memperoleh kemajuan dan
dinamika kehidupannya. Setiap individu dan kelompok sosial memiliki kepentingan. Namun
demikan kepentingan itu tidak selalu sama satu saama lain, bahkan mungkin bertentangan. Hal
itu mengandung potensi terjanya benturan daan konflik. Maka hal itu membutuhkan aturan
main. Agar kepentingan individu dapat dicapai secara adil, maka dibutuhkan penegakan aturan
main tersebut. Aturan main itulah yang kemudian disebut dengan hukum islam yang dan
menjadi pedoman setiap pemeluknya.
Dalam hal ini hukum islam memiliki tiga orientasi, yaitu:
Orientasi tersebut tidak hanya bermanfaat bagi manusia dalam jangka pendek dalam kehidupan
duniawi tetapi juga harus menjamin kebahagiaan kehidupan di akherat yang kekal abadi, baik
yang berupa hukum-hukum untuk menggapai kebaikan dan kesempurnaan hidup (jalbu al
manafi’), maupun pencegahan kejahatan dan kerusakan dalam kehidupan (dar’u al-mafasid).
Begitu juga yang berkaitan dengan kepentingan hubungan antara Allah dengan makhluknya
maupun kepentingan orientasi hukum itu sendiri.
Sedangkan fungsi hukum islam dirumuskan dalam empat fungsi, yaitu:
a. Fungsi ibadah
Dalam adz-Dzariyat: 56, Allah berfirman: “Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan
untuk beribadah kepadaKu”. Maka dengan daalil ini fungsi ibadah tampak palilng menonjol
dibandingkan dengan fungsi lainnya.
b. Fungsi amr makruf naahi munkar (perintah kebaikan dan peencegahan kemungkaran).
Maka setiap hukum islam bahkan ritual dan spiritual pun berorientasi membentuk mannusia
yang yang dapat menjadi teladan kebaikan dan pencegah kemungkaran.
B. HAM ISLAM
1. Persepsi HAM
Menurut barat dari islam Ada perbedaan prinsip antara HAM dilihat dari sudut pandangan
Barat dan Islam. HAM menurut pemikiran Barat semata-mata bersifat antroposentris,artinya,
segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan demikian, manusia sangat dipentingkan
karena ukuran kebenarannya adalah menurut manusia sehingga sifatnya akan subyektif.
Sebaliknya, hak-hak asasi manusia ditilik dari sudut pandangan Islam bersifat teosentris,
artinya, segala sesuatu berpusat kepada Tuhan. Karenanya, ukuran kebenarannya adalah
menurut Tuhan Dengan demikian Tuhan sangat dipentingkan.
Dalam hubungan ini, A.K. Brohi menyatakan: “Berbeda dengan pendekatan Barat, strategi
Islam sangat mementingkan penghargaan kepada hak-hak asasi dan kemerdekaan dasar
manusia sebagai sebuah aspek kualitas dari kesadaran keagamaan yang terpatri di dalam hati,
pikiran dan jiwa penganut-penganutnya. Perspektif Islam sungguh-sungguh bersifat
teosentris.Pemikiran Barat menempatkan manusia pada posisi bahwa manusialah yang menjadi
tolok ukur segala sesuatu, maka di dalam Islam melalui firman-Nya, Allahlah yang menjadi
tolok ukur segala sesuatu, sedangkan manusia adalah ciptaan Allah untuk mengabdi kepada-
Nya.
Di sinilah letak perbedaan yang fundamental antara hak-hak asasi manusia menurut pola
pemikiran Barat dengan hak-hak asasi menurut pola ajaran Islam. Makna teosentris bagi orang
Islam adalah manusia pertama-tama harus meyakini ajaran pokok Islam yang dirumuskan
dalam dua kalimat syahadat yakni pengakuan tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan-Nya. Barulah setelah itu manusia melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, menurut
isi keyakinannya itu.
Dari uraian tersebut di atas, sepintas lalu tampak bahwa seakan-akan dalam Islam manusia
tidak mempunyai hak-hak asasi. Dalam konsep ini seseorang hanya mempunyai kewajiban-
kewajiban atau tugas-tugas kepada Allah karena ia harus mematuhi hukumnya. Namun, di
dalam tugas-tugas inilah terletak semua hak dan kemerdekaannya menurut ajaran Islam.
