Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

USHUL FIQIH

“SUMBR HUKUM ISLAM”

DOSEN PEMBIMBING:

AZURATUNNASUHA S.Sy.,M.Ag.

DISUSUN OLEH

DIRATUL AQHLIYAH

ERLIN SUSANTI

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NURUL ILMI

TANJUNGBALAI

2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Sumber Hukum Islam”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Tanjungbalai, September 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................5

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber hukum dalam agama Islam yang paling utama dan pokok dalam menetapkan hukum dan
memecah masalah dalam mencari suatu jawaban adalah al-Qur’an dan al-Hadis. Sebagai sumber
paling utama dalam Islam, alQur`an merupakan sumber pokok dalam berbagai hukum Islam. Al-
Qur’an sebagai sumber hukum isinya merupakan susunan hukum yang sudah lengkap. Selain itu
juga al-Qur`an memberikan tuntunan bagi manusia mengenai apa-apa yang seharusnya ia
perbuat dan ia tinggalkan dalam kehidupan kesehariannya Sedangkan al-Hadis merupakan
sumber hukum yang kedua setelah al-Qur’an. Disamping sebagai sumber ajaran Islam yang
secara langsung terkait dengan keharusan mentaati Rasulullah Saw, juga karena fungsinya
sebagai penjelas (bayan) bagi ungkapan-ungkapan al-Qur’an mujmal, mutlak, amm dan
sebagainya.Al-Qur’an merupakan hidayah Allah yang melengkapi segala aspek kehidupan
manusia. Sumber paling utama dalam Islam adalah al-Qur’an, yang merupakan sumber pokok
bagi aqidah, ibadah, etika, dan hukum.6 al-Qur’an merupakan sumber primer karena tidak lepas
dari apa yang dikandung oleh alQur’an itu sendiri 1. Di dalam al-Qur’an sendiri di jelaskan segala
sesuatu yang berkenaan dengan segala kebutuhan manusia demi kelangsungan hidupnya.
Meskipun al-Qur’an itu bukanlah ilmu pengetahuan dan bukan pula ilmu filsafat 2. Tetapi
didalamnya terkandung pembicaraan-pembicaraan yang penuh isyarat untuk ilmu pengetahuan
dan ilmu kefilsafatan. Sejak pertama kali di turunkan, al-Qur’an telah merubah arah dan
paradigma bangsa Arab dan manusia pada umumnya. Berbagai sisi kehidupan manusia
mengalami pergeseran arah yang lebih baik dengan hadirnya al-Qur’an. Hal ini merupakan salah
satu pengaruh ajaran dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam alQur’an. Sementara itu, ada
yang mengatakan bahwa semua ilmu dan pengetahuan yang ada di dunia dan akhirat sudah
terangkum semua di dalam al-Qur’an.Islam mendorong untuk membentuk keluarga. Islam
mengajak manusia untuk hidup dalam naungan keluarga, karena keluarga seperti gambaran kecil
dalam kehidupan stabil yang menjadi pemenuhan keinginan manusia, tanpa menghilangkan

1
Miftahul Huda, al-Qur`an dalam Perspektif Etika dan Hukum (Yogyakarta: TERAS, 2009), 105.
2
Hasjim Abbas, Kritik Matan Hadis: Versi Muhaddithin dan Fuqaha’ (Yogyakarta: Teras, 2004), 1.

4
kebutuhannya. Seseorang yang berpikir atas dorongan Islam dalam mewujudkan dan
menginginkan berkeluarga, ia akan memperhatikan dengan penuh kejelasan dan
mendapatkannya tanpa letih terhadap berbagai tugas terpenting dan tujuan keluarga menurut
Islam. Sesungguhnya pernikahan tidak hanya bertujuan untuk memenuhi insting dan berbagai
keinginan yang bersifat materi.Lebih dari itu, terdapat berbagai tugas yang harus dipenuhi, baik
segi kejiwaan, ruhaniah, kemasyarakatan yang harus menjadi tanggung jawabnya.

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam

1. Pengertian Al-Qur’an

Secara bahasa (etimologi) Al-qur’an merupakan bentuk masdar (kata benda) dari kata kerja
Qoro-a yang bermakna membaca atau bacaan. Ada yang berpendapat bahwa qur’an adalah
masdar yang bermakna isim maf’ul, karenanya ia berarti yang dibaca atau maqru’. Menurut para
ahli bahasa, kata yag berwazan fu’lan memiliki arti kesempurnaan. Karena itu Al-qur’an adalah
bacaan yang sempurna. Sedangkan pengertian menurut istilah (terminologi) Al-qur’an adalah:”
kitab Allah yang diturunkan kepada utusan Allah, Muhammad SAW. Yang ter maktub dalam
mushaf, dan disampaikan kepada kita secara mutawatir, tanpa ada keraguan” 3. Secara mutawatir,
ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.
Membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw. dan sebagai
hidayah atau petunjuk bagi umat manusia. Allah Swt. berfirman: “Sungguh, al-Qur’an ini
memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang
mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” (Q.S.
al-Isra/17:9)

3
Mu’thi, Fadlolan Musyaffa’. 2008. Potret Islam Universal. Tuban: Syauqi Press.

5
2. Kedudukan Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam

Sebagai sumber hukum Islam, al-Qur’an memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Al-Qur’an
merupakan sumber utama dan pertama sehingga semua persoalan harus merujuk dan
berpedoman kepadanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam al-Qur’an: “Wahai
orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya (Muhammad), dan Ulil Amri
(pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah kepada Allah Swt. (alQur’an) dan Rasul-Nya (sunnah), jika kamu beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (Q.S. an-Nisa’/4:59) Dalam ayat yang lain Allah Swt. menyatakan: “Sungguh, Kami
telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau
mengadili antara manusia dan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah engkau
menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat.” (Q.S.
an-Nisa’/4:105)

Berdasarkan dua ayat dan hadis di atas, jelaslah bahwa al-Qur’an adalah kitab yang berisi
sebagai petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. AlQur’an sumber dari segala
sumber hukum baik dalam konteks kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Namun
demikian, hukum-hukum yang terdapat dalam Kitab Suci al-Qur’an ada yang bersifat rinci dan
sangat jelas maksudnya, dan ada yang masih bersifat umum dan perlu pemahaman mendalam
untuk memahaminya.

3. Kandungan Hukum Dalam Al-Qur’an

Para ulama mengelompokkan hukum yang terdapat dalam al-Qur’an ke dalam tiga bagian, yaitu
seperti berikut :

a. Akidah atau keimanan


Akidah atau keimanan adalahkeyakinan yang tertancap kuat di dalam hati. Akidah
terkait dengan keimanan terhadap hal-hal yang gaib yang terangkum dalam rukun iman
(arkanul iman), yaitu iman kepada Allah Swt. iman kepada malaikat, iman kepada kitab
suci, iman kepada para rasul, iman kepada hari kiamat, dan iman kepada qada/qadar
Allah Swt.
6
b. Syari’at atau ibadah

Hukum ini mengatur tentang tata cara ibadah baik yang berhubungan langsung dengan al-Khaliq
(Pencipta), yaitu Allah Swt. yang disebut ibadah maḥḍah, maupun yang berhubungan dengan
sesama makhluknya yang disebut dengan ibadah gairu maḥḍah.

B. Hadist Sebagai Sumber Hukum Islam

1. Pengertian Hadits

Secara bahasa, hadis berarti perkataan atau ucapan. Sedangkan menurut istilah, hadis adalah
segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan (takrir) yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw.
Hadis juga dinamakan sunnah. Namun demikian, ulama hadis membedakan hadis dengan
sunnah. Hadis adalah ucapan atau perkataan Rasulullah saw., sedangkan sunnah adalah segala
apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. yang menjadi sumber hukum Islam. Hadis dalam arti
perkataan atau ucapan Rasulullah saw.4 terdiri atas beberapa bagian yang saling terkait satu sama
lain. Bagian-bagian hadis tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan hadis dari Rasulullah saw.
sampai kepada kita sekarang ini.

b. Matan, yaitu isi atau materi hadis yang disampaikan Rasulullah saw.

c. Rawi, yaitu orang yang meriwayatkan hadis.

2. Kududukan Hadits

Sebagai Hukum Islam Sebagai sumber hukum Islam, hadis berada satu tingkat di bawah al-
Qur’an. Artinya, jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam al-Qur’an, yang harus

4
Sarwat, Ahmad. 2011. Seri Fiqih dan Kehidupan (2): Thaharah. Jakarta: DU Publishing

7
dijadikan sandaran berikutnya adalah hadis tersebut. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt: “…
dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apaapa yang dilarangnya,
maka tinggalkanlah.” (Q.S. al-Ḥasyr/59:7) Demikian pula firman Allah Swt. dalam ayat yang
lain: “Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya ia telah menaati Allah Swt.
Dan barangsiapa berpaling (darinya), maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad)
untuk menjadi pemelihara mereka.” (Q.S. an-Nisa’/4:80)

3. Fungsi Hadits Terhadap Ai-qur’an Rasulullah saw. sebagai pembawa risalah Allah Swt.
bertugas menjelaskan ajaran yang diturunkan Allah Swt. melalui al-Qur’an kepada umat
manusia. Oleh karena itu, hadis berfungsi untuk menjelaskan (bayan) serta menguatkan hukum-
hukum yang terdapat dalam al-Qur’an. Fungsi hadis terhadap al-Qur’an dapat dikelompokkan
menjadi empat yaitu sebagai berikut.

a. Menjelaskan ayat-ayat al-qur’an yang masih bersifat umum Contohnya adalah ayat al-Qur’an
yang memerintahkan salat. Perintah salat dalam al-Qur’an masih bersifat umum sehingga
diperjelas dengan hadis-hadis Rasulullah saw. tentang salat, baik tentang tata caranya maupun
jumlah bilangan rakaatnya. Untuk menjelaskan perintah salat tersebut, misalnya keluarlah sebuah
hadis yang berbunyi, “Salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku salat”. (H.R. Bukhari).

b. Memperkuat pernyataan yang ada dalam al-qur’an Seperti dalam al-qur’an erdapat ayat yang
menyatakan, “Barangsiapa di antara kalian melihat bulan, maka berpuasalah!” Kemudian ayat
tersebut diperkuat oleh sebuah hadis yang berbunyi, “… berpuasalah karena melihat bulan dan
berbukalah karena melihatnya …” (H.R. Bukhari dan Muslim)

c. Menerangkan maksud dan tujuan ayat yang ada dalam al-qur’an Misal, dalam surat at-Taubah
ayat 34 dikatakan, “Orang-orang yang menyimpan emas dan perak, kemudian tidak
membelanjakannya di jalan Allah Swt., gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih!” Ayat
ini dijelaskan oleh hadis yang berbunyi, “Allah Swt. tidak mewajibkan zakat kecuali supaya
menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati.” (H.R. Baihaqi) d. Menetapkan hukum baru
yang tidak terdapat dalam al-qur’an Maksudnya adalah bahwa jika suatu masalah tidak terdapat
hukumnya dalam al-Qur’an, diambil dari hadis yang sesuai. Misalnya, bagaimana hukumnya
seorang laki-laki yang menikahi saudara perempuan istrinya. Hal tersebut dijelaskan dalam

8
sebuah hadis Rasulullah saw.: Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Dilarang
seseorang mengumpulkan (mengawini secara bersama) seorang perempuan dengan saudara dari
ayahnya serta seorang perempuan dengan saudara perempuan dari ibunya.” (H.R. Bukhari) 6

C. Ijtihad Sebagai Upaya Memahami Al-qur’an Dan Hadits

1. Pengertian Ijtihad

Kata ijtihad berasal bahasa Arab ijtahada – yajtahidu -ijtihadan yang berarti mengerahkan segala
kemampuan, bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga, atau bekerja secara optimal. Secara
istilah, ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara sungguh-sungguh dalam
menetapkan suatu hukum. Orang yang melakukan ijtihad dinamakan mujtahid. 5

2. Syarat-Syarat Berijtihad

Karena ijtihad sangat bergantung pada kecakapan dan keahlian para mujtahid, dimungkinkan
hasil ijtihad antara satu ulama dengan ulama lainnya berbeda hukum yang dihasilkannya. Oleh
karena itu, tidak semua orang dapat melakukan ijtihad dan menghasilkan hukum yang tepat.
Berikut beberapa syarat yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan ijtihad.

a. Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam.

b. Memiliki pemahaman mendalam tentang bahasa Arab, ilmu tafsir, usul fikih, dan tarikh
(sejarah).

c. Memahami cara merumuskan hukum (istinbat).

d. Memiliki keluhuran akhlak mulia.

BAB 3
5
Syaltut, Mahmud. 1990. Tafsir Al-Qur’anul Karim. Bandung: Diponegoro

9
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt. (wahyu) yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril dan diajarkan kepada umatnya, dan membacanya
merupakan ibadah. Al-Qur’an adalah sumber hukum utama selain sebagai kitab suci. Oleh
karena itu, semua ketentuan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan hukum-
hukum yang terdapat dalam al-Qur’an. Hadis atau sunnah adalah segala ucapan atau perkataan,
perbuatan, serta ketetapan (takrir) Nabi Muhammad saw. yang terlepas dari hawa nafsu dan
perkara-perkara tercela. Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Dengan
demikian, hadis memiliki fungsi yang sangat penting dalam hukum Islam. Di antara fungsi hadis,
yaitu untuk menegaskan ketentuan yang telah ada dalam al-Qur’an, menjelaskan ayat al-Qur’an
(bayan tafsir), dan menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat umum (bayan takhsis). Ijtihad
artinya bersungguh-sungguh atau mencurahkan segala kemampuan. Ijtihad, yaitu upaya
sungguh-sungguh mengerahkan segenap kemampuan akal untuk mendapatkan hukum-hukum
syariat pada masalah-masalah yang tidak ada nashnya. Ijtihad dilakukan dengan mencurahkan
kemampuan untuk mendapatkan hukum syara’ atau ketentuan hukum yang bersifat operasional
dengan mengambil kesimpulan dari prinsip dan aturan yang telah ada dalam al-Qur’an dan
Sunnah Nabi Muhammad saw. B. Saran Merealisasikan dan menerapkan hukum-hukum Islam
dalam kehidupan akan membawa manfaat besar bagi manusia. Semua aturan atau hukum yang
bersumber dari Allah Swt. dan Rasul-Nya merupakan suatu aturan yang dapat membawa
kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

10
Huda, Miftahul , al-Qur`an dalam Perspektif Etika dan Hukum (Yogyakarta: TERAS, 2009),
105.
Abbas, Hasjim ,Kritik Matan Hadis: Versi Muhaddithin dan Fuqaha’ (Yogyakarta: Teras, 2004),
1.
Mu’thi, Fadlolan Musyaffa’. 2008. Potret Islam Universal. Tuban: Syauqi Press.
Sarwat, Ahmad. 2011. Seri Fiqih dan Kehidupan (2): Thaharah. Jakarta: DU Publishing
Syaltut, Mahmud. 1990. Tafsir Al-Qur’anul Karim. Bandung: Diponegoro

11

Anda mungkin juga menyukai