Anda di halaman 1dari 11

HUKUM ISLAM

TUGAS UTS

TAHUN AJARAN 2021/2022

OLEH

Nama: Putu Putri Pradnyani Dewi

NPM: 2004742010074

Absen: 36

Kelas: Reguler Ii B
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum islam merupakan istilah khas di Indonesia,sebagai terjemahan dari al-fiqh al-
islamy atau dalam keadaan konteks tertentu dari as-syariah al islamy.Istilah ini dalam wacana
ahli Hukum Barat disebut Islamic Law.Dalam Al-Qur’an dan Sunnah,istilah al-hukm al-Islam
tidak ditemukan.Namun yang digunakan adalah kata syari’at islam,yang kemudian dalam
penjabarannya disebut istilah fiqih.Uraian diatas memberi asumsi bahwa hukum dimaksud
adalah hukum islam.Sebab,kajiannya dalam perspektif hukum islam,maka yang dimaksudkan
pula adalah hukum syara’ yang bertalian dengan akidah dan akhlak.

Menurut T.M,Hasbi Ashshiddiqy mendefinisikan hukum islam adalah koleksi daya upaya
para ahli hukum untuk menerapkan syariat atas kebutuhan masyarakat.Dalam khazanah ilmu
hukum islam di Indonesia,istilah hukum islam dipahami sebagai penggabungan dua kata,hukum
dan islam.Hukum adalah seperangkat peraturan tentang tindak tanduk atau tingkah laku yang
diakui oleh suatu Negara atau masyarakat yang berlaku dan mengikat untuk seluruh
anggotanya.Kemudian kata hukum disandarkan kepada kata islam.Jadi,dapat dipahami bahwa
hukum islam adalah peraturan yang dirumuskan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul
tentang tingkah laku mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan
diyakini berlaku mengikat bagi semua pemeluk agama islam.

Pada dasarnya yang menjadi sumber norma dan hokum islam adalah kitab suci Alqur’an
dan sunah Rasulullah saw. Keduanya merupakan sumber pokok atau sumber utama. Akan tetapi
kalau di rinci, sebetulnya selain dua sumber tersebut, masih ada sumber lain yang berkedudukan
sebagai sumber perlengkap atau tambahan-tambahan atau penjelasan, yang disebut “Ijtihad” ini
bentuk bermacam-macam, seperti Ijma’ ra’yu, Qiyas, istihsan mashallah mursalah, istihab, dan
saddu-dzair’ah.

1.2 Rumusan Masalah

• Apa saja sumber-sumber ajaran agama islam?

• Apa hubungan Al-Quran dan Al-Sunnah?


1.3 Tujuan

• Untuk mengetahui sumber-sumber ajaran agama islam

• Untuk mengetahui hubungan antara Al-Quran dan Al-Sunnah


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sumber-Sumber Ajaran Agama Islam

1. Al-Quran

Definisi tentang Al-Qur’an telah banyak dirumuskan oleh beberapa ulama’,akan tetapi
dari beberapa definisi tersebut terdapat empat unsur pokok,yaitu :

1. Bahwa Al-Qur’an itu berbentuk lafazt yang mengandung arti bahwa apa yang disampaikan
Allah melalui Jibril kepada Nabi Muhammad dalam bentuk makna dan dilafazkan oleh Nabi
dengan ibaratnya sendiri tidaklah disebut Al-Qur’an.

2. Bahwa Al-Qur’an itu adalah berbahasa Arab

3. Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW

4. Bahwa Al-Qur’an itu dinukilkan secara mutawatir

Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan (Nuzulul Qur’an). Wahyu
yang pertama kali turun tersebut adalah Surat Alaq, ayat 1-5. Al-Qur’an memiliki beberapa nama
lain, antara lain, yaitu Al-Kitab (Buku), Al-Furqan (Pembeda benar salah), Adz-Dzikr (Pemberi
peringatan), Al-Mau’idhah (Pelajaran/nasihat), Al-Hukm (Peraturan/hukum), Al-Hikmah
(Kebijaksanaan), Asy-Syifa’ (Obat/penyembuh).

