DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kesempatan
kepada kita semua, terutama kepada penulis. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tentang “Sumber-Sumber Hukum Islam Yang Di
Sepakati” .
Sholawat dan salam kita sanjungkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam terang benderang seperti
yang kita rasakan saat ini, dan kepada seluruh sahabat dan keluarga beliau sekalian.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Terima kasih kepada dosen mata kuliah, teman-teman yang telah
membantu penyelesaian makalah ini hingga selesai. Dalam menyusun makalah ini,
kami sadari masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber hukum Islam merupakan dasar atau referensi untuk menilai apakah
perbuatan manusia sesuai dengan syariah (ketentuan yang telah digariskan oleh
Allah Swt.) atau tidak.Sumber hukum Islam yang telah disepakati jumhur
(kebanyakan) ulama ada 4 (empat), yaitu Al-quran, sunah, ijmak, dan qiyas,
sebagaimana tertuang dalam QS. An-Nisa: 59.
"Hai orang-orang beriman taatilah Allah dan taatilah rasul dan ulit amri
(pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat
tentang sesuatu,maka kembalikanlah kepada Allah (Al-quran) dan Rasul
(sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu,
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya,"
Ayat ini ditujukan kepada orang yang beriman untuk menaati Allah Swt.,
rasul,dan pemimpin (ulil amri). Taat kepada Allah dilakukan dengan cara mengik
uti perintah dan menjauhi larangan Allah Swt. sebagaimana disebutkan dalam Al-
quran. Taat kepada rasul dilakukan dengan cara mengikuti apa yang telah
dicontohkan oleh rasul sesuai sunah. Taat kepada pemimpin dilakukan selama
perintah pemimpin tersebut tidak bertentangan dengan Al-quran dan sunah.
4
barulah beralih meneliti sunah. Jika rujukan ditemukan di dalam sunah maka, huk
um ditetap kansesuai dengan ketentuan dalam sunah itu. Apabila rujukan tidak
ditemukan dalam Al-quran dan sunah, baru dibolehkan merujuk kepada putusan
dari para mujtahid yang menjadi ijmak (kesepakatan bersama) dari masa ke masa
tentang masalah yang sedang dicari hukumnya itu.Jika ada, penetapan hukumnya
merujuk kepada ijmak tersebut. Sekiranya tidak ditemukan ujukan ijmak dalam
masalah tersebut, maka ditempuh qiyas, yaitu usaha sungguh-sungguh dengan jalan
membuat analogi kepada peristiwa sejenis yang telah ada ketentuan hokum (mash)-
nya, sesuai dengan hadis Rasulullah saw:
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Al-qur’an, sunnah, ijma’dan qiyas ?
2. Apa itu kedudukan Al-qur’an ?
3. Apa mukjizat dari Al-qur’an ?
4. Apa itu Al-qur’an dan sunnah sebagai sumber hokum ?
5. Apa fungsi sunnah ?
6. apa tingkatan dan terjadinya ijma’ ?
7. Apa kehujahan dari qiyas ?
5
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu A-qur’an,sunnah,ijma’dan qiyas
2. untuk mengetahui kedudukan dan mukjizat Al-qur’an
3. untuk mengetahui fungsi as sunnah
4. untuk mengetahui bagaimana Al-qur’an dan as sunnah sebagai hokum islam
5. untuk mengetahui tingkatan dan proses terjadinya ijma’
6. untuk mengetahui kehujahan dari qiyas
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Al-Qur’an
Al-quran ialah kalam Allah (kalaamullah- QS. An-Najm: 4) dalam bahasa
Arab, sebagaisebuah mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
melalui utusan Allah(malaikat Jibril a.s.) untuk digunakan sebagai pedoman hidup
bagi manusia dalam menggapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kalam
adalah sarana (wasilah) untuk menerangkan sesuatu berupa ilmu pengetahuan,
nasihat, atau berbagai kehendak, lalu memberitahukan perkara itu kepada orang
lain.
"... Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
cukupkannikmat-Ku bagimu dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu...”
