Ushul Fiqh
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan akal dan
fikiran kepada manusia, sehingga dengan penggunaan otak dan fikiran secara baik
dan benar manusia menjadi makhluk yang lebih unggul dari yang lainnya.
Shalawat serta salam semoga terus bermuara pada baginda Rasulullah SAW,
pahlawan terhebat di dunia yang membawa perubahan besar dalam sejarah hidup
manusia, dari kejahilan menuju peradaban manusia yang lebih bermartabat
dengan bendera agama islam. Adapun judul Makalah ini Sumber sumber
Hukum Islam.
Akhirnya saya berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca atau pihak yang membutuhkan.
KATA PENGANTAR..........................................................2
BAB I.............................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................4
1. Latar Belakang.....................................................................4
BAB II............................................................................5
SUMBER HUKUM ISLAM YANG DISEPAKATI PARA ULAMA 5
A. Al-Qur’an..................................................................................5
1. Pengertian Al-Qur’an..................................................................5
2. Pokok-pokok isi Al-Qur’an..........................................................5
3. Dasar Kehujjahan Al-Qur’an dan Kedudukannya sebagai
Sumber Hukum................................................................................ 5
4. Pedoman AI-Qur'an dalam Menetapkan Hukum........................6
B. Hadits Nabi s.a.w.......................................................................7
1. Pengertian Al-Hadits..............................................................7
2. Bentuk-bentuk Al-Hadits.......................................................7
3. Dasar Kehujjahan Al-Hadits dan Kedudukannya sebagai
Sumber Hukum............................................................................. 8
4. Fungsi Al-Hadits terhadap Al-Qur’an.................................15
C. Ijma'.......................................................................................16
1. Pengertian Ijma'.....................................................................16
2. Dasar Kehujjahan Ijma’ dan Kedudukannya sebagai
sumber hukum............................................................................ 17
3. Macam dan Tingkatan Ijma’.................................................17
D. Qiyas.......................................................................................18
1. Pengertian Qiyas....................................................................18
2. Rukun Qiyas...........................................................................19
3. Dasar Kehujjahan Qiyas dan Kedudukannya sebagai
Sumber Hukum...........................................................................21
4. Macam-macam Qiyas.............................................................22
5. Sebab-sebab dilakukan Qiyas............................................23
BAB VI.........................................................................24
KESIMPULAN................................................................24
DAFTAR PUSTAKA........................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Fiqih islam merupakan kumpulan hukum islam yang berkenaan
dengan amal perbuatan, yang digali dari sumber/dalilnya secara terperinci.
Dalil pokok yang merupakan sumber fiqih itu adalah wahyu Tuhan. Satu-
satunya pemilik dan penguasa hukum.
Pengertian wahyu sebagai satu-satunya sumber hukum, ialah
bahwa dialah yang berhak menetapkan adanya sumber lain yang dapat
dijadikan dasar bagi fiqih islam, di antaranya dinyatakan adalah : Qur’an ,
Hadist dan sumber hukum pelengakap islam lainnya.
Sedangkan saat ini kita tidak hanya menggunakan 3 hukum
tersebut. Kita menggunakan hukum yang dibuat oleh pemimpin negara
Indonesia yang berupa Undang-Undang. Akan tetapi di Indonesia muncul
Undang-Undang Islam yang terbaru sampai saat ini adalah KHI
(Kompilasi Hukum Islam).
Semoga tulisan kami ini bisa membantu pembaca dalam
mempelajari hukum islam.
BAB II
A. Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an
a. Tauhid
b. Ibadah
b. Meminimalisir beban ( )
Dasar ini merupakan konsekwensi logis dari dasar yang pertama. Dengan
dasar ini kita dapati rukhshah (keringanan) dalam beberapa jenis
ibadah, seperti Menjama’ dan mengqashar sholat apabila dalam
perjalanan dengan syarat yang telah ditentukan.
