Dosen pengampu:
M. Asrori
Di Susun Oleh :
Nike Okta Farini (NIM)
Fakultas Teknik
Universitas Islam Lamongan
Prodi Teknik Informatika
Tahun Akademik 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Dengan membuat makalah ini, kami diharapkan mampu untuk lebih
mengenal tentang Sumber Hukum Islam yang kami sajikan berdasarkan informasi
dari berbagai sumber. Sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif. Agar untuk kedepannya dalam
penulisan makalah menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan yang Maha Esa menyertai
segala usaha kita.
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber hukum islam artinya sesuatu yang menjadi pokok dari ajaran islam.
Sumber hukum islam bersifat dinamis,benar, dan mutlak, serta tidak pernah
mengalami kefanaan, atau kehancuran. Sumber tertib hukum Islam dapat dipahami
dalam firman Allah dalam QS. An-nisa: 59, dari ayat tersebut dapat diperoleh
pemahaman bahwa umat Islam dalam menjalankan hukum agamanya harus
berdasarkan urutan:
Secara lebih teknis umat Islam dalam berhukum harus memperhatikan sumber
tertib hukum :
1. Al-Quran
2. Sunah atau hadist Rasul
3. Ijtihad
Dalam Al-Qur’an juga disebut ada beberapa nama lain Al-Qur’an seperti :
Al-kitab
Al-Syifa (obat)
Al-Huda’ (petunjuk)
Al-Furqan (pembeda), dan
Al-Mau’izhah (nasihat)
Artinya Al-Qur’an adalah kitab yang berisikan petujuk Allah SWT untuk
menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan hambanya,
membedakan antara haq1 dan bathil2 , serta menjadi peringatan, obat dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman Sebagaimana yang telah diwahyukan oleh Allah
Swt dalam QS.Al-Isra’ 82:
“ Dan kami turunkan dari Al-quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-quran itu tidaklah menambah kepada orang-
orang yang zalim selain kerugian”.
1Haq adalah kebenaran yang datangnya dari Allah bukan dari manusia
2Bathil dari bahasa arab dan telah diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi “batal”
3Hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari nabi Muhammad , baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapannya,sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi dan
terkadang juga sebelumnya, sehingga arti hadits disini semakna sengan sunnah
4Fiqh berarti paham atau tau, menurut istilah adalah ilmu yang menerangkan tentang hukum –
hukum syara’ yang berkenaan dengan amal perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-dalil
tafsir(jelas)
a. Hadis Qauliyah
Seluruh hadis yang bersumber dari perkataan Nabi Muhammad SAW, baik
dalam bentuk perintah, larangan, anjuran atau nasehat , dan lain-lain. Yang dapat
dijadikan dalil5 untuk menetapkan hukum syara’6
b. Hadis Fi’liyah
Seluruh hadis yang bersumber dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan
oleh Nabi Muhammad SAW agar dicontohkan atau diteladani oleh
umatnya.Contohnya: tata cara wudu’ , shalat, haji, dan lain-lain yang diperbuat dan
dicontohkan oleh Nabi.
c. Hadis Taqririyah
d. Hadis Hamiyah
Hadis nabi Muhammad SAW yang masih berbentuk harapan. Menurut ahli
hadis, bentuk hadis seperti ini sangat sedikit, bahkan ada yang mengatakan tidak
ada,. Hal ini dikarenakan Nabi Muhammad SAW adalah sosok teladan yang tidak
pernah meminta umatnya melakukan sesuatu sebelum ia sendiri melakukannya.
Begitupun, ada yang berpendapat bahwa Nabi Muhammad SAW pernah berniat
5Dalil adalah suatu hal yang menunjuk pada apa yang dicari, berupa alasan, keterangan dan
pendapat yang merujuk pada pengerian, hukum dan hal-hal yang berkaitan dengan apa yang
dicari
6Syara’ adalah seruan atau sesuatu yang diminta dengan seruan yang bersifat pasti
Hadis merupakan salah satu sumber hukum islam yang wajib kita taati. Allah
SAW telah mewajibkan agar kita mentaati hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW tersebut.
Matan, yaitu isi atau kandungan dari suatu hadis yang memuat berbagai
pengertian.
Klasifikasi Hadits
a. Hadis Shahih
Yaitu hadits yang dapat dipakai sebagai landasan hukum. Hadits yang sahih
para perawinya bersambung sampai kepada Nabi saw, perawinya orang yang taat
beragama, kuat hafalannya dan isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur‟an.
Yaitu hadits yang tidak memenuhi criteria persyaratan hadits hasan apalagi shahih.
Hadits daif tidak boleh dijadikan sebagai landasan hukum.
Hasil ijtihad dapat dijadikan sumber hukum yang ketiga atau pelengkap. Hal
itu di dasarkan kepada hadis yang diriwiyatkan oleh Imam Tirmizi dan Abu
Daud yang berisikan dialoq antara Nabi Muhammad Saw dengan Mua’az bin
Jabal, ketika diutus ke negeri Yaman waktu itu Nabi bertanya kepada Mu’az “
Bagaimana kamua akan menetapkan hukum kalau dihadapkan kepadamu sutu
persoalan yang memerlukan ketetapan hukum?” Mu’az menjawab,” saya akan
menetapkan hukum dengan Al-Qur’an ,” Rasul bertanya lagi “ kalau seandainya
tidak ditemukan ketetapannya dengan Al-quran?” Mu’az menjawab,” saya akan
berijtihad denan pendapat saya sendiri.” Kemudian rasulullah menepuk-nepuk bahu
mu’az bin jabal tanda setuju. Dan ini merupakan dasar hukum perlunya ijtihad. Al-
quran menjelaskan ada “ULIL AMRI8”yang berarti mereka yang berwenang
menetapkan suatu maslahat bagi umat. Q.S An-Nisa ayat 59.
Bentuk-bentuk Ijtihad
a. Ijma’
7Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh
siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak
dibahas dalam Al Quran maupun hadist dengan syarat menggunakan akal sehat dan
pertimbangan matang
8Ulil Amri adalah orang-orang yang Allah wajibkan untuk ditaati yaitu penguasa atau pemerintah.
b. Qiyas
Menurut bahasa Qiyas berarti mengukur sesuatu dengan contoh yang lain,
kemudian menyamakannya. Menurut istilah, Qiyas adalah menentukan hukum
suatu maslaah yang tidak ditentukan hukumnya dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits
dengan cara menganalogikan suatu masalah dengan masalah yang lain karena
terdapat kesamaan ‘illat (alasan).
c. Istihsan
Menurut bahasa, Istihsan berarti menganggap/mengambil yang terbaik dari
suatu hal. Menurut istilah, Istihsan adalah meninggalkan qiyas yang jelas (jali)
untuk menjalankan qiyas yang tidak jelas (khafi), atau meninggalkan hukum umum
(universal/kulli) untuk menjalankan hukum khusus (pengecualian/istitsna’), karena
adanya alasan yang menurut pertimbangan logika menguatkannya. Contoh:
menurut istihsan sisa minuman dari burung-burung yang buas seperti elang, gagak,
rajawali dan lain-lain itu tetap suci berbeda dengan sisa minuman dari binatang-
binatang buas seperti harimau, singa, serigala dan lain-lain yang haram dagingnya
karena sisa makanan binatang-binatnag buas ini mengikuti hukum dagingnya,
maka sisa minumannya juga haram (najis). Alasan kesucian dari sisa minuman
burung-burung buas tadi : meskipun haram dagingnya, karena burung-burung itu
mengambil air minumnya dengan paruh yang berupa tulang (dimanan hukum
tulang itu sendiri suci) dan tidak dimungkinkan air liur / ludah yang keluar dari
perutnya (dagingnya) itu bercampur dengan sisa minuman tadi. Sedangkan
binatang-binatang buas mengambil air minum dengan mulutnya yang sejenis
daging sehingga dimungkinkan sekali sisa minumannya bercampur dengan
ludahnya.
d. Masalihul Mursalah
e. Istish-hab
Melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah diterapkan karena
adanya suatu dalil sampai datangnya dalil lain yang mengubah kedudukan hokum
tersebut. Misalnya apa yang diyakini ada, tidak akan hilang oleh adanya keragu-
raguan, contoh : orang yang telah berwudlu, lalu dia ragu-ragu apakah sudah batal
atau belum, maka yang dipakai adalah dia tetap dalam keadaan wudlu dalam
9Mujtahid adalah orang yang dengan ilmunya yang tinggi dan lengkap telah mampu menggali
dan menyimpulkan hukum-hukum Islam dari sumber –sumbernya yang asli
10Ushul fiqih adalah ilmu hukum dalam Islam yang mempelajari kaidah-kaidah, teori-teori dan
sumber-sumber secara terperinci dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang diambil dari
sumber-sumber tersebut
11Qawaid Kuliyah adalah kaidah global atau hukum syara’|quwaid bentuk jamak dari qaidah
12Adalah dasar-dasar fiqih yang bersifat umum dan bersifat ringkas berbentuk undang undang
syara’ yang umum terhadap berbagai peristiwa hukum yang termasuk dalam ruang lingkup
kaidah tersebut
3.1. Kesimpulan
Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah.
Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dan
benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan
manusia lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam
sekitarnya.
Perkembangan hukum Islam di Indonesia memiliki peluang yang sangat
cerah dalam pembangunan hukum nasional, karena secara sosioantropologis dan
emosional, hukum Islam sangat dekat dengan rnasyarakat Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam. Se!ain itu secara historis hukum Islam telah dikenal
jauh sebelum penjajah masuk ke Indonesia. Peluang bagi masa depan hukum Islam
di Indonesia juga terbuka karena telah banyak aturan dalam hukum Islam yang
disahkan menjadi hukum nasional, dan hal ini memperlihatkan bagaimana politicall
will pemerintah yang memberikan respon dan peluang yang baik bagi hukum Islam.
Dengan melihat realitas kedekatan, kompleksitas materi hukum Islam pada masa
http://id.scribd.com/doc/60557482/Hukum-Islam-Di-Indonesia-Dan-Kontribusi-
Umat-Islam
http://hukumislamdankontribusiumatislam.blogspot.com/
http://destriyanaeciel.blogspot.com/2012/06/sumber-hukum-islam-dan-kontribusi-
umat.html
http://www.docstoc.com/docs/123489356/Hukum-Islam-dan-Kontribusi-Umat-
Islam-Indonesia
http://www.fib.unair.ac.id/index.php/unduh/finish/31-materi-agama-islam/193-
kuliahvihukumislamdankontribusiumatislamindonesiaokppt.html
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=hukum%20islam%20dan%20kontribu
si%20umat%20islam%20di%20indonesia&source=web&cd=7&cad=rja&ved=0C
FAQFjAG&url=http://dedizamrani.files.wordpress.com/2012/06/hukum-islam-
dan-kontribusi-umat-islam-di-indonesia.pptx&ei=xtQ0UfBbjqysB4T-
gYAP&usg=AFQjCNG_tEQ8zqER5mdi808Dk9cy-
ZX3DQ&bvm=bv.43148975,d.bmk
[3] Ulasan berikut dikutif dan disarikan dari, Rifyal Ka'bah, , Hukum Islam di
Indonesia, Buletin Dakwah, 19
Mei 2006.
belum mempunyai hukum nasional, dan yang paling banyaknya baru hukum di
Indonesia. John Ball,
ideologi dalam hukum (Barat, Adat, dan Islam) sehingga hukum lama masih tetap
juga dipakai dan belum
[5] Untuk lebih lengkap baca Muchsin, Ikhtisar Sejarah Hukum, Jakarta: BP
IBLAM, 2004, hal .9-22
[6] Hadis adalah “Segala sesuatu yang diambil dari Nabi Muhammad Saw baik
berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir (ketentuan), pengajaran, sifat,
kelakuan dan perjalanan hidup baik yang terjadi sebelum masa kenabian ayau
sesudahnya”
[8] Untuk lebih lengkap baca Muchsin, Ikhtisar Sejarah Hukum, Jakarta: BP
IBLAM, 2004
[9] Untuk lebih lengkap baca Muchsin, Ikhtisar Sejarah Hukum, Jakarta: BP
IBLAM, 2004
[12] Sedangkan yang dimaksud dengan ekonomi syariah, seperti yang diulas
dalam penjelasan UU
ini adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip
syari'ah yang antara lain
syari'ah, pegadaian syari'ah, dana pensiun lembaga keuangan syari'ah dan bisnis
syari'ah.
[13] BPIH disetorkan ke rekening Menteri melalui bank syariah dan / atau bank
umum nasional
muntahiya bit-tamlik, murabahah, salam, istishna'I, qardh, wakalah, atau akad lain
yang sesuai dengan
prinsip syariah.
[17] yaitu antara lain yang tidak mengandung unsur : riba, maysir, gharar, haram,
dan zalim.