Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

STUDI AL-QUR’AN TENTANG HUKUM ISLAM

Diajukan untuk memenuhi tugas Hukum Islam

DisusunOleh :

M. YASRI
NIM : 212211033

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-AMANAH KAB. JENEPONTO
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Study Al-Qur’an tentang Hukum Islam.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Jeneponto, 11 November2022

Penulis

i2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3. Manfaat dan Tujuan...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

2.1. Pengertian Al-Qur’an................................................................................3


2.2. Unsur – Unsur Al-Qur’an..........................................................................4
2.3. Pokok – pokok Isi Al-Qur’an....................................................................5
2.4. Bukti Kehujjahan Al-Qur’an.....................................................................5
2.5. Fungsi dan Tujuan Turunnya Al-Qur’an...................................................7
2.6. Penjelasan Al-Quran Terhadap Hukum.....................................................8
2.7. Hukum Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an............................................8

BAB III PENUTUP...........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

ii2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada hakikatnya, sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat
melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang
bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang
tegas dan nyata. Untuk itu, yang disebut sumber hukum Islam adalah segala
sesuatu yang dijadikan dasar, pedoman, atau acuan dalam syariat islam.1
Untuk itu, seluruh aktivitas manusia diatur dari sumber hukum pokok
islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Namun, ketentuan para ulama dalam
mengeluarkan dalail-dalil hukum dari nas tidaklah sama, melainkan masing-
masing ulama memiliki cara yang berbeda. Karena perbedaan itu, sistem
untuk mengeluarkan dalil-dalil hukum dari nas tersebut di lingkungan ulama
sendiri, terdapat kesepakatan untuk satu hal dan tidak sepakat dalam hal lain.2
Menurut Abdul Wahab Khallaf, kata adillah syar’iyyah (sumber hukum
Islam), bersinonim dengan istilah adillah al-ahkam, ushul al-ahkam, al-
mashadir al-tasyri’iyyah lil-al-ahkam.3
Para ulama’ membagi dalil hukum syara’ menjadi dua, 1) dalil yang
disepakati (muttafaq), dan 2) dalil yang tidak disepakati (mukhtalaf). Dalil
yang disepakati dibagi menjadi 4, Al-Qur’an, Hadits, Ijma’, dan Qiyas.
Mareka juga menyepakati bahwa keempatