DisusunOleh :
M. YASRI
NIM : 212211033
1
KATA PENGANTAR
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Jeneponto, 11 November2022
Penulis
i2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
ii2
BAB I
PENDAHULUAN
1
Drs. Abd. Rochim, M.Ag, Fiqih 3 (Semarang, Aneka Ilmu:2006), 55
2
M. Rizal Qosim, Pengamalan Fikih 3 (Solo, AQILA:2013), 33
3
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Mesir, Maktabah al-Da’wah al-Islamiyah),20.
4
Ibid, hlm. 21.
1
!لى هϩϭدήعتم في شيء فί اϨم فإن تϜϨ مή لي اأمϭأt ϭسوή أطيعوا الϭ وا أطيعوا هϨا الذين آمϬيا أي
΄ياϭأحسن تή ϭلك خيή Ϋاليوم اآخϭ ون باهϨمΆتم تϨ !ن كtسوήالϭ
5
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Mesir, Maktabah al-Da’wah al-Islamiyah),22.
6
Abdul wahhab Khallaf, terj., Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang, Dina Utama Semarang, 1994) 18.
2
BAB II
PEMBAHASAN
7
Drs. Totok Jumantoro, M.A., Drs. Samsul Munir Amin, M.Ag., Kamus Ilmu Ushul Fikih
(Jakarta: Penerbit Amzah 2009) 6.
8
Ibid, hlm. 7.
3
membacanya dan urutannya dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri
oleh surat an-Nas serta dijamin keasliannya.9
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah firman
Allah berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dan
sebagai mukjizat atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad Saw.10
4
10
H. M. Asrorun Ni’an Sholeh, MA, Al-Qur’an Hadis X (Sidogiri, Pena Nusantara:2006), 3-4
5
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah (saja) yang
semisal Al-Qur’an itu, dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika
kamu orang-orang yang benar.”
Disebutkan pula dalam Surah Al-Isra ayat 88 :
“Katakanlah sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa dengan AL-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain.”11
11
Departemen Agama RI, Qur’an Hadis Kelas 1 (Jakarta, Departemen Agama Ri:2002), 6-7
12
Dr. H. Mundzier Suparta, MA, Pendidikan Agama Islam Fikih (Semarang, PT Karya Toha
6
Putra:2008), 19
7
Sedang bukti bahwa al-Qur’an itu datang dari Allah swt adalah bahwa al-
Qur’an membuat orang-orang tidak mampu membuat atau mendatangkan
sesuatu seperti al-Qur’an (kemukjizatan al-Qur’an).13
Bukti dari kemukjizatan al-Qur’an tidak dilihat dari segi lafadznya saja,
tetapi juga makna dan isinya. Di dalamnya berisi rahasia-rahasia alam yang
hingga kini masih banyak yang belum terungkap. Ayat-ayat di dalamnya
merupakan kalam Allah yang indah yang tak dapat ditandingi oleh siapapun
(lihat QS (2):23, (28):49-50 ).
I’jaz, maksudnya menetapkan ketidakmampuan orang lain, tidak akan
terealisir kecuali apabila tiga hal terpenuhi :
a. Adanya tantangan, maksudnya permintaan untuk beradu, saling
menjatuhkan, dan berlawanan.
b. Adanya motivasi yang mendorong kepada penantang untuk mengajukan
tantangan dan perlawanan.
c. Tidak ada penghalang yang menghalanginya dari perlawanan ini.14
Al-Qur’an telah lengkap dalam melakukan tantangan, dan terdapat pula
motivasi bagi orang yang menantangnya untuk melawan, dan tidak suatu
penghalang bagi mereka. Kendati demikian, mereka tidak sanggup
melawannya dan juga mendatangkan yang semisal al-Qur’an.
Aspek kemukjizatan al-Qur’an yang dapat dicapai oleh akal, antara lain:
a. Keharmonisan struktur redaksinya, maknanya, hukum-hukumnya, dan
teori-teorinya (Q.S, an-Nisa’: 82).
b. Persesuaian ayat al-Qur’an dengan teori ilmiah yang dikemukakan ilmu
pengetahuan (Q.S, Fushshilat: 52-53).
c. Pemberitahuan al-Qur’an terhadap berbagai peristiwa yang hanya
diketahui oleh Allah Yang Maha Mengetahui terhadap hal-hal yang gaib
(Q.S, Hud : 49).
d. Kefasihan lafadz al-Qur’an, kepetahan redaksinya, dan kuatnya
pengaruhnya.15
13
Drs. Muin Umar, Dkk., Ushul Fiqh I (Jakarta: Departemen Agama RI, 1986) 70.
14
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Semarang: Dina Utama Semarang, 1994) 21
15
Ibid, hlm. 26-33
8
2.5. Fungsi dan Tujuan Turunnya Al-Qur’an
Menurut pendapat yang paling kuat,seperti yang dikemukakkan oleh subhi
shalih, Al-Qur’an berarti bacaan.ia merupakan kata turunan(mashdar) dari
kata qara’a(fi’il madhi) dengan arti ism al-maful ,yaitu maqru’ yang artinya
dibaca (Al-Qur’an dan terjemahnya, 1990:15).pengertian ini merujuk pada
sifat Al-Qur’an (Q.S. al-Qiyamah [75]: 17-18).dalam ayat tersebut,allah
berfirman :
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpullkannya (didadamu)
dan (membuat kamu pandai) membacanya.Apabila kami telah selesai
membacakannya,maka ikutilah bacaan itu.” (Q.S. al-Qiyamah [75]: 17-18).16
Berikut fungsi dan tujuan turunnya Al-Qur’an :
a. Sebangai hudan atau petunjuk bagi kehidupan umat.
b. Sebagai rahmat atau keberuntungan yang diberikan Allah dalam bentuk
kasih sayang.
c. Sebagai furqan yaitu pembeda antara baik dangan yang buruk, yang
halal,dengan yang haram. Yang salah dengan yang benar, yang indah
dengan yang jelek, yang dapat dilakukan dan yang terlarang umtuk
dilakukan.
d. Sebagai mau’izhah atau pengajaran yang akan mengajar dan membimbing
umat dalam kehidupan untuk mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat.
e. Sebagai busyara’ yaitu berita gembira bagi orang yang telah berbut baik
kepada Allah dan sesama manusia.
f. Sebagi tibyan atau mubinyang berati penjelasan atau menjelaskan
terhadap segala sesuai yang disampaikan Allah.
g. Sebagai mushaddiq atau pembenar terhadap kiatab yang datang
sebelumnya.
h. Sebagai nur atau cahaya yang akan menerangi kehidupan manusia dalam
menempuh jalan menuju keselamtan.
i. Sebagai tafsil yaitu memberikan penjelasan secara rinci sehingga dapat
dilaksanakan sesuai dengan dikehendaki Allah.
j. Sebagai syifau al-shudur atau obat bagi rohani yang sakit.
16
Abd Hakim Atang,2015, Metodologi Studi Islam (Bandung : Rosda) 69-70
9
k. Sebagai hakim yaitu sumber kebijaksaan.17
10
17
Amir Syarifuddin 2008,ushul fiqih Jakarta,kencana prenada media group.
18
Amir Syarifuddin 2008,ushul fiqih Jakarta,kencana prenada media group.
11
2.7.3. Hukum amaliyyah yang bersangkut paut dengan sesuatu yang timbul
dari mukallaf, baik berupa perbuatan, perkataan, perjanjian hukum,
dan pembelanjaan. Macam yang ketiga ini adalah fiqh al-Qur’an. Dan
inilah yang dimaksud dengan sampai kepadanya dengan ilmu ushul
fiqh. Hukum-hukum amaliyyah di dalam al-Qur’an terdiri dari dua
macam, yaitu;
a. Hukum-hukum ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, nadzar,
sumpah, dan ibadah-ibadah lainnya yang dimaksudkan untuk
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (habluminallah).
b. Hukum muamalat, seperti akad, pembelanjaan, hukuman, pidana,
dan lainnya yang bukan ibadah dan dimaksudkan untuk mengatur
hubungan antar sesama mukallaf, baik sebagai individu, bangsa,
atau kelompok (habluminannas).
12
d. Hukum acara, yaitu hukum yang berkaitan dengan pengadilan,
kesaksian, dan sumpah. Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur
usaha-usaha untuk mewujudkan keadilan di antara manusia.
e. Hukum perundang-undangan, yaitu hukum yang berhubungan dengan
pengaturan pemerintahan dan pokok-pokoknya. Hukum ini
dimaksudkan untuk menentukan hubungan penguasa dan rakyat, dan
menetapkan hak-hak individu dan masyarakat.
f. Hukum tata Negara, yaitu hukum yang bersangkutan dengan hubungan
antara Negara Islam dengan negara lainnya, hubungan dengan orang-
orang non-Islam yang berada di Negara Islam. Hukum ini
dimaksudkan untuk menentukan hubungan Negara Islam dengan
Negara non-Islam, baik dalam keadaan damai maupun dalam suasana
peperangan, serta menentukan hubungan antara umat Islam dengan
non-Islam di berbagai Negara Islam.
g. Hukum ekonomi dan keuangan, yaitu hukum yang berhubungan
dengan orang miskin, baik yang meminta-minta maupun yang tidak,
berkenaan dengan harta orang kaya, dan pengaturan berbagai sumber
dan perbankan. Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur hubungan
kekayaan antara orang-orang dan orang-orang kafir, dan antar Negara
dan rakyat.
