Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“KONSEP HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:


NABILA ( A021231060 )
KAYLA RAHMAYANTI ( A021231058)
SALWA DZULFIAH ( A021231057)
ARNIDA MAULIDYA D. TANTJA (A021231055
ANDINI HURIYAH ZAHRA ( A021231059)
NUR ANNISA ( A021231067)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucpkan atas ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas membuat
makalah “KONSEP HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM”.

Makalah ini dapat kami selesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak, terutama rekan-rekan yang terlibat dalam penulisan makalah
ini. Makalah ini dapat kami selesaikam berkat adanya bantuan dari berbagai pihak.

Kami berharap semoga tugas makalah mengenai KONSEP HUKUM DAN


HAM DALAM ISLAM yang sudah kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Penulis

Makassar, 16 april 2024


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... 3
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
B. Tujuan penulisan ....................................................................................................................... 4
BAB II ....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 5
A. HUKUM ISLAM .......................................................................................................................... 5
1. Pengeertuian Hkum Islam....................................................................................................... 5
2. Ciri - Ciri Hukum Islam ........................................................................................................... 5
3. Ruang Lingkup Hukum Islam ..................................................................................................... 6
4. Tujuan Hukum Islam ................................................................................................................ 8
5. Sumber hukum Islam ............................................................................................................... 8
6. Fungsi ....................................................................................................................................... 10
B. HAM ISLAM .............................................................................................................................. 11
1. Persepsi HAM.......................................................................................................................... 11
2. Sikap Muslim Terhadap HAM............................................................................................... 13
3. Macam-Macam Hak Dalam Islam ........................................................................................ 14
4. Tema Utama HAM .................................................................................................................. 15
BAB III .................................................................................................................................................... 17
PENUTUP ............................................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia atau disingkat HAM adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta harkat
dan martabat manusia.1 Urgensinya penghormatan terhadap hak asasi karena
diberikan oleh Tuhan secara lansung sejak lahir sehingga tak bisa dikurangi oleh
siapapun bahkan negara.

B. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian, ciri , ruang lingkup, tujuan, sumber dan
fungsi hukum islam
2. Untuk mengetahui persepsi ham menurut barat dan islam
3. Untuk mengetahui sikap muslim terhadap HAM
4. Untuk mengetahui macam-macam hak dalam islam
5. Untuk mengetahui tema utama ham
BAB II
PEMBAHASAN

A. HUKUM ISLAM
1. Pengertian Hukum Islam
Hukum Islam adalah hukum yang berasal dari agama Islam, Yaitu hukum yang diturunkan oleh
Allah untuk kemaslahatan hamba-hambaNya di dunia dan akhirat.

Perkataan "yang diturunkan oleh Allah" dalam definisi di atas menunjukkan bahwa hukum
Islam itu ciptaan Aliah, bukan ciptaan manusia. Hal ini karena yang berhak dan berwenang
membuat hukum adalah Allah. Allah mempunyai hak perogratif untuk membuat dan
menciptakan hukum, yaitu antara lain menghalalkan sesuatu dan mengharamkan yang lainnya.
Jika Rasulullah Muhammad SAW. itu juga menghalaikan dan mengharamkan sesuatu
sebagaimana Allah lakukan, hal itu karena Allah juga yang memberi beliau kewenangan dan
Allah juga yang memerintahkan umat Islam untuk mentaati beliau. Allah berfirman:

‫سو َل َوأُولِي أاْل َ أم ِر مِ أن ُك أم‬ َّ ‫َّللا َوأَطِ يعُوا‬


ُ ‫الر‬ َ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا أَطِ يعُوا‬

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri di antara
kamu." (QS. An-Nisaak: 59).

