Anda di halaman 1dari 18

HUKUM ISLAM MASYARAKAT DAN NEGARA

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Filsafat Hukum Islam
Bapak Dosen Faisal Nasrullah, SH. i

Disusun oleh :
 MUHAMMAD RIJAL HES2131572223009
 AMIRIN HES2131572223014

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL MAS'UDIYAH
SUKABUMI TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur diaturkan pada Allah SWT yang telah mengajarkan manusia
dengan pena sehingga ia pun dapat mengetahui sesuatu yang belum dia ketahui,
Berupa ilmu pengetahuan yang menjadi bukti bahwa ia telah menunjukan
keberadaannya di dunia, memberikan kekuatan dan kelancaran kepada kami,
sehingga kami bisa menyusun makalah yang berjudul “Hukum Islam
Masyarakat dan Negara” dengan lancar.

Dan tak lupa pula sholawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW.
Yang mudah-mudahan kita semua termasuk kedalam golongan umat yang kelak
akan mendapatkan syafa’atul uzmah dari beliau pada hari perhitungan nanti.

Dan tidak lupa kami juga berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam kelancaran penyusunan makalah ini, yang mana tanpa adanya
dukungan tentunya penelitian ini tidak akan selesai tepat pada waktunya.

Kami Selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
hal ini dikarenakan berbagai faktor terutama karena ketidak mampuan penulis
dalam segi keilmuan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan dari
berbagai pihak kepada penulis agar makalah ini dapat lebih baik lagi dikemudian
hari. Akhir kata, penulis berharap dengan adanya penelitian ini, semoga dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri serta umumnya bagi para pembaca.

Sukabumi, 6 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………...II

DAFTAR ISI……………………………………………………………………III

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………1
B. Rumusan masalah………………………………………………...............1
C. Tujuan……………...……………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Hukum Dalam Islam…………………………………………….2


B. Sumber Hukum Islam……...…………………………………………….3
C. Tujuan Hukum Islam…………………………………………………….5
D. Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan Hukum……………………....8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………...12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pada dasarnya manusia meskipun berbeda jenis, suku bangsa dan
ras, di hadapan Allah dan muka hakim semuanya sama. Sebagai orang
Islam yang taat, kita tidak hanya menerapkan syariat agama pada
kehidupan sehari-hari kita, tapi kita juga harus mengetahui, mencermati,
dan menerapkan agama di dalam lingkup hukum.
Dalam kesempatan ini, kami menulis makalah ini dengan alasan agar
para pembaca dapat mengenal lebih dalam apa itu hukum Islam.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menumbuh kembangkan kesadaran untuk taat hukum?

2. Bagaimana peran agama dalam perumusan dan penegakkan hukum


yang adil?

1.3.Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. mengetahui bagaimana cara menumbuhkembangkan kesadaran untuk


taat pada hukum.

2. Mengetahui pengertian dan maksud dari hukum Islam tersebut.

3. Mengidentifikasi hubungan antara hukum Allah serta fungsing dalam


kehidupan sehari-hari.

4. Mengidentifikasi peran agama dalam perumusan hukum.

5. Mempelajari cara agama mengajarkan keadilan dan fungsi profetik


agama dalam hukum.
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Konsep Hukum Dalam Islam


Hukum (peraturan/norma) adalah suatu hal yang mengatur tingkah laku
manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan tingkah laku manusia
dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat maupun peraturan atau
norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa.
Hukum Islam adalah hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk
umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan
dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan
dengan amaliyah (perbuatan).
Dengan adanya Hukum dalam Islam berarti ada batasan-batasan yang
harus dipatuhi dalam kehidupan. Kerena tidak bisa dibayangkan jika
hukum, seseorang akan semaunya melakukan sesuatu perbuatan termasuk
perbuatan maksiat.
Hukum Islam dibagi ke dalam dua bagian :

• Bidang Ibadah (ibadah mahdah)


Ibadah mahdah adalah tata cara beribadah yang wajib dilakukan
seorang muslim dalam berhubungan dengan Allah seperti shalat,
puasa, zakat, dan haji.

• Bidang Mu’amalah ( ibadah ghairu mahdah )


Mu’amalah adalah ketetapan Allah yang langsung berhubungan
dengan kehidupan sosial manusia, yang sifatnya terbuka untuk
dikembangkan melalui ijtiad manusia yang memenuhi syarat untuk
melakukan usaha itu.
Dengan adanya hukum ibadah mahdah dan muamalah ini jika
diamalakan oleh manusia akan dapat terpelihara Agama, jiwa, dan
akalnya.
2.2. Sumber Hukum Islam
Pembahasan sumber-sumber syariat Islam, termasuk masalah pokok
(ushul) karena dari sumber-sumber itulah terpancar seluruh hukum/syariat
Islam. Oleh karenanya untuk menetapkan sumber syariat Islam harus
berdasarkan ketetapan yang qath’i (pasti) kebenarannya, bukan sesuatu yang
bersifat dugaan (dzanni). Berikut sumber hukum islam :

1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan melalui
perantaraan malaikat Jibril kepada Rasulullah saw dengan
menggunakan bahasa Arab disertai kebenaran agar dijadikan
hujjah(argumentasi) dalam hal pengakuannya sebagai rasul dan agar
dijadikan sebagai pedoman hukum bagi seluruh ummat manusia, di
samping merupakan amal ibadah bagi yang membacanya.
Sebagaimana dalam ayat 105 surat An-Nisa

Al-Qur’an diriwayatkan dengan cara tawatur (mutawatir) yang artinya


diriwayatkan oleh orang sangat banyak semenjak dari generasi
shahabat ke generasinya selanjutnya secara berjamaah. Jadi apa yang
diriwayatkan oleh orang per orang tidak dapat dikatakan sebagai Al-
Qur’an. Orangorang yang memusuhi Al-Qur’an dan membenci Islam
telah berkali-kali mencoba menggugat nilai keasliannya. Akan tetapi
realitas sejarah dan pembuktian ilmiah telah menolak segala bentuk
tuduhan yang mereka lontarkan. Al-Qur’an adalah kalamullah, bukan
ciptaan manusia, bukan karangan Muhammad saw ataupun saduran
dari kitab-kitab sebelumnya.
Al-Qur’an tetap menjadi mu’jizat sekaligus sebagai bukti keabadian dan
keabsahan risalah Islam sepanjang masa dan sebagai sumber segala
sumber hukum bagi setiap bentuk kehidupan manusia di dunia.

2. As-Sunnah
Sunnah adalah perkataan, perbuatan dan taqrir (ketetapan / persetujuan /
diamnya) Rasulullah saw terhadap sesuatu hal/perbuatan seorang shahabat
yang diketahuinya. Sunnah merupakan sumber syariat Islam yang nilai
kebenarannya sama dengan Al-Qur’an karena sebenarnya Sunnah juga berasal
dari wahyu. Berikut ini sebagaimana yang terdapat pada surat Al-hasyr ayat 7

3. Al-Ijtihad
Al-Ijtihad sebagai sumber hukum Islam yang ketiga berdasar pada
QS. 4 : 59

yang berisi perintah kepada orang-orang yang beriman agar patuh, taat
kepada ketentuan-ketentuan Rasul (sunah/hadits) serta taat mengikuti
ketentuan-ketentuan Ulil Amri (Ijtihad).Berikut ini potongan surat
yang menjelaskan tentang ijtihad
Al-Ijtihad yaitu berusaha dengan keras untuk menetapkan hukum suatu
persoalan yang tidak ditegaskan secara langsung oleh Al-Qur’an dan atau Hadits
dengan cara istinbath (menggali kesesuaiannya pada AlQur’an dan ataupun
Hadits) oleh ulama-ulama yang ahli setelah wafatnya
Rasulullah.Ijtihad dapat dilakukan dengan menggunakan Ijma’, Qiyas,
Istihsan, Istishab, Mashalah Mursalah, ‘Urf (tradisi).
Syarat Mujtahid:

 Umum: Islam, baligh dan berakal


 Pokok: mengetahui al-Qur’an, sunnah, maqasid syar’iyah dan
qawaid al- fiqhiyah

 Penting: menguasai bahasa Arab, ushul fiqh dan logika,


mengetahui khilafiyah dan masalah-masalah yang sudah
diijma’kan.

2.3. Tujuan Hukum Islam


1.) Menjaga agama (hifdz ad-din). Agama wahyu diturunkan Allah SWT melalui
malaikat sejak Nabi Adam As sampai kepada Nabi Muhammad SAW untuk
disampaikan kepada umat manusia. Namun demikian, dalam penyampaiannya
tidak boleh ada paksaan. Sebab merupakan hak manusia untuk memilih atau
tidak memilik agama dan keyakinannya itu.
2.) Menjaga jiwa (hifdz an-nafs). Hak hidup sangat dijamin dan
dijunjung tinggi dalam Islam. Karenanya, ada hukum qishos yang membunuh
orang yang telah membunuh orang lain, kecuali keluarganya memaafkan dan
membayar denda. Untuk bisa hidup, maka manusia harus mampu mencukupi
sandang, pangan dan papan, sehingga dapat hidup layak dan
berkesinambungan.
3.) Menjaga akal (hifdz al aql). Hal yang membedakan manusia dengan
binatang adalah akalnya. Tanpa akal maka manusia sama saja dengan
binatang. Akal harus dijaga dengan sebaik-baiknya supaya tetap sehat dan
kuat. Akal yang sehat terletak pada jiwa sehat. Karena itu, hal-hal yang
dapat merusak dan menghilangkan akal wajib dihindari, seperti minuman
keras, narkoba, perjudian, dan lain-lain.
4.) Menjaga keturunan (hifdzan nasb). Salah satu kebahagian hidup adalah
manakalah memiliki keturuan dari hasil perkawinan legal / sah, baik secara
hukum agama maupun hukum negara, sehingga menjadi keturunan yang
indah dipandang mata (qurrota a’yun). Sebab ia akan menjadi generasi
penerus, dan yang akan mendoakan kedua orang tuanya setelah wafat.

5.) Menjaga harta (hifdzalmaal). Harta yang kita miliki, sesungguhnya adalah
milik Allah, karena itu hanyalah titipan saja. Namun demikian, kita wajib
untuk menjaganya agar tidak hilang atau rusak, apalagi sampai
menimbulkan kemudharatan. Bahkan, kalau harta kita dirampok, kemudian
melakukan perlawanan dan sampai terbunuh, maka matinya syahid. Maka
wajib bagi kita untuk memperhatikan dari mana harta itu diperoleh dan
menggunakannya dengan baik dan benar sehingga memberikan manfaat
bagi orang lain.
Tujuan hukum Islam secara umum adalah untuk mencegah
kerusakan pada manusia dan mendatangkan maslahah bagi mereka,
mengarahkan kepada kebenaran untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia
dan akhirat, dengan perantara segala yang bermanfaat serta menolak yang
medarat atau tidak berguna bagi kehidupan manusia.
2.4. Menumbuhkan Kesadaran Untuk Taat Hukum
Menurut ahli ushul fiqih, hukum Islam adalah ketentuan Allah yang
berkaitan dengan perbuatan yang mukallaf yang mengandung suatu
tuntunan, pilihan atau yang menjadikan sesuatu sebab, syarat, atau
penghalang bagi adanya sesuatu yang lain.
Menurut ahli fiqih, hukum syari’i (Islam) adalah akibat yang timbul dari
perbuatan orang yang mendapat beban Allah SWT., dan ini dibagi menjadi
2 bagian: Hukum taklifi, dan Hukum wad’i

a. Hukum Taklifi
Hukum Taklifi adalah ketentuan Allah yang mengandung
ketentuan untuk dikerjakan oleh mukallaf atau ditinggalkannya atau
yang mengandung pilihan antara dikerjakan dan ditinggalkan.
Hukum Taklifi dibagi menjadi 5 macam:

1) Ijab, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk dilakukan


suatu perbuatan dengan tuntutan pasti, disebut wajib.

2) Nadb, adalah ketetntuan Allah yang menuntut agar dilakukan


suatu perbuatan dengan tuntutan yang tidak harus dikerjakan.
Sedangkan kerjaan yang dikerjakan secara sukarela disebut sunah.

