Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber hukum dalam agama Islam yang paling utama dan pokok dalam

menetapkan hukum dan memecah masalah dalam mencari suatu jawaban adalah al-

Qur’an dan al-Hadis. Sebagai sumber paling utama dalam Islam, al- Qur`an

merupakan sumber pokok dalam berbagai hukum Islam. Al-Qur’an sebagai

sumber hukum isinya merupakan susunan hukum yang sudah lengkap

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat

menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.

Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana

terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan

agung.

Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau

menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang

apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono,

1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang

dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.

Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber

dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah

Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam

1
(akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran

manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.

Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi

setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang

dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau

kelompok masyarakat.

Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh setiap

muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59 yang

artinya :” Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah

(kehendak) Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil amri di antara kamu ...”. Menurut ayat

tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak Allah, kehendak Rasul dan

kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan) mereka sendiri. Kehendak Allah

kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul terhimpun sekarang dalam al

Hadis, kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab hasil karya

orang yang memenuhi syarat karena mempunyai ”kekuasaan” berupa ilmu

pengetahuan.

Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum

islam adalah Alquran dan hadist. Dalam sabdanya Rasulullah SAW bersabda, “

Aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat

selamanya, selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan

sunnahku.” Dan disamping itu pula para ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai

salah satu dasar hukum islam, setelah Alquran dan hadist.

2
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan

seluruh kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang

memenuhi syarat untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta

mengalirkan ajaran, termasuka ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari

keduanya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja sumber hukum islam?

2. Bagaimana kedudukan sumber hukum islam itu?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai sarana pembelajaran untuk

lebih memahami sumber-sumber hukum islam. Melalui makalah ini diharapkan

dapat menjadi penambah wawasan agar lebih mengetahui apa saja sumber hukum

islam itu. Selain itu penulisan makalah ini ditujukan pula untuk memenuhi tugas

mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI).

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sumber Hukum Islam

Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama

islam. Dalam konsep hukum islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh

Allah. Yang diatur tidak hanya hubungan manusia dengan manusia lain dalam

masyarakat termasuk dirinya sendiri dan benda serta alam semesta, tetapi juga

hubungan manusia dengan Tuhan.

Hukum menurut bahasa berarti menetapkan sesuatu atau tidak

menetapkannya. Sedangkan menurut istilah ahli usul fikih, hukum adalah perintah

Allah SWT yang menuntut mukalaf untuk memilih atau mengerjakan dan tidak

mengerjakan, atau menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat atau penghalang bagi

adanya yang lain, sah, batal rukhsah, dan azimah. Maksud sumber hukum adalah

segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai

kekuatan, yang bersifat mengikat, yang apabila dilanggar akan menimbulkan

sanksi yang tegas dan nyata.

Dengan demikian sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan

dasar, acuan atau pedoman syari’at islam Pada umumnya ulama fikih sependapat

bahwa sumber utama hukum Islam adalah al Qur’an dan Hadis. Rasulullah SAW

bersabda: “aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan

tersesat selama-lamanya, selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu Kitab

Allah (al Qur’an) dan sunahku (Hadis).” (H.R. Baihaqi).

4
Dalam sistem hukum islam terdapat lima kaidah yang dipergunakan untuk

mengukur perbuatan manusia baik di bidang ibadah maupun dibidang mu’amalah.

Kelima jenis kaidah tersebut, dinamakan al-ahkam al-homsyah atau penggolongan

hukum yang lima yakni :

a. jaiz atau mubah,

b. sunat,

c. makruh,

d. wajib, dan

e. haram.

Untuk memahami hukum islam dengan baik dan benar seseorang harus

memahami beberapa istilah yang berkenaan dengan hukum islam. Dalam

pembahasan kerangka dasar agama islam disebutkan bahwa komponen kedua

agama islam adalah syariat yang terdiri dari dua bagian yakni ibadah dan

mu’amalah.

2.2 Sumber-sumber Hukum Islam

A. Al Qur’an

1. Pengertian Al Qur’an

Secara etimologi Al Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan,

atau qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-

dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah

ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad

SAW, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan

menurut para ulama klasik, Alquran adalah Kalamulllah yang diturunkan pada

5
Rasulullah dengan bahasa arab, merupakan mukjizat dan diriwayatkan secara

mutawatir serta membacanya adalah ibadah.

Alquran berisi perintah dan larangan, ayat yang pertama turun di gua hira

pada permulaan Muhammad diangkat menjadi rasul dengan surah al-‘alaq.

Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah surah al-maa’idah ayat 3.

Alquran terdiri dari 30 juz, 114 surah, 6.236 ayat, dan 324.345 huruf.

Menurut turunnya, wahyu dapat dibagi dua bagian, yaitu: wahyu (surah) yang

turun di mekah disebut makkiyah, dan wahyu (surah) yang turun di madinah

disebut madaniyah.

2. Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber islam

Allah SWT. Menurunkan Al-Qur’an itu, gunanya untuk dijadikan dasar

hukum, dan disampaikan kepada ummat manusia untuk diamalkan segala

perintahnya dan ditinggalkan segala larangannya, sebagaimana firman Allah :

)43 : ‫( الزخرف‬ ‫فاستمسك بالذي أوحى اليك‬

Artinya :

“ maka berpeganglah kepada apa diwahyukan kepadamu”. (Az-Zukhruf ayat

43)

Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber

pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam, sekaligus juga sebagai dalil

utama fiqih. Al-Qur’an juga membimbing dan memberikan petunjuk untuk

menemukan hukum-hukum yang terkandung dalam sebagian ayat-ayatnya.

Karena kedudukan Al-Qur’an itu sebagai sumber utama dan pertama bagi

penetapan hukum, maka apabila seseorang ingin menemukan hukum maka

6
dilakukan penyelesainnya terlebih dahulu berdasarkan dengan Al-Qur’an. Dan

apabila menggunakan sumber hukum lain di luar Al-Qur’an, maka harus sesuai

dengan petunjuk Al-Qur’an dan tidak boleh melakukan sesuatu yang

bertentangan dengan Al-Qur’an.

Hal ini berarati bahwa sumber-sumber hukum selain Al-Qur’an tidak

boleh menyalahi apa yang telah ditetapkan Al-Qur’an. Al-Qur’an juga

mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia

dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan

manusia dengan alam.

3. Pokok-pokok isi Al Qur’an

Isi pokok Al Qur’an adalah :

a) Tauhid

b) Ibadah

c) Janji dan ancaman

d) Sejarah

4. Hukum yang terkandung dalam Al Qur’an

Hukum yang di kandung oleh Al Qur’an ada 3 macam, yaitu:

a) Hukum-hukum akidah (keimanan), yang bersangkut paut dengan hal-

hal yang harus di percayai oleh setiap mukallaf, tentang malaikat nya,

kitabnya, para rasulnya.

b) Hukum-hukum Allah , yang bersangkut paut dengan hal-hal yang

harus di jadikan perhiasan oleh setiap mukallaf.

7
c) Hukum-hukum amaliyah, yang bersangkut paut dengan hal-hal

tindakan setiap mukallaf, meliputi masalah ucapan, perbuatan, akad

(contract), dan pembelanjaan (pengelolaan harta benda).

Maka hukum selain ibadah dalam istilah syara’ disebut hukum muamalah.

Sedangkan menurut istilah modern hukum muamalah telah bercabang cabang

sesuai dengan hal-hal yang berhubungan dengan muamalah manusia yakni :

a) Hukum badan pribadi yaitu hukum yang dengan unit keluarga , mulai

dari pemulaan berdirinya.contohnya: mengatur hubungan anak dengan

orang tua, suami istri, dan kerabat. Ayat –ayat mengenai hukum ini

dalam Al Qur’an sekitar 70 ayat.

b) Hukum perdata yaitu : yang berhubungan dengan muamalah antara

perorangan ,masyarakat dan persekuatannya, seperti : jual beli,sewa-

menyewa , gadai-menggadai, pertanggungan, dll. Dalam Al Qur’an

ada 70 ayat.

c) Hukum pidana yang berhubungan tindakan kriminal setiap mukalaf

dan masalah pidananya bagi si pelaku kriminal. Dan dalam Al Qur’an

terdapat sekitar 30 ayat.

d) Hukum acara yaitu : yang berhubungan dengan pengadilan , kesaksian

, dan sumpah. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 13 ayat

e) Hukum ketatanegaraan ,yaitu: yang berhubungan dengan peraturan

pemerintahan dan dasar-dasarnya. Dalam Al Qur’an tercatat sekitar

13 ayat .