Manusia mengakui hak-hak dari manusia lain, karena hal ini merupakan sebuah kewajiban
yang dibebankan oleh hukum agama untuk mematuhi Allah.
Oleh karena itu, hak asasi manusia dalam Islam tidak semata-mata menekankan kepada hak
asasi manusia saja, akan tetapi hak-hak itu dilandasi kewajiban asasi manusia untuk mengabdi
kepada Allah sebagai penciptanya. Petunjuk Ilahi yang berisikan hak dan kewajiban tersebut
telah disampaikan kepada umat manusia semenjak manusia itu ada. Diutusnya manusia
pertama (Adam) ke dunia diindikasikan bahwa Allah telah memberikan petunjuk kepada
manusia. Kemudian ketika umat manusia menjadi lupa akan petunjuk tersebut Allah mengutus
Nabi dan Rasulnya untuk mengingatkan mereka akan keberadaannya. Nabi Muhammad saw
diutus bagi umat manusia sebagai Nabi terakhir untuk menyampaikan dan memberikan teladan
kehidupan yang sempurna kepada umat manusia seluruh zaman sesuai dengan jalan Allah. Hal
ini jelas menunjukkan bahwa menurut pandangan Islam, konsep HAM bukanlah hasil evolusi
dari pemikiran manusia, namun merupakan hasil dari wahyu ilahi yang telah diturunkan
melalui para Nabi dan Rasul dari sejak permulaan eksistensi umat manusia di atas bumi.
Manusia diciptakan oleh Allah hanya untuk mengabdi kepada Allah, dalam QS. az-Zāriyāt/51:
56 disebutkan:“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban mengikuti ketentuan-
ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.Kewajiban yang diperintahkan kepada umat manusia
dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu huqūqullah dan huqūqul „ibād. Huqūqullāh (hak-hak
Allah) adalah kewajiban-kewajiban manusia terhadap Allah swt yang diwujudkan dalam
berbagai ritual ibadah, sedangkan huqūqul „ibād (hak-hak manusia) merupakan kewajiban-
kewajiban manusia terhadap sesamanya dan terhadap makhluk-makhluk Allah yang lainnya.
Hak-hak Allah tidak berarti bahwa hak-hak yang diminta oleh Allah karena bermanfaat bagi
Allah, karena hak-hak Allah bersesuaian dengan hak-hak makhluknya.
Dari keduanya terdapat perbedaan, yaitu dalam hakr diperbolehkan dibangun rumah dan
ditanami dan merupakan milik pengguna. Sedangkan dalam ijaratain rumah dan tanah tetap
menjadi harta wakaf.
Di samping hak-hak diatas ada juga hak adabi, atau dalam istilah sekarang dikatakan hak
ibrikar (hak cipta), yang dibenarkan oleh syara seperti hak cipta sesuatu benda, hak karangan,
dan hak membuat suatu macam obat. Hak-hak ini tidak termasuk dalam hak aini, tidak juga
termasuk hak syakhshi, karena itu dikatakan, bahwa hak ada tiga yaitu: hak syakhshi, hak 'aini,
hak adabi.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara umum hukum Islam berorientasi pada perlindungan terhadap agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta. Artinya hukum Islam bertujuan pada pemeliharaan agama, menjamin,
menjaga dan memelihara kehidupan dan jiwa, memelihara kemurnian akal sehat dan menjaga
ketertiban keturunan manusia serta menjaga hak milik harta kekayaan untuk kemaslahatan
hidup umat manusia.
2. HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap
individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat
bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. HAM setiap individu dibatasi
oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran
Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Qur'an dan
Hadits yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat
Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdul Ghani, Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum
Indonesia Jakarta, Gema Insani Press, 2004.
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,
Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001.
Idhamy, Dahlan, Karakteristik Hukum Islam, Jakarta, Media Sarana Press, 2007.
Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia
2004.
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fikih,(Jakarta: Pustaka Amani, 2003), 51.
Zainudin Ali, Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003) 106.
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), 136.
Asiah, N. 2017. Hak Asasi Manusia Perspektif Hukum Islam. Jurnal Syariah dan Hukum
Diktum.