Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Pendidikan Agama Islam


“Membiasakan Hidup Berdasarkan Hukum Islam”

DISUSUN OLEH:

NAMA KELOMPOK
1.       Noviatul Inayah
2.       Wulan Agustina
3.       Fardatus Solehah
4.       M. Alfan

SMK NEGERI 4 BONDOWOSO


BONDOWOSO
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Dengan menyebut nama Allah Subhana Wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Pendidikan Agama Islam ini dengan sebuah pembahasan tentang “Membiasakan
Hidup Berdasarkan Hukum Islam”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Serta ucapan terima kasih kepada guru pembimbing pelajaran
Pendidikan Agama Islam Yang terhormat. dimana atas bimbingan beliau kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta
referensi pembelajaran maupun inspirasi terhadap pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama
mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya,
Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung.
Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan
sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam ialah
segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.
Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-
Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen
utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak)
dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap
muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal
pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh setiap muslim.
Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59 yang artinya :” Hai orang-orang
yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah (kehendak) Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil
amri di antara kamu ...”. Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak
Allah, kehendak Rasul dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan) mereka sendiri.
Kehendak Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul terhimpun sekarang dalam al
Hadis, kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab hasil karya orang yang
memenuhi syarat karena mempunyai ”kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan.
Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum islam adalah
Alquran dan hadist. Dalam sabdanya Rasulullah SAW bersabda, “ Aku tinggalkan bagi
kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selamanya, selama kalian
berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku.” Dan disamping itu pula para
ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah Alquran dan
hadist.
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh
kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat
untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuka
ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari keduanya.

B.       Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1.        Menjelaskan pengertian dan tujuan Hukum Islam
2.        Menjelaskan sumber-sumber Hukum Islam
3.        Menjelaskan Asas pembinaan Hukum Islam
4.        Menjelaskan fungsi Hukum Islam
5.        Menjelaskan Prospek penerapan Hukum Islam di Indonesia

C.        Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai sarana pembelajaran untuk lebih
memahami sumber-sumber hukum islam. Melalui makalah ini diharapkan dapat menjadi
penambah wawasan agar lebih mengetahui apa saja sumber hukum islam itu. Selain itu
penulisan makalah ini ditujukan pula untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI).
BAB II

PEMBAHASAN

A.      Pengertian Sumber Hukum Islam


Hukum menurut bahasa berarti menetapkan sesuatu atau tidak menetapkannya.
Sedangkan menurut istilah ahli usul fikih, hukum adalah perintah Allah SWT yang menuntut
mukalaf untuk memilih atau mengerjakan dan tidak mengerjakan, atau menjadikan sesuatu
sebagai sebab, syarat atau penghalang bagi adanya yang lain, sah, batal rukhsah, dan azimah.
Maksud sumber hukum adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan
yang mempunyai kekuatan, yang bersifat mengikat, yang apabila dilanggar akan
menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata.
Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama islam.
Dalam konsep hukum islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Yang
diatur tidak hanya hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat termasuk
dirinya sendiri dan benda serta alam semesta, tetapi juga hubungan manusia dengan tuhan.
Dengan demikian sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar,
acuan atau pedoman syari’at islam Pada umumnya ulama fikih sependapat bahwa sumber
utama hukum Islam adalah al Qur’an dan Hadis. Rasulullah SAW bersabda: “aku tinggalkan
bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, selama
kalian berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah (al Qur’an) dan sunahku (Hadis).” (H.R.
Baihaqi).
Dalam sistem hukum islam terdapat lima kaidah yang dipergunakan untuk mengukur
perbuatan manusia baik di bidang ibadah maupun dibidang mu’amalah. Kelima jenis kaidah
tersebut, dinamakan al-ahkam al-homsyah atau penggolongan hukum yang lima yakni :
a.         jaiz atau mubah,
b.        sunat,
c.         makruh,
d.        wajib, dan
e.         haram.
Untuk memahami hukum islam dengan baik dan benar seseorang harus memahami
beberapa istilah yang berkenaan dengan hukum islam. Dalam pembahasan kerangka dasar
agama  islam  disebutkan bahwa komponen kedua agama islam adalah syariat yang terdiri
dari dua bagian yakni ibadah dan mu’amalah.