Allah juga berfirman:

َ ‫سو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما نَ َها ُك أم‬


‫ع أنهُ فَا أنتَ ُهوا‬ َّ ‫َو َما آتَا ُك ُم‬
ُ ‫الر‬

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu,
maka tinggalkanlah." (QS. Al- Hasvr: 7)

2. Ciri - Ciri Hukum Islam


Hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul
tentang tingkah laku manusia mukallaf. Kata seperangkat peraturan menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan hukum Islam itu adalah peraturan yang dirumuskan secara terperinci yang
mempunyai kekuatan yang mengikat. Kata berdasarkan wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul
menjelaskan bahwa seperangkat peraturan itu digali dan berdasarkan wahyu Allah SWT atau
sunnah Rasul yang populer dengan sebutan syari’at Islam.
Hukum Islam menurut bahasa berarti jalan yang dilalui umat manusia untuk menuju kepada
Allah Ta’ala. Keberadaan aturan atau sistem ketentuan Allah SWT untuk mengatur hubungan
manusia dengan Allah Ta’ala dan hubungan manusia dengan sesamanya. Dapat dimengerti
bahwa hukum Islam merupakan seperangkat norma atau peraturan yang mengatur tingkah laku
manusia yang bersumber dari Allah SWT berupa Al-Qur’an yang dilengkapi dengan sunnah
Rasulullah Nabi Muhammad SAW dalam bentuk Hadist untuk memenuhi aspek syariah, fiqih
dan hukum Islam, yaitu patuh kepada Allah SWT, menyelamatkan, dan mewujudkan
kedamaian insan manusia. Hukum Islam mencakup hukum syari’ah dan hukum fikih karena
arti syara’ dan fikih terkandung di dalamnya.

Adapun ciri-ciri utama dari hukum Islam adalah:


1. Merupakan bagian dan bersumber dari agama Islam,
2. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dengan iman atau aqidah dan
kesusialaan atau akhlak islam;
3. Mempunyai dua istilah kunci yaitu syariat dan fiqh. Syari'at terdiri dari wahyu Allah dan
sunnah Nabi Muhammad dan fiqh adalah pemahaman dan hasil pemahaman manusia tentang
syari'ah
4. Terdiri dari dua bidang utama yaitu ibadah dan muamalat
5. Strukturnya berlapis yaitu terdiri dari nas atau teks al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad
dan hasil ijtihad
6. Mendahulukan kewajiban dari hak, amal dari pahala:
7. Dapat dibagi menjadi hukun taklifi yaitu al-ahkan al-khamsah (lima jenis hukum) dan hukum
wadh 7 yang mengandung sebab, syarat halangan terjadinya atau terwujudnya hubungan
hukum.
8. Berwatak universal, berlaku abadi untuk umat Islam di manapun mereka berada, tidak
terbatas pada umat Islam di suatu tempat atau negara pada suatu masa saja;
9. Menghormati martabat manusa sebagai kesatuan jiwa dan raga, rohani dan jasmani serta
memelihara kemuliaan manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan

3. Ruang Lingkup Hukum Islam


Ruang lingkup hukum Islam diklasifikasi ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
1) hukum yang berkaitan dengan persoalan ibadah
2) hukum yang berkaitan dengan persoalan kemasyarakatan.
Hal ini akan diuraikan sebagai berikut.
1. Hukum ibadah adalah hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu
iman, shalat, zakat, puasa, dan haji.
2. Hukum kemasyarakatan, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya
yang memuat: muamalah, munakahat, dan ukubat.
a. Muamalah mengatur tentang harta benda (hak, obligasi, kontrak, seperti jual beli, sewa
menyewa, pembelian, pinjaman, titipan, pengalihan utang, syarikat dagang, dan lain-lain).
b. Munakahat, yaitu hukum yang mengatur tentang perkawinan dan perceraian serta
akibatnya seperti iddah, nasab, nafkah, hak curatele, waris, dan lain-lain. Hukum dimaksud
biasa disebut hukum keluarga dalam bahasa Arab disebut Al-Ahwal Al- Syakhsiyah.
Cakupan hukum dimaksud biasa disebut hukum perdata.
c. Ukubat atau Jinayat, yaitu hukum yang mengatur tentang pidana seperti mencuri, berzina,
mabuk, menuduh berzina, pembunuhan serta akibat-akibatnya. Selain bagian- bagian
tersebut, ada bagian lain yaitu 1) mukhasamat, 2) siyar, dan 3) ahkam as-sulthaniyah.

Hukum Islam dibagi atas dua macam oleh para fuqaha, yaitu:
1. Yang bersifat perintah, larangan, atau pilihan. Golongan ini bernama Hukum Takliefy yang
terbagi atas lima yaitu wajib, sunat, mubah, makruh, dan haram.
2. Yang bersifat menunjukkan keadaan-keadaan tertentu yang dikualifikasi sebagai sebab atau
syarat atau halangan bagi berlakunya hukum. Golongan ini bernama Hukum Wadhi'i.