2. Bentuk-bentuk Al-Hadits
Berdasarkan definisi istilah diatas, maka bentuk hadits dapat dibedakan
menjadi 3 macam yaitu :
a. Qauliyah ( ucapan )
b. Fi’liyah ( perbuatan )
c. Taqririyah ( keputusan/ketetapan )
3. Dasar Kehujjahan Al-Hadits dan Kedudukannya sebagai
Sumber Hukum
Banyak kita jumpai ayat - ayat Al-Qur'an dan Hadits-hadits yang
memberikan pengertian bahwa hadits merupakan sumber hukum Islam
selain Al-Qur'an yang wajib diikuti, dan diamalkan baik dalam bentuk
perintah maupun larangannya. Uraian di bawah ini merupakan penjelasan
secara rinci tentang dasar kehujjahan hadits sebagai sumber hukum
Islam dengan mengambil beberapa dalil, baik naqli maupun aqli.
a. DaliI Al-Qur'an
b. Dalil Al-Hadits
a. Bayanut Tafsir yaitu sebagai penjelas atau merinci ayat-ayat Al-Qur’an yang
masih global dan memberikan batasan terhadap ayat Al-Qur’an yang dalam
pelaksanaannya belum ada batasannya. Misal hadits tentang tata cara ibadah
sholat, tata cara ibadah haji dan lain-lain.
b. Bayanut Taqrir yaitu sebagai penguat ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Al-Qur’an. Misal hadits tentang rukun Islam dan lain-lain.
c. Bayanut Tasyri’ yaitu menetapkan hukum suatu perkara yang tidak ada
ketentuan nashnya dalam Al-Qur’an. Misal hadits tentang penyembelehan janin
dalam perut induknya sama dengan penyembelehan induknya dan lain-lain.
C. Ijma'
1. Pengertian Ijma'
Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), kata Ijma' merupakan masdar (kata
benda verbal) dari kata yang artinya memutuskan dan
menyepakati sesuatu. Ia juga bisa berarti kesepakatan bulat (konsensus).
Menurut Abdul Wahhab Khalaf, secara istilah Ijma' adalah :
3. Pada zaman Rasulullah SAW tidak ada ijma' sebab setiap terjadi
ketiadaan hukum, para sahabat bertanya kepada Rasul, lalu
beliau menetapkan hukumnya.
b. ljma' sukuti, (Sukuti dari segi bahasa artinya diam) yaitu sebagian
mujtahid memaparkan pendapat-pendapatnya secara terang dan jelas
mengenai suatu hukum suatu peristiwa melalui perkataan atau
perbuatan, sedangkan mujtahid yang lain tidak memberikan
komentar apakah ia menerima atau menolak. ljma' sukuti ini
bersifat dzan dan tidak mengikat. Oleh seabab itu, tidak ada
halangan bagi para mujtahid untuk memaparkan pendapat yang
berbeda setelah Ijma' itu diputuskan. Bagi Imam Syafi'i dan Imam
Malik berpendapat bahwa ljma' sukuti ini tidak dapat dijadikan
dasar hukum. Namun Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin
Hambal berpendapat lain yaitu menjadikannya sebagai dasar
hukum. Mereka yang menerima ljma' sukuti sebagai hujah sebab
menurut kedua Imam tersebut, diamnya mujtahid sebagai tanda setuju.
D. Qiyas
1. Pengertian Qiyas
Qiyas menurut bahasa berarti menyamakan atau mengukurkan sesuatu
dengan yang lain. Para ahli Ushul Fiqih merumuskan qiyas dengan:
2. Rukun Qiyas
Dari rumusan diatas dapat dijelaskan beberapa rukun qiyas sebagai berikut :
c. Illat yaitu suatu sifat yang menjadi dasar hukum pada ashal.
Sifat ini pula yang harus ada pada “far'un". Haramnya minum
khamr adalah ashal karena ada nash yang menyatakan itu, yaitu
firman Allah SWT :
Dasar qiyas sebagai sumber hukum adalah sebuah.hadits dari Ibnu Abbas
4. Macam-macam Qiyas
Qiyas mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut
didasarkan pada tingkat kekuatan hukum karena adanya `illah yang ada
pada asal dan furu', adapun tingkatan tersebut pada umumnya dibagi
menjadi tiga yaitu :
BAB VI
KESIMPULAN
Acara Peradilan Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam, Jakarta, Sinar Grafika,
1995
Mahrus As’ad dkk, Memahami Fiqih Kelas III Madrasah Aliyah, Armico,
Bandung, 2006
Muzilanto dkk, Modul Fiqih Kelas XII Madrasah Aliyah, Akik Pusaka, Solo, 2009