Anda di halaman 1dari 19

FILOSOFI HUKUM ISLAM

TUGAS UTS FILSAFAT HUKUM ISLAM

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Anton Afrizal Chandra, S.Ag, M.Si.

OLEH:

ARIEF FARHAN

NPM: 221022205

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2023
PENDAHULUAN

Sistem Hukum Islam pada negara-negara yang sebagian besar berpenduduk muslim
khususnya di negara bagian Timur Tengah itu memposisikan ‘kemanfaatan’ sebagain tujuan
hukum tertinggi dari pada keadilan, kepastian maupun kedamaian sebagaimana dianut oleh
negara Jepang. Tujuan hukum islam menurut Achmad Ali, lebih pada bagaimana hukum itu
mampu mewujudkan kemanfaatan kepada seluruh umat manusia. Prinsip hukumnya
bersandar pada Alquran dan Hadis Nabi SAW di mana hal-hal yang bermanfaat dapat
dilakukan, dan sebaliknya segala sesuatu yang menimbulkan moderat dilarang (al-Asl fi al-
manafi al-hall wa fi al-mudar al man’u). Secara garis besar, tujuan hukum islam untuk
mewujudkan ‘kemnfaatan’ berlandaskan pada prinsip umum Alquran, yaitu:

1. Al-Asl fi al-manafi al-hall wa fi al-mudar al man’u (segala sesuatu yang bermanfaat


diperbolehkan, dan segala sesuatu yang mudarat dilarang).
2. 2. La darara wa la dirar (jangan memunculkan kemudaratan dan jangan menjadi
korban kemudaratan).
3. 3. Ad-Darar yuzal (bahaya harus dihilangkan).

secara teori tujuan hukum modern mencakupi keadilan, kemanfaatan dan kepastian
hukum. Negara-negara di Timur Tengah yang sebagain besar berpenduduk muslim, maka
negara-negara tersebut menggunakan sistem hukum Muslim Law, yaitu, hukum yang
berdasarkan syariah Islam yang bersumber dari Alquran dan Hadis Nabi. Kata syariah berasal
dari bahasa Arab yaitu “jalan yang harus diikuti”. Syariah secara langsung berasal dari
perintah Allah, yang di dalamnya dinilai sedikit ada campur tangan manusia dalam hal untuk
menafsirkan dan menjabarkan perintah Wahyu Allah. Maka secara hirarki sumber syariah
adalah Alquran, Hadis Nabi Muhammad SAW, Ijma’ (konsensus para ulama), dan Qiyas
(dedukasi analogis yang melengkapi pemahaman terinci terhadap Alquan dan Hdis Nabi).
Sedangkan tujuan dari syari’ah itu adalah untuk mengatur keterikatan manusia dengan Allah
SWT, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam sekitar lingkungannya1.

Hukum Islam merupakan hukum yang berdasar, beroperasional dan memiliki tujuan
sesuai dengan wahyu. Ia ada dan memiliki kekuatan berdasarkan wahyu. Ia memerintah dan
melarang berdasarkan wahyu. Dalam artian lain dapat dikatakan bahwa nilai yang dianggap
benar maupun salah adalah apa yang dianggap benar atau salah oleh wahyu. Di samping itu,

1
Doi, A. R. I., Zaimudin, & Sulaiman, R. (2002). Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah). Pt
Rajagrafindo Persada
akal hadir sebagai sarana pendukung untuk memahami atau memikirkan operasional hukum.
Hukum Islam hadir dalam rangka mewujudkan kemaslahatan bagi hamba. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Ibn Qayyim al-Jauziyah bahwa substansi dari konsep Maqashid Syariah
adalah mencegah kerusakan bagi manusia dan mendatangkan kemashlahatan kepada mereka,
pengendalian dunia dengan kebenaran, keadilan dan kebajikan serta menerangkan jalan yang
harus dilalui di hadapan akal manusia dalam kebutuhan dharuriy manusia yang lima, baik
agama, jiwa, akal, keturunan harta bahkan termasuk kehormatan diri2.

Islam sebagai agama amal yang mengapresiasi pemikiran tidak semata-mata bersumber
dari filsafat Yunani, maupun pemikiran barat yang ada. Dapat kita saksikan betapa Al-Quran
dan Hadis sendiri mengandung ajaran yang sangat menghormati kemampuan nalar. Hanya
saja dengan logika Yunani rasionalisme islam lebih berkembang dan kukuh.

Ilyas Supena mencoba memberikan argumentasi penghormatan Islam terhadap fungsi


nalar didasarkan pada beberapa hal: pertama, akal merupakan satu factor yang menjadikan
manusia dipandang sebagai makhluk ciptaan Allah SWT; kedua, Dengan akalnya manusia
dapat mencapai peradaban dan kebudayaan yang sangat tinggi; ketiga, dengan akal pula
manusia dapat mengemban tugas sebagai khalifah dimuka bumi; keempat, Allah SWT.
Sendiri memerintahkan manusia untuk menggunakan akal, termasuk dalam hal memahami
Al-Qur’an itu sendiri dan mencemooh orang-orang yang tidak menggunakan akal.3.

Aktivitas penalaran dalam term hukum Islam dikenal dengan isti- lah ijtihad (reasening or
the exercise of judgement). Ditelisik dari sisi eti- mologi, ijtihad merupakan bentuk dari kata
benda dari konjungsi (tasyrif) ijtihādayajtahiduijtihādan yang mengandung pengertian usaha
keras, dan pengerahan segala kemampuan untuk mencapai orientasi tertentu.26 Khaled Abou
el-Fadl, memberikan kontribusi berharga terkait etika ijtihad yang harus dimiliki oleh para
mujtahid, setidaknya harus berpegang pada lima etik, yakni: (1) ia harus sungguh-sungguh
mengkaji persoalan; (2) melihat persoalan secara komprehensif; (3) mengungkap kebenaran
secara jujur; (4) mengendalikan diri dari sikap merasa paling benar; dan (5) ia harus
berpegang pada asas rasionalitas.

