DISUSUN OLEH:
NAMA KELOMPOK
1. Noviatul Inayah
2. Wulan Agustina
3. Fardatus Solehah
4. M. Alfan
Dengan menyebut nama Allah Subhana Wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Pendidikan Agama Islam ini dengan sebuah pembahasan tentang “Membiasakan
Hidup Berdasarkan Hukum Islam”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Serta ucapan terima kasih kepada guru pembimbing pelajaran
Pendidikan Agama Islam Yang terhormat. dimana atas bimbingan beliau kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta
referensi pembelajaran maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama
mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya,
Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung.
Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan
sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam ialah
segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.
Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-
Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen
utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak)
dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap
muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal
pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh setiap muslim.
Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59 yang artinya :” Hai orang-orang
yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah (kehendak) Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil
amri di antara kamu ...”. Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak
Allah, kehendak Rasul dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan) mereka sendiri.
Kehendak Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul terhimpun sekarang dalam al
Hadis, kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab hasil karya orang yang
memenuhi syarat karena mempunyai ”kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan.
Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum islam adalah
Alquran dan hadist. Dalam sabdanya Rasulullah SAW bersabda, “ Aku tinggalkan bagi
kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selamanya, selama kalian
berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku.” Dan disamping itu pula para
ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah Alquran dan
hadist.
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh
kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat
untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuka
ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari keduanya.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Menjelaskan pengertian dan tujuan Hukum Islam
2. Menjelaskan sumber-sumber Hukum Islam
3. Menjelaskan Asas pembinaan Hukum Islam
4. Menjelaskan fungsi Hukum Islam
5. Menjelaskan Prospek penerapan Hukum Islam di Indonesia
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai sarana pembelajaran untuk lebih
memahami sumber-sumber hukum islam. Melalui makalah ini diharapkan dapat menjadi
penambah wawasan agar lebih mengetahui apa saja sumber hukum islam itu. Selain itu
penulisan makalah ini ditujukan pula untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI).
BAB II
PEMBAHASAN
3. Hukum pidana yang berhubungan tindakan kriminal setiap mukalaf dan masalah
pidananya bagi si pelaku kriminal. Dan dalam Al Qur’an terdapat sekitar 30 ayat.
4. Hukum acara yaitu : yang berhubungan dengan pengadilan , kesaksian , dan sumpah.
Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 13 ayat
7. Hukum ekonomi dan keuangan ,yaitu: yang berhubungan dengan hak orang miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian dari harta orang kaya. Dalam Al
Qur’an tercatat sekitar 10 ayat.
c. Pembagian Hadist
1) Sunnah Qouliyah
Sunnah Qouliyah yaitu perkataan nabi saw. yang menerangkan hukum-hukum agama
dan maksud isi Al-Qur’an serta berisi peradaban, hikmah, ilmu pengetahuan dan juga
menganjurkan akhlaq yang mulia. Sunnah qouliyah (ucapan) dinamakan juga hadits nabi
saw.
Sunnah Qouliyah juga disebut “khabar”. Jadi sunnah qouliyah itu boleh dikatakan
sunnah, hadits dan khabar. Khabar pada umumnya dapat dibagi tiga :
Yang pasti benarnya,seperti apa yang datang dari Allah,RasulNya dan khabar yang
dibeikan dengan jalan mutawatir.
Yang pasti tidak benarnya, yaitu pemberitaan tentang hal-hal yang tidak mungkin
dibenarkan oleh akal, seperti khabar mati dan hidup dapat berkumpul.
Khabar yang tidak dapat dipastikan benar bohongnya seperti khabar-khabar yang
samar,karena kadang-kadang tidak dapat ditentukan mana yang kuat, benarnya atau
bohongnya.
2) Sunnah Fi’liyah
Sunnah Fi’liyah yaitu perbuatan Nabi SAW yang menerangkan cara melaksanakan
ibadah, misalnya cara berwudhu, shalat dan sebagainya. Sunnah Fi’liyah itu terbagi sebagai
berikut :
Pekerjaan nabi saw. yang bersifat gerakan jiwa, gerakan hati, gerakan tubuh, seperti :
bernafas, duduk, berjalan dan sebagainya. Perbuatan seperti ini tidak bersangkut-paut dengan
soal hukum, dan tidak ada hubungannya dengan suruhan larangan atau tauladan.
Perbuatan nabi saw. yang bersifat kebiasaan, seperti : cara-cara makan, tidur dan
sebagainya. Perbuatan semacam ini pun tidak ada hubungannya dengan perintah, larangan,
dan tauladan. kecuali kalau ada perintah anjuran nabi untuk mengikuti cara-cara tersebut.
Perbuatan nabi saw. yang khusus untuk beliau sendiri, beristri lebih dari empat.
Dalam hal ini orang lain tidak boleh mengikutinya.
Pekerjaan yang bersifat menjelaskan hukum yang mujmal, seperti : shalatnya,
hajjinya, yang kedua-duanya menjelaskan sabdanya :
Artinya :
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”.
Dan:
Artinya :
“Ambillah dari padaku hal-hal (pelakuan) ibadah hajjimu”.
Hukum perbuatan tersebut sama dengan hukum apa yang dijelaskan, baik wajibmmaupun
mandubnya.
Pekerjaan yang dilakukan orang lain sebagai hukuman, seperti: menahan orang,atau
mengusahakan milik orang lain.
Pekerjaan yang menunjukkan kebolehan saja, seperti: berwudhu dengan satu kali, dua
kali dan tiga kali.