8
f) Hukum internasional, yaitu : yang berhubungan dengan masalah-

masalah hubungan antar negara-negara islam dengan bukan negara

islam,dan tata cara pergaulan selain muslim di negara islam. Dalam Al

Qur’an tercatat sekitar 25 ayat.

g) Hukum ekonomi dan keuangan ,yaitu: yang berhubungan dengan hak

orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat

bagian dari harta orang kaya. Dalam Al Qur’an tercatat sekitar 10

ayat.

B. As-Sunah atau Hadist

1. Pengertian

Sunnah menurut bahasa artinya perjalanan, pekerjaan atau cara. Sunnah

menurut istilah syara’ ialah perkataan nabi Muhammad saw., perbuatannya,

dan keterangannya yaitu sesuatu yang dikatakan atau diperbuat oleh sahabat

dan ditetapkan oleh nabi, tiada ditegurnya sebagai bukti bahwa perbuatan itu

tiada terlarang hukumnya.

2. Kedudukan Hadist sebagai Sumber Hukum Islam

Al-Hadis adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Sebagai sumber

agama dan ajaran Islam, al-Hadis mempunyai peranan penting setelah Al-

Quran. Al-Quran sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat Islam diturunkan

pada umumnya dalam kata-kata yang perlu dirinci dan dijelaskan lebih lanjut,

agar dapat dipahami dan diamalkan.

9
Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Quran sebagai sumber agama dan

ajaran Islam, yakni sebagai berikut :

a. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran.

Misalnya dalam Al-Quran terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai tata

cara pelaksanaannya dijelaskan oleh Nabi.

b. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintah-

kan manusia mendirikan shalat. Namun di dalam kitab suci tidak

dijelaskan banyaknya raka’at, cara rukun dan syarat mendirikan shalat.

Nabilah yang menyebut sambil mencontohkan jumlah raka’at setiap shalat,

cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.

c. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-

samar ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi

mengawini seorang perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak

terdapat dalam larangan-larangan perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23.

Namun, kalau dilihat hikmah larangan itu jelas bahwa larangan tersebut

mencegah rusak atau putusnya hubungan silaturrahim antara dua kerabat

dekat yang tidak disukai oleh agama Islam.

3. Pembagian Hadist

10
a. Sunnah Qouliyah

Sunnah Qouliyah yaitu perkataan nabi saw. yang menerangkan hukum-

hukum agama dan maksud isi Al-Qur’an serta berisi peradaban, hikmah, ilmu

pengetahuan dan juga menganjurkan akhlaq yang mulia. Sunnah qouliyah

(ucapan) dinamakan juga hadits nabi saw.

Sunnah Qouliyah juga disebut “khabar”. Jadi sunnah qouliyah itu boleh

dikatakan sunnah, hadits dan khabar. Khabar pada umumnya dapat dibagi

tiga :

• Yang pasti benarnya,seperti apa yang datang dari Allah,RasulNya dan

khabar yang dibeikan dengan jalan mutawatir.

• Yang pasti tidak benarnya, yaitu pemberitaan tentang hal-hal yang tidak

mungkin dibenarkan oleh akal, seperti khabar mati dan hidup dapat

berkumpul.

• Khabar yang tidak dapat dipastikan benar bohongnya seperti khabar-

khabar yang samar,karena kadang-kadang tidak dapat ditentukan mana

yang kuat, benarnya atau bohongnya.

b. Sunnah Fi’liyah

Sunnah Fi’liyah yaitu perbuatan Nabi SAW yang menerangkan cara

melaksanakan ibadah, misalnya cara berwudhu, shalat dan sebagainya.

Sunnah Fi’liyah itu terbagi sebagai berikut :

• Pekerjaan nabi saw. yang bersifat gerakan jiwa, gerakan hati, gerakan

tubuh, seperti : bernafas, duduk, berjalan dan sebagainya. Perbuatan

11
seperti ini tidak bersangkut-paut dengan soal hukum, dan tidak ada

hubungannya dengan suruhan larangan atau tauladan.

