Anda di halaman 1dari 3

Pengertian sumber hukum

Yang dimaksud dengan sumber hukum adalah segala sesuatu yang melahirkan atau
memunculkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan mengikat, yaitu aturan-aturan yang bila
dilanggar akan memberikan sanksi yang tegas dan nyata.

Sumber Hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan pedoman atau yang
merupakan sumber hukum Islam, yaitu Alquran dan Hadits Nabi Muhammad (Sunnah Nabi
SAW). Sebagian besar ahli fiqih setuju bahwa pada prinsipnya sumber utama hukum Islam
adalah Al- Alquran dan Hadits Selain itu, terdapat beberapa bidang kajian yang sangat erat
kaitannya dengan sumber hukum Islam, yaitu: ijma ', ijtihad, istishab, istislah, istihsun, maslahat
mursalah, qiyas, ray'yu, dan' urf.

Macam-macam dalil yang disepakati


1. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah sumber atau dasar hukum yang utama dari semua ajaran dan syari’at
islam. Hal ini ditegaskan di dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 105 yaitu . "Sesungguhnya
Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili
antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi
penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat".
Pengertian Alquran telah banyak dirumuskan oleh sebagian ulama, namun dari beberapa definisi
tersebut terdapat empat unsur pokok yaitu:
1. Bahwa Alquran berbentuk lafazt yang mengandung makna bahwa apa yang disampaikan
Allah melalui Jibril kepada Nabi Muhammad dalam bentuk makna dan diucapkan oleh
Nabi dengan caranya sendiri tidak disebut Alquran.
2. Bahwa Alquran berbahasa Arab
3. Bahwa Alquran ini diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
4. Bahwa Qur'an dikutip mutawatir

Ayat-ayat Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam beberapa cara dan keadaan
antara lain yaitu:
1. Malaikat menempatkan wahyu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW
2. Malaikat menampakkan diri kepada Nabi Muhammad SAW dalam wujud seorang pria
yang mengucapkan kata-katanya
3. Wahyu datang seperti dering lonceng
4. Malaikat menampakkan diri kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana adanya

Ayat-ayat yang diturunkan sebelumnya dibagi menjadi dua bagian / jenis, yaitu:
1. Ayat-ayat makkiyah
2. Ayat madaniyah

2. Hadits

Hadits adalah ucapan Nabi SAW tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan
manusia atau tentang sesuatu, atau disebut juga sunnah qauliyyah.Hadis merupakan bagian dari
sunnah Nabi.Pengertian sunnah sangat luas, karena sunnah meliputi dan meliputi:
1. Semua sabda Rasulullah SAW yang termasuk sunnah qauliyah
2. Semua amalan Rasulullah SAW disebut sunnah fi'liyah
3. Semua perjanjian Rasulullah SAW disebut sunnah taqririyah

Dalam sunnah terdapat unsur sanad (perimbangan antara perawi), matan (isi materi ) dan rowi
(riwayat). Dilihat dari segi jumlah perawi, sunnah dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Sunnah Mutawattir: sunnah diriwayatkan oleh banyak perawi
2. Sunnah Masyur: sunnah diriwayatkan oleh 2 orang atau lebih yang tidak mencapai
tingkat mutawattir
2. Sunnah ahad: sunnah diriwayatkan oleh satu perawi saja.

Pembagian hadits juga dapat dilakukan melalui pembagian berdasarkan rawinya dan berdasarkan
fitrah perawinya.
1. Matan, teks lengkap atau bunyi hadits dalam urutan kalimat tertentu.
2. Sanad, bagian yang menjadi dasar untuk menentukan apakah suatu hadits dapat dipercaya
atau tidak.

Dilihat dari sudut pandang perawi (narator) maka hadits dapat diklasifikasikan menjadi empat
tingkatan, yaitu:
1. Hadits mutawir, merupakan hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang dari ras lain
hingga Nabi Muhammad SAW.
2. Hadits terkenal, hadits diriwayatkan oleh sejumlah orang, kemudian tersebar luas.
3. Hadits mursal, yaitu hadits yang rangkaian narasinya terputus di tengah, hingga tidak
sampai ke tangan Nabi Muhammad SAW.