7
Ayat-ayat yang turun di Madinah (ayat-ayat Madaniyyah), mengandung
hukum-hukum fikih, aturan pemerintahan, aturan keluarga, serta aturan tentang
hubungan antara orang-orang muslim dan nonmuslim yang menyangkut perjanjian
dan perdamaian. Saat itu, Daulah Islamiyah telah terbentuk lengkap dengan aparat
pemerintahannya, sehingga masyarakat telahsiap dan mampu untuk memfungsikan
hukum-hukum tersebut.
8
kemudian sampai akhir zaman. Al-quran sungguh telah terpelihara dalam hafalan
dan tulisan dari generasi ke generasi. Ini merupakan buku nyata dari firman Allah
yang tertuang dalam QS. Al-Hijr. 9.
“Sungguh Kami lah yang menurunkan Alquran dan sungguh kami yang me
meliharanya,"
1. Kedudukan Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber
pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam, sekaligus juga sebagai dalil utama
fiqih. Al-Qur’an juga membimbing dan memberikan petunjuk untuk
menemukan hukum-hukum yang terkandung dalam sebagian ayat-ayatnya.
2. Kemu’jizatan Al-Qur’an
Mu’jizat berasal dari kata Arab (I’jaz) yang berarti “membuat suatu hal
luar biasa yang berada diluar kesanggupan manusia biasa untuk
memperbuatnya”.
9
Al-Zarqani mengatakan bahwa mu’jizat itu adalah sesuatu yang
dapat melemahkan manusia atau makhluk lainnya, baik sendiri-sendiri maupun
berkelompok untuk mendatangkan sesuatu yang lain sebagai tandingannya.
Di samping itu, kitab suci ini juga banyak memuat ayat-ayat tentang
peristiwa atau beberapa prediksi masa depan. Kebenaran
pemberitaan Alquran tentang keadaan yang terjadi pada abad-abad yang
silam kisah kaum Ad dan Tsamud, kaum Luth, kaum Nuh, kaum Nabi
Ibrahim,Musa beserta kaumnya, kasus Fir'aun, Maryam dan kelahirannya,
kelahiran Yahya,kelahiran Isa Al-Masih, dan sebagainya, yang semuanya
benar, sesuai dengankebenaran rasional (QS. Ibrahim: 9).3.
10
Pemberitaan Alquran, tentang hal-hal yang akan terjadi pada masa
datang jugamerupakan kebenaran yang tidak terbantahkan. Misalnya,
pemberitaan Alquranmengenai kekalahan bangsa Persia setelah lebih dulu
bangsa Romawi kalah (QS. Ar-Rum: 1-5).4.
11
adalah dalam bentuk qishash yang didasarkan
atas persamaan antara kejahatan dan hukuman. Di antara jenis hukum qishash
ialah qishash pembunuh, qishash anggota badan, dan qishash dari luka. Dalam
menetapkan hukum pidana,Alquran senantiasa memperhatikan empat hal, yaitu
(Zahroh, 1999):
1. kafir dzimmy dan mu'ahad , yaitu kafir yang telah mengikat perjanjian,
sehingga AllahSwt. memerintahkan untuk bergaul dengan
mereka seperti sesama muslim;
2. kafir musta'man, yaitu kafir yang dianggap aman/tidak membahayakan,
sehinggadarah dan harta benda mereka haram (tidak boleh diganggu)
sepanjang mereka masihtetap memegang teguh perjanjian;
3. kafir harby (musuh), di mana Allah Swt. tetap memberikan hak-hak
yang harusdihormati atas harkat dan martabat kemanusiaan, hak
persaudaraan kemanusiaan. (ukhuwah insaniyah), hak keadilan, hak
perlakuan sepadan dengan memperhatikan keutamaan/kemaslahatan.
12
B. As-Sunnah
Sunah ialah ucapan (qauliyah), perbuatan (fi'liyah) serta ketetapan-
ketetapan (taqririyah) Nabi Muhammad saw. yang merupakan sumber hukum Islam
kedua setelah Alquran. Dalam banyak hal, Alquran baru menjelaskan prinsip-
prinsip umum yang bersifat global dan universal. Oleh karena itu, salah satu fungsi
sunah adalah untuk menjelaskan dan menguraikan secara lebih terinci prinsip-
prinsip yang telah disebutkan dalam Al-quran dengan contoh-contoh aplikatif.
Selain itu sunah bisa juga membatasi ketentuan Al-quran
yang bersifat umum, bahkan, bisa menetapkan hukum yang tidak ada dalam Alqur
an. Salah satu contoh ucapan Nabi Muhammad saw. yang dijadikan sumber hukum
Islam adalah sabda beliau yang memerintahkan untuk mulai puasa Ramadan ketika
masuk tanggal satu Ramadandan berhenti puasa (berbuka/lebaran) karena
melihat tanggal 1 Syawal.
Berbeda dengan Alquran yang telah ditulis pada masa Nabi, hadis lebih
banyak dihafal daripada ditulis. Bahkan, pada awalnya Nabi melarang para sahabat
13
untuk mencatat hadis karena khawatir tercampur dengan Al-quran. Izin penulisan
hadis hanya diberikan kepada sahabat tertentu seperti Abdullah bin Amr. Rasulullah
juga meminta orang yang mendengarkan hadis untuk menyampaikan dengan teliti
dan jujur kepada orang lain, seperti yang tertulis dalam hadis mutawattir berikut ini.
1. Fungsi Sunah
Sunah berfungsi sebagai penopang dan penyempurna Alquran dalam
menjelaskan hukum-hukum syara. Oleh karena itu, Imam Syafi'i dalam
menerangkan Alquran dan sunah tidak menguraikan secara terpisah. Keduanya
merupakan satu kesatuan dalam kaitannya dengan kepentingan istidlal (penarikan
kesimpulan hukum bukan dari nash langsung) dan dipandang sebagai sumber
pokok (ashl) yang satu, yakni nash. Keduanya saling menopang secara sempurna
dalam menjelaskan hukum-hukum Islam. Fungsi sunah, antara lain sebagai berikut.
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi
pelajaran kepadanya, "Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah kezaliman yang besar."
(QS.Luqman: 13)
Kedua firman Allah Swt. dalam Alquran di atas, diperkuat oleh hadis Nabi
yang diriwayatkan Bukhari Muslim berikut ini.
14
semua."Mempersekutukan Allah, mendurhakai kedua orang tua.Konon Rasulullah
di saat itu sedang bersandar lalu duduk dan seraya bersabda: "Ingat, perkataan
dan persaksian palsu." Rasulullah mengulang-ulanginya sampai aku meminta
semoga beliau diam."
Dari ilustrasi ini sangat jelas kita tidak dapat mengingkari sunah karena,
tanpa merujuk pada sunah kita tidak dapat menjalankan sebagian perintah Allah.
3. Membatasi kemutlakannya.
15
Kemudian Rasulullah memberikan batasan maksimal wasiat yaitu ketika
Sa'ad binAbi Waqqash meminta agar diperkenankan berwasiat 2/3 harta
peninggalannya.Setelah permintaan wasiat sebesar itu ditolak oleh beliau, Sa'ad bin
Abi Waqqashminta diperkenankan wasiat 1/2 harta peninggalannya. Setelah
permintaan yang akhirini ditolak pula, lalu Sa'ad bin Abi Waqqash minta
diperkenankan 1/3 hartanya, danRasulullah mengizinkan yang 1/3 ini.
"... Sepertiga itu adalah banyak dan besar. Sebab, jika kamu meninggalkan
ahliwarismu dalam keadaan kecukupan adalah lebih baik daripada jika
kamumeninggalkan mereka dalam keadaan miskin yang meminta-minta kepada
orangbanyak." (HR. Bukhari Muslim).
4. Menakhsiskan/mengkhususkan keumumannya.
"Diharamkan bagi kamu (memakan) bangkai, darah dan daging babi, dan
daginghewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang
dipukul,yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yan
g sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala."
(QS. Al-Maidah:3)
"Barang siapa menaati Rasul, maka sesungguhnya dia telah menaati Allah Swt.
Danbarang siapa berpaling (dari ketaatan itu) maka (ketahuilah) Kami tidak
mengutusmu(Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka," (QS. An-Nisa: 80)
Rasulullah saw, telah memberikan contoh dan teladan terkait tata cara salat yang
benar,adab ketika masuk atau keluar kamar mandi, praktik berdagang yang baik,
adab makan,ketentuan memimpin perang, tata cara menjadi kepala negara yang
baik, bahkan cara untuk menjadi suami dan kepala rumah tangga yang baik.
16
Konsekuensi ketaatan kepada Rasul adalah dengan mengimani dan membenarkan
apa yang dikabarkannya, mengagungkan dan membelanya, memperbanyak
salawat, serta menghidupkan sunahnya. Oleh karena itu,seorang muslim perlu
melengkapi rujukan sumber hukum Alquran sebagai rujukan utama dengan sunah.
C. ljmak
Ijmak adalah kesepakatan para mujtahid dalam suatu masa setelah wafatnya
Rasulullah saw., terhadap hukum syara' yang bersifat praktis, dan merupakan
sumber hukum Islam ketiga setelah Al-quran dan sunah. Dalil yang menjadi dasar
ijmak adalah sabda Rasulullahsaw. yang berbunyi:
"Apa yang dipandang oleh kaum muslimin baik, maka menurut pandangan Allah
Swt. juga baik".
17
1. Tingkatan Ijmak
Menurut Imam Syafi'i dalam Zahroh (1999), tingkatan, ijmak adalah
sebagai berikut.
a. Ijmak sharih, inlah jika engkau atau salah seorang ulama mengatakan,
"hukum ini telah disepakati" maka, niscaya setiap ulama yang engkau
temui juga mengatakan seperti apa yang engkau katakan.
b. Ijmak sukuti, ialah suatu pendapat yang dikemukakan oleh seorang
mujtahid,kemudian pendapat tersebut telah diketahui oleh para mujtahid
yang hidup semasa dengan mujtahid di atas, akan tetapi tidak ada
seorang pun yang mengingkarinya.
c. Ijmak pada permasalahan pokok, jika para ahli fikih (fuqaha) yang
hidup dalam satumasa (generasi) berbeda dalam berbagai pendapat,
akan tetapi bersepakat dalam hukum yang pokok maka seseorang tidak
perlu memperdebatkan pendapat-pendapat yang berbeda tersebut
2. Terjadinya Ijmak
Para ahli fikih tidak sepakat tentang terjadinya ijmak kecuali ijmak para
sahabat. Sehingga ada sebagian ahli fikih yang menganggap bahwa ijmak yang
dapat dijadikan sebagai sumber hukum hanya ijmak yang berasal dari sahabat
karena ijmak ini bersandarkan hukum-hukum syara' yang telah ditetapkan
secara mutawattir sehingga tidak ada seorang pun menolaknya. Sedangkan
sebagian ahli fikih lainnya menganggap bahwa ijmak dapat terjadi pada ijmak
para sahabat dan ijmak dari bukan para sahabat.
Hal ini dilakukan agar sejalan dengan hukum yang akan disepakatidan
juga bersifat tegas dan jelas.Implikasi dari kesepakatan ini, maka ijmak yang
didasarkan atas hadis yang diriwayatkan secara perseorangan (ahad) tidak dapat
18
dijadikan hujjah. Dengan alasan bahwa ijmak yangdapat dijadikan hujjah
adalah yang bersifat tegas dan jelas, jika tidak tegas dan jelas makaijmak
tersebut telah kehilangan fungsinya. Akan tetapi sebagian ahli Ushul Fiqh
berpendapat, bahwa ijmak boleh diriwayatkan secara perseorangan (ahad), kar
ena selain ijmak sahabat,tidak ada satu pun ijmak yang diriwayatkan secara
mutawattir (Zahroh, 1999),
1. Pada masa terjadinya peristiwa itu harus ada beberapa orang mujtahid.
2. Kesepakatan itu haruslah kesepakatan yang bulat.
3. Seluruh mujtahid menyetujui hukum syara yang telah mereka putuskan itu
dengantidak memandang negara, kebangsaan, dan golongan mereka.
4. Kesepakatan itu diterapkan secara tegas terhadap peristiwa tersebut baik
lewat perkataan maupun perbuatan.
19
Ijmak sebagai salah satu sumber hukum dalam Islam setelah Al-quran dan
sunah, cara penetapan hukumnya bukanlah hal yang mudah karena ada kriteria yang
harus dipenuhi agar hasil dari ijmak dapat dijadikan sebagai pedoman.
D. Qiyas
Qiyas menurut bahasa ialah pengukuran sesuatu dengan yang lainnya atau
penyamaan sesuatu dengan sejenisnya. Sedangkan menurut terminologi, definisi
qiyas secara umum adalah suatu proses penyingkapan kesamaan hukum suatu kasus
yang tidak disebutkan dalam suatu dalil, baik di Alquran maupun sunah, dengan
suatu hukum yang disebutkan dalam dalil tersebut karena ada kesamaan dalam
alasannya atau 'illat (Syafi'ie, 2007). Hal ini sesuaidengan QS. Al-Hasyr: 2.
“Pelajaran”adalah qiyas-lah keadaanmu dengan apa yang telah terjadi. Proses qiyas
untuk suatu kasus yang akan dicari hukumnya adalah dengan mencari dalil hukum
yang jelas untuk kasus tertentu, setelah itu para mujtahid akan mencari alasan yang
sama untuk kasus yangakan dicari hukumnya. Jika ditemukan adanya alasan yang
sama maka mujtahid dapat menggunakan ketentuan hukum yang sama untuk kedua
kasus tersebut, sedangkan jika tidak ditemukan alasan yang sama maka akan dicari
ke hukum pokok (ashl).
"Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab pernah berkata kepada Nabi saw.;
"Hai Rasulullah, aku melakukan sesuatu perbuatan yang besar, mencium (istri) d
an sayadalam keadaan berpuasa. Lantas Rasulullah berkata kepadanya:
"berikanlah jawaban kepadaku, bagaimana seandainya kamu berkumur dengan
air, sedang kamu dalam keadaan berpuasa?" Umar menjawab: "tidak mengapal"
kemudian Rasulullah bersadba: "lanjutkan puasamu".
20
Dari hadis tersebut, kita melihat bahwa Rasulullah menghubungkan antara
berkumur (dengan air dalam keadaan puasa) dengan mencium istri dengan cara
membandingkan antara keduanya. Dua hal tersebut mengandung dua kemungkinan:
antara membatalkan dan tidak membatalkan puasa. Memang berkumur dan
mencium itu sendiri tidaklah termasuk kategori
berbuka, tetapi boleh jadi hal itu membatalkan puasa. Dengan membandingkan du
a hal itu tadi, akan melahirkan kesamaan hukum. Apabila berkumur tidak
membatalkan puasa (dan Umar mengetahui hal itu), maka demikian halnya dengan
mencium,tidaklahmembatalkan puasa. Qiyas dapat dianggap sebagai sumber huku
m, jika memenuhi persyaratan sebagai berikut.
21
Kemudian jika kamu berbeda pendapattentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya) jikakamu beriman kepada Allah
Swt. dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama(bagimu) dan lebih baik
akibatnya." (QS. An-Nisa: 59)
Ayat di atas menjadi dasar hukum qiyas, sebab maksud dari ungkapan "kembali
kepada Allah Swt. dan Rasul (dalam masalah khilafiyah), tiada lain adalah perintah
supaya menyelidiki tanda-tanda kecenderungan; apa sesungguhnya yang
dikehendaki Allah Swt. dan Rasul-Nya. Hal ini dapat diperoleh dengan mencari
alasan adanya hukum, yang dinamakan qiyas.
22
hukum tentang amal perbuatan manusia dari dalil-dalil (Alquran dan sunah) untuk
menghasilkan hukum yang sesuai dengan syariat.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber hukum Islam merupakan dasar untuk menilai apakah yang telah
dilakukan manusia sesuai dengan syariah yang telah digariskan oleh Allah Swt.
Terdapat 4 (empat) halyang dapat digunakan untuk mengambil hukum, yaitu: (1)
Alquran, (2) sunah, (3) ijmak, dan(4) giyas.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Sebagai manusia, kami
pun tak luput dari kesalahan dan tentunya masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Tapi, semoga saja yang kita pelajari ini bermanfaat, dengan harapan bisa menambah
Pengetahuan dan Keilmuan bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan untuk menjadi koreksi kedepan
24
DAFTAR PUSTAKA
25