Kesungguhan (effort); misalnya mengandung arti seorang harus tekun dalam mencari dan
menganalisis sumber-sumber tekstual dengan masalah yang dibahas. Sementara pengendalian

2
Nabilah, W. (2021b). Persecutory and Defamation as Barriers to Inheritance (Review of Maqāṣid Shari’ah in
a Compilation of Islamic Law). ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam, 6(1), 49–62
3
Ilyas Supena, Pengantar Filsafat Islam, (Semarang: Walisongo Press, 2010) hal. 7-8.
diri berarti seorang harus menahan diri untuk tidak memonopoli kebenaran pembacaan atas
teks. Pengendalian diri ini mengandung konsekuensi bahwa seseorang harus menjunjung
tinggi semangat dialog dengan para pembaca lain dalam melakukan pembacaan atas teks.4

PERBANDINGAN HUKUM ISLAM

Hukum Islam merupakan rangkaian dari kata “hukum” dan kata “Islam”. Kedua itu
secara terpisah, merupakan kata yang digunakan dalam bahasa Arab dan terdapat dalam Al-
Qur’an, juga berlaku dalam bahasa Indonesia. “hukum Islam” sebagai suatu rangkaian kata
telah menjadi bahasa Indonesia yang hidup dan terpakai. Dalam bahasa Indonesia kata
‘hukum’ menurut Amir Syarifuddin adalah seperangkat peraturan tentang tingkah laku
manusia yang diakui sekelompok masyarakat, disusun orang-orang yang diberi wewenang
oleh masyarakat itu, berlaku dan mengikat untuk seluruh anggotanya. Bila kata ‘hukum’
menurut definisi di atas dihubungkan kepada ‘Islam’ atau ‘syara’, maka ‘hukum Islam’ akan
berarti: “seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunah Rasul tetang tingkah laku
manusia mukalaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam5.

Ulama Syi’ah berpendapat bahwa akal merupakan sumber hukum fikih berkenaan
dengan sesuatu yang tidak tersebut dalam al-Qur’an atau Sunnah, meskipun mereka
mendefinisikan sunnah dengan arti yang lebih luas. Tetapi menurut syi’ah Imamiyah bahwa
penerimaan akal sebagai salah satu sumber fikih Islam itu karena ada dasar syara’. Dengan
adanya izin syara inilah kebenaran, menurut mereka dapat diperoleh melalui petunjuk akal.
Sedang jumhur fuqaha tidak menjadikan akal sebagai pembuat hukum dan mereka
mengembalikan sesuatu yang tak ada nashnya kepada sesuatu yang ada nashnya dengan
beberapa jalan, baik dengan jalan qiyas, istihsan, atau dikembalikan kepada kemaslahatan
yang dibenarkan syara’ meskipun tidak ada dalil khusus yang menunjukannya. Menurut
Muhammad Abu Zahrah perbendaan pendapat antara ulama syi’ah dengan jumhur fuqaha
tentang eksistensi akal (apakah bisa dianggap sebagai dalil atau tidak ketika tidak ada nash)
adalah berpangkal dari adanya perbedaan dalam masalah tahsin aqliy (kebaikan menurut
akal). Oleh karena itu dalam hal akidah golongan syi’ah imamiyah menganut madzhab

4
Jasser Auda menyatakan filsafat hukum islam (spesifik) baru muncul pada abad ke-5 H, di mana hingga abad
ke-5 H metode literal dan nominal terbukti tidak mampu menangani kompleksitas perkembangan, peradaban,
hukum islam. Inilah mengapa metode nalar “maslahah mursalah” dikembangkan sebagai metode yang
mencakup apa yang disebut dalam nas Jasser Auda. Membumikan hukum islam melalui maqasid syariah. Terj.
Rosidin dan Ali Abd el-mun’im, (Bandung: Mizan, 2015) hal.50
5
Amir Syarifuddin.Ushul Fiqih Jilid 1. (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 6
Mu’tazilah, maka mereka memandang akal sebagai sumber hukum pada saat nash tidak
ditemukan.

Selain itu, pendapat para jumhur ulama yang berpegang pada urutan sumber hukum
adalah Al-quran, as-Sunah, Ijma dan qiyas pada hakikatnya tidak menafikan peranan akal
sebagai alat untuk memahami sumber-sumber hukum Islam, hanya saja jumhur ulama tidak
menjadikannya bagian dari sumber hukum Islam. Dan jelas hal ini akan menyulitkan bagi
orang-orang yang memang kemampuan akalnya terbatas. Sedangkan pendapat ulama
Mu’tazilah ‘Abd al-Jabbar yang berpegang bahwa urutan sumber hukum Islam adalah akal,
al-Qur’an, as-Sunnah dan Ijma. Dimana eksistensi akal begitu penting, namun tentunya hanya
orang-orang yang telah memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai at-tauhid wa ‘adl
(mengetahui dan memahami kemaha adilan Tuhan) yang berhak menggunakan akalnya
sebagai sumber hukum. Di sisi lain, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang
kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya’. (Hadits Shahih Lighairihi,
H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm).

Namun, dalam Al-qur’an dengan jelas memerintahkan kita mengikuti apa yang
diajarkan nabi yaitu berpegang pada Al-qur’an dan al-hadis sehingga dari ungkapan tersebut
jelaslah kalangan Ahlu sunnah berpegang al-qur’an dan al-hadis sebagai sumber utama
hukum Islam. “dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa-apa
yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr:7)6.