2. Sunnah Nabi/ Hadits

Hadist merupakan bagian dari sunnah Rasulullah.Pengertian sunnah sangat luas,sebab


sunnah mencakup dan meliputi:

1. Semua ucapan Rasulullah SAW yang mencakup sunnah qauliyah

2. Semua perbuatan Rasulullah SAW disebut sunnah fi’liyah

3. Semua persetujuan Rasulullah SAW yang disebut sunnah taqririyah


Pembagian hadist dapat pula dilakukan melalui pembagian berdasarkan rawinya dan berdasarkan
sifat perawinya.

1. Matan, teks atau bunyi yang lengkap dari hadist itu dalam susunan kalimat yang tertentu.

2. Sanad, bagian yangg menjadi dasar untuk menentukan dapat di percaya atau tidaknya sesuatu
hadist. Jadi tentang nama dan keadaan orang-orang yang sambung-bersambung menerima dan
menyampaikan hadist tersebut, dimulai dari orang yang memberikannya sampai kepada
sumbernya Nabi Muhammad SAW yang disebut rawi.

Ditinjau dari sudut periwayatnya ( rawi ) maka hadist dapat di golongkan ke dalam empat
tingakatan yaitu:

• Hadist mutawir, hadist yang diriwayatkan oleh kaum dari kaum yang lain hingga sampai pada
Nabi Muhammad SAW.

• Hadist masyur, hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah orang, kemudian tersebar luas. Dari
nabi hanya diberikan oleh seorang saja atau lebih.

• Hadist ahad, hadist yang diriwayatkan oleh satu, dua atau lebih hingga sampai kepada nabi
muhammad.

• Hadist mursal, hadist yang rangkaian riwayatnya terputus di tengah-tengah,se hingga tidak
sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

3. Al-Ijma

Ijma berati kesepakatan pendapat di antara mujtahid, atau persetujuan pendapat di antara
ulama fiqih dari abad tertentu mengenai masalah hukum. Jika dilihat dari segi cara
melakukannya, Al-ijma dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Ijma’ shoreh (jelas atau nyata) adalah apabila ijtihad terdapat beberapa ahli ijtihad atau
mujtahid menyampaikan ucapan atau perbuatan masing-masing secara tegas dan jelas.

2. Ijma’ sukuti (diam atau tidak jelas) adalah apabila beberapa ahli ijtihad atau sejumlah
mujtahid mengemukakan pendapatnya atau pemikirannya secara jelas.
Jika dilihat dari segi kepastian hukum, maka ijma’ dapat digolongkan menjadi :

1. Ijma’ qathi yaitu apabila ijma’ tersebut memiliki kepastian hukum ( tentang suatu hal)

2. Ijma’ dzanni yaitu ijma’ yang hanya menghasilkan suatu ketentuan hukum yang tidak pasti.

4. Al-Itjihad

Menurut definisi bahasa arab ijtihad ialah mencurahkan segala kemampuan di dalam
mendapatkan hukum syara’ dengan cara istimbat dari Al-Quran dan hadist.Mujtahid adalah
seseorang yang melakukan ijtihad. Para mujtahid pada zaman sahabat hingga zaman tabi’in
mengambil hukum-hukum suatu masalah langsung dari Al-Quran dan hadist muhammad SAW.

Mujtahid dapat dikelompokkan ke dalam 4 klasifikasi:

1. Mujtahid yang bekemampuan berijtihad seluruh amsalah hukum islam dan hasilnya diikuti
oleh orang-orang yang tidak sanggup berijtihad. Mereka berusaha sendiri, tanpa memungut
pendapat orang lain.

2. Mujtahid filmadzhab atau mujtahid yang di dalam berijtihad mengikuti pendapat salah satu
madzhab dengan beberapa perbedaan. Misalnya abu yusuf yang mengikuti pendapat madzhab
manafi.