Adapun hukum Wadhi'i terdapat tiga macam:"


1. Terdapat sebab, sebab adalah sesuatu yang tampak jelas dan tertentu menjadi tanda/pangkal
adanya hukum, terdiri dari:
a. Sebab yang bukan hasil perbuatan manusia, misalnya peristiwa meninggalnya seseorang
yang mengakibatkan harta peninggalnya beralih kepada ahli warisnya.
b. Sebab yang lahir dari perbuatan manusia, misalnya karena adanya akad nikah menjadi
sebab adanya hubungan seks antara seorang pria dengan seorang wanita.

2. Tentang syarat, syarat adalah sesuatu yang padanya bergantung adanya sesuatu hukum yang
berlaku, terdiri dari:
a. Syarat yang menyempurnakan sebab, misalnya jatuh tempo pembayaran zakat menjadi
syarat untuk mengeluarkan zakat atas harta benda yang sudah mencapai jumlah tertentu
untuk dikenakan zakat.
b. Syarat yang menyempurnakan sebab, misalnya berwudhu dan menghadap kiblat adalah
menyempurnakan hakikat shalat.
c. Halangan (maani), maani adalah sesuatu yang karena adanya menghalangi berlakunya
ketentuan hukum, terdiri dari:
1) Maani yang mempengaruhi sebab, misalnya ahli waris membunuh pewaris sehingga
terhalang untuk menerima warisan.
2) Maani yang mempengaruhi akibat, misalnya ayah yang membunuh anaknya sendiri
seharusnya dikenakan hukuman qisas, tetapi karena statusnya sebagai bapak
menghalangi dijatuhkannya hukuman qisas.

4. Tujuan Hukum Islam


Hukum Islam bertujuan untuk memastikan setiap individu dalam masyarakat memiliki
hak-hak yang diakui dan dilindungi, termasuk hak atas properti, kebebasan beragama, dan hak
mendapatkan pendidikan. Dengan demikian, hukum Islam menjadi tulang punggung dalam
membangun fondasi masyarakat yang adil, bersatu, dan sejahtera. Hukum Islam tidak hanya
memiliki tujuan untuk membentuk masyarakat yang adil dan makmur, tetapi juga bertujuan
untuk mengatasi berbagai masalah sosial yang mungkin muncul, seperti ketidakadilan,
ketidaksetaraan, dan kemiskinan.

5. Sumber hukum Islam


Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia sumber adalah asal sesuatu. Pada hakekatnya
yang dimaksud dengan sumber hukum adalah tempat kita dapat menemukan atau menggali
hukumnya. Sumber hukum Islam adalah asal (tempat pengambilan) hukum Islam. Sumber
hukum Islam disebut juga dengan istilah dalil hukum Islam atau pokok hukum Islam atau dasar
hukum Islam. - ‫ م صد‬Kata “sumber‟ dalam hukum fiqh adalah terjemah dari lafadz lafadz
tersebut terdapat dalam sebagian literatur kontemporer sebagai , ‫ م صادر‬ganti dari sebutan dalil
( ‫ ) ال دل يل‬atau lengkapnya “ al-adillah syar’iyyah-al islāmiyyah” (‫)اْلدنة انشسعٍة اإلساليٍة‬.
Sedangkan dalam literatur klasik, biasanya yang digunakan adalah kata dalil atau adillāh
syar’iyyāh, dan tidak pernah kata “ mashadir al-ahkām al-syar’iyyah” ( ‫م صادر األ ح كام ال شرع‬
‫) ية‬. Mereka yang menggunakan kata māshādir sebagai ganti al-adillah beranggapan bahwa
kedua kata tersebut memiliki arti yang sama.
Berikut dua pembahasan sumber utama hukum, yaitu
a. Al-Quran
Kata Al-Quran dalam kamus bahasa Arab berasal dari kata Qara'a artinya membaca.
Bentuk mashdarnya artinya bacaan dan apa yang tertulis padanya. Sepert tertuang dalam
ayat Al-Qur'an: Secara istilah Al-Qur'an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad, tertulis dalam mushhaf berbahasa Arab, yang sampai kepada kita dengan jalan
mutawatir, bila membacanya mengandung nilai ibadah, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat An-Nas. Al-Qur'an adalah (Kalamullah) yang diturunkan kepada
Rasulullah tertulis dalam mushhaf, ditukil dari Rasulullah secara mutawatir dengan tidak
diragukan. Adapun hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur'an, meliputi:3
1) Hukum-hukum I'tiqadiyyah, yaitu hukum yang berhubungan dengan keimanan kepada
Allah swt, kepada Malaikat, kepada Kitab-kitab, para Rasul Allah dan kepada hari akhirat.
2) Hukum-hukum Khuluqiyyah, yaitu hukum yang berhubungan dengan manusia wajib
berakhlak yang baik dan menjauhi prilaku yang buruk.
3) Hukum-hukum Amaliyah, yaitu hukum yang berhubungan dengan perbuatan manusia.
Hukum amaliyah ini ada dua; mengenai Ibadah dan mengenai muamalah dalam arti yang
luas. Hukum dalam Alqur'an yang berkaitan dengan bidang ibadah dan bidang. al-Ahwal al-
Syakhsyiyah/ihwal perorangan atau keluarga, disebut lebih terperinci dibanding dengan
bidang- bidang hukum yang lainnya

b. As-Sunah
Sunnah secara kamus berarti 'cara yang dibiasakan' atau cara yang terpuji. Sunnah
lebih umum disebut hadits yang mempunyai beberapa arti: dekat, baru, berita. Dari arti-arti
di atas maka yang sesuai untuk pembahasan ini adalah hadits dalam arti khabar, seperti
dalam firman Allah Secara kamus menurut ulama ushul fiqh adalah semua yang bersumber
dari Nabi saw, selain Al-Qur'an baik berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan. Adapun
hubungan Al-Sunnah dengan Al-Qur'an dilihat dari sisi materi hukum yang terkandung di
dalamnya sebagai berikut :
1) Muaqqid yaitu menguatkan hukum suatu peristiwa yang telah ditetapkan Al-
Qur'an dikuatkan dan dipertegas lagi oleh Al-Sunnah, misalnya tentang
Shalat, zakat terdapat dalam Al-Qur'an dan dikuatkan oleh Al-sunnah.
2) Bayan yaitu al-Sunnah menjelaskan terhadap ayat-ayat Al-Qur,an yang
belum jelas, dalam hal ini ada empat hal :
a) Memberikan perincian terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang masih mujmal,
misalnya perintah shalat dalam Al-Qur'an yang mujmal, diperjelas
dengan Sunnah demikian juga tentang zakat, haji dan shaum.
b) Membatasi kemutlakan (taqyid al-muthlaq) Misalnya: Al-Qur'an memerintahkan untuk
berwasiat, dengan tidak dibatasi berapa jumlahnya
kemudian Al-Sunnah membatasinya.
c) Mentakhshishkan keumuman, Misalnya: Al-Qur‟an mengharamkan
tentang bangkai, darah dan daging babi, kemudian Al-Sunnah mengkhususkan dengan
memberikan pengecualian kepada bangkai ikan laut, belalang, hati dan limpa.
d). Menciptakan hukum baru. Rasulullah melarang untuk binatang buas dan yang bertaring
kuat, dan burung yang berkuku kuat, dimana hal ini tidak disebutkan dalam Al-Qur'an.

c. Ijma’
Ijma menurut bahasa dan istilah dijelaskan dalam arti bahasa yang mempunyai dua arti, yang
pertama adalah berusaha bertekad terhadap sesuatu. Sedangkan kedua artinya kesepakatan.

6. Fungsi
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri manusia membutuhkan
pertolongan satu sama lain dan memerlukan organisasi dalam memperoleh kemajuan dan
dinamika kehidupannya. Setiap individu dan kelompok sosial memiliki kepentingan. Namun
demikan kepentingan itu tidak selalu sama satu saama lain, bahkan mungkin bertentangan. Hal
itu mengandung potensi terjanya benturan daan konflik. Maka hal itu membutuhkan aturan
main. Agar kepentingan individu dapat dicapai secara adil, maka dibutuhkan penegakan aturan
main tersebut. Aturan main itulah yang kemudian disebut dengan hukum islam yang dan
menjadi pedoman setiap pemeluknya.
Dalam hal ini hukum islam memiliki tiga orientasi, yaitu:

Mendidik indiividu (tahdzib al-fardi) untuk selalu menjadi sumber kebaikan,


Menegakkan keadilan (iqamat al-‘adl),
Merealisasikan kemashlahatan (al-mashlahah).

Orientasi tersebut tidak hanya bermanfaat bagi manusia dalam jangka pendek dalam kehidupan
duniawi tetapi juga harus menjamin kebahagiaan kehidupan di akherat yang kekal abadi, baik
yang berupa hukum-hukum untuk menggapai kebaikan dan kesempurnaan hidup (jalbu al
manafi’), maupun pencegahan kejahatan dan kerusakan dalam kehidupan (dar’u al-mafasid).
Begitu juga yang berkaitan dengan kepentingan hubungan antara Allah dengan makhluknya
maupun kepentingan orientasi hukum itu sendiri.
Sedangkan fungsi hukum islam dirumuskan dalam empat fungsi, yaitu:
a. Fungsi ibadah
Dalam adz-Dzariyat: 56, Allah berfirman: “Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan
untuk beribadah kepadaKu”. Maka dengan daalil ini fungsi ibadah tampak palilng menonjol
dibandingkan dengan fungsi lainnya.

b. Fungsi amr makruf naahi munkar (perintah kebaikan dan peencegahan kemungkaran).
Maka setiap hukum islam bahkan ritual dan spiritual pun berorientasi membentuk mannusia
yang yang dapat menjadi teladan kebaikan dan pencegah kemungkaran.

c. Fungsi zawajir (penjeraan)


Adanya sanksi dalam hukum islam yang bukan hanya sanksi hukuman dunia, tetapi juga
dengan ancaman siksa akhirat dimaksudkan agar manusia dapat jera dan takut melakukan
kejahatan.

d. Fungsi tandzim wa ishlah al-ummah (organisasi dan rehabilitasi masyarakat)


Ketentuan hukum sanksi tersebut bukan sekedar sebagai batas ancaman dan untuk menakut-
nakuti masyarakat saja, akan tetapi juga untuk rehaabilitasi dan pengorganisasian umat mrnjadi
leboh baik. Dalam literatur ilmu hukum hal ini dikenal dengan istilah fungsi enginering social.
Keempat fungsi hukum tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk bidang hukum
tertentu tetapi satu dengan yang lain juga saling terkait.

B. HAM ISLAM
1. Persepsi HAM
Menurut barat dari islam Ada perbedaan prinsip antara HAM dilihat dari sudut pandangan
Barat dan Islam. HAM menurut pemikiran Barat semata-mata bersifat antroposentris,artinya,
segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan demikian, manusia sangat dipentingkan
karena ukuran kebenarannya adalah menurut manusia sehingga sifatnya akan subyektif.
Sebaliknya, hak-hak asasi manusia ditilik dari sudut pandangan Islam bersifat teosentris,
artinya, segala sesuatu berpusat kepada Tuhan. Karenanya, ukuran kebenarannya adalah
menurut Tuhan Dengan demikian Tuhan sangat dipentingkan.
Dalam hubungan ini, A.K. Brohi menyatakan: “Berbeda dengan pendekatan Barat, strategi
Islam sangat mementingkan penghargaan kepada hak-hak asasi dan kemerdekaan dasar
manusia sebagai sebuah aspek kualitas dari kesadaran keagamaan yang terpatri di dalam hati,
pikiran dan jiwa penganut-penganutnya. Perspektif Islam sungguh-sungguh bersifat
teosentris.Pemikiran Barat menempatkan manusia pada posisi bahwa manusialah yang menjadi
tolok ukur segala sesuatu, maka di dalam Islam melalui firman-Nya, Allahlah yang menjadi
tolok ukur segala sesuatu, sedangkan manusia adalah ciptaan Allah untuk mengabdi kepada-
Nya.

Di sinilah letak perbedaan yang fundamental antara hak-hak asasi manusia menurut pola
pemikiran Barat dengan hak-hak asasi menurut pola ajaran Islam. Makna teosentris bagi orang
Islam adalah manusia pertama-tama harus meyakini ajaran pokok Islam yang dirumuskan
dalam dua kalimat syahadat yakni pengakuan tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan-Nya. Barulah setelah itu manusia melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, menurut
isi keyakinannya itu.

Dari uraian tersebut di atas, sepintas lalu tampak bahwa seakan-akan dalam Islam manusia
tidak mempunyai hak-hak asasi. Dalam konsep ini seseorang hanya mempunyai kewajiban-
kewajiban atau tugas-tugas kepada Allah karena ia harus mematuhi hukumnya. Namun, di
dalam tugas-tugas inilah terletak semua hak dan kemerdekaannya menurut ajaran Islam.
Manusia mengakui hak-hak dari manusia lain, karena hal ini merupakan sebuah kewajiban
yang dibebankan oleh hukum agama untuk mematuhi Allah.

Oleh karena itu, hak asasi manusia dalam Islam tidak semata-mata menekankan kepada hak
asasi manusia saja, akan tetapi hak-hak itu dilandasi kewajiban asasi manusia untuk mengabdi
kepada Allah sebagai penciptanya. Petunjuk Ilahi yang berisikan hak dan kewajiban tersebut
telah disampaikan kepada umat manusia semenjak manusia itu ada. Diutusnya manusia
pertama (Adam) ke dunia diindikasikan bahwa Allah telah memberikan petunjuk kepada
manusia. Kemudian ketika umat manusia menjadi lupa akan petunjuk tersebut Allah mengutus
Nabi dan Rasulnya untuk mengingatkan mereka akan keberadaannya. Nabi Muhammad saw
diutus bagi umat manusia sebagai Nabi terakhir untuk menyampaikan dan memberikan teladan
kehidupan yang sempurna kepada umat manusia seluruh zaman sesuai dengan jalan Allah. Hal
ini jelas menunjukkan bahwa menurut pandangan Islam, konsep HAM bukanlah hasil evolusi
dari pemikiran manusia, namun merupakan hasil dari wahyu ilahi yang telah diturunkan
melalui para Nabi dan Rasul dari sejak permulaan eksistensi umat manusia di atas bumi.

Manusia diciptakan oleh Allah hanya untuk mengabdi kepada Allah, dalam QS. az-Zāriyāt/51:
56 disebutkan:“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban mengikuti ketentuan-
ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.Kewajiban yang diperintahkan kepada umat manusia
dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu huqūqullah dan huqūqul „ibād. Huqūqullāh (hak-hak
Allah) adalah kewajiban-kewajiban manusia terhadap Allah swt yang diwujudkan dalam
berbagai ritual ibadah, sedangkan huqūqul „ibād (hak-hak manusia) merupakan kewajiban-
kewajiban manusia terhadap sesamanya dan terhadap makhluk-makhluk Allah yang lainnya.
Hak-hak Allah tidak berarti bahwa hak-hak yang diminta oleh Allah karena bermanfaat bagi
Allah, karena hak-hak Allah bersesuaian dengan hak-hak makhluknya.

2. Sikap Muslim Terhadap HAM


Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan konsep yang menjamin hak-hak dasar setiap
individu tanpa memandang latar belakangnya, seperti kebebasan berekspresi, hak untuk hidup,
hak untuk berpendapat, dan lain sebagainya. Dalam pandangan Islam, konsep hak asasi
manusia sangatlah penting dan sejalan dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh agama ini.
Islam mengajarkan penghormatan terhadap martabat manusia dan kesetaraan semua
manusia di mata Allah. Prinsip-prinsip dalam Islam seperti keadilan, kasih sayang, dan
kebebasan merupakan landasan yang sama dengan prinsip-prinsip HAM.
Beberapa poin pandangan Islam terhadap HAM antara lain:
1. Kehormatan dan martabat manusia: Islam menekankan pentingnya menghormati
martabat
2. setiap individu, karena setiap manusia diciptakan oleh Allah dengan martabat yang
sama.
3. Keadilan: Prinsip keadilan sangat ditekankan dalam Islam, yang mencakup hak untuk
mendapatkan perlakuan yang adil dan setara di depan hukum.
4. Kebebasan beragama: Islam memberikan kebebasan kepada individu untuk memilih
agama dan keyakinan mereka.
5. Hak hidup: Islam menekankan hak untuk hidup dan melindungi kehidupan manusia.
6. Kebebasan berbicara dan berekspresi: Islam mendukung kebebasan untuk berpendapat
dan berekspresi, namun tetap dalam batas-batas moral dan etika yang diajarkan agama.
Islam sangat menjunjung hak-hak semua umat manusia. Islam tidak hanya menjadikan
HAM sebagai hak asasi manusia, tetapi juga sangat fokus pada kemungkinan dan keharusan
akan harmonisasi hukum Islam dan HAM.
Dalam persepektif Islam, konsep HAM itu dijelaskan melalui konsep maqâshid al-
Syarî’ah (tujuan syari’ah), yang sudah dirumuskan oleh para ulama masa lalu. Tujuan Syari‘ah
(maqâshid al-syarî’ah) ini adalah untuk mewujudkan kemaslahatan (mashlahah) Umat manusia
dengan cara melindungi dan mewujudkan dan melindungi hal-hal yang Menjadi keniscayaan
(dharûriyyât) mereka, serta memenuhi hal-hal yang menjadi kebutuhan (hâjiyyât) dan hiasan
(tahsîniyyât) mereka”.
Teori maqâshid al-syarî’ah tersebut mencakup perlindungan terhadap lima hal (al-
Dharûriyyât al-khamsah), yakni:
1) perlindungan terhadap agama (hifzh al-din), yang mengandung pengertian juga hak
beragama.
2) perlindungan terhadap jiwa (hifzh al-Nafs), yang mengandung pengertian juga hak untuk
hidup dan memperoleh keamanan.
3) perlindungan terhadap akal (hifzh al-‘aql), yang mengandung pengertian juga hak untuk
memperoleh pendidikan.
4) perlindungan terhadap harta (hafizh al-mal), yang mengandung pengertian juga hak untuk
memiliki harta, bekerja dan hidup layak.
5) perlindungan terhadap keturunan (hifzh al-nasl), yang mengandung pengertian juga hak
untuk melakukan pernikahan dan mendapatkan keturunan.
Sebagian ulama menyebutkan perlindungan terhadap kehormatan (hifzh al-‘irdh) sebagai
gantihifzh al-nasl, yang mengandung pengertian hak untuk memiliki harga diri dan menjaga
kehormatan dirinya.

3. Macam-Macam Hak Dalam Islam


Dalam hukum Islam dikenal beberapa macam hak yaitu:
1) Sulthah
Sulthah terdiri atas:
• Sulthah 'ala Syakshin/Sulthah 'ala Nafsi yaitu hak wali terhadap anak kecil dan seperti
hak hadlanah.
• Sulthah 'ala Syai' in Mu'ayyamin Yaitu seperti hak milkiyyah, hak manusia menguasai
sesuatu, seperti hak tamalluk dan hak memanfaatkan sesuatu benda, hak wilayah
(perwalian) atas harta.
2) Taqsimul Haqqi
• Mali yaitu sesuatu yang berhubungan dengan harta, seperti pemilikan benda atau
hutang-hutang.
• Ghoiru mali atau hak wali. Hak Ghoiru mali dibagi dua: Hak Syakshi yaitu suatu
tuntutan yang ditetapkan syara untuk seseorang terhadap orang lain. Dan hak 'aini yaitu
hak yang memerlukan adanya benda tertentu yang dijadikan hak itu.
Adapun yang termasuk hak "aini antara lain:
• Haqqul Milkiyah: hak yang memberikan kepada pemiliknya, hak wilayah. Dia boleh
memiliki, memakai, dan mengambil manfaat.
• Haqqul Intifa hak yang membolehkan memakai dan diusahakan hasilnya.
• Haqqul Irtifaq: hak memiliki manfaat dari benda itu atau milkul manfaat,
• Haqqul Irtihan hak yang diperoleh dari harta yang digadai.
• Haqqul Ihtibas hak menahan sesuatu benda atas benda yang belum dipenuhi kewajiban
oleh pemiliknya. Berlaku pula terhadap harta wakaf dengan menahan materi benda
untuk dugunakan manfaatnya kepada usaha-usaha kebajikan.
• Haqqul Qharar (menetap diatas tanah wakaf) yang meliputi :
1. Haqqul Hakr : hak menetap diatas tanah waqaf yang disewa untuk waktu yang lama
dengan seizin hakim dengan membayanya setiap tahun. Hak ini diperbolehkan untuk
tanah yang tidak produktif.
2. Haqqul Ijaratain hak yang diperoleh karena aqad ijarah dalam waktu yang lama atas
izin hakim. Diperoleh atas harta wakaf yang tidak dapat dipertahankan keasliannya,
misalnya karena kebakaran atau bencana lainnya.

