Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SUMBER – SUMBER HUKUM DALAM ISLAM

Dosen pengampu:
M. Asrori

Di Susun Oleh :
Nike Okta Farini (NIM)

Ardyan Bayu (NIM)

M. Azka Muzakka (NIM)

Yoga Aditya (NIM)

Fakultas Teknik
Universitas Islam Lamongan
Prodi Teknik Informatika
Tahun Akademik 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Dengan membuat makalah ini, kami diharapkan mampu untuk lebih
mengenal tentang Sumber Hukum Islam yang kami sajikan berdasarkan informasi
dari berbagai sumber. Sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif. Agar untuk kedepannya dalam
penulisan makalah menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan yang Maha Esa menyertai
segala usaha kita.

Makalah “Sumber – Sumber Hukum Dalam Islam” ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................1

1.3 Tujuan ............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................2

2.1 Sumber Hukum Islam ....................................................................2

a) Al-Quran Sebagai Sumber Hukum Utama ..................................2


b) Al-Hadits Sebagai Sumber Hukum Kedua .................................3
c) Al-Ithjihad Sebagai Sumber Hukum Pelengkap .........................5

2.2 Fungsi Hukum Islam Terhadap Kehidupan Bermasyarakat .........8

2.3 Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan dan Penegakan Sistem


Hukum Indonesia ............................................................................................. 9

BAB III PENUTUP ...........................................................................................15

2.4 Kesimpulan ....................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................16

Makalah “Sumber – Sumber Hukum Dalam Islam” ii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada maka dikemukakan


perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja Sumber-Sumber hukum Indonesia ?


2. Apakah Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Masyarakat ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai, adalah :
1. Untuk mengetahui sumber-sumber hukum Islam
2. Untuk mengetahui fungsi hukum Islam dalam kehidupan masyarakat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sumber Hukum Islam

Sumber hukum islam artinya sesuatu yang menjadi pokok dari ajaran islam.
Sumber hukum islam bersifat dinamis,benar, dan mutlak, serta tidak pernah
mengalami kefanaan, atau kehancuran. Sumber tertib hukum Islam dapat dipahami
dalam firman Allah dalam QS. An-nisa: 59, dari ayat tersebut dapat diperoleh
pemahaman bahwa umat Islam dalam menjalankan hukum agamanya harus
berdasarkan urutan:

 Selalu mentaati Allah dan mengindahkan seluruh ketentuan yang berlaku


dalam alquran.
 Mentaati Rasulullah dengan memahami seluruh sunnah-sunnahnya.
 Mentaati ulil amri (lembaga yang menguasai urusan umat Islam).

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 1


 Mengembalikan kepada alquran dan sunah jika terjadi perbedaan dalam
menetapkan hukum,

Secara lebih teknis umat Islam dalam berhukum harus memperhatikan sumber
tertib hukum :

1. Al-Quran
2. Sunah atau hadist Rasul
3. Ijtihad

A. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Utama

Al-Qur’an merupakan mukjizat yang terbesar diberikan Allah Swt terhadap


Rasul SAW dan membacanya merupakan ibadah.

Dalam Al-Qur’an juga disebut ada beberapa nama lain Al-Qur’an seperti :

 Al-kitab
 Al-Syifa (obat)
 Al-Huda’ (petunjuk)
 Al-Furqan (pembeda), dan
 Al-Mau’izhah (nasihat)

Artinya Al-Qur’an adalah kitab yang berisikan petujuk Allah SWT untuk
menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan hambanya,
membedakan antara haq1 dan bathil2 , serta menjadi peringatan, obat dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman Sebagaimana yang telah diwahyukan oleh Allah
Swt dalam QS.Al-Isra’ 82:
“ Dan kami turunkan dari Al-quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-quran itu tidaklah menambah kepada orang-
orang yang zalim selain kerugian”.

1Haq adalah kebenaran yang datangnya dari Allah bukan dari manusia
2Bathil dari bahasa arab dan telah diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi “batal”

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 2


Al-Qur’an adalah sumber hukum utama dan pertama dalam islam. Karena
setiap muslim wajib berpegang teguh kepada isi kandungan Al-Qur’an dan
menempatka Al-Qur’an sebagai rujukan utama dan pertama dalam menetapkan
suatu hukum Allah SWT berfirman :
Artinya: Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,
Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. al-Maidah: 44).

Dalam ayat lain Allah berfirman:


Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, Akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
Barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata. (al- Ahjab: 36).
Kedua ayat ini menegaskan kepada kita untuk selalu berpegang teguh pada
al-qur’an dan hadis sebagai dasar dan sumber hukum-hukum islam dan melarang
kita untuk menetapkan suatu perkara yang tidak sesuai dengan al-qur’an dan hadis
serta dilarang untuk mendurhakai allah dan rasul-Nya.

B. Al-Hadits3 Sebagai Sumber Hukum Kedua

As-sunnah menurut istilah yang dirumuskan oleh ‘Ulama Hadis adalah


“Segala sesuatu yang diambil dari Nabi Muhammad Saw baik berupa perkataan,
perbuatan maupun taqrir (ketentuan), pengajaran, sifat, kelakuan dan perjalanan
hidup baik yang terjadi sebelum masa kenabian ayau sesudahnya”
Sedangkan menurut ‘ulama Fiqh4 : “ Segala sesuatu yang diambil dari Nabi
Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan(taqrir) yang
mempunyai kaitan dengan hukum “

3Hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari nabi Muhammad , baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapannya,sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi dan
terkadang juga sebelumnya, sehingga arti hadits disini semakna sengan sunnah
4Fiqh berarti paham atau tau, menurut istilah adalah ilmu yang menerangkan tentang hukum –
hukum syara’ yang berkenaan dengan amal perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-dalil
tafsir(jelas)

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 3


Berdasarkan pengertian di atas , dapat diklasifikasikan kepada 4 macam yaitu;

a. Hadis Qauliyah

Seluruh hadis yang bersumber dari perkataan Nabi Muhammad SAW, baik
dalam bentuk perintah, larangan, anjuran atau nasehat , dan lain-lain. Yang dapat
dijadikan dalil5 untuk menetapkan hukum syara’6

b. Hadis Fi’liyah

Seluruh hadis yang bersumber dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan
oleh Nabi Muhammad SAW agar dicontohkan atau diteladani oleh
umatnya.Contohnya: tata cara wudu’ , shalat, haji, dan lain-lain yang diperbuat dan
dicontohkan oleh Nabi.

c. Hadis Taqririyah

Seluruh hadis yang berbentuk ketetapan atau persetujuan Nabi Muhammad


SAW terhadap suatu perkara yang dilakuakn sahabat atau umatnya. Dalam hal ini,
Nabi Muhammad SAW memberikan persetujuan atau ketetapan terhadap hal-hal
positif yang dilakukan sahabatnya. Sebagai contoh, nabi Muhammad SAW
menyetujui kalimat-kalimat azan yang dikumandangkan oleh sahabat yang
bernama Bilal Nin rabbah.

d. Hadis Hamiyah

Hadis nabi Muhammad SAW yang masih berbentuk harapan. Menurut ahli
hadis, bentuk hadis seperti ini sangat sedikit, bahkan ada yang mengatakan tidak
ada,. Hal ini dikarenakan Nabi Muhammad SAW adalah sosok teladan yang tidak
pernah meminta umatnya melakukan sesuatu sebelum ia sendiri melakukannya.
Begitupun, ada yang berpendapat bahwa Nabi Muhammad SAW pernah berniat

5Dalil adalah suatu hal yang menunjuk pada apa yang dicari, berupa alasan, keterangan dan
pendapat yang merujuk pada pengerian, hukum dan hal-hal yang berkaitan dengan apa yang
dicari
6Syara’ adalah seruan atau sesuatu yang diminta dengan seruan yang bersifat pasti

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 4


untuk berpuasa pada Muharram, tetapi sebelum ia menunaikannya, beliau telah
dipanggil Allah SWT inilah salah satunya sumber informasi tentang hadis
hammiyah.

Hadis merupakan salah satu sumber hukum islam yang wajib kita taati. Allah
SAW telah mewajibkan agar kita mentaati hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW tersebut.

Hadits terdiri dari :

Matan, yaitu isi atau kandungan dari suatu hadis yang memuat berbagai
pengertian.

Sanad, yaitu jalan yang menyampaikan kepada matan hadis,yaitu nama-nama


para perawinya yang berurutan menjadi sandaran dalam periwayatan hadis
menjadi perantara Nabi Muhammad SAW sampai kepada perawi atau orang
yang meriwayatkan suatu hadis

Rawi yaitu orang-orang yang meriwayatkan hadist

Klasifikasi Hadits

a. Hadis Shahih

Yaitu hadits yang dapat dipakai sebagai landasan hukum. Hadits yang sahih
para perawinya bersambung sampai kepada Nabi saw, perawinya orang yang taat
beragama, kuat hafalannya dan isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur‟an.

b. Hadits Hasan (baik)

Yaitu hadits yang memenuhi persyaratan seperti perawinya semuanya


bersambungan, perawinya taat beragama, agak kuat hafalannya, tidak bertentangan
dengan Al-Quran dan tidak cacat di dalamnya.

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 5


c. Hadits Daif (lemah)

Yaitu hadits yang tidak memenuhi criteria persyaratan hadits hasan apalagi shahih.
Hadits daif tidak boleh dijadikan sebagai landasan hukum.

C. Al-Ijtihad7 Sebagai Sumber Hukum Pelengkap

Menurut bahasa Ijtihadartinya bersungguh-sungguh. Menurut istilah Ijtihad


ialah bersungguh-sungguh menggunakan akal pikiran untuk merumuskan dan
menetapkan hukum atau suatu perkara yang tidak ditemukan kepastian hukumnya
dalam Al-Qur’an maupun Hadits.

Hasil ijtihad dapat dijadikan sumber hukum yang ketiga atau pelengkap. Hal
itu di dasarkan kepada hadis yang diriwiyatkan oleh Imam Tirmizi dan Abu
Daud yang berisikan dialoq antara Nabi Muhammad Saw dengan Mua’az bin
Jabal, ketika diutus ke negeri Yaman waktu itu Nabi bertanya kepada Mu’az “
Bagaimana kamua akan menetapkan hukum kalau dihadapkan kepadamu sutu
persoalan yang memerlukan ketetapan hukum?” Mu’az menjawab,” saya akan
menetapkan hukum dengan Al-Qur’an ,” Rasul bertanya lagi “ kalau seandainya
tidak ditemukan ketetapannya dengan Al-quran?” Mu’az menjawab,” saya akan
berijtihad denan pendapat saya sendiri.” Kemudian rasulullah menepuk-nepuk bahu
mu’az bin jabal tanda setuju. Dan ini merupakan dasar hukum perlunya ijtihad. Al-
quran menjelaskan ada “ULIL AMRI8”yang berarti mereka yang berwenang
menetapkan suatu maslahat bagi umat. Q.S An-Nisa ayat 59.

Bentuk-bentuk Ijtihad

a. Ijma’

7Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh
siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak
dibahas dalam Al Quran maupun hadist dengan syarat menggunakan akal sehat dan
pertimbangan matang
8Ulil Amri adalah orang-orang yang Allah wajibkan untuk ditaati yaitu penguasa atau pemerintah.

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 6


Menggunakan bahasa Ijma’ berarti menghimpun, mengumpulkan dan
menyatukan pendapat. Menurut istilah ijma’ adalah kesepakatan para ulama tentang
hukum suatu masalah yang tidak tercantum di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

b. Qiyas
Menurut bahasa Qiyas berarti mengukur sesuatu dengan contoh yang lain,
kemudian menyamakannya. Menurut istilah, Qiyas adalah menentukan hukum
suatu maslaah yang tidak ditentukan hukumnya dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits
dengan cara menganalogikan suatu masalah dengan masalah yang lain karena
terdapat kesamaan ‘illat (alasan).

c. Istihsan
Menurut bahasa, Istihsan berarti menganggap/mengambil yang terbaik dari
suatu hal. Menurut istilah, Istihsan adalah meninggalkan qiyas yang jelas (jali)
untuk menjalankan qiyas yang tidak jelas (khafi), atau meninggalkan hukum umum
(universal/kulli) untuk menjalankan hukum khusus (pengecualian/istitsna’), karena
adanya alasan yang menurut pertimbangan logika menguatkannya. Contoh:
menurut istihsan sisa minuman dari burung-burung yang buas seperti elang, gagak,
rajawali dan lain-lain itu tetap suci berbeda dengan sisa minuman dari binatang-
binatang buas seperti harimau, singa, serigala dan lain-lain yang haram dagingnya
karena sisa makanan binatang-binatnag buas ini mengikuti hukum dagingnya,
maka sisa minumannya juga haram (najis). Alasan kesucian dari sisa minuman
burung-burung buas tadi : meskipun haram dagingnya, karena burung-burung itu
mengambil air minumnya dengan paruh yang berupa tulang (dimanan hukum
tulang itu sendiri suci) dan tidak dimungkinkan air liur / ludah yang keluar dari
perutnya (dagingnya) itu bercampur dengan sisa minuman tadi. Sedangkan
binatang-binatang buas mengambil air minum dengan mulutnya yang sejenis
daging sehingga dimungkinkan sekali sisa minumannya bercampur dengan
ludahnya.

d. Masalihul Mursalah

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 7


Menurut bahasa, Masalihul Mursalah berarti pertimbangan untuk
mengambil kebaikan. Menurut istilah, Masalihul Mursalah yaitu penetapan hukum
yang didasarkan atas kemaslahatan umum atau kepentingan bersama dimana
hukum pasti dari maslah tersebut tidak ditetapkan oleh oleh syar’i (al Qur’an dan
Hadits) dan tidak ada perintah memperhatikan atau mengabaikannya. Contoh
penggunaan masalihul mursalah kebijaksanaan yang diambil sahabat Abu Bakar
shiddiq mengenai pengumpulan al Qur’an dalam suatu mush-haf, penggunaan
‘ijazah, surat-surat berharga dan sebagainya.
Dengan perkembangan zaman yang terus semakin maju, muncul berbagai
masalah baru yang belum dijumpai ketetapan hukumnya di dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadits. Masalah-masalah baru tersebut membutuhkan ijtihad, sehingga menjadi
hukum bagi kaum muslimin. Hal ini menuntut kita semua untuk selalu
memperdalam ilmu pengetahuan dan wawasan keagamaan kita, sehingga kita
mampu menjadi para mujtahid9 yang memiliki syarat-syarat ijtihad dengan benar.
Pintu ijtihad masih terbuka lebar bagi setiap umat muslim yang memiliki syarat-
syarat ijtihad. Islam sangat mendorong kaum muslimin untuk melakukan ijtihad.
Hal ini ditegaskan Rasulullah SAW. dalam haditsnya yag diriwayatkan Mu’az bin
Jabal :
Artinya :" Apabila seorang hakim memutuskan masalah dengan jalan
ijtihad kemudian benar, maka ia mendapat dua pahala, dan apabila dia
memutuskan dengan jalan ijtihad kemudian keliru, maka dia memperoleh satu
pahala. (HR. Bukhari Muslim).”

e. Istish-hab
Melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah diterapkan karena
adanya suatu dalil sampai datangnya dalil lain yang mengubah kedudukan hokum
tersebut. Misalnya apa yang diyakini ada, tidak akan hilang oleh adanya keragu-
raguan, contoh : orang yang telah berwudlu, lalu dia ragu-ragu apakah sudah batal
atau belum, maka yang dipakai adalah dia tetap dalam keadaan wudlu dalam

9Mujtahid adalah orang yang dengan ilmunya yang tinggi dan lengkap telah mampu menggali
dan menyimpulkan hukum-hukum Islam dari sumber –sumbernya yang asli

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 8


pengertian wudlunya tetap sah. Seperti itu juga dalam hal menentukan suatu
masalah yang hukum pokoknya mubah (boleh), maka hukumnya tetap mubah
sampai dating dalil yang mnegharuskan meninggalkan hukum tersebut.

Syarat umum yang harus dimiliki setiap mujtahid:


Menguasai atau memahami secara mendalam tentang al-quran dan ilmu-
ilmu al-quran, terutama ayat-ayat hukum, asbabun nuzul dan nasakh
mansukhnya
Menguasai hadis dan ilmu-ilmu hadis.
Menguasai bahasa arab dan ilmu-ilmu yang berkenaan dengan bahasa arab.
Menguasai ilmu ushul fiqh10.
Memahami tujuan pokok syari’at islam
Memahami Qawaid kulliyah11 atau Qawaid Fiqhiyah12.
2.2 Fungsi Hukum Islam Dalam Kehidupan Bermasyarakat

Thaharah (bersuci) terbagi menjadi beberapa jenis pembagian,


pembagian ini macamnya tergantung dari jenis hadast dan juga
keadaannya. Macam-macam Thaharah diataranya seperti berwudlu,
ta’yamum, dan juga mandi besar (mandi junub). Penjelasan
selengkapnya sebagai berikut :