3. Mujtahid fil masail atau mujtahid yang hanya membidangi dalam masalah-masalah tertentu.

4. Mujtahid yang mengikatnya diri muqoyyad ciri-ciri mujtahid yang termasuk dalam kelas
muqoyyad:

a. Mengikuti pendapat-pendapat ulama’ salaf

b. Mengetahui sumber-sumber hukum dan masalahnya

c. Mampu memilih pendapat yang di anggap lebih baik dan benar.

5. Al-Qiyas

Qiyas ialah menyamakan suatu peristiwa yang tidak ada hukumnya dalam nash kepada
kejadian yang lain yang hukumnya dalam nash karena adanya kesamaan dua kejadian dalam illat
hukumnya.Seterusnya dalam perkembangan hukum islam kita jumpai qiyas sebagai sumber
hukum yang keempat. Arti perkataan bahasa arab “Qiyas” adalah menurut bahasa ukuran,
timbangan. Persamaan (analogy) dan menurut istilah ali ushul fiqih mencari sebanyak mungkin
persamaan antara dua peristiwa dengan mempergunakan cara deduksi (analogical deduction).

6. Al-Istikhsan

Al-istikhsan adlah meninggalkan hukum yang diperoleh melalui qiyas yang jelas (jali) untuk
menjalankan hukum yang tidak jelas (khafi) karena adanya dalil syara’ atau logika yang
membenarkan atau meneruskan meninggalkannya. Pada prinsipnya adalah meninggalkan hukum
yang bersifat umum untuk melaksanakan istisna oleh karena aa atau terdapat dalil tertentu.
Perbedaan pendapat tentang istihsan pada penggunaanya sebagai dalil sebenarnya prbedaan
dalam memberi arti kepada istihsan itu dari banyak istilah yang dikemukakan tntang istihsan
maka yang paling tepat dan sesuai dengan maksud penolakan imam syafi’i menurut yang sering
di nukilkan itu adalah “ sesuatu cara yang cenderung dan senang perasaan manusia
melakukannya sedangkan pihak lain menganganggapnya baik” atau “ petunjuk atau dalil yang
muncul pada diri seseorang mujtahid sedangkan dia tidak mampu melahirkannya. “

7. Al-Maslahah Mursalah

Maslahah mursalah atau lengkapnya “ al-masalihul mursalah berarti kemaslahatan yang


dilepaskan. Maslahah mursaah adalah kebaikan atau kemaslahatan yang tidak disinggung-
singgung syara’ mengenai hukumnya, baik di dalam mengerjakan atau meninggalkannya akan
tetapi dikerjakannya, akan tetapi dikerjakan akan membawa manfaat dan menjauhkan
kemudhoratannya, bahkan kemudhorotan tersebut dapat hilang sama sekali.

Syarat maslahat mursalah yaitu :

1. Hanya berlaku dalam bidang muamalah jadi tidak berlaku dibidang aqidah dan ibadah.

2. Tidak bertentangn dengan maksud hukum islam atau salah satu dalilnya yang sudah dikenal
( dalam hal ini Al-Quran dan hadist nabi)

3. Ditetapkan karena kepentingan yang jelas dan sangat diperlukanmasyarakat yang luas.
8. Al-Urf

Urf yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan uang sebagai
pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga telah
dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.

9. Al-Istihab

Istilah istihab memiliki arti tersendiri, sedangkan dalam ilmu ushul sendiri, menetapkan hukum
sesuatu menurut keadaan yang terjadi sebelumnya sampai ada dalil yang merubahnya. Pada
dasarnya istihab adalah menjadikan hukum tentang sesuatu hal yang telah ada sejak semula tetap
berlaku sampai adanya peristiwa berikutnya, kecuali ada dalil yang mengubah hukum itu.

Istihab merupakan salah satu cara dari istidlal,istihab dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu:

1. Istihab kepada hukum akal dalam predikat”boleh” istihab ini berdasarkan atas prinsip bahwa
asal sesuatu itu boleh. Karena itu kalau tidak ada dalil pelarangan atau suruhan, maka sesuatu itu
di hukumi boleh atau mubah.