3) Tahrim, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk


ditinggalkan suatu perbuatan dengan tuntutan tegas. Perbuatan
yang dituntut untuk ditinggalkan disebut haram.

4) Karahah, adalah ketentuan untuk meninggalkan suatu perbuatan


dengan tidak tegas untuk ditinggalkannya, sedangkan perbuatan
yang dituntut untuk ditinggalkannya dusebut makruh

5) Ibahah, adalah ketentuan Allah yang mengandung hak pilihan


orang mukallaf antara mengerjakan dan meninggalkannya.
Pekerjaan yang diperkenankan untuk dikerjakan dan ditinggalkan
disebut mubah
b. Hukum Wad’i
Hukum Wad’i adalah ktentuan Allah yang mengandung
pengertian bahwa terjadinya sesuatu itu sebab, syarat, atau penghalang
sesuatu.
Misalnya:

 Sebab sesuatu, menjalankan sholat menjadi sebab kewajiban


wudhu
 Syarat sesuatu, kesanggupan mengadakan perjalanan ke Baitullah
menjadi syarat wajibnya menunaikan haji

 Penghalang sesuatu, berbeda agama menjadi penghalang harta


pusaka-mempusakai.
Kesimpulannya, hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan
oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al-Qur’an dan
dipertegas oleh Nabi Muhammad melalui sunah-Nya yang kini
terhimpun dengan baik dalam hadist.

2.5. Konstribusi Umat Islam dalam Perumusan Hukum


Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang bebeas dan
merdeka, karena inggin memperkuat kedudukan pribadinya untuk
memenuhi keinginan dan kegemarannya, mereka tidak sanggup
menghadapi tantangan alam untuk menyatukan diri dengan sodara
sesama manusia dan menyatakan usahanya dengan orang lain.Untuk
mengatasi itu tidak ada cara lain.
Ada 3 program yang harus dicermati dan difahami, yaitu:

1. Terwujudnya masyrakat yang agamis, berperadaban luhur,


berbasis hati nurani yang diilhami dan disinari firman ajaran
agama Allah.

2. Terhindarnya perilaku radikal , ekstrim, tidak toleran, dan


eksklusif dalam kehidupan beragama.

3. Terbinanaya masyarakat yang dapat menghayati, mengamalkan


ajaraj-ajaran agama dengan sebenarnya, mengutamakan
persamaan, menghargai HAM dan menghormati perbedaan
melalui internalisasi ajaran agama.
Aspek kehidupan sosial keadaanya selalu berubah-ubah mengikuti
perubahan waktu, tempat ,keadaan, maka syariat atau hukum yang
merupakan salah satu aspek sosial dengan sendirinya antara kehidupan
sosial dengan
macam hukum yang diwarnai oleh faktor kebangsaan dan faktor khusus
dan sifatnya tradisional.
Sistem hukum yang mewarnai hukum nasional kita di Indonesia selama ini
dasarnya terbentuk atau dipengaruhi oleh tiga pilar subsistem hukum yaitu
sistem hukum barat, hukum adat dan sistem hukum Islam, yang masing-masing
menjadi sub-sistem hukum dalam sistem hukum Indonesia. Sistem Hukum
Barat merupakan warisan penjajah kolonial Belanda yang selama 350 tahun
menjajah Indonesia. Penjajahan tersebut sangat berpengaruh padasistem hukum
nasional kita. Sementara Sistem Hukum
Adat bersendikan atas dasar-dasar alam pikiran bangsa Indonesia, dan
untuk dapat sadar akan sistem hukum adat orang harus menyelami dasar-dasar
alam pikiran yang hidup di dalam masyarakat Indonesia. Kemudian sistem
Hukum Islam, yang merupakan sistem hukum yang bersumber pada kitab suci
AIquran dan yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad dengan hadis/sunnah-Nya
serta dikonkretkan oleh para mujtahid dengan ijtihadnya.