B.       Sumber-sumber Hukum Islam


1.        Al Qur’an
·           Pengertian Al Qur’an
Secara etimologi Al Qur’an  berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau qur’anan
yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara
terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan
penutup para Nabi-Nya, Muhammad SAW, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat an-Naas. Dan menurut para ulama klasik, Alquran adalah Kalamulllah yang
diturunkan pada Rasulullah dengan bahasa arab, merupakan mukjizat dan diriwayatkan
secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah.
Alquran berisi perintah dan larangan, ayat yang pertama  turun di gua hira pada
permulaan Muhammad diangkat menjadi rasul dengan surah al-‘alaq. Sedangkan ayat yang
terakhir turun adalah surah al-maa’idah ayat 3.
Alquran terdiri dari 30 juz, 114 surah, 6.236 ayat, dan 324.345 huruf. Menurut
turunnya, wahyu dapat dibagi dua bagian, yaitu: wahyu (surah) yang turun di mekah
disebut makkiyah, dan wahyu (surah) yang turun di madinah disebut madaniyah.

·           Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber islam


Allah SWT. Menurunkan Al-Qur’an itu, gunanya untuk dijadikan dasar hukum, dan
disampaikan kepada ummat manusia untuk diamalkan segala perintahnya dan ditinggalkan
segala larangannya, sebagaimana firman Allah :
Artinya :
“ maka berpeganglah kepada apa diwahyukan kepadamu”. (Az-Zukhruf ayat 43)
Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber pertama dan
utama dari seluruh ajaran Islam, sekaligus juga sebagai dalil utama fiqih. Al-Qur’an juga
membimbing dan memberikan petunjuk untuk menemukan hukum-hukum yang terkandung
dalam sebagian ayat-ayatnya.
Karena kedudukan Al-Qur’an itu sebagai sumber utama dan pertama bagi penetapan
hukum, maka apabila seseorang ingin menemukan hukum maka dilakukan penyelesainnya
terlebih dahulu berdasarkan dengan Al-Qur’an. Dan apabila menggunakan sumber hukum
lain di luar Al-Qur’an, maka harus sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan tidak boleh
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Al-Qur’an.
Hal ini berarati bahwa sumber-sumber hukum selain Al-Qur’an tidak boleh menyalahi
apa yang telah ditetapkan Al-Qur’an. Al-Qur’an juga mengatur hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
sesamanya, dan hubungan manusia dengan alam.
·           Pokok-pokok isi Al Qur’an 
Isi pokok Al Qur’an  adalah :
a)        Tauhid
b)        Ibadah
c)        Janji dan ancaman
d)       Sejarah
·           Hukum yang terkandung dalam Al Qur’an 
Hukum yang  di kandung oleh Al Qur’an  ada 3 macam, yaitu:
a)     Hukum-hukum akidah (keimanan), yang bersangkut paut dengan hal-hal yang harus di
percayai oleh setiap mukallaf, tentang malaikat nya, kitabnya, para rasulnya.
b)       Hukum-hukum Allah , yang bersangkut paut dengan hal-hal yang harus di jadikan
perhiasan oleh setiap mukallaf.
c)      Hukum-hukum amaliyah, yang bersangkut paut dengan hal-hal tindakan setiap mukallaf,
meliputi masalah ucapan, perbuatan, akad (contract), dan pembelanjaan (pengelolaan harta
benda).
Maka hukum selain ibadah dalam istilah syara’ disebut hukum muamalah. Sedangkan
menurut istilah modern hukum muamalah telah bercabang cabang sesuai dengan hal-hal yang
berhubungan dengan muamalah manusia yakni :
1. Hukum badan pribadi yaitu hukum yang dengan unit keluarga , mulai dari pemulaan
berdirinya.contohnya: mengatur hubungan anak dengan orang tua, suami  istri, dan kerabat.
Ayat –ayat mengenai hukum ini dalam Al Qur’an  sekitar 70 ayat.