3) Sunnah Taqririyah
Sunnah Taqririyah yaitu bila Nabi SAW mendengar sahabat mengatakan sesuatu
perkataan atau melihat mereka memperbuat suatu perbuatan, lalu ditetapkan dan dibiarkan
oleh Nabi SAW dan tiada ditegurnya atau dilarangnya, maka yang demikian dinamai sunnah
ketetapan Nabi (taqrir).
Maka perkataan atau perbuatan yang didiamkan itu sama saja dengan perkataan dan
perbuatan Nabi sendiri, yaitu dapat menjadi hujjah bagi ummat seluruhnya. Syarat sahnya
taqrir ialah orang yang dibiarkannya itu benar-benar orang yang tunduk kepada syara’, bukan
orang kafir atau munafiq. Contoh-contoh taqrir antara lain sebagai berikut:
· Mempergunakan uang yang dibuat oleh orang kafir.
· Mempergunakan harta yang diusahakan mereka seketika masih kafir.
· Membiarkan dzikir dengan suara keras sesudah shalat.
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan rasul-Nya dan Ulil Amri diantara
kamu".
Yang dimaksud "ulil amri" ialah orang-orang yang memerintah dan para
ulama. Menurut hadits:
Artinya:
"Ummatku tidak bersepakat atas kesesatan".
Menurut sebagian ulama bahwa yang dimaksud dengan Ulil Amri fid-dunya, yaitu
penguasa, dan Ulil Amri fid-din, yaitu mujtahid. Sebagian ulama lain menafsirkannya dengan
ulama.
Ijma' ini menempati tingkat ketiga sebagai hukum syar'iy, yaitu setelah Al-Qur'an dan
as-Sunnah. Dari pemahaman seperti ini, pada dasarnya ijma' dapat dijadikan alternatif dalam
menetapkan hukum sesuatu peristiwa yang di dalam Al-Qu'an atau as-Sunnah tidak ada atau
kurang jelas hukumnya.
4. Qiyas
1. Pengertian Qiyas
Qiyas menurut bahasa berarti mengukur, memperbandingkan, atau mempersamakan sesuatu
dengan lainnya dikarenakan adanya persamaan. Sedang menurut istilah qiyas ialah
menetapkan hukum sesuatu yang belum ada ketentuan hukumnya dalam nash dengan
mempersamakan sesuatu yang telah ada status hukumnya dalam nash.
Berbeda dengan ijma', qiyas bisa dilakukan oleh individu, sedang ijma' harus dilakukan
bersama oleh para mujtahid.
Artinya:
"Hendaklah kamu mengambil i'tibar (ibarat pelajaran) hai orang-orang yang berfikiran". (S.
Al-Hasyr ayat 2)
Karena i'tibar artinya "qiyasusysyai-i bisysyai-i : membandingkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain".
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan pembahasan di atas dapat diketahu, bahwa sumber hukum Islam memberi
kemungkinan pada umat Islam, untuk selalu melakukan pengkajian hukum islam sesuai
dengan dinamika kehidupan social masyarakat. Hal itu disebabkan antar lain karena Al-
Qur’an dan Hadis sebagai sumber utama hukum Islam penunjukkannya banyak yang dhanni.
Oleh karena itu menjadi kewajiba umat Islam untuk selalu ber ijtihad, supaya dapat
memecahkan berbagai persoalalan yang muncul dalam kehidupan dengan pendekatan
kekinian dan kemodernan.
Dalam melakukan Ijtihad sebagai upaya memecahkan problematika kehidupan social
perlu memerhatikan beberapa hal yaiut: pertama jiwa hukum Islam yakti mewujudkan
kemaslahatan dan memecahkan kemelaratan, kedua hukum Islam yakni memelihara agam,
jiwa, akal, keturunan, dan harta, ketiha asas pembinaan hukum Islam anatar lain tidak
memberatkan, keseimbangan antara aspek keduniaan dan keakhiratan, serta menerapkan
hukum secara bertahap.
Apabila umat Islam Indonesia mau melakukan pengkajian hukum Islam dengan
memerhatikan beberapa hal seperti tersebut di atas, maka kontribusi umat Islam dalam
perumusan hukum nasional yang bernafaskan hukum Islam semakin besar. Di samping itu
berbagai problematika hukum Islam yang muncul dalam kehidupan sosial dapat dipecahkan
dengan tepat.
B. Saran
Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita
harus mempelajari sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang kita pelajri
sesuia dengan al-qur’an dan tuntunan nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam as-sunnah
(hadist).
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Daut Ali, Prof. H. S.H. 2011. HUKUM ISLAM. Jakarta: Rajawali Pers.
Abdul Wahhab Khallaf, Prof.Dr. 2000. KAIDAH-KAIDAH HUKUM ISLAM. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. ILMU USHUL FIKIH. Jakarta: PT Rineka Cipta
Husnan, Djaelan. Fadhil, Abdul (2009). Islam Integral Membangun Kepribadian Islami.
Jakarta: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
http://tugaskuliahseptian.blogspot.com/2010/06/hukum-islam-dalam-dinamika-
kehidupan.html
http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/17/konsep-hukum-dalam-islam/
http://lusiya191110.blogspot.com/2013/10/makalah-agama-hukum-islam-dalam.html
https://www.academia.edu/8512641/Makalah_sumber_hukum_islam?auto=download
http://notemuza.blogspot.com/2019/10/makalah-pendidikan-agama-islam.html
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest