Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SUMBER HUKUM ISLAM PERTAMA AL-QUR’AN

Dosen pengampu :

ABU BAKAR DJA”FARS.Ag.,M.A.

Disusun oleh :

1. Chika Risdia Khofifah 221010550377


2. Febi Kelana 221010550373
3. Siti Umi Fajriah 221010550374
4. Titi Marwati 221010550371
5. Tyara Sylva Yuniar 221010551210

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PAMULANG
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,

Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang

Al-Qur’an sebagai sumber hukum. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah

ini.

Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari

sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata

bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik

dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tugas makalah ini. Akhir kata kami berharap

semoga makalah tentang Al-Qur’an sebagai sumber hukum ini dapat memberikan manfaat

maupun inpirasi terhadap pembaca.

Tangerang, 20 September 2023

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1. LatarBelakangMasalah...................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3. Manfaat Dan Tujuan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3

2.1. Pengertian.......................................................................................................3
2.2. Unsur-unsur Al-Qur’an...................................................................................4
2.3. Pokok-pokok isi Al-Qur’an............................................................................5
2.4. Bukti Kehujjahan Al-Qur’an..........................................................................5
2.5. Fungsi dan TujuanTurunnya Al-Qur’an.........................................................6
2.6. Penjelasan Al-Qur’an Terhadap Hukum........................................................7
2.7. Hukum yang terkandung dalam Al-Quran.....................................................8

BAB III PENUTUP ........................................................................................................11

3.1. Kesimpulan ..................................................................................................11


3.2 Saran..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pada hakikatnya, sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapatmelahirkan atau

menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yangbersifat mengikat yang apabila

dilanggar akan menimbulkan sanksi yangtegas dan nyata. Untuk itu, yang disebut sumber

hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar, pedoman, atau acuan dalam

syariat islam. Untuk itu, seluruh aktivitas manusia diatur dari sumber hukum pokok

islam, yaitu Al-Qur’an dan As Sunnah. Namun, ketentuan para ulama

dalammengeluarkan dalail-dalil hukum dari nas tidaklah sama, melainkan masing-

masing ulama memiliki cara yang berbeda. Karena perbedaan itu, system untuk

mengeluarkan dalil-dalil hukum dari nas tersebut di lingkungan ulama sendiri, terdapat

kesepakatan untuk satu hal dan tidak sepakat dalam hal lain.

Menurut Abdul Wahab Khallaf, kata adillah syar’iyyah (sumber hukumIslam),

bersinonim dengan istilah adillah al-ahkam, ushul al-ahkam, almashadir al-tasyri’iyyah

lil-al-ahkam. Para ulama’ membagi dalil hukum syara’ menjadi dua, dalil yang disepakati

(muttafaq), dan dalil yang tidak disepakati (mukhtalaf). Dalil yang disepakati dibagi

menjadi 4, Al-Qur’an, Hadits, Ijma’, dan Qiyas.

Mareka juga menyepakati bahwa keempatnya harus digunakan secaraberurutan dan

tidak melompat-lompat. Jika terjadi suatu peristiwa, maka dilihat lebih dulu hukumnya

dalam al-Qur’an, jika tidak ditemukan dilihathukumnya di dalam hadits, jika di dalam

hadits belum juga ditemukan atau kurang jelas, maka mencari hukumnya dalam ijma’,

jika belum ditemukan juga di dalam ijma’, maka berijtihad untuk mendapatkan

hukumnya dengan menggunakan qiyas. Allah SWT berfirman:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأِط يُعوا َهَّللا َو َأِط يُعوا الَّرُسوَل َو ُأوِلي اَأْلْم ِر ِم ْنُك ْم ۖ َفِإْن َتَن اَز ْعُتْم ِفي َش ْي ٍء َف ُر ُّد وُه ِإَلى الَّلِهَو الَّرُس وِل ِإْن‬

‫ُكْنُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِرۚ َٰذ ِلَك َخْيٌر َو َأْح َس ُن َتْأِو ياًل‬

1
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil

amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka

kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-

benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)

dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa/4:59).

2
Selanjutnya dalil yang tidak disepakati (mukhtalaf), menurut Wahbah Zuhaili dibagi

menjadi tujuh, yaitu istihsan, maslahah mursalah (istislah), istishab, urf, mazhab sahabi,

syar’u man qoblana, dan saddu al-zariah. Tetapi, menurut Abdul Wahab Khallaf hanya

ada enam, dengan menghilangkan saddu al-zariah, maka menurutnya keseluruhan adillah

syar’iyyah berjumlah 10 macam.

Sebagai dalil muttafaq, al-Qur’an menempati urutan yang utama karena merupakan

kalam Allah yang diturunkan oleh-Nya melalui perantaraan malaikat Jibril ke dalam hati

Rasulullah Muhammad bin Abdullah dengan lafazh yang berbahasa Arab dan makna-

maknanya yang benar, untuk menjadi hujjah bagi Rasul atas pengakuannya sebagai

Rasulullah, menjadi undang-undang bagi manusia yang mengikuti petunjuknya, dan

menjadi qurbah di mana mereka beribadah dengan membacanya.


1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telahh diuraikan diatas, maka penulis menetukan

beberapa rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain :


1. Bagaimana pengertian Al-Qur’an ?

2. Apa saja unsur-unsur yang terdapat pada Al-Qur’an?

3. Bagaimana bukti kehujjahan Al-Qur’an?

4. Apa saja fungsi dn tujuan diturunkannya Al-Qur’an?

5. Apa saja hukum-hukum yang ada di dalam Al-Qur’an?

1.3. Manfaat dan Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, adapun tujuan dalam
penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian Al-Qur’an.
2. Memahami unsur-unsur yang terkadung dalam Al-Qur’an.
3. Mengetahui bagaimana kehujjahan Al-Qur’an.
4. Mengetahui fungsi dan tujuan diturunkannya Al-Qur’an.
5. Memahami hukum-hukum yang ada dalam Al –Qur’an.

3
4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Al-Qur'an atau Kitab Qur'an (bahasa Arab: ‫رآن‬HHH‫الق‬, translit. al-Qurʾān), adalah
sebuah kitab suci utama dalam agama Islam, yang dipercayai Muslim bahwa kitab ini
diturunkan oleh Allah, yang diturunkan kepada nabi Islam Muhammad. Kitab ini terbagi
ke dalam beberapa surah (bab) 114 surah dan setiap surahnya terbagi ke dalam
beberapa ayat.

Secara terminologi, ada beberapa definisi dari pengertian al-Qur’an, antaralain :

1. Menurut ahli Ushul, al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada

Muhammad saw. yang ditulis dalam mushaf yang berbahasa Arab, telah dinukilkan

(dipindahkan) kepada kita dengan jalan mutawatir, dimulai dengan Surah Al-Fatihah

dan diakhiri dengan Surah An-Nas, yang kita beribadah dengan membacanya.
2. Ali Ash-Shabuni, membatasi pengertian al-Qur’an sebagai berikut: “al-Qur’an adalah

kalam Allah yang mengandung mukjizat yang diturunkan kepada Nabi atau Rasul

Nya yang penghabisan dengan perantaraan Malaikat Jibril yang ditulis pada mushaf-

mushaf, dinukilkan kepada kita secaramutawatir, membacanya adalah ibadah, dimulai

dengan Surah al-Fatihah dan diakhiri dengan Surahan-Nas.


3. Menurut Abdul Wahab Khallaf, al-Qur’an ialah kalam Allah yang diturunkan oleh

Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril dengan lafadz berbahasa Arab

dangan makna yang benar sebagai hujjah bagi Rasul, sebagai pedoman hidup,

dianggap ibadahmembacanya dan urutannya dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri

oleh surat an-Nas serta dijamin keasliannya.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah

berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dan sebagai mukjizat atas

kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad Saw.

5
6
2.2. Unsur-unsur Al-Qur’an

a. Al-Qur’an adalah kalam ilahi

b. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW jadi bukan karena beliau

c. Mukjizat bagi Nabi Muhammad Saw sebagai kebenaran Al-Qur’an dan kebenaran

kenabian atau kerasulan Nabi Muhammad SAW.


d. Penurunan AL-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, secara mutawatir.

e. Al-Qur’an itu merupakan bacaan mulia, membacanya merupakan ibadah.

f. Tertulis dalam mushaf-mushaf, dimulai dengan Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan

Surah An-Nas.
g. Lafaz Al-Qur’an berbahasa Arab

h. Al-Qur’an senantiasa terpelihara dri berbagai bentu kesalahan dan pemalsuan.

i. Tidak ada seorangpun yang akan mampu membuat yang serupa dengan Al-Qur’an,

bahkan kalau sekiranya jin dan manusia bergabung bantumembantu bekerja sama

membuat yang serupa dengan Al-Qur’an, maka mereka tidak akan mungkin dapat

membuatnya, walau hanya satu surah.


j. Al-Qur’an mengandung kebenaran ilmu pengetahuan tentang alam semesta.

Al-Qur’an adalah wahyu ilahi dan menjadi mukjizat Nabi Muhammad Saw. Bukan

buatan ataupun karangan beliau. Orang-orang kafir menuduh AlQur’an adalah karangan Nabi

Muhammad Saw. untuk menjawab tuduhan itu, Allah merintahkan kepada beliau menantang

orang-orang kafir dan mereka yang masih ragu-ragu terhadap kebenaran Al-Qur’an untuk

membuat yang serupa dengan Al-Qur’an, walau hanya satu surah. Tantangan itu

dikemukakan Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 23 :

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang kami wahyukan kepada

hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah (saja) yang semisal Al-Qur’an itu, dan ajaklah

penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” Disebutkan pula

dalam Surah Al-Isra ayat 88 : “Katakanlah sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul

7
untuk membuat yang serupa dengan AL-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat

membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi

sebagian yang lain.”

8
2.3. Pokok – pokok Isi Al-Qur’an

Isi pokok Al-Qur’an terdiri dari :

a. Tauhid, yaitu kepercayaan terhadap keesaan Allah Swt dan semua kepercayaan yang

berhubungan dengan-Nya.
b. Ibadah, yaitu perbuatan atau amaliyah sebagai manifestasi dari kepercayaan ajaran

tauhid dan yang menghidupkan jiwa tauhid.


c. Akhlak, yaitu tentang perbuatan-perbuatan yang terpuji dan tercela.

d. Janji dan ancaman, yaitu janji pahala/ ganjaran bagi siapa saja yang percaya,

menerima dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an serta ancaman/ siksaan bagi

yang mengingkarinya.
e. Kisah-kisah umat terdahulu, yaitu seperti kisah para rasul, para nabi maupun orang-

orang saleh serta kisah umat yang mengingkari ajaran Allah untuk dijadikan pelajaran

dan teladan bagi kita.

2.4. Bukti Kehujjahan Al-Qur’an

Abdul Wahhab Khallaf mengemukakan tentang kehujjahan al-Qur’an sebagai

berikut: “Bukti bahwa al-Qur’an menjadi hujjah atas manusia yang hukum-hukumnya

merupakan aturan-aturan yang wajib bagi manusia untuk mengikutinya, ialah karena al-

Qur’an datang dari Allah swt. dan dibawa kepada manusia dengan jalan yang pasti yang

tidak diragukan kebenarannya.

Sedang bukti bahwa al-Qur’an itu datang dari Allah swt adalah bahwa alQur’an

membuat orang-orang tidak mampu membuat atau mendatangkan sesuatu seperti al-

Qur’an (kemukjizatan al-Qur’an).13 Bukti dari kemukjizatan al-Qur’an tidak dilihat dari

segi lafadznya saja, tetapi juga makna dan isinya. Di dalamnya berisi rahasia-rahasia

alam yang hingga kini masih banyak yang belum terungkap. Ayat-ayat di dalamnya

merupakan kalam Allah yang indah yang tak dapat ditandingi oleh siapapun.