• Perbuatan nabi saw. yang bersifat kebiasaan, seperti : cara-cara makan,

tidur dan sebagainya. Perbuatan semacam ini pun tidak ada

hubungannya dengan perintah, larangan, dan tauladan. kecuali kalau ada

perintah anjuran nabi untuk mengikuti cara-cara tersebut.

• Perbuatan nabi saw. yang khusus untuk beliau sendiri, beristri lebih dari

empat. Dalam hal ini orang lain tidak boleh mengikutinya.

• Pekerjaan yang bersifat menjelaskan hukum yang mujmal, seperti :

shalatnya, hajjinya, yang kedua-duanya menjelaskan sabdanya :

.‫صلواكمارأيتمونى اصلى‬

Artinya :

“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”.

Dan:

.‫خذوا مناسككم‬

Artinya :

“Ambillah dari padaku hal-hal (pelakuan) ibadah hajjimu”.

Hukum perbuatan tersebut sama dengan hukum apa yang dijelaskan,

baik wajib maupun mandubnya.

• Pekerjaan yang dilakukan orang lain sebagai hukuman, seperti: menahan

orang,atau mengusahakan milik orang lain.

• Pekerjaan yang menunjukkan kebolehan saja, seperti: berwudhu dengan

satu kali, dua kali dan tiga kali.

12
c. Sunnah Taqririyah

Sunnah Taqririyah yaitu bila Nabi SAW mendengar sahabat mengatakan

sesuatu perkataan atau melihat mereka memperbuat suatu perbuatan, lalu

ditetapkan dan dibiarkan oleh Nabi SAW dan tiada ditegurnya atau

dilarangnya, maka yang demikian dinamai sunnah ketetapan Nabi (taqrir).

Maka perkataan atau perbuatan yang didiamkan itu sama saja dengan

perkataan dan perbuatan Nabi sendiri, yaitu dapat menjadi hujjah bagi ummat

seluruhnya.

Syarat sahnya taqrir ialah orang yang dibiarkannya itu benar-benar orang

yang tunduk kepada syara’, bukan orang kafir atau munafiq.

Contoh-contoh taqrir antara lain sebagai berikut:

• Mempergunakan uang yang dibuat oleh orang kafir.

• Mempergunakan harta yang diusahakan mereka seketika masih kafir.

• Membiarkan dzikir dengan suara keras sesudah shalat.

C. Ijmak (kesepakatan ulil amri)

1. Pengertian

Ijma’ menurut bahasa, artinya : sepakat, setuju, atau sependapat. Dan

menurut ilmu fikih, ijmak artinya, kesatuan pendapat dari ahli-ahli hukum

(ulama-ulama fikih) islam dalam satu masalah dalam satu masa dan wilayah

tertentu. ijmak tidak boleh bertentangan dengan alquran dan sunah Rasulullah

SAW.

13
Ijmak ada dua macam, yaitu:

a. Ijmak bayani, adalah pendapat dari para ahli hukum (fikih) yang

mengeluarkan pendapatnya untuk menentukan suatu masalah.

b. Ijmak sukuti, adalah suatu pendapat dari seseorang atau beberapa ahli

hukum, tetapi ahli-ahli hukum lainnya tidak membantah.misalnya, semasa

hidup nabi, nabi melakukan salat tarawih sebanyak 8 rakaat di zaman Umar

Bin Khattab ra. 20 rakaat tidak ada sahabat yang membantah, maka salat

tarawih di terima dengan ijmak sukuti.

2. Kedudukan Ijma’ Sebagai Sumber Hukum

Kebanyakan ulama menetapkan bahwa ijma' dapat dijadikan hujjah dan

sumber hukum islam dalam menetapkan sesuatu hukum dengan nilai kehujjahan

bersifat dzhanny. Golongan syi'ah memandang bahwa ijma' ini sebagai hujjah

yang harus diamalkan. Sedang ulama-ulama Hanafi dapat menerima ijma'

sebagai dasar hukum, baik ijma' qath'iy maupun dzhanny. Sedangkan ulama-

ulama Syafi'iyah hanya memegangi ijma' qath'iy dalam menetapkan hukum.

Dalil penetapan ijma' sebagai sumber hukum islam ini antara lain adalah :

Firman Allah dalam surat An-Nisa' ayat 59 :

‫يايهاالذين امنوا اطيعوا هللا واطيعوا الرسول واولى األمر منكم‬

)59 : ‫( النساء‬

Artinya :

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan rasul-Nya dan

Ulil Amri diantara kamu".