2. Istihab kepada hukum syara’ yang sudah ada dalilnya dan tidak ada sesuatu dalil yang
merubahnya.

2.2 Hubungan dan Perbadaan Antara Al-Quran dan Al- Sunnah

Hubungan antara Al-Quran dan Al-Sunna dapat dilihat dari fungsinya, yaitu sama-sama
sebagai Bayan yang artinya berfungsi untuk menerangkan ayat-ayat yang sangat umum. Sebagai
Taqrir yang artinya berfungsi untuk memperkokoh dan mempekuat pernyataan Al-Quran dan
sebagai Bayan Tawdih artinya berfungsi untuk menerangkan maksud dan tejuan sesuatu.

Adapun perbedaan antara Al-Quran dan Al-Sunnah yaitu

1. Al-Qur’an bersifat Qath’i ( mutlak ) kebenarannya,sedangkan As-Sunnah bersifat Dzhanni


( relatif ), kecuali Hadits Mutawatir.
2. Seluruh ayat al-Qur’an mesti dijadikan sebagai pedoman hidup,sedangkan Tidak seluruh
Hadits dapat dijadikan pedoman hidup karena disamping ada Hadits Shahih, ada pula Hadits
yang Dhaif .

3. Al-Qur’an sudah pasti autentik lafadz dan maknanya,sebaliknya As-Sunnah belum tentu
autentik lafadz dan maknanya.

4. Apabila al-Qur’an berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka
setiap muslim wajib mengimaninya,sedangkan Apabila as-Sunnah berbicara tentang masalah-
masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka setiap muslim tidak diharuskan mengimaninya
seperti halnya mengimani al-Qur’an.

Berdasarkan perbedaan tersebut, maka penerimaan seorang muslim terhadap al-Qur’an


hendaknya didasarkan pada keyakinan yang kuat, sedangkan penerimaan seorang muslim
terhadap as-Sunnah harus didasarkan atas keragu-raguan ( dugaan-dugaan ) yang kuat. Hal ini
bukan berarti ragu kepada Nabi, tetapi ragu apakah Hadits itu benar-benar berasal dari Nabi atau
tidak karena adanya proses sejarah kodifikasi hadits yang tidak cukup memberikan jaminan
keyakinan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sumber Hukum Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan pedoman atau yang menjadi
sumber syari’at islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad (Sunnah Rasulullah
SAW).Sebagian besar pendapat ulama ilmu fiqih sepakat bahwa pada prinsipnya sumber utama
hukum islam adalah Al-Qur’an dan Hadist. Disamping itu terdapat beberapa bidang kajian yang
erat berkaitan dengan sumber hukum islam yaitu : ijma’, ijtihad, istishab, istislah, istihsun,
maslahat mursalah, qiyas,ray’yu, dan ‘urf.

Adapun Hubungan yang terdapat antara Al-Quran dan Al-Sunnah yaitu sebagai Bayan,
Taqrir, dan Bayan. Adapun perbedaan antara Al-Quran dan Al-Sunnah, yaitu perbedaan dari
sifat, landasan hidup, autentik lafadz, dan aqidah.

3.2 Saran

Melalui makalah ini diharapak pembaca dapat mengamalkan dan menjadikan Al-qur’an
dan Al-sunnah sebagai pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari yang merupakan sumber dari
hukum agama Islam dan sekaligus dapat membuat kita bahagia baik itu di dunia maupun
diakhirat nanti.agar hidup yang kita jalani lebih sempurna dan mempunyai tujuan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://satriodatuak.com/makalah-sumber-ajaran-ajaran-agama-islam/
2. Buku Pengantar Hukum Islam karya “Prof. Hj. Mohammad Daud Ali, S.H.”
3. https://law.uii.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Pengantar-Hukum-Islam-buku-ajar-
rohidin-fh-uii.pdf.pdf

Anda mungkin juga menyukai