Proses kolaborasi dan akulturasi antara hukum Islam di beberapa Negara Islam dengan hukum yang
berkembang di Barat, disadari atau tidak merupakan kenyataan empiris yang telah terjadi. Indikasi ini dapat
dilihat dari beberapa produk perundang-undangan yang teraktualisasi di Negara-negara Islam itu sendiri.
Dengan kata lain Negara Islam yang benar-benar telah mengaktualisasikan hukum Islam secara
murni dalam praktiknya akan mengalami kesulitan. Beberapa negara tertentu saja yang menurut banyak
pihak masih menjalankan praktik hukum Islam secara murni, sebut saja misalnya Negara Arab Saudi dan
Yaman Utara, inipun perlu ditanyakan kembali kebenarannya,sebab masalah qishas di Negara
Saudi Arabia masih timpang, artinya tidakdiberlakukan secara komperhensif. Adapun yang masih
berada dalam masa transisi menuju hukum Islam yaitu Negara Pakistan.

6
TAHKIM, Jurnal Peradaban dan Hukum Islam. Vol.1 No.1 (Maret, 2018), Hal 102-116
Di dalam Negara Islam atau Negara-negara berpenduduk muslim, dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok besar, sebagaimana yang di petakan Tahir Mahmud dalam memandang pemberlakuan hukum
Islam khususnya dalam hukum keluarga :
1. kelompok Negara-negara yang mengikuti (memberlakukan) hukum kelurga Islam secara
tradisioanal, di mana hukum keluarga Islam klasik/tradisioanal diberlakukan menurut
madhab yang bervariasi sebagai warisan yang bersifat turun-temurun, tidak pernah berubah
dan tidak pernah dikodifikasi hingga masa-masa sekarang. Di antara Negara-negara yang tergolong
kelompok ini ialah Saudi Arabia, Yaman, Bahrai dan Kuwait.
2. kelompok Negara-negara yang telah melakukan pembaharuan hukum keluarga Islam. Kelompok-
kelompok Negara ini adalah Negara yang telah melakukan pembaharuan hukum keluarga. Misalnya
Negara Mesir tahun 1920-1946 yang mulai mengadakan reformasi dengan memadukan mahzab
Hanafi, Syafi’i. Negara lain yang melakukan hal serupa adalah Sudan, Jordan , Siria, Tunisia,
Maroco, Algeria, Irak, Iran dan Pakistan.
3. Kelompok Negara-negara sekuler di mana hukum keluarga Islam telahditinggalkan dan
digantikan dengan undang-undang hukum modern
yang berlaku untuk seluruh penduduk dan dapat dikatakan terlepas dari agamamereka.
Di antara contohnya adalah Negara Turki yang oleh EdwardMortimer dijuluki sebagai bangsa
muslim dengan Negara sekuler yangmemberlakukan kode sipil yang didasarkan pada hukum-
hukum Barat.

Negara-Negara Yang Menyerap Hukum Eropa Dalam PemberlakuanHukumnya Negara-negara islam yang
yang menyerap atau menggunakan hukum Eropa antara lain:

1. Mesir
Republic Arab Mesir terletak dilaut Afrika. Jumlah penduduknya 40 juta jiwa, dan
hamper 91 % penduduknya beragama islam. Negara ini sejak tahun 1875 mengambil
hukum Perancis. Disamping mengundangkan Undang-Undang hokum pidana, Dagang
dan Maritim, Mesir juga membentuk system peradilan sekuler guna menerapkan semua
Undang-undang tersebut juga mengundangkan kode civil (Hukum Perdata) yang pada
dasarnya disusun menurut Undang-undang Perancis dan hanya beberapa saja yang
diambilkan dari syari'ah.
Pada masa pemerintahan Raja Taufiq, di Mesir ada lima peradilan yang hukumnya
dari berbagai sumber yang berbeda, peradilan -peradilan tersebut antara lain:
a. peradilan Syar'i yang merupakan peradilan tertua dan bersumber pada fiqih
islami
b. peradilan campuran, didirkan pada tahun 1875 yang bersumber pada undang-
undang Asing
c. peradilan ahli (adat) yang didirikan pada tahu 1883 bersumber pada undang-
undang Perancis
d. peradilan milliy (peradilan agama-agama diluar islam) sumber hukumya
adalah agama-agama lain diluar islam
e. peradilan qunsuliy (peradilan Negara-negara asing sumber) sumber hukumnya
menurut Negara masing-masing.

Pada tahun 1948 Mesir menggunakan KUHP baru yang ternyata isinya tidak
jauh berbeda dengan KUHP peninggalan Eropa. Meskipun menurut konstitusi Mesir
tahun 1977 dinyatakan bahwa Syari'at Islam menjadi sumber utama perundang-
undangan Mesir, nyatanya KUHP Mesir 1948 berlaku tanpa perubahan yang urgen.

2. Libya
Republik Jamariah Libiya terletak di Afrika Utara pada pantai laut tengah.
Jumlah penduduknya mencapai 2,1 juta jiwa dan presentase kaum muslimin mencapai
kurang lebih 99%. pada saat kemerdekaanya, Libya mengadopsi Kitab Undang-
Undang Pidana (KUHP) tahun 1953 yang didasarkan pada hukum barat sebagaimana
terefleksi dalam KUHP Mesir tahun 1948.
Namun demikian pada tahun 1971 dibentuklah sebuah komisi untuk merevisi
undang-undang Negara agar sesuai dengan prinsip-prisip syari'at islam. Dan pada
tahun 1973, di negara ini telah berlaku undang-undang baru tentang kejahatan
terhadap harta kekayaan dan undang-undang lainnya tentang zina, yang keduanya
berdasarkan hukum islam, Negara inilah yang diakui sebagai Negara pertama yang
melakukan kodifikasi hukum pidana islam dengan teknik perundang-undangan
modern.

3. Iran

Republik Islam Iran terletak di barat daya asing. Penduduknya kurang lebih
berjumlah 38 juta jiwa, 98% penduduknya memeluk agama islam. Dimana Shah Iran,
Negara ini menggunakan kitab undang-undang yang menggunakan doktrin-doktrin
hukum civil (kontinental).