2. Hukum perdata yaitu : yang berhubungan dengan muamalah antara


perorangan ,masyarakat dan persekuatannya, seperti : jual beli,sewa-menyewa , gadai-
menggadai, pertanggungan, dll. Dalam Al Qur’an  ada 70 ayat.

3. Hukum pidana yang berhubungan tindakan kriminal setiap mukalaf dan masalah
pidananya bagi si pelaku kriminal. Dan dalam Al Qur’an  terdapat sekitar 30 ayat.

4. Hukum acara yaitu : yang berhubungan dengan pengadilan , kesaksian , dan sumpah.
Dalam Al Qur’an  terdapat sekitar 13 ayat

5. Hukum ketatanegaraan ,yaitu: yang berhubungan dengan peraturan pemerintahan dan


dasar-dasarnya. Dalam Al Qur’an  tercatat sekitar 13 ayat.

6. Hukum internasional, yaitu : yang berhubungan dengan masalah-masalah hubungan


antar negara-negara islam dengan bukan negara islam,dan tata cara pergaulan selain muslim
di negara islam. Dalam Al Qur’an  tercatat sekitar 25 ayat.

7. Hukum ekonomi dan keuangan ,yaitu: yang berhubungan dengan hak orang miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian dari harta orang kaya. Dalam Al
Qur’an  tercatat sekitar 10 ayat.

2)        As-Sunah atau Hadist


a.         Pengertian
Sunnah menurut bahasa artinya perjalanan, pekerjaan atau cara. Sunnah menurut istilah
syara’ ialah perkataan nabi Muhammad saw., perbuatannya, dan keterangannya yaitu sesuatu
yang dikatakan atau diperbuat oleh sahabat dan ditetapkan oleh nabi, tiada ditegurnya sebagai
bukti bahwa perbuatan itu tiada terlarang hukumnya.
b.        Kedudukan Hadist sebagai Sumber Hukum Islam
Al-Hadis adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Sebagai sumber agama dan
ajaran Islam, al-Hadis mempunyai peranan penting setelah Al-Quran. Al-Quran sebagai kitab
suci dan pedoman hidup umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu
dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan.
Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran Islam,
yakni sebagai berikut :
1)   Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran. Misalnya dalam Al-
Quran terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan oleh
Nabi.
2)      Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintah- kan manusia
mendirikan shalat. Namun di dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara rukun
dan syarat mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil mencontohkan jumlah raka’at
setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.
3)    Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar
ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi mengawini seorang
perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan perkawinan
di surat An-Nisa (4) : 23. Namun, kalau dilihat hikmah larangan itu jelas bahwa larangan
tersebut mencegah rusak atau putusnya hubungan silaturrahim antara dua kerabat dekat yang
tidak disukai oleh agama Islam.

c.         Pembagian Hadist
1)        Sunnah Qouliyah
Sunnah Qouliyah yaitu perkataan nabi saw. yang menerangkan hukum-hukum agama
dan maksud isi Al-Qur’an serta berisi peradaban, hikmah, ilmu pengetahuan dan juga
menganjurkan akhlaq yang mulia. Sunnah qouliyah (ucapan) dinamakan juga hadits nabi
saw.
Sunnah Qouliyah juga disebut “khabar”.  Jadi sunnah qouliyah itu boleh dikatakan
sunnah, hadits dan khabar. Khabar  pada umumnya dapat dibagi tiga :
 Yang pasti benarnya,seperti apa yang datang dari Allah,RasulNya dan khabar yang
dibeikan dengan jalan mutawatir.
 Yang pasti tidak benarnya, yaitu pemberitaan tentang hal-hal yang tidak mungkin
dibenarkan oleh akal, seperti khabar mati dan hidup dapat berkumpul.
 Khabar yang tidak dapat dipastikan benar bohongnya seperti khabar-khabar yang
samar,karena kadang-kadang tidak dapat ditentukan mana yang kuat, benarnya atau
bohongnya.