14
Yang dimaksud "ulil amri" ialah orang-orang yang memerintah dan para

ulama. Menurut hadits:

‫على‬ ‫أ ّمتى‬ ‫التجتمع‬

‫الضّاللة‬

Artinya:

"Ummatku tidak bersepakat atas kesesatan".

Menurut sebagian ulama bahwa yang dimaksud dengan Ulil Amri fid-

dunya, yaitu penguasa, dan Ulil Amri fid-din, yaitu mujtahid. Sebagian ulama

lain menafsirkannya dengan ulama.

Ijma' ini menempati tingkat ketiga sebagai hukum syar'iy, yaitu setelah Al-

Qur'an dan as-Sunnah. Dari pemahaman seperti ini, pada dasarnya ijma' dapat

dijadikan alternatif dalam menetapkan hukum sesuatu peristiwa yang di dalam

Al-Qu'an atau as-Sunnah tidak ada atau kurang jelas hukumnya.

D. Qiyas

1. Pengertian Qiyas

Qiyas menurut bahasa berarti mengukur, memperbandingkan, atau

mempersamakan sesuatu dengan lainnya dikarenakan adanya persamaan.

Sedang menurut istilah qiyas ialah menetapkan hukum sesuatu yang belum ada

ketentuan hukumnya dalam nash dengan mempersamakan sesuatu yang telah

ada status hukumnya dalam nash.

15
Berbeda dengan ijma', qiyas bisa dilakukan oleh individu, sedang ijma'

harus dilakukan bersama oleh para mujtahid.

2. Kedudukan Qiyas sebagai sumber hukum Islam

Qiyas menurut para ulama adalah hujjah syar'iyah yang keempat sesudah

Al-Qur'an, Hadits dan Ijma'. Mereka berpendapat demikian dengan alasan:

Firman Allah :

( .‫فاعتبروا يااولى االبصار‬

)2 : ‫الحسر‬

Artinya:

"Hendaklah kamu mengambil i'tibar (ibarat = pelajaran) hai orang-orang

yang berfikiran". (S. Al-Hasyr ayat 2)

Karena i'tibar artinya "qiyasusysyai-i bisysyai-i : membandingkan sesuatu

dengan sesuatu yang lain".

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Al-Quran adalah kalam Allah SWT (wahyu) yang disampaikan kepada Nabi

Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dan diajarkan kepada umatnya, dan

membacanya merupakan ibadah. Al-Quran adalah sumber hokum utama selain

sebagai kita suci. Oleh karena itu, semua ketentuan hokum yang berlaku tidak

boleh bertentangan dengan hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Quran.

Hadis atau sunah adalah segala ucapan atau perkataan, perbuatan, serta

ketetapan (takrir), Nabi Muhammad SAW yang terlepas dari hawa nafsu dan

perkaa-perkara tercela. Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Quran.

Dengan demikian, hadis memiliki fungsi yang sangat penting dalam hukum islam.

Diantara fungsi hadis, yaitu untuk menegaskan ketentuan yang telah ada dalam

Al-Quran (bayan tafsir), dan menjelaskan ayat-ayat Al-Quran yang bersifat umum

(bayan takhsis) . Kesimpulkan makalah ini adalah bahwa sumber-sumber hukum

islam yang disepakati adalah Al-Qur’an, Hadist, Ijma, dan Qiyas.

3.2 Saran

Sebelum mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu harus

mempelajari sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang dipelajari

17
sesuai dengan al-qur’an dan tuntunan nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam

as-sunnah (hadist). Merealisasikan dan menerapkan hukum-hukum islam dalam

kehidupan akan membawa manfaat besar bagi manusia. Semua aturan atau hokum

yang bersumber dari Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan suatu aturan yang

dapat membawa kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Daut Ali, Prof. H. S.H. 2011. Hukum Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Abdul Wahhab Khallaf, Prof.Dr. 2000. Kaidah-kaidah Hukum Islam. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
As Suyuti, Jalaludin. 2008. Sebab Turunnya Ayat Al-Quran. Jakarta: Gema Insani
Press
Kementerian Agama RI. 2012. Tafsir al-Quran Tematik. Jakarta: Kementerian RI

19

Anda mungkin juga menyukai