Kitab undang-undang hukum pidana dan acara pidana disusun oleh sebuah komisi
yang terdiri dari ahli-ahli pidana Perancis. Meskipun konstitusi Iran 1906 memberi
kekuasaan pada dewan islam Iran untuk menolak setiap undang-undang yang tidak
sesuai dengan islam, pemerintah Shah Iran melahirkan hukum-hukum yang
bersumber dari hukum barat.

Situasi berubah dengan terjadinya revolusi Islam Iran yang kemudian


mendeklarasikan bahwa dimasa depan, Syari'at Islam menjadi satu-satunya sumber
dari semua perundang-undangan dinegara itu.

4. Sudan
Republik Demokrasi Sudan, terletak di benua Afrika. Penduduknya 18 juta jiwa
82% diantaranya beragama islam. setelah Sudan berada dibawah pemerintahan
Inggris, menjelang akhir abad 19, sejumlah Undang-undang Inggris dan India
diberlakukan dinegara ini, diantaranya:
1. Kitab undang-undang hukum pidana 1860
2. kitab undang-undang hukum acara pidana 1898 Undang-undang pidana Sudan ini
berdasarkan undang-undang pidana India. Setelah merdeka, di bawah ketentuan-
ketentuan komisi hukum konstitusi, dilakukanlah revisi undang-undang sehingga
sesuai dengan tradisi Negara. Konstitusi tetap berlaku diadopsi tahun 1973 telah
mendeklarasikan syari'at sebagai sumber utama perundang-undangan.

5. Iraq
Republik Iraq, penduduknya mencapai kurang lebih 12 juta jiwa dan 94
diantaranya memeluk agana islam. Negara ini pada awalnya menggunaklan Bagdhad
Perul Code 1918 dan I Bagda Criminal Procedure Code 1919 yang bersumber pada
KUHP India 1860 dan KUHP India 1898. Di tahun 1970, Iraq melegitimasi KUHP
dan KUHAP sendiri yang berasal dari sumber barat dan juga merefleksikan
pandangan sosialis tentang kejahatan dan hukuman.
6. Yordania
Di Yordania, berlaku hukum pidana yang diatur dalam KUHP baru Yordania yang
bersumber dari KUHP Mesir 1948 dan KHU. Suriah 1949. dimana di Yordania tidak
ada ruang bagi hudud dan qhishash.

7. Turky
Republik Turky adalah suatu Negara Islam merdeka yang pernah diisolasikan oleh
Musthafa Kemal atau yang dikenal dengan Kemal Attatrurk. Jumlah pendudukya 42
juta jiwa, 98% diantaranya memeluk agama Islam. Pada tahun 1926 Turky
mengundangkan hukum pidana yang didasarkan pada hukum Italy, sedangkan
Undang-undang Hukum Acara Pidana yang menyusul dua tahun kemudian, banyak
diilhami Undang-undang Jerman. Dalam bidang perdata memberlakukan Code Civil
yang diadopsi oleh Negara- negara ini setelah runtuhnya kekuasaan Ottoman
(Ottoman Empire), code civil Turki bersumber pada code civil Switzerland 1912,
yang mengangkat materi-materi hukum islam prinsipil.

8. Malaysia
Malaysia memilki system campuaran. Di negara ini system peradilan pidana
berlaku berdasarkan pada hukum pidana model India. KHUP India 1860 dan KUHP
1898 diadaptasi dengan kondisi local dengan berbagai perubahan, tetapi secara umum
masih tetap menjadi sumber hukum pidana dan acara pidana di Malaysia. Meski
demikian, ketentuan -ketentaun pidana yang bersumber dari ajaran islam diterapkan
dan menjadi kompetensi pengadilan Syari'ah (Syari'ah Court) dengan menggunakan
hukum acara dan pembuktian Syari'at.

9. Indonesia
Indonesia adalah Negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Pada saat ini
Indonesia masih menggunakan KUHP peninggalan belanda yang telah dirubah
beberapa kali sebgai sumber hukum pidana utama, disamping berbagai undang-
undang pidana (misalnya UU tindak pidana Korupsi) dan undang-undang yang
bermuatan pidana (misalnya UU perbankan, UU kesehatan). KUHP yang saat ini
berlaku di Indonesia berasal dari KUHP penjajah belanda (Wet boek van strafrech
1915) yang berdasarkan UU No 1 tahun 1945 dinyatakan berlaku tanpa perubahan.
Untuk hukum keluarga di Indonesia masih memberlakukan kitab undang- undang
hukum perdata barat (BW) selain pula memberlakukan undang- undang No.1 1974
tentang perkawinan dan juga kompilasi hukum islam yang diberlakukan atas asas
personalitas keislaman.7

FILOSOFI IBADAH DALAM RUKUN ISLAM

A. SYAHADATAIN
Syahadat adalah persaksian jiwa atas keberadaan Allah SWT dan Kerasulan
Muhammad SAW, syahadat ibadah yang diiktikadkan dalam hati manusia dengan
kalimat:

ُ ‫أ َ ْش َهدُ أ َ ْن ََل هإلَهَ هإ ََّل للاُ َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬
‫س ْو ُل للاه‬

"Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah".