2)         Sunnah Fi’liyah
Sunnah Fi’liyah yaitu perbuatan Nabi SAW yang menerangkan cara melaksanakan
ibadah, misalnya cara berwudhu, shalat dan sebagainya. Sunnah Fi’liyah itu terbagi sebagai
berikut :
 Pekerjaan nabi saw. yang bersifat gerakan jiwa, gerakan hati, gerakan tubuh, seperti :
bernafas, duduk, berjalan dan sebagainya. Perbuatan seperti ini tidak bersangkut-paut dengan
soal hukum, dan tidak ada hubungannya dengan suruhan larangan atau tauladan.
 Perbuatan nabi saw. yang bersifat kebiasaan, seperti : cara-cara makan, tidur dan
sebagainya. Perbuatan semacam ini  pun tidak ada hubungannya dengan perintah, larangan,
dan tauladan. kecuali kalau ada perintah anjuran nabi untuk mengikuti cara-cara tersebut.
 Perbuatan nabi saw. yang khusus untuk beliau sendiri, beristri lebih dari empat.
Dalam hal ini orang lain tidak boleh mengikutinya.
 Pekerjaan yang bersifat menjelaskan hukum yang mujmal, seperti : shalatnya,
hajjinya, yang kedua-duanya menjelaskan sabdanya :

Artinya :
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”.
Dan:

 Artinya :
“Ambillah dari padaku hal-hal (pelakuan) ibadah hajjimu”.
Hukum perbuatan tersebut  sama dengan hukum apa yang dijelaskan, baik wajibmmaupun
mandubnya.
 Pekerjaan yang dilakukan orang lain sebagai hukuman, seperti: menahan orang,atau
mengusahakan milik orang lain.
 Pekerjaan yang menunjukkan kebolehan saja, seperti: berwudhu dengan satu kali, dua
kali dan tiga kali.

3)        Sunnah Taqririyah
Sunnah Taqririyah yaitu bila Nabi SAW mendengar sahabat mengatakan sesuatu
perkataan atau melihat mereka memperbuat suatu perbuatan, lalu ditetapkan dan dibiarkan
oleh Nabi SAW dan tiada ditegurnya atau dilarangnya, maka yang demikian dinamai sunnah
ketetapan Nabi (taqrir).
Maka perkataan atau perbuatan yang didiamkan itu sama saja dengan perkataan dan
perbuatan Nabi sendiri, yaitu dapat menjadi hujjah bagi ummat seluruhnya. Syarat sahnya
taqrir ialah orang yang dibiarkannya itu benar-benar orang yang tunduk kepada syara’, bukan
orang kafir atau munafiq. Contoh-contoh taqrir antara lain sebagai berikut:
·           Mempergunakan uang yang dibuat oleh orang kafir.
·           Mempergunakan harta yang diusahakan mereka seketika masih kafir.
·           Membiarkan dzikir dengan suara keras sesudah shalat.