10Ushul fiqih adalah ilmu hukum dalam Islam yang mempelajari kaidah-kaidah, teori-teori dan
sumber-sumber secara terperinci dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang diambil dari
sumber-sumber tersebut
11Qawaid Kuliyah adalah kaidah global atau hukum syara’|quwaid bentuk jamak dari qaidah
12Adalah dasar-dasar fiqih yang bersifat umum dan bersifat ringkas berbentuk undang undang
syara’ yang umum terhadap berbagai peristiwa hukum yang termasuk dalam ruang lingkup
kaidah tersebut

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 9


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah.
Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dan
benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan
manusia lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam
sekitarnya.
Perkembangan hukum Islam di Indonesia memiliki peluang yang sangat
cerah dalam pembangunan hukum nasional, karena secara sosioantropologis dan
emosional, hukum Islam sangat dekat dengan rnasyarakat Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam. Se!ain itu secara historis hukum Islam telah dikenal
jauh sebelum penjajah masuk ke Indonesia. Peluang bagi masa depan hukum Islam
di Indonesia juga terbuka karena telah banyak aturan dalam hukum Islam yang
disahkan menjadi hukum nasional, dan hal ini memperlihatkan bagaimana politicall
will pemerintah yang memberikan respon dan peluang yang baik bagi hukum Islam.
Dengan melihat realitas kedekatan, kompleksitas materi hukum Islam pada masa

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 10


datang, peluang hukum Islam dalam pembangunan hukum nasional akan lebih luas
lagi.
Demikian juga peran akademisi yang melakukan pengembangan dan
penelitian yang konstruktif dapat menunjang perkembangan hukum Islam di
Indonesia. Yang tidak kalah pentingnya adalah peran para ulama, kyai yang secara
ikhlas mengajarkan dan tetap menyiarkan materi-materi hukum Islam kepada para
santri serta jamaahnya yang tersebar di berbagai pelosok tanah air. Semua itu secara
alami akan tetap menjaga keberadaan hukum Islam di Indonesia.
Ada tiga faktor yang menyebabkan hukum Islam masih memiliki peran besar
dalam kehidupan bangsa kita. Pertama, hukum Islam telah turut serta menciptakan
tata nilai yang mengatur kehidupan umat Islam, minimal dengan menetapkan apa
yang harus dianggap baik dan buruk, apa yang menjadi perintah, anjuran, perkenan,
dan larangan agama. Kedua, banyak keputusan hukum dan unsur yurisprudensial
dari hukum Islam telah diserap menjadi bagian dari hukum positif yang berlaku.
Ketiga, adanya golongan yang masih memiliki aspirasi teokratis di kalangan umat
Islam dari berbagai negeri sehingga penerapan hukum Islam secara penuh masih
menjadi slogan perjuangan yang masih mempunyai appeal cukup besar.

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 11


DAFTAR PUSTAKA

http://id.scribd.com/doc/60557482/Hukum-Islam-Di-Indonesia-Dan-Kontribusi-
Umat-Islam

diunduh tgl 1 Maret 2013

http://hukumislamdankontribusiumatislam.blogspot.com/

diunduh tgl 1 Maret 2013

http://destriyanaeciel.blogspot.com/2012/06/sumber-hukum-islam-dan-kontribusi-
umat.html

diunduh tgl 1 Maret 2013

http://www.docstoc.com/docs/123489356/Hukum-Islam-dan-Kontribusi-Umat-
Islam-Indonesia

diunduh tgl 1 Maret 2013

http://www.fib.unair.ac.id/index.php/unduh/finish/31-materi-agama-islam/193-
kuliahvihukumislamdankontribusiumatislamindonesiaokppt.html

diunduh tgl 1 Maret 2013

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 12


http://www.slideshare.net/ayusefryna/umat-islam-dan-kontribusi-umat-islam-
indonesia

diunduh tgl 1 Maret 2013

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=hukum%20islam%20dan%20kontribu
si%20umat%20islam%20di%20indonesia&source=web&cd=7&cad=rja&ved=0C
FAQFjAG&url=http://dedizamrani.files.wordpress.com/2012/06/hukum-islam-
dan-kontribusi-umat-islam-di-indonesia.pptx&ei=xtQ0UfBbjqysB4T-
gYAP&usg=AFQjCNG_tEQ8zqER5mdi808Dk9cy-
ZX3DQ&bvm=bv.43148975,d.bmk

diunduh tgl 1 Maret 2013

Muchsin,.2004.Masa Depan Hukum Islam Di Indonesia, BP IBLAM. Jakarta.