Artinya:
"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah".
Kalimat Syahadat harus dipahami dengan benar karena di dalamnya
terkandung makna yang sangat tinggi. Dengan syahadat maka kehidupan kita akan
dijamin bahagia dunia dan akhirat. Syahadat sebagai kunci kehidupan, dan pondasi
dari pada ad-diin (agama).8
Nabi Muhammad SAW. Bersabad, “Barangsiapa yang bersyajadat bahwa
tidak ada tuhan selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya dan Muhammad adalah
hamba-Nya dan Rasul-Nya, dan Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya serta kalimat-
Nya yang Dia berikan kepada Maryam, serta ruh dari-Nya, niscaya Allah akan

7
Selvi Puttry, Jurnal: Perbandingan Hukum Islam di Beberapa Negara.
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/55735098/Perbandingan_Hukum_Islam_di_Beberapa_Negara-
libre.pdf?1517971902=&response-content-
disposition=attachment%3B+filename%3DPerbandingan_Hukum_Islam_di_Beberapa_Neg.pdf&Expires=1681
643183&Signature=A~O9tVCFBEZr5uHBpUfoXpDeIIBhSjUBLXLHgprWlHAvzwSMJ8-
MeB8VTx~MY1RW3wD6YtK4a9i~hWkw1jFul1rAjvp9AjEe7xF3NInN4ZBsXKAZDHSr~iHdBN8WdRHxh6
Ff74OivAx-zzuKQrzOoJWuHLeQGfpUQf6fTkiq6PVcd-
kFq5LpVX4QURtbkt6esxZ58pyJ7vqQWF0i1RJJ2aEgIn1a6up-
qLZ8~9ux6UtSEdwMKcPXz8d0QQWGgOZwlNa6em5EZ-
fnhpXEjaIDOz5cNFwLlAfgoti9rdx7DOUoEK5Pv5UTPCkE46E6Ks~3qZBLjoUYyx326qnrxeoB6A__&Key-
Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
8
Ahmad YCP, Makna Syahadatain, (Jakarta: Guepedia)
memasukkannya ke surga sesuai dengan amal yang dia telah perbuat” (HR al-Bukhari
dan Muslim)
Dalam riwayat lain, beliau bersabda, “Barangsiapa yang bersyahadat bahwa tidak ada
tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, niscaya Allah akan
mengharamkan jasadnya bagi api neraka.” (HR Muslim dan Lainnya)
Dari riwayat diatas, kita mengetahui pentingnya rukun ini bagi Islam secara
keseluruhan. Jika Islam tidak dapat berdiri tanpa rukun-rukunnya, Islam dan rukun-
rukunnya yang empat tidak dapat berdiri tanpa dua syahadat bahkan tidak ada sama
sekali. Dua syahadat bagi islam keseluruhan seperti ruh bagi tubuh.

B. SHALAT
Shalat adalah wujud ibadah yang pokok bagi seorang muslin, sehingga shalat
menjadi barometer atas ibadah-ibadah yang lainnya, jika shalatnya baik maka amalan
ibadah yang lain pun menjadi baik.
Ibadah shalat mempunyai kedudukan yang khusus dalam islam. Allah SWT memuji
hamba-Nya yang mukmin yang senantiasa menjaga waktu shalatnya. Bagi setiap
muslim shalat adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan petunjuk
Al-Qur’an dan Sunnah. Di dalam ibadah ini, terjadi komunikasi ruhaniah antara
muslim dengan pencipta-Nya tanpa tabir apapun, suatu bentuk dialog antara ruh yang
menempati jasmani dan Zat Yang Maha Tinggi Bagi setiap muslim shalat adalah
sebuah kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan
Sunnah. Di dalam ibadah ini, terjadi komunikasi ruhaniah antara muslim dengan
pencipta-Nya tanpa tabir apapun, suatu bentuk dialog antara ruh yang menempati
jasmani dan Zat Yang Maha Tinggi9.
Shalat juga mengambarkan tata intelegensi semesta yang total yang
sepenuhnya diawasi dan dikendalikan oleh suatu kekuatan yang Maha dasyat dan
Maha mengetahui, Tuhan yang maha Esa, Dan bila demikian, maka tidaklah keliru
bila dikatakan bahwa semakin mendalam pengetahuan seseorang tentang tata kerja
alam raya ini, akan semakin tekun dan khusyuk pula ia melaksanakan shalat
Mahmud Abdullah dosen ulumul Quran Al-Azhar mesir, menyatakan bahwa
shalat 5 waktu adalah asupan bernutrisi bagi ruh, jika seorang hamba bermunajat
kepada Tuhannya melalui shalat, hatinya akan semakin terang, dan dadanya pun

9
Panji Adam, S,Sy., M.H., Hukum Islam (Konsep, Filosofi dan Metodologi), 2019. (Jakarta: Sinar Grafika).
semakin lapang. Dia akan memohon kepada Allah SWT tanpa sesuatu penghalang
apapun. Dia berdiri dihadapan-Nya kapanpun dia mau dan berdialog dengan-Nya
tanpa satu pun penerjemah, dengan demikian, dia akan selalu merasa dekat dengan
Allah SWT dan tidak sedikit pun merasa jauh dari Nya. Dia juga akan dengan
mudahnya memohon pertolongan-Nya yang Maha mulia tanpa menghina hamba-Nya
sedikitpun yang datang kepadanya, yang maha Kaya dan memiliki Kerajaan langit
dan bumi tanpa sedikitpun kikir dalam memberikan permintaan hamba-hamba Nya.
Hal ini selaras dengan firman Allah SWT.
Dalam Surat Al-Baqoroh ayat:153. Allah berfirman:

‫ي َ ا أ َي ُّ هَ ا ا ل َّ هذ ي َن آ َم ن ُ وا ا سْ ت َ هع ي ن ُ وا ب ه ال صَّ ب هْر َو ال صَّ ََل ة ه إ ه َّن ّللاَّ َ َم َع ال صَّ ا ب ه هر ي َن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Berarti disini sabar dan shalat menjadi cara yang paling bijaksana dan paling
benar bagi seorang muslim menyikapi masalah dan cobaan yang menimpanya
sehingga kegelisahan tidak menjadi stress yang berkepanjangan.10

C. ZAKAT
Zakat merupakan kewajiban yang perintahkan Allah kepada kaum muslimin.
Zakat juga merupakan sebuah ibadah yang tercakup adalam rukun Islam ketiga. Zakat
dalam istilah fikih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk
diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Dari segi pelaksanaannya zakat
merupakan kewajiban sosial bagi para aghniya’ (hartawan) setelah kekayaannnya
memenuhi batas minimal (nishab) dan rentang waktu setahun (haul). Di antara
hikmah disyariatkannya zakat adalah untuk mewujudkan pemerataan keadilan dalam
ekonomi. Sebagai salah stu aset— lembaga—ekonomi Islam, zakat merupakan
sumber dana potensial strategis bagi upaya membangun kesejahteraan umat. Oleh
karena itu al-Qur’an memberi rambu agar zakat yang dihimpun disalurkan kepada
mustahiq (orang-orang yang benar-benar berhak menerima zakat).