9
I’jaz, maksudnya menetapkan ketidakmampuan orang lain, tidak akan terealisir

kecuali apabila tiga hal terpenuhi :

a. Adanya tantangan, maksudnya permintaan untuk beradu, saling menjatuhkan, dan

berlawanan.
b. Adanya motivasi yang mendorong kepada penantang untuk mengajukan tantangan

dan perlawanan.
c. Tidak ada penghalang yang menghalanginya dari perlawanan ini.

Al-Qur’an telah lengkap dalam melakukan tantangan, dan terdapat pula motivasi

bagi orang yang menantangnya untuk melawan, dan tidak suatu penghalang bagi mereka.

Kendati demikian, mereka tidak sanggup melawannya dan juga mendatangkan yang

semisal al-Qur’an.

Aspek kemukjizatan al-Qur’an yang dapat dicapai oleh akal, antara lain:

a. Keharmonisan struktur redaksinya, maknanya, hukum-hukumnya, dan teori-teorinya

(Q.S, an-Nisa’: 82).


b. Persesuaian ayat al-Qur’an dengan teori ilmiah yang dikemukakan ilmu pengetahuan

(Q.S, Fushshilat: 52-53).


c. Pemberitahuan al-Qur’an terhadap berbagai peristiwa yang hanya diketahui oleh

Allah Yang Maha Mengetahui terhadap hal-hal yang gaib (Q.S, Hud : 49).
d. Kefasihan lafadz al-Qur’an, kepetahan redaksinya, dan kuatnya pengaruhnya.

2.5. Fungsi dan Tujuan Turunnya Al-Qur’an

Menurut pendapat yang paling kuat,seperti yang dikemukakkan oleh subhi shalih,

Al-Qur’an berarti bacaan.ia merupakan kata turunan(mashdar) dari kata qara’a(fi’il

madhi) dengan arti ism al-maful ,yaitu maqru’ yang artinya dibaca (Al-Qur’an dan

terjemahnya, 1990:15). pengertian ini merujuk pada sifat Al-Qur’an (Q.S. al-Qiyamah

[75]: 17-18).dalam ayat tersebut, Allah berfirman : “Sesungguhnya atas tanggungan

10
Kamilah mengumpullkannya (didadamu) dan (membuat kamu pandai)

membacanya.Apabila kami telah selesai membacakannya,maka ikutilah bacaan itu.”

Berikut fungsi dan tujuan turunnya Al-Qur’an :

a. Sebangai hudan atau petunjuk bagi kehidupan umat.

b. Sebagai rahmat atau keberuntungan yang diberikan Allah dalam bentuk kasih sayang.

c. Sebagai furqan yaitu pembeda antara baik dangan yang buruk, yang halal,dengan

yang haram. Yang salah dengan yang benar, yang indah dengan yang jelek, yang

dapat dilakukan dan yang terlarang umtuk dilakukan.


d. Sebagai mau’izhah atau pengajaran yang akan mengajar dan membimbing umat

dalam kehidupan untuk mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat.


e. Sebagai busyara’ yaitu berita gembira bagi orang yang telah berbut baik kepada Allah

dan sesama manusia.


f. Sebagi tibyan atau mubinyang berati penjelasan atau menjelaskan terhadap segala

sesuai yang disampaikan Allah.


g. Sebagai mushaddiq atau pembenar terhadap kiatab yang datang sebelumnya.

h. Sebagai nur atau cahaya yang akan menerangi kehidupan manusia dalam menempuh

jalan menuju keselamtan.


i. Sebagai tafsil yaitu memberikan penjelasan secara rinci sehingga dapat dilaksanakan

sesuai dengan dikehendaki Allah.


j. Sebagai syifau al-shudur atau obat bagi rohani yang sakit.

k. Sebagai hakim yaitu sumber kebijaksaan.

2.6. Penjelasan Al-Qur’an Terhadap Hukum

Dari segi penjelsanya terhadap hukum, ada beberapa cara yang digunakan

Al-Quran yaitu :

11
a. Secara juz’I (terperinci).maksudnya, Al-Quran menjelaskan secara terperinci. Allah

dalam al-Quran memberikan penjelasan secara lengkap sehingga dapat dilaksanakan

menurut apa adanya, mesikpun tidak dijelaskanNabi dengan sunahnya. Contohnya

ayat-ayat tetangg kewarisan yang terdapat dalam surat an-Nisa ayat 4tentang sanksi

terhadap kejahatan, zina dalam surat al-Nur ayat 4.


b. Secara kulli (global). Maksudnya, penjelasan Al-Quran terhadap hukum berlaku

secara garis besar, sehingga masih memerlukan penjelasan dalam pelaksanannya.

Yang paling berwenang memberi pennjelasan terhadap maksud ayat yang berbentuk

garis besar itu adalah Nabi Muhammad dengan sunnah-nya.


c. Secara Isyarah Al-Quran memberikan penjelasan terhadap apa yang secara lahir

desebutkan dalam bentuk penjelasan secara ibarat. Salah satu ayat Al-Quran yang

memberikan beberapa maksud. Firman Allah dalam surat alBaqrah ayat 233yang

artinya “dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu

dengan secara makruf.”

2.7. Hukum yang terkandung dalam Al-Quran

1. Hukum – hukum I’tiqadiyah, yang berkaitan dengan hal-hal yang harus dipercaya

oleh setiap mukallaf, yaitu mempercayai Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,

para Rasul-Nya, dan hari akhir.


2. Hukum moralitas, yang berhubungan dengan sesuatu yang harus dijadikan

perhiasan oleh setiap mukallaf, berupa hal-hal keutamaan dan menghindarkan diri

dari hal yang hina.


3. Hukum amaliyyah yang bersangkut paut dengan sesuatu yang timbul dari

mukallaf, baik berupa perbuatan, perkataan, perjanjian hukum, danpembelanjaan.

Macam yang ketiga ini adalah fiqh al-Qur’an. Dan inilah yang dimaksud dengan

sampai kepadanya dengan ilmu ushul fiqh. Hukum-hukum amaliyyah di dalam al-

Qur’an terdiri dari dua macam, yaitu;

12
a. Hukum-hukum ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, nadzar, sumpah,

dan ibadah-ibadah lainnya yang dimaksudkan untuk mengatur hubungan

manusia dengan Tuhannya (habluminallah).


b. Hukum muamalat, seperti akad, pembelanjaan, hukuman, pidana, dan

lainnya yang bukan ibadah dan dimaksudkan untuk mengatur hubungan

antar sesama mukallaf, baik sebagai individu, bangsa, atau kelompok

(habluminannas).

Menurut istilah modern, hukum muamalat telah dibagi menurut sesuatu yang

berkaitan dengannya dan maksud yang dikehendakinya menjadi beberapa macam;

1. Hukum keluarga, yaitu hukum yang berhubungan dengan keluarga, mulai dari

pembentukannya, dan ia dimaksudkan untuk mengatur hubungan antara suami

istri dan kerabat satu sama lain.


2. Hukum perdata, yaitu hukum yang bertalian dengan perhubungan hukum

antara individu-individu dan pertukaran mereka, baik berupa jual-beli,

penggadaian, jaminan, persekutuan, utang piutang, dan memenuhi janji dengan

disiplin. Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur hubungan harta kekayaan

individu danmemelihara hak masing-masing yang berhak.


3. Hukum pidana, yaitu hukum yang berkenaan dengan tindak criminal yang

timbul dari seorang mukallaf dan hukuman yang dijatuhkan atas pelakunya.

Hukum ini dimaksudkan untuk memelihara kehidupan manusia, harta mereka,

kehormatan mereka, dan hak-hak mereka, serta menentukan hubungan antara

pelakunya, korban tindak kriminal, dan umat.


4. Hukum acara, yaitu hukum yang berkaitan dengan pengadilan, kesaksian, dan

sumpah. Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur usaha-usaha untuk

mewujudkan keadilan di antara manusia.

13
5. Hukum perundang-undangan, yaitu hukum yang berhubungan dengan

pengaturan pemerintahan dan pokok-pokoknya. Hukum ini dimaksudkan

untuk menentukan hubungan penguasa dan rakyat, dan menetapkan hak-hak

individu dan masyarakat.


6. Hukum tata Negara, yaitu hukum yang bersangkutan dengan hubungan antara

Negara Islam dengan negara lainnya, hubungan dengan orangorang non-Islam

yang berada di Negara Islam. Hukum ini dimaksudkan untuk menentukan

hubungan Negara Islam dengan Negara non-Islam, baik dalam keadaan damai

maupun dalam suasana peperangan, serta menentukan hubungan antara umat

Islam dengan non-Islam di berbagai Negara Islam.


7. Hukum ekonomi dan keuangan, yaitu hukum yang berhubungan dengan orang

miskin, baik yang meminta-minta maupun yang tidak, berkenaan dengan harta

orang kaya, dan pengaturan berbagai sumber dan perbankan. Hukum ini

dimaksudkan untuk mengatur hubungan kekayaan antara orang-orang dan

orang-orang kafir, dan antar Negara dan rakyat.

Menurut Muhammad Khuderi Bek dalam bukunya “Tarikh Tasyri’ alIslami”, ada tiga

prinsip yang melandasi hukum dalam al-Qur’an

a. Tidak memberatkan ( ‫) عم التحج‬

Prinsip ini mengandung arti bahwa hukum al-Qur’an itu bersifat memudahkan.

Pelaksanaannya disesuaikan dengan tingkat kemampuan manusia. Sehingga hukum itu

tidak menjadi beban. Prinsip ini didasari oleh banyak ayat al-Qur’an, diantaranya dalam

surat al-Baqarah ayat 185Artinya: “… Allah menghendaki kemudahan darimu dan tidak

menghendakikesulitan…”. Contohprinsip yang pertama ini antara lain hukum kebolehan

berbuka puasa bagi orangyang sedang dalam perjalanan, dan hukum boleh melaksanakan

shalat sesuai kemampuan.

b. Menyedikitkan beban

14
Prinsip ini mengandung arti bahwa dalam melakukan perintah Allah swt. itu harus

memperhatikan objek yang diperintahkan dengan tidak melakukan penambahan dan

pengurangan, seperti dalam firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 102 Artinya:

“janganlah kamu bertanya tentang sesuatu yang jika dia diterangkan kepadamu akan

menyusahkan kamu.” Contoh dari prinsip kedua ini adalah kewajiban haji hanya satu kali

seumur hidup bagi yang mampu.

c. Berangsur-angsur

Salah satu keutamaan hukum Islam adalah cara penetapannya yang tidak sekaligus,

tetapi secara berangsur-angsur dan bertahap, sehingga tidak memberatkan dan lebih

memberikan kelonggaran. Karena alQur’an sangat memperhatikan proses perubahan

sosial budaya yang berkembang di masyarakat. Contohnya dalam tahapan pengharaman

khamr.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

1. Al-Qur’an secara terminologi adalah mashdar yang bermakna qiro’ah(bacaan dan

apa yang ditulis di dalamnya). Sedangkan makna al-Qur’an secaraetimologi berarti

kalam Allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dalam bahasa

Arab yang dinukilkan kepada kita dengan jalan yang mutawattir, jika membacanya

dihukumi ibadah, dan diawali dengan Surat Al-Fatihah dan diakhiri Surat an-Naas.
2. Bukti kehujjahan Al-Qur’an adalah, al-Qur’an diturunkan dari Allah

swt.,disampaikan kepada manusia dengan jalan yang pasti dan tidak terdapat

keraguan tentang kebenarannya tanpa ada campur tangan manusia dalam

penyusunannya. Hal ini mengandung arti bahwa al-Qur’an merupakan mukjizat

yang membuat manusia tidak mampu untuk mendatangkan yang semisalnya.


3. Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6.326 ayat, dan 324.345 huruf. Kandungan

isi dalam al-Qur’an yang utama yaitu;


a. Tauhid, adalah tentang kepercayaan yang benar, yaitu pentauhidan terhadap

keesaan Allah swt.


b. Ibadat, berisi amalan-amalan yang memperkokoh keimanan seseorang.

c. Janji dan ancaman, yaitu janji dengan pahala/balasan terhadap amalan yang

baik yang dilakukan oleh seorang mukallaf, dan ancaman yang berupa

peringatanbagi seseorang yang berbuat maksiat, berupa balasan dengan

siksa/adzab.
d. Riwayat, yaitu kisah-kisah umat terdahulu yang berisi hikmah.

e. Akhlaq, adalah perilaku yang harus dijadikan perhiasan oleh seorang mukallaf.

f. Muamalah, hukum-hukum yang termasuk di dalamnya hukum perdata, pidana,

dan sebagainya.

16
4. Hukum-hukum dalam al-Qur’an di antaranya;

a. Hukum-hukum I’tiqadiyyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan

keimanan seseorang.
b. Akhlaq dan moral, yaitu sesuatu yang harus dijadikan perhiasan mukallaf dan

menghindari hal-hal yang hina.


c. Hukum-hukum amaliyyah, yaitu hukum-hukum yang bersangkutan dengan

sesuatu yang timbul dari mukallaf (fiqh al-Qur’an) Tiga prinsip yang

melandasi hukum al-Qur’an;


1) Tidak memberatkan: hukum-hukum dalam al-Qur’an bersifat

memudahkan, pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan seseorang.


2) Menyedikitkan beban: dalam al-Qur’an, hukum-hukumnya

memperhatikan objek dan tidak melakukan penambahan dan

pengurangan.
3) Berangsur-angsur: cara penetapan hukum-hukum dalam Islam tidak

sekaligus, tapi berangsur-angsur dan bertahap.

3.2. SARAN

Untuk memperbaiki kesalah dalam pembuatan makalah ini kami sarankan dengan

penuh hormat kepada semua pihak baik pembimbing ataupun rekan-rekan

seperjuangan untuk dapat ikut serta memberikan kritikan dan masukan agar dapat

memperbaiki dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Atang ABD.Hakim,2015, Metodologi Studi Islam , Bandung ,Rosda 69-

70.

Departemen Agama RI.2002. Qur’an Hadits Kelas 1. Jakarta:

Departemen Agama RI

Drs. Jumantoro Totok, M.A., Drs. Samsul Munir Amin, M.Ag., Kamus

Ilmu Ushul Fikih, Penerbit Amzah, Jakarta 2009.

Drs. Shidiq Sapiudin, M.A., Ushul Fiqh, Kencana Predana Media Group,

Jakarta 2011.

Drs. Umar Muin, Dkk., Ushul Fiqh I, Departemen Agama RI, Jakarta

1986.

Ni’amSholeh,H.M. Asrorun.2006. Al-Qur’an Hadis X . Sidogiri: Pena

Nusantara.

Prof. Wahhab Khallaf Abdul (terj. Drs. H. Moh. Zuhri, Dipl. TAFL,

dkk), Ilmu Ushul Fiqh, Dina Utama, Semarang 1994.

Qosim, M. Rizal. 2013. Pengamalan Fiqih 3 . Solo: Aqila.

Rochim, Abd, Drs. 2006. Fiqih 3. Semarang: PT. Aneka Ilmu.

Suparta, H. Mundzier, Dr. 2008. Pendidikan Agama Islam Fikih Kelas

XII. Jakarta: PT. Toha Putra.

Syarifuddin Amir 2008, ushul fiqih Jakarta,kencana prenada media group.

19

Anda mungkin juga menyukai