Dari keduanya terdapat perbedaan, yaitu dalam hakr diperbolehkan dibangun rumah dan
ditanami dan merupakan milik pengguna. Sedangkan dalam ijaratain rumah dan tanah tetap
menjadi harta wakaf.

Di samping hak-hak diatas ada juga hak adabi, atau dalam istilah sekarang dikatakan hak
ibrikar (hak cipta), yang dibenarkan oleh syara seperti hak cipta sesuatu benda, hak karangan,
dan hak membuat suatu macam obat. Hak-hak ini tidak termasuk dalam hak aini, tidak juga
termasuk hak syakhshi, karena itu dikatakan, bahwa hak ada tiga yaitu: hak syakhshi, hak 'aini,
hak adabi.

4. Tema Utama HAM


Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara jelas untuk kepentngan manusia, lewat syari’ah
Islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut syari’ah, manusia adalah makhluk bebas yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga mempunyai hak dan kebebasan.
Dasarnya adalah keadilan yang ditegakkan atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa pandang
bulu. Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan, sementara
kebebasan secara eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab itu sendiri.
Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan, kebebasan dan
penghormatan terhadap sesama manusia. Persamaan, artinya Islam memandang semua
manusia sama dan mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya keunggulan yang dinikmati
seorang manusia atas manusia lainya hanya ditentukan oleh tingkat ketakwaannya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Hujarat ayat 13, yang artinya sebagai
berikut:
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya
yang paling mulia di antara kaum adalah yang paling takwa.”
Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat pada lima hal pokok yang terangkum dalam al-
dloruriyat al-khamsah atau yang disebut juga al-huquq al-insaniyah fi al-islam (hak-hak asasi
manusia dalam Islam). Konsep ini mengandung lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap
individu, yaitu hifdzu al-din (penghormatan atas kebebasan beragama), Hifdzu al-mal
(penghormatan atas harta benda), Hifdzu al-nafs wa al-‘ird (penghormatan atas jiwa, hak hidup
dan kehormatan individu), Hifdzu al-‘aql (penghormatan atas kebebasan berpikir) dan Hifdzu
al-nasl (keharusan untuk menjaga keturunan).
Kelima hal pokok inilah yang harus dijaga oleh setiap umat Islam supaya menghasilkan
tatanan kehidupan yang lebih manusiawi, berdasarkan atas penghormatan individu atas
individu, individu dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan
negara dan komunitas agama dengan komunitas agama lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum hukum Islam berorientasi pada perlindungan terhadap agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta. Artinya hukum Islam bertujuan pada pemeliharaan agama, menjamin,
menjaga dan memelihara kehidupan dan jiwa, memelihara kemurnian akal sehat dan menjaga
ketertiban keturunan manusia serta menjaga hak milik harta kekayaan untuk kemaslahatan
hidup umat manusia.

2. HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap
individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat
bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. HAM setiap individu dibatasi
oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran
Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Qur'an dan
Hadits yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat
Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdul Ghani, Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum
Indonesia Jakarta, Gema Insani Press, 2004.

Asy-Shidiqiy, Hasby, Falsafah Hukum Islam, Yogyakarta Bulan Bintang 2001.

Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,
Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001.

Djalil, H. A. Basiq (2010). Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2. Jakarta: Kencana.

Idhamy, Dahlan, Karakteristik Hukum Islam, Jakarta, Media Sarana Press, 2007.

Ilyas, Muhtarom. Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT, Gramedia Widiasarana


Indonesia, 2009

Mansoer, Hamdan, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta:


Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004.

Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia
2004.

Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fikih,(Jakarta: Pustaka Amani, 2003), 51.

Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fikih., 105.

Zainudin Ali, Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003) 106.

Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), 136.

Asiah, N. 2017. Hak Asasi Manusia Perspektif Hukum Islam. Jurnal Syariah dan Hukum
Diktum.

Anda mungkin juga menyukai