Menurut Muhammad Khuderi Bek dalam bukunya “Tarikh Tasyri’ al-
Islami”, ada tiga prinsip yang melandasi hukum dalam al-Qur’an :19
a. Tidak memberatkan (~جήالتح مΪ)ع
Prinsip ini mengandung arti bahwa hukum al-Qur’an itu bersifat
memudahkan. Pelaksanaannya disesuaikan dengan tingkat kemampuan
manusia. Sehingga hukum itu tidak menjadi beban. Prinsip ini didasari
oleh banyak ayat al-Qur’an, diantaranya dalam surat al-Baqarah ayat
185:
19
Drs. Sapiudin Shidiq, M.A, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana Predana Media Group, cet. ke-1 2011)
49-52
13
Artinya: “… Allah menghendaki kemudahan darimu dan tidak
menghendaki kesulitan…”.
Contoh prinsip yang pertama ini antara lain hukum kebolehan berbuka
puasa bagi orang yang sedang dalam perjalanan, dan hukum boleh
melaksanakan shalat sesuai kemampuan.
b. Menyedikitkan beban
Prinsip ini mengandung arti bahwa dalam melakukan perintah
Allah swt. itu harus memperhatikan objek yang diperintahkan dengan
tidak melakukan penambahan dan pengurangan, seperti dalam firman
Allah dalam surat al-Maidah ayat 102:
Artinya: “janganlah kamu bertanya tentang sesuatu yang jika dia
diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu.”
Contoh dari prinsip kedua ini adalah kewajiban haji hanya satu kali
seumur hidup bagi yang mampu.
c. Berangsur-angsur
Salah satu keutamaan hukum Islam adalah cara penetapannya yang
tidak sekaligus, tetapi secara berangsur-angsur dan bertahap, sehingga
tidak memberatkan dan lebih memberikan kelonggaran. Karena al-
Qur’an sangat memperhatikan proses perubahan sosial budaya yang
berkembang di masyarakat. Contohnya dalam tahapan pengharaman
khamr.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Al-Qur’an secara terminologi adalah mashdar yang bermakna qiro’ah (bacaan
dan apa yang ditulis di dalamnya). Sedangkan makna al-Qur’an secara
etimologi berarti kalam Allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad
saw. dalam bahasa Arab yang dinukilkan kepada kita dengan jalan yang
mutawattir, jika membacanya dihukumi ibadah, dan diawali dengan Surat Al-
Fatihah dan diakhiri Surat an-Naas.
3.2. Bukti kehujjahan Al-Qur’an adalah, al-Qur’an diturunkan dari Allah swt.,
disampaikan kepada manusia dengan jalan yang pasti dan tidak terdapat
keraguan tentang kebenarannya tanpa ada campur tangan manusia dalam
penyusunannya. Hal ini mengandung arti bahwa al-Qur’an merupakan
mukjizat yang membuat manusia tidak mampu untuk mendatangkan yang
semisalnya.
3.3. al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6.326 ayat, dan 324.345 huruf.
Kandungan isi dalam al-Qur’an yang utama yaitu;
a. Tauhid, adalah tentang kepercayaan yang benar, yaitu pentauhidan
terhadap keesaan Allah swt.
b. Ibadat, berisi amalan-amalan yang memperkokoh keimanan seseorang.
c. Janji dan ancaman, yaitu janji dengan pahala/balasan terhadap amalan
yang baik yang dilakukan oleh seorang mukallaf, dan ancaman yang
berupa peringatan bagi seseorang yang berbuat maksiat, berupa balasan
dengan siksa/adzab.
d. Riwayat, yaitu kisah-kisah umat terdahulu yang berisi hikmah.
e. Akhlaq, adalah perilaku yang harus dijadikan perhiasan oleh seorang
mukallaf.
f. Muamalah, hukum-hukum yang termasuk di dalamnya hukum perdata,
pidana, dan sebagainya.
3.4. Hukum-hukum dalam al-Qur’an di antaranya;
a. Hukum-hukum I’tiqadiyyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan
keimanan seseorang.
15
b. Akhlaq dan moral, yaitu sesuatu yang harus dijadikan perhiasan mukallaf
dan menghindari hal-hal yang hina.
c. Hukum-hukum amaliyyah, yaitu hukum-hukum yang bersangkutan dengan
sesuatu yang timbul dari mukallaf (fiqh al-Qur’an)
Tiga prinsip yang melandasi hukum al-Qur’an;
a. Tidak memberatkan: hukum-hukum dalam al-Qur’an bersifat
memudahkan, pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan seseorang.
b. Menyedikitkan beban: dalam al-Qur’an, hukum-hukumnya memperhatikan
objek dan tidak melakukan penambahan dan pengurangan.
c. Berangsur-angsur: cara penetapan hukum-hukum dalam Islam tidak
sekaligus, tapi berangsur-angsur dan bertahap.
16
DAFTAR PUSTAKA
17