MAKALAH
SUMBER-SUMBER HUKUM SYARIAT ISLAM
(Al-Qur’an, hadits, ijma’ dan qiyas)
Disusun Oleh:
Mukarrom Zam-Zam
Egi Andrean
Istiqomah
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah tentang “Sumber Hukum Syariah Islam” ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya. Makalah ini kami
buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Ushul Fiqh. kami ucapkan terima kasih kepada Bpk
Dr. Solehuddin Hrp, M. Sy. Dan kepada semua pihak yang telah mendukung makalah ini. Dan
kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya. kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita
sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
bahwa semua ilmu dan pengetahuan yang ada di dunia dan akhirat sudah terangkum
semua di dalam al-Qur’an.
Dalam al-Qur’an Allah Swt. berfirman, “… barangsiapa tidak memutuskan
dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.” (Q.S.
Al-Ma’idah/5:44). Ayat tersebut mendorong manusia, terutama orang-orang yang
beriman agar menjadikan al-Qur’an sebagai sumber hukum dalam memutuskan suatu
perkara, sehingga siapa pun yang tidak menjadikannya sebagai sumber hukum untuk
memutuskan perkara, maka manusia dianggap tidak beriman. Hukum-hukum Allah
Swt. yang tercantum di dalam al-Qur’an sesungguhnya dimaksudkan untuk
kemaslahatan dan kepentingan hidup manusia itu sendiri. Allah Swt. sebagai Pencipta
manusia dan alam semesta Maha Mengetahui terhadap apa yang diperlukan agar
manusia hidup damai, aman, dan sentosa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber hokum islam ?
2. Bagaimana kedudukan hadits sebagai sumber hokum islam ?
3. Bagaimana kedudukan ijtihad sebagai upaya dalam memahami Al-Qur’an dan
Hadits?
C. Tujuan penulis
1. Untuk mengetahui Bagaimana kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber hokum
islam
2. Untuk Bagaimana kedudukan hadits sebagai sumber hokum islam
3. Untuk Bagaimana kedudukan ijtihad sebagai upaya dalam memahami Al-
Qur’an dan Hadits?
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya: “Sungguh, al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus
dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan
kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” (Q.S. al-
Isra/17:9)
2. Kedudukan Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam
Sebagai sumber hukum Islam, al-Qur’an memiliki kedudukan yang sangat
tinggi. Al-Qur’an merupakan sumber utama dan pertama sehingga semua
persoalan harus merujuk dan berpedoman kepadanya. Hal ini sesuai dengan
firman Allah Swt. dalam al-Qur’an:
3
4
Berdasarkan dua ayat dan hadis di atas, jelaslah bahwa al-Qur’an adalah
kitab yang berisi sebagai petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang
beriman. AlQur’an sumber dari segala sumber hukum baik dalam konteks
kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Namun demikian, hukum-hukum
yang terdapat dalam Kitab Suci al-Qur’an ada yang bersifat rinci dan sangat
jelas maksudnya, dan ada yang masih bersifat umum dan perlu pemahaman
mendalam untuk memahaminya.
3. Kandungan Hukum Dalam Al-Qur’an
Para ulama mengelompokkan hukum yang terdapat dalam al-Qur’an ke
dalam beberapa bagian, yaitu seperti berikut :
terangkum dalam rukun iman (arkanul iman), yaitu iman kepada Allah Swt.
Iman kepada malaikat , iman kepada kitab suci, iman kepada para rasul,
iman kepada hari kiamat, dan iman kepada qada/qadar Allah Swt.
b. Syari’at atau ibadah
Hukum ini mengatur tentang tata cara ibadah baik yang berhubungan
langsung dengan al-Khaliq (Pencipta), yaitu Allah Swt. yang disebut ibadah
maḥḍah, maupun yang berhubungan dengan sesama makhluknya yang
disebut dengan ibadah gairu maḥḍah. Ilmu yang mempelajari tata cara
ibadah dinamakan ilmu fikih.
1). Hukum ibadah
Hukum ini mengatur bagaimana seharusnya melaksanakan ibadah
yang sesuai dengan ajaran Islam. Hukum ini mengandung perintah untuk
mengerjakan salat, haji, zakat, puasa, dan lain sebagainya.
2). Hukum muamalah
Hukum ini mengatur interaksi antara manusia dan sesamanya, seperti
hukum tentang tata cara jual beli dalam Islam, hukum pidana, hukum
perdata, hukum warisan, pernikahan, politik, dan lain sebagainya.
B. Hadist Sebagai Sumber Hukum Islam
1. Pengertian Hadits
Secara bahasa, hadis berarti perkataan atau ucapan. Sedangkan menurut istilah,
hadis adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan (takrir) yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad saw. Hadis juga dinamakan sunnah. Namun demikian,
ulama hadis membedakan hadis dengan sunnah. Hadis adalah ucapan atau
perkataan Rasulullah saw., sedangkan sunnah adalah segala apa yang dilakukan
oleh Rasulullah saw. yang menjadi sumber hukum Islam.
Hadis dalam arti perkataan atau ucapan Rasulullah saw. terdiri atas beberapa
bagian yang saling terkait satu sama lain. Bagian-bagian hadis tersebut antara lain
sebagai berikut.
6
b. Matan, yaitu isi atau materi hadis yang disampaikan Rasulullah saw.
c. Rawi, yaitu orang yang meriwayatkan hadis.
2. Kududukan Hadits Sebagai Hukum Islam
Sebagai sumber hukum Islam, hadis berada satu tingkat di bawah al-Qur’an.
Artinya, jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam al-Qur’an, yang
harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadis tersebut. Hal ini sebagaimana
firman Allah Swt:
Artinya:“… dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan
apaapa yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.” (Q.S. al-Ḥasyr/59:7)
Demikian pula firman Allah Swt. dalam ayat yang lain:
Artinya:“Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya ia telah
menaati Allah Swt. Dan barangsiapa berpaling (darinya), maka
(ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi
pemelihara mereka.” (Q.S. an-Nisa’/4:80)
3. Fungsi Hadits Terhadap Ai-qur’an
Rasulullah saw. sebagai pembawa risalah Allah Swt. bertugas menjelaskan
ajaran yang diturunkan Allah Swt. melalui al-Qur’an kepada umat manusia. Oleh
karena itu, hadis berfungsi untuk menjelaskan (bayan) serta menguatkan hukum-
hukum yang terdapat dalam al-Qur’an. Fungsi hadis terhadap al-Qur’an dapat
dikelompokkan menjadi empat yaitu sebagai berikut.
a. Menjelaskan ayat-ayat al-qur’an yang masih bersifat umum
Contohnya adalah ayat al-Qur’an yang memerintahkan salat. Perintah salat
dalam al-Qur’an masih bersifat umum sehingga diperjelas dengan hadis-hadis
Rasulullah saw. tentang salat, baik tentang tata caranya maupun jumlah
bilangan rakaatnya. Untuk menjelaskan perintah salat tersebut, misalnya
keluarlah sebuah hadis yang berbunyi,
7
2. Syarat-Syarat Berijtihad
Karena ijtihad sangat bergantung pada kecakapan dan keahlian para
mujtahid, dimungkinkan hasil ijtihad antara satu ulama dengan ulama lainnya
9
berbeda hukum yang dihasilkannya. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat
melakukan ijtihad dan menghasilkan hukum yang tepat. Berikut beberapa syarat
yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan ijtihad.
A. Kesimpulan
Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt. (wahyu) yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril dan diajarkan kepada umatnya, dan
membacanya merupakan ibadah. Al-Qur’an adalah sumber hukum utama selain
sebagai kitab suci. Oleh karena itu, semua ketentuan hukum yang berlaku tidak boleh
bertentangan dengan hukum-hukum yang terdapat dalam al-Qur’an. Hadis atau
sunnah adalah segala ucapan atau perkataan, perbuatan, serta ketetapan (takrir) Nabi
Muhammad saw.
yang terlepas dari hawa nafsu dan perkara-perkara tercela. Hadis merupakan
sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Dengan demikian, hadis memiliki fungsi
yang sangat penting dalam hukum Islam. Di antara fungsi hadis, yaitu untuk
menegaskan ketentuan yang telah ada dalam al-Qur’an, menjelaskan ayat al-Qur’an
(bayan tafsir), dan menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat umum (bayan
takhsis).
Ijtihad artinya bersungguh-sungguh atau mencurahkan segala kemampuan.
Ijtihad, yaitu upaya sungguh-sungguh mengerahkan segenap kemampuan akal untuk
mendapatkan hukum-hukum syariat pada masalah-masalah yang tidak ada nashnya.
B. Saran
Merealisasikan dan menerapkan hukum-hukum Islam dalam kehidupan akan
membawa manfaat besar bagi manusia. Semua aturan atau hukum yang bersumber
dari Allah Swt. dan Rasul-Nya merupakan suatu aturan yang dapat membawa
kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat.
12
DAFTAR PUSTAKA
As Suyuthi, Jalaludin. 2008. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani
Press.
Mu’thi, Fadlolan Musyaffa’. 2008. Potret Islam Universal. Tuban: Syauqi Press.
Sarwat, Ahmad. 2011. Seri Fiqih dan Kehidupan (2): Thaharah. Jakarta: DU
Publishing.