[1] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:


Balai Pustaka, 2005), edisi

ketiga, hal. 592.

[2] AS Hornby, et. Al., OxfordAdvanced Dictionary of Current English, (edidi


revisi), (london:

Oxford University [t. th.], ed. I (1942), hal. 186-187.

[3] Ulasan berikut dikutif dan disarikan dari, Rifyal Ka'bah, , Hukum Islam di
Indonesia, Buletin Dakwah, 19

Mei 2006.

[4] Sunaryati Hartono, mantan Kepala BPBN, mengatakan bahwa sebenarnya


bangsa Indonesia

belum mempunyai hukum nasional, dan yang paling banyaknya baru hukum di
Indonesia. John Ball,

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 13


Guru Besar di Sidney University, menyebut keadaan hukum di Indonesia sebagai
"The struggle for a

national law." Lev mengatakan ada pertentangan-pertentang kepentingan antara


golongan-golongan

ideologi dalam hukum (Barat, Adat, dan Islam) sehingga hukum lama masih tetap
juga dipakai dan belum

ada konsensus untuk menggantinya. (Bustanul Arifin, Transformasi Syariah ke


dalam Hukum Nasional

(Bertenun dengan Benang-benang Kusut), Jakarta : Yayasan Al-Hikmah, 1999),


hal. 5 dan 11).

[5] Untuk lebih lengkap baca Muchsin, Ikhtisar Sejarah Hukum, Jakarta: BP
IBLAM, 2004, hal .9-22

[6] Hadis adalah “Segala sesuatu yang diambil dari Nabi Muhammad Saw baik
berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir (ketentuan), pengajaran, sifat,
kelakuan dan perjalanan hidup baik yang terjadi sebelum masa kenabian ayau
sesudahnya”

[7] Ijtihad ialah bersungguh-sungguh menggunakan akal pikiran untuk


merumuskan dan menetapkan hukum atau suatu perkara yang tidak ditemukan
kepastian hukumnya dalam Al-Qur’an maupun Hadits.

[8] Untuk lebih lengkap baca Muchsin, Ikhtisar Sejarah Hukum, Jakarta: BP
IBLAM, 2004

[9] Untuk lebih lengkap baca Muchsin, Ikhtisar Sejarah Hukum, Jakarta: BP
IBLAM, 2004

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 14


[10] Muchsin, Masa Depan Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: BP IBLAM,
2004, hal. 17-18.

[11] 14Iehtijanto, Pengembangan Teori berlakllnya hllkllm Islam di


Indonesia, dalam Hukum Islam di

Indonesia, Bandung: Remaja Rosdakarya eet. ke-2 1994, hal. 137

[12] Sedangkan yang dimaksud dengan ekonomi syariah, seperti yang diulas
dalam penjelasan UU

ini adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip
syari'ah yang antara lain

meliputi: bank syari'ah, lembaga kuangan mikro syari'ah, asuransi syari'ah,


reasuransi syari'ah, reksadana

syari'ah, obligasi syari'ah dan surat berharga berjangka menengah syari'ah,


sekuritas syari'ah, pembiayaan

syari'ah, pegadaian syari'ah, dana pensiun lembaga keuangan syari'ah dan bisnis
syari'ah.

[13] BPIH disetorkan ke rekening Menteri melalui bank syariah dan / atau bank
umum nasional

yang ditunjuk oleh Menteri (Pasal 22).

[14] Republika, Rabu 2 April 2008, hal. 5

[15] Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 (selanjutnya disebut


UU No. 21 Tahun

2008) tentang Perbankan Syariah menyebutkan bahwa perbankan syariah adalah


segala sesuatu yang

menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup


kelembagaan, kegiatan usaha, serta

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 15


cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

[16] Akad-akad dimaksud antara lain adalah : wadi'ah, mudharabah, musyarakah,


ijarah, ijarah

muntahiya bit-tamlik, murabahah, salam, istishna'I, qardh, wakalah, atau akad lain
yang sesuai dengan

prinsip syariah.

[17] yaitu antara lain yang tidak mengandung unsur : riba, maysir, gharar, haram,
dan zalim.

[18] Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia. PT RajaGrafindo Persada,


Jakarta: 2003, cet.

Kedelapan, hal. 170.

Makalah “Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Di Indonesia” 16

Anda mungkin juga menyukai