10
Deden Suparman, MA, PEMBELAJARAN IBADAH SHALAT DALAM PERPEKTIF PSIKIS DAN MEDIS,
Fakultas Sains dan Teknologi, Edisi Juli 2015 Volume IX No.2
Menurut bahasa (etimologi), kata zakat berasal dari bahasa Arab zaka-yazku-
zakaan-zakaatan, mempunyai arti an-numuw wa az-ziyadah berkembang, bertambah,
berkah, tumbuh, bersih dan baik (az-Zuhaili, 2005B: 729). Dalam mu’jam al-Wasith
dijelaskan bahwa zakat secara bahasa adalah berkah, suci, baik, tumbuh, dan
bersihnya sesuatu. Sedangkan zakat dalam pengertian berkah ialah sisa harta yang
sudah dikeluarkan zakatnya seca kualitatif kan mendapat berkah dan akan
berkembang meskipun secara kuantitatif jumlahlah menyusut.
Dalam al-Qur’an Allah berfirman:
‫ك س َ ك َن‬ َ َ ‫خ ذ ْ هم ْن أ َ ْم َو ا ل ه هه مْ صَ د َ ق َ ة ً ت ُط َ ه ه ُر ه ُ مْ َو ت ُ َز ك ه ي هه مْ ب ه ه َ ا َو صَ له ع َ ل َ ي ْ هه مْ إ ه َّن صَ ََل ت‬
ُ
‫ل َ ه ُ مْ َو ّللاَّ ُ س َ هم يع ع َ ل هيم‬
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya
do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. (QS. At-Taubah: 103).
Sementara zakat menurut istilah syara’ zakat adalah rukun Islam ketiga setelah
syahadat dan shalat, ia merupakan bentuk kewajiban yang terpenting kepada umat
Islam dalam rangka berempati kepada sesama. Zakat juga diartikan sebagai hitungan
tertentu dari harta dan sejenisnya di mana syara’ mewajibkan mengeluarkannya
kepada para fakir, dan sejenisnya dengan syarat-syarat khusus. Para ulama’ lain
memberi penjelasan bahwa zakat merupakan hak yang wajib dikeluarkan dari harta.
Dari segi dikeluarkannya zakat, az-Zuhaili menjelaskan bahwa pengeluaran
zakat khusus pada waktu tertentu, dalam artian bahwa sempurnanya kepemilikan itu
selama setahun (hawl), baik harta berupa binatang ternak, uang, maupun barang
dagangan, begitu juga terhadap biji bijan (hasil sawah atau ladang), dipetiknya buah-
buahan, digalinya barang tambang, penghasilan dan profesi (menurut sebagian
ulama’), yang semuanya wajib dizakati. Maka dapat disimpulkan secara syara’, zakat
adalah penunaian hak yang wajib yang terdapat dalam harta. Zakat juga dimaksudkan
sebagai bagian harta tertentu dan yang diwajibkan oleh Allah untuk diberikan kepada
orang-orang fakir, miskin dan golongan lainnya.
Zakat selain sebagai kewajiban bagi umat Islam, melalui zakat, al-Qur’an
menjadikan suatu tanggungjawab bagi umat Islam untuk tolong-menolong antar
sesama. Oleh sebab itu, dalam kawajiban zakat terkandung unsur moral, pendidikan,
sosial dan ekonomi
1) Dalam bidang moral, zakat mengikis habis ketamakan dan keserakahan orang kaya,
menyucikan jiwa orang yang menunaikannya dari sifat kikir, menyucikan dan
mengembangkan harta bendanya.
2) Pendidikan dalam kewajiban zakat bisa dipetik dari rasa ingin memberi, berinfak dan
menyerahkan sebagian harta miliknya sebagai bukti rasa kasih sayang kepada sesama
manusia.
3) Dalam bidang sosial, dengan zakat, sekelompok fakir miskin dapat berperan dalam
kehidupannya, malaksanakan kewajibannya kepada Allah, atas uluran zakat dan
shadaqah yang diberikan oleh kaum yang mampu. Dengan zakat pula, orang yang
tidak mampu merasakan bahwa mereka bagian dari anggota masyarakat, bukan kaum
yang disia-siakan dan diremehkan.
4) Dalam bidang ekonomi, zakat bisa berperan dalam pencegahan terhadap penumpukan
kekayaan pada segelintir orang saja dan mewajibkan orang kaya untuk
mendistribusikan harta kekayaannnya kepada sekelompok orang fakir dan miskin.
Maka, zakat juga berperan sebagai sumber dana yang potensial untuk mengentaskan
kemiskinan. Zakat juga bisa berfungsi sebagai modal kerja bagi orang miskin untuk
dapat membuka lapangan pekerjaan, sehingga bisa berpenghasilan dan dapat
memenuhi kebutuhan sehari-harinya.11

D. SHAUM
Shaum adalah ibadah badaniah yang dilakukan dengan cara menahan lapar dan haus,
serta menahan hubungan badan bagi suami istri yang dilakukan sejak terbit fajar
sampai terbenam matahari pada bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah dimana keberkahannya tidak hanya
sebatas pada urusan akhirat saja namun juga pada urusan dunia (termasuk kesehatan).
Momen puasa Ramadhan merupakan kesempatan terbaik untuk kembali ke gaya
hidup sehat karena dengan puasa, seorang muslim akan dapat mengatur pola
makannya. Terdapat banyak penelitian yang menjelaskan manfaat Puasa Ramadhan
bagi kesehatan namun belum terangkum secara komprehensif. Ibadah puasa
Ramadhan memiliki banyak keutamaan sebagaimana yang telah disampaikan
Rasulullah shallallaahualaihi wa sallam dalam hadits-hadits yang shahih. Di

11
Ahmad Atabik, PERANAN ZAKAT DALAM PENGATASAN KEMISKINAN, Jurnal Zakat dan Wakaf,
ZISWAF, Vol. 2, No. 2, Desember 2015
antaranya, puasa Ramadhan merupakan sarana untuk mendapatkan ampunan dosa
yang telah lalu, pengangkatan derajat dan memperbanyak pahala kebaikan.
Puasa pada makhluk hidup adalah di antara hakikat-hakikat ilmiah yang
bisa diterima. Sesungguhnya yang berpuasa bukan hanya manusia saja. Karena
para ilmuwan biologi telah membuktikan bahwa terdapat banyak makhluk
hidup selain manusia menjalani puasa pada fase-fase kehidupan mereka, seperti:
Unta, ular anaconda, beruang kutub, dan serangga. Para ilmuwan juga menganggap
bahwa puasa adalah suatu fenomena kehidupan alami, yang menjadikan kehidupan
berjalan dengan lurus, sehat dan sempurna. Maka disini nampak dengan jelas
hikmah kesehatan pada syariat puasa.Karena puasa membantu seluruh makhluk
hidup untuk beradaptasi dengan makanan yang sangat sedikit dan membuatnya
mampu menjalani kehidupan secara alami dan normal. Sebagiamana ilmu-ilmu
pengetahuan modern menetapkan bahwa puasa juga melindungi makhluk hidup
dari berbagai penyakit dan membantu penyembuhan secara efektif.
badah puasa memiliki banyak manfaat, diantaranya bagi kesehatan fisik dan
psikis, manfaat untuk kesehatan fisik yaitu: mencegah penyakit jantung,
penambahan sel darah putih, menghindari penyakit kanker, menghindari
penyakit diabetes, mengurangi kecanduan merokok, Sedangkan manfaat bagi
kesehatan psikis antara lain: meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT,
memupuk kepedulian sosial, meredam marah, meningkatkan kecerdasan.

Puasa dapat mengantarkan manusia selamat di dunia terlebih di akhirat.


Rasulullah SAW Bersabdayang artinya: “Dari Abu Hurairah ra; Bahwa Rasulullah
Saw bersabda: "Puasa itu penjaga (perisai), maka janganlah berkata-kata buruk
(rafats) dan jangan berbuat kebodohan. Apabila ada orang yang mengajaknya
berkelahi atau menghinanya maka katakanlah “Sesungguhnya saya ini sedang
berpuasa” (ia mengulang ucapannya dua kali). Demi Dzat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang sedang berpuasa itu lebih harum di
sisi Allah dari pada harumnya minyak kasturi, Ia meninggalkan makanannya,
minuman dan nafsu syahwatnya karena Aku. Puasa itu bagiku dan Aku sendiri
yang akan membalasnya, sedang kebaikan itu (dibalas) dengan sepuluh
kebaikan yang serupa. Dan bagi mereka yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Ia
merasa senang saat berbuka lantaran puasanya, dan senang pula saat berjumpa
dengan Rabbnya juga karena puasanya ". (HR. Bukhari)
Kesimpulannya dari hadist tersebut, dikatakan bahwa puasa itu berperan
sebagai pelindung manusia dalam segala perbuatan maksiat seperti perkataan
buruk, berbuat kebodohan, berkelahi, menghina dll. Saat perpuasa, akan
memperbanyak amal kebajikan dan ganjaran pahala akan diberikan langsung
oleh Allah Swt dengan pahala dilipat gandakan. Saat puasa kita akan merasakan
begitu nikmatnya berbuka dan diharapkan juga dapat menumbuhkan rasa empati
dan kepedulian kepada orang fakir miskin yang tidak seberuntung kita. Dengan
puasa juga merupakan sarana kita untuk untuk lebih sering berjumpa dan
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Oleh karena itu hendaklah kita selalu
bersyukur dan berterimakasih kepada Allah Swt atas nikmat yang telah diberikan.12.

E. HAJI
Secara bahasa, kata haji bermakna ( ‫ ) صدْ قَ ْ ال‬al-qashdu, yang artinya menyengaja
untuk melakukan sesuatu yang agung. Haji juga bermakna mendatangi sesuatu atau
seseorang. Dikatakan hajja ilaina fulan (‫( فالنُإلينا ج ح‬artinya fulan mendatangi kita. Dan
makna rajulun mahjuj)‫ محجوج ُرجل‬adalah orang yang dimaksud.
Dari definisi di atas dapat diuraikan bahwa ibadah haji tidak terlepas dari hal-hal
berikut ini :
a) Ziarah : Yang dimaksud dengan ziarah adalah mengadakan perjalanan (safar)
dengan menempuh jarak yang biasanya cukup jauh hingga meninggalkan
negeri atau kampung halaman, kecuali buat penduduk Mekkah.
b) Tempat tertentu : Yang dimaksud dengan tempat tertentu antara lain adalah
Ka’bah di Baitullah Kota Makkah Al Mukarramah, Padang Arafah,
Muzdalifah dan Mina.
c) Waktu tertentu : Yang dimaksud dengan waktu tertentu adalah bahwa ibadah
haji hanya dikerjakan pada bulan bulan haji, yaitu bulan Syawal, Dzulqa’dah,
Dzulhijjah.
d) Amalan Tertentu : Yang dimaksud dengan amalan tertentu adalah semua yang
termasuk ke dalam perbuatan rukun haji, wajib haji dan sunnah seperti tawaf,
wuquf, sa’i, mabit di Mina dan Muzdalifah dan amalan lainnya.

12
Nabila Shafa Nuraini, Futri Ayu Asari, Rizka Nur'Aini, Siti Sabatul Habibah, Pengaruh Puasa Terhadap
Kesehatan Tubuh Dan Mental Dalam Islam, Politeknik Kesehatan Banjarmasin, JIS: JOURNAL ISLAMIC
STUDIESTahun 2023, Volume 1, Nomor 2, Bulan Maret
e) Dengan Niat Ibadah : Semua itu tidak bernilai haji kalau pelakunya tidak
meniatkannya sebagai ritual ibadah kepada Allah SWT .
Satu hal yang membedakan antara umrah dan haji adalah hukumnya. Umat
Islam telah sampai kepada ijma' bahwa ritual ibadah haji hukumnya wajib, fardhu 'ain
bagi setiap muslim yang mukallaf dan mampu. Bahkan ibadah haji merupakan salah
satu dari rukun Islam. Dimana orang yang mengingkari kewajiban atas salah satu
rukun Islam, dan haji termasuk di antaranya, bisa dianggap telah keluar dari agama
Islam.
Tidak seorang pun ulama yang mengatakan ibadah haji hukumnya sunnah,
semua sepakat mengatakan hukumnya wajib atau fardhu 'ain. Berbeda dengan ibadah
umrah. Para ulama tidak sepakat atas hukumnya. Sebagian bilang hukumnya sunnah,
dan sebagian lainnya mengatakan hukum wajib. Ibadah umrah menurut Mazhab Al-
Hanafiyah dan Al-Malikiyah hukumnya sunnah bukan wajib. Sedangkan pendapat
Mazhab Asy-Syafi'iyah dan Al- Hanabilah mengatakan bahwa umrah hukumnya
wajib minimal sekali seumur hidup.
Namun sesungguhnya secara teknis, semua orang yang menunaikan ibadah
haji, secara otomatis sudah pasti melakukan ibadah umrah. Karena pada dasarnya
ibadah haji adalah ibadah umrah plus dengan tambahan ritual lainnya13

13
Ahmad Sarwat, Lc. MA, 2019, Ibadah Haji: Rukun Islam Kelima, Jakarta: Rumah Fiqih Publishing.
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Doi, A. R. I., Zaimudin, & Sulaiman, R. (2002). Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum
Allah (Syariah). Pt Rajagrafindo Persada.
Ilyas Supena, Pengantar Filsafat Islam, (Semarang: Walisongo Press, 2010) hal. 7-8.
Jasser Auda menyatakan filsafat hukum islam (spesifik) baru muncul pada abad ke-5
H, di mana hingga abad ke-5 H metode literal dan nominal terbukti tidak mampu menangani
kompleksitas perkembangan, peradaban, hukum islam. Inilah mengapa metode nalar
“maslahah mursalah” dikembangkan sebagai metode yang mencakup apa yang disebut dalam
nas Jasser Auda. Membumikan hukum islam melalui maqasid syariah. Terj. Rosidin dan Ali
Abd el-mun’im, (Bandung: Mizan, 2015) hal.50.
Amir Syarifuddin.Ushul Fiqih Jilid 1. (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 6
Ahmad YCP, Makna Syahadatain, (Jakarta: Guepedia)
Panji Adam, S,Sy., M.H., Hukum Islam (Konsep, Filosofi dan Metodologi), 2019.
(Jakarta: Sinar Grafika).
Ahmad Sarwat, Lc. MA, 2019, Ibadah Haji: Rukun Islam Kelima, Jakarta: Rumah
Fiqih Publishing.

Jurnal
Nabilah, W. (2021b). Persecutory and Defamation as Barriers to Inheritance (Review
of Maqāṣid Shari’ah in a Compilation of Islamic Law). ALHURRIYAH: Jurnal Hukum
Islam, 6(1), 49–62.
Selvi Puttry, Jurnal: Perbandingan Hukum Islam di Beberapa Negara.
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/55735098/Perbandingan_Hukum_Islam_di_Beberapa_
Negara-libre.pdf?1517971902=&response-content-
disposition=attachment%3B+filename%3DPerbandingan_Hukum_Islam_di_Beberapa_Neg.
pdf&Expires=1681643183&Signature=A~O9tVCFBEZr5uHBpUfoXpDeIIBhSjUBLXLHgp
rWlHAvzwSMJ8-
MeB8VTx~MY1RW3wD6YtK4a9i~hWkw1jFul1rAjvp9AjEe7xF3NInN4ZBsXKAZDHSr~
iHdBN8WdRHxh6Ff74OivAx-zzuKQrzOoJWuHLeQGfpUQf6fTkiq6PVcd-
kFq5LpVX4QURtbkt6esxZ58pyJ7vqQWF0i1RJJ2aEgIn1a6up-
qLZ8~9ux6UtSEdwMKcPXz8d0QQWGgOZwlNa6em5EZ-
fnhpXEjaIDOz5cNFwLlAfgoti9rdx7DOUoEK5Pv5UTPCkE46E6Ks~3qZBLjoUYyx326qnr
xeoB6A__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
Deden Suparman, MA, PEMBELAJARAN IBADAH SHALAT DALAM PERPEKTIF
PSIKIS DAN MEDIS, Fakultas Sains dan Teknologi, Edisi Juli 2015 Volume IX No.2
Ahmad Atabik, PERANAN ZAKAT DALAM PENGATASAN KEMISKINAN, Jurnal Zakat dan
Wakaf, ZISWAF, Vol. 2, No. 2, Desember 2015
TAHKIM, Jurnal Peradaban dan Hukum Islam. Vol.1 No.1 (Maret, 2018), Hal 102-
116
Nabila Shafa Nuraini, Futri Ayu Asari, Rizka Nur'Aini, Siti Sabatul Habibah,
Pengaruh Puasa Terhadap Kesehatan Tubuh Dan Mental Dalam Islam, Politeknik Kesehatan
Banjarmasin, JIS: JOURNAL ISLAMIC STUDIESTahun 2023, Volume 1, Nomor 2, Bulan
Maret

Anda mungkin juga menyukai