3. Al-Ijma

Ijma 'menurut hukum Islam pada prinsipnya ijma' adalah kesepakatan sebagian ulama atau
sejumlah mujtahid umat Islam setelah zaman Nabi tentang hukum atau ketentuan beberapa
waktu yang berkaitan dengan syari'at atau semacamnya. Kata ijma 'berasal dari kata jam' yang
berarti berkumpul atau berkumpul. Ijma 'memiliki dua pengertian, yaitu mengatur untuk
mengatur sesuatu yang tidak teratur, oleh karena itu berarti memutuskan sesuatu, dan juga berarti
istilah ulama fiqih (fuqaha). Ijma berarti kesepakatan pendapat di antara para mujtahid, atau
kesepakatan pendapat antara para ulama fiqh dari abad tertentu tentang masalah hukum.

ada dua macam ijma ', yaitu:


1. Ijma 'shoreh (jelas atau nyata) adalah ketika ijtihad ada beberapa anggota ijtihad atau
mujtahid yang menyampaikan pidato atau perbuatannya dengan tegas dan jelas.
2. Ijma 'sukuti (diam atau tidak jelas) adalah ketika beberapa anggota ijtihad atau sejumlah
mujtahid menyampaikan pendapat atau pemikirannya dengan jelas.

Jika dilihat dari segi kepastian hukum tentang sesuatu, maka ijma 'dapat digolongkan sebagai:
1. Ijma 'qathi adalah ketika ijma' memiliki kepastian hukum (tentang sesuatu)
2. Ijma 'dzanni adalah ijma' yang hanya menghasilkan ketentuan hukum yang tidak pasti.

Padahal ijma 'harus memiliki cadangan, sehingga harus memiliki beberapa aturan, yaitu:
1. Bahwa jika ijma 'tidak memiliki bukti tempat pendukungnya, ijma' tidak akan mencapai
kebenaran.
2. Bahwa keadaan sekutu tidak akan lebih baik dari kondisi nabi, sebagaimana diketahui,
nabi sendiri tidak pernah menegakkan hukum kecuali berdasarkan wahyu.
3. Bahwa pendapat tentang agama tanpa menggunakan dalil baik yang kuat maupun yang
lemah adalah salah, jika mereka setuju maka itu berarti mereka setuju bahwa kesalahan
tersebut tidak mungkin dilakukan.
4. Bahwa pendapat yang tidak berdasarkan bukti tidak dapat diketahui terkait dengan
hukum Islam 'jika tidak dapat dikaitkan dengan hukum Islam' tidak boleh diikuti.

4. Al-Qiyas

Qiyas adalah menyamakan suatu peristiwa yang tidak ada hukumnya di nash dengan
peristiwa lain yang hukumnya di nash karena kesamaan dua peristiwa dalam hukum illat
Selanjutnya dalam perkembangan hukum Islam kita menemukan qiyas sebagai sumber hukum
keempat. Arti dari kata Arab “Qiyas” adalah menurut bahasa pengukur, timbangan. Persamaan
(analogi) dan menurut istilah ali ushul fiqih menemukan sebanyak mungkin persamaan antara
dua peristiwa dengan menggunakan metode deduksi.

Yaitu membuat atau menyalurkan atau menarik garis hukum baru dari garis hukum lama
dengan maksud menerapkan garis hukum baru pada suatu keadaan, karena garis hukum baru
mempunyai kemiripan dengan garis hukum lama.

Sesuai ketentuan nash, intoksikasi dilarang karena intoksikasi dan dampak negatifnya akan
menyebabkan kerusakan pada tubuh, pikiran dan pergaulan. Dengan demikian properti yang
memabukkan dimiliki sebagai alasan ketentuan hukum ilegal. Dapat diasumsikan bahwa
minuman yang memabukkan adalah ilegal sehingga dilarang dalam hukum Islam.

Hasil putusan tarjih


1. Pasal 4 ayat (1) Anggran Dasar Muhammadiyah yang telah dikutip di atas yang
menyatakan bahwa gerakan Muhammadiyah bersumber kepada dua sumber tersebut.
2. Putusan Tarjih Jakarta 2000 Bab II angka 1 menegaskan, “Sumber ajaran Islam adalah al-
Quran dan as-Sunnah al-Maqbūlah” Putusan Tarijih ini merupakan penegasan kembali
apa yang sudah ditegaskan dalam putusan-putusan tedahulu.

Alasan semuanya dijadikan sumber hukum


Karena ada ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat sangat umum sehingga untuk
pelaksanaannya perlu perincian atau pengkhususan, dan penjelasan terperinci atau spesifik itu
kita temukan di dalam Hadis, ijma, dan kilyas.

Anda mungkin juga menyukai