3.        Ijmak (kesepakatan ulil amri)


a.         Pengertian
Ijma’ menurut bahasa, artinya : sepakat, setuju, atau sependapat. Dan menurut ilmu fikih,
ijmak artinya, kesatuan pendapat dari ahli-ahli hukum (ulama-ulama fikih) islam dalam satu
masalah dalam satu masa dan wilayah tertentu. ijmak tidak boleh bertentangan dengan
alquran dan sunah Rasulullah SAW. Ijmak ada dua macam, yaitu:
Ø  Ijmak bayani, adalah pendapat dari para ahli hukum (fikih) yang mengeluarkan
pendapatnya untuk menentukan suatu masalah.
Ø  Ijmak sukuti, adalah suatu pendapat dari seseorang atau beberapa ahli hukum, tetapi ahli-
ahli hukum lainnya tidak membantah.misalnya, semasa hidup nabi, nabi melakukan salat
tarawih sebanyak 8 rakaat di zaman Umar Bin Khattab ra. 20 rakaat tidak ada sahabat yang
membantah, maka salat tarawih di terima dengan ijmak sukuti.
b.        Kedudukan Ijma’ Sebagai Sumber Hukum
Kebanyakan ulama menetapkan bahwa ijma' dapat dijadikan hujjah dan sumber hukum islam
dalam menetapkan sesuatu hukum dengan nilai kehujjahan bersifat dzhanny. Golongan syi'ah
memandang bahwa ijma' ini sebagai hujjah yang harus diamalkan. Sedang ulama-ulama
Hanafi dapat menerima ijma' sebagai dasar hukum, baik ijma' qath'iy maupun dzhanny.
Sedangkan ulama-ulama Syafi'iyah hanya memegangi ijma' qath'iy dalam menetapkan
hukum.
Dalil penetapan ijma' sebagai sumber hukum islam ini antara lain adalah :
Firman Allah dalam surat An-Nisa' ayat 59 :

Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan rasul-Nya dan Ulil Amri diantara
kamu".
Yang dimaksud "ulil amri" ialah orang-orang yang memerintah dan para
ulama. Menurut hadits:

Artinya:
"Ummatku tidak bersepakat atas kesesatan".
Menurut sebagian ulama bahwa yang dimaksud dengan Ulil Amri fid-dunya, yaitu
penguasa, dan Ulil Amri fid-din, yaitu mujtahid. Sebagian ulama lain menafsirkannya dengan
ulama.
Ijma' ini menempati tingkat ketiga sebagai hukum syar'iy, yaitu setelah Al-Qur'an dan
as-Sunnah. Dari pemahaman seperti ini, pada dasarnya ijma' dapat dijadikan alternatif dalam
menetapkan hukum sesuatu peristiwa yang di dalam Al-Qu'an atau as-Sunnah tidak ada atau
kurang jelas hukumnya.
4.        Qiyas
1.         Pengertian Qiyas
Qiyas menurut bahasa berarti mengukur, memperbandingkan, atau mempersamakan sesuatu
dengan lainnya dikarenakan adanya persamaan. Sedang menurut istilah qiyas ialah
menetapkan hukum sesuatu yang belum ada ketentuan hukumnya dalam nash dengan
mempersamakan sesuatu yang telah ada status hukumnya dalam nash.
Berbeda dengan ijma', qiyas bisa dilakukan oleh individu, sedang ijma' harus dilakukan
bersama oleh para mujtahid.

2.        Kedudukan Qiyas sebagai sumber hukum Islam


Qiyas menurut para ulama adalah hujjah syar'iyah yang keempat sesudah Al-Qur'an, Hadits
dan Ijma'. Mereka berpendapat demikian dengan alasan:
Firman Allah :

Artinya:
"Hendaklah kamu mengambil i'tibar (ibarat pelajaran) hai orang-orang yang berfikiran". (S.
Al-Hasyr ayat 2)
Karena i'tibar artinya "qiyasusysyai-i bisysyai-i : membandingkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain".

C.      Asas Pembinaan Hukum Islam


Ada beberapa prinsip yang mendasar dalam menetapkan hukum yang terdapat dalam
Al-Qur’an antara lain:
a)        Universal
b)        Orisinal dan abadi
c)        Mudah dan tidak memberatkan
d)       Keselarasan dan keseimbangan
e)        Berproses dan bertahap
D.      Fungsi Hukum Islam Dalam Kehidupan Bermasyarakat
Peranan dan fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat adalah untuk mengatur
agar hubungan itu berjalan dengan baik menuju keseimbangan hidup manusia antara
kehidupan dunia dan akhirat. Adapun peranan utamanya antara lain:
1.       Fungsi ibadah
Fungsi paling uatama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.
2.       Fungsi amar ma’ruf nahi munkar
Fungsi dan peranan hukum adalah menciptakan kebaikan dan menghindari kemudaratan.
3.       Fungsi zawajir
Fungsi hukumIslam sebagai sarana pemaksa, melindungi warga masyarakat dari segala
bentuk ancaman serta perbuatan yang membahayakan.
4.        Fungsi tanzim wa Islah al-ummah
Adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan memperlancar proses interaksi
sosial.