1. UUD 1945
Hukum Islam dalam bentuk peraturan khusus yang berlaku bagi umat Islam
misalnya adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Pengadilan
Agama dan keberadaan Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang
penyebarluasannya dilakukan berdasarkan Inpres No. 1 Tahun 1991.
Sedangkan Hukum Islam dalam hukum nasional yang berlaku umum misalnya
ada pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria
khususnya yang mengatur tentang perwakafan tanah, Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979
tentang Kesejahteraan Anak, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak.
Undang-undang yang berlaku saat ini seperti, UU Perkawinan, UU
Peradilan Agama, UU Penyelenggaraan Ibadah Haji, UU Pengelolaan Zakat,
dan UU Otonomi Khusus Nanggroe Aceh Darussalam serta beberapa
undangundang lainnya yang langsung maupun tidak langsung memuat hukum
Islam seperti UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang mengakui
keberadaan Bank Syar
’ah dengan prinsip syari’ahnya, atau UU NO. 3 Tahun 2006 tentang
Peradilan Agama yang semakin memperluas kewenangannya, dan UU
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

2. Undang-undang Perkawinan
Dalam ikatan perkawinan sebagai salah satu bentuk perjanjian (suci)
antara seorang pria dengan seorang wanita, yang mempunyai segi-segi
perdata, berlaku beberapa asas, diantaranya adalah :

a. Kesukarelaan,

b. Persetujuan kedua belah pihak,

c. Kebebasan memilh,

d. Kemitraan suami-istri,

e. Untuk selama-lamanya,

f. Monogami terbuka.
3. Undang-undang Peradilan Agama
Peradilan adalah proses pemberian keadilan di suatu lembaga yang
disebut pengadilan. Pengadilan adalah lembaga atau badan yang
bertugas menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan setiap
perkara yang diajukan kepadanya. Peradilan Agama adalah proses
pemberian keadilan berdasarkan hukum agama Islam kepada
orangorang Islam yang dilakukan di Pengadilan Agama dan Pengadilan
Tinggi Agama.
Untuk menegakkan hukum islam yang berlaku secara yuridis
formal dalam negara republik indonesia, pada tanggal 8 desember 1988
presiden Republik Indonesia menyampaikan rancangan undang-undang
peradilan agama kepada dewan perwakilan rakyat untuk di bicarakan
dan di setujui sebagai undang-undang menggantikan semua peraturan
perundang-undangan tentang peradilan agama yang tidak sesuai lagi
dengan undang-undang dasar 1945 dan undang-undang tentang
pokokpokok kekuasaan kehakiman 1970.
 dan kepastian hukum yang berintikan keadilan dalam lingkungan
peradilan agama.
 Perlindungan terhadap wanita lebih di tingkatkan dengan jalan,
antara lain, memberikan hak yang sama kepada istri dalam berproses
dan membela kepentingannya di muka peradilan agama.
 Lebih memantapkan upaya penggalian berbagai asas dan kaidah
hukum islam sebagai salah satu bahan baku dalam penyusunan dan
pembinaan hukum nasional melalui yurisprudensi.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hukum Islam ialah ketentuan Allah yang berkaitan dengan perbuatan
orang mukallaf yang mengandung suatu tuntutan, pilihan, sebab, syarat, atau
penghalang bagi adanya sesuatu yang lain.
Syariat Islam menyamaratakan hukum dan keadilan antara sesama umat
Islam.Islam mengerahkan kekuatan manusia kepada tujuan besar, yaitu
kepentingan masyarakat dengan memanfaatkan segala bentuk kebajikan
yang disumbangkan setiap individu.
DAFTAR PUSTAKA

http://femimelinda.blogspot.com/2017/03/makalah-agama-islam-tentang-
hukumislam.html
http://3x05.blogspot.com/2009/09/normal-0-false-false-false.html
file:///D:/Kuliah/Agama/Ecko%20File_%20Menumbuhkan%20Kesadaran%20Un
tuk%20Taat%20Terhadap%20Allah%20SWT.pd
http://parepai.blogspot.com/2014/10/materi-iii-konsep-hukum-dalam-islam.html
https://uliyasiwi.wordpress.com/2011/10/11/makalah-pendidikan-agama-islam/

Anda mungkin juga menyukai