E.       Prospek Hukum Islam Di Indonesia


Pendidikan Agama Islam yang sejak tahun enam puluh diwajibkan di sekolah-sekolah
dibawah naungan departemen Pendidikan dan kebudayaan.selain itu perkembangan hukum
isalm di Indonesia ditunjang pula oleh sikap pemerintah terhadap hukum Isalm yang
dipergunakan sebagai sarana untuk memperlancar pelaksanaan kebijakan pemerintah
misalnya program keluara berencana dll. Pembaharuan Hukum Islam bidang mu’amalah di
Indonesia adalaah contoh-contoh dari penerapan hukum Islam dalam kehidupan di Negara
Indonesia.

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Bedasarkan pembahasan di atas dapat diketahu, bahwa sumber hukum Islam memberi
kemungkinan pada umat Islam, untuk selalu melakukan pengkajian hukum islam sesuai 
dengan dinamika kehidupan social masyarakat. Hal itu disebabkan antar lain karena Al-
Qur’an dan Hadis sebagai sumber utama hukum Islam penunjukkannya banyak yang dhanni.
Oleh karena itu menjadi kewajiba umat Islam untuk selalu ber ijtihad, supaya dapat
memecahkan berbagai persoalalan yang muncul dalam kehidupan dengan pendekatan
kekinian dan kemodernan.
Dalam melakukan Ijtihad sebagai upaya memecahkan problematika kehidupan social
perlu memerhatikan beberapa hal yaiut: pertama jiwa hukum Islam yakti mewujudkan
kemaslahatan dan memecahkan kemelaratan, kedua hukum Islam yakni memelihara agam,
jiwa, akal, keturunan, dan harta, ketiha asas pembinaan hukum Islam anatar lain tidak
memberatkan, keseimbangan antara aspek keduniaan dan keakhiratan, serta menerapkan
hukum secara bertahap.
Apabila umat Islam Indonesia mau melakukan pengkajian hukum Islam dengan
memerhatikan beberapa hal seperti tersebut di atas, maka kontribusi umat Islam dalam
perumusan hukum nasional yang bernafaskan hukum Islam semakin besar. Di samping itu
berbagai problematika hukum Islam yang muncul dalam kehidupan sosial dapat dipecahkan
dengan tepat.
  
B.     Saran
Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita
harus mempelajari sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang kita pelajri
sesuia dengan al-qur’an dan tuntunan nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam as-sunnah
(hadist).

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Daut Ali, Prof. H. S.H. 2011. HUKUM ISLAM. Jakarta: Rajawali Pers.
Abdul Wahhab Khallaf, Prof.Dr. 2000. KAIDAH-KAIDAH HUKUM ISLAM. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. ILMU USHUL FIKIH. Jakarta: PT Rineka Cipta
Husnan, Djaelan. Fadhil, Abdul (2009). Islam Integral Membangun Kepribadian Islami.
Jakarta: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
http://tugaskuliahseptian.blogspot.com/2010/06/hukum-islam-dalam-dinamika-
kehidupan.html
http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/17/konsep-hukum-dalam-islam/
http://lusiya191110.blogspot.com/2013/10/makalah-agama-hukum-islam-dalam.html
https://www.academia.edu/8512641/Makalah_sumber_hukum_islam?auto=download
http://notemuza.blogspot.com/2019/10/makalah-pendidikan-agama-islam.html
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Anda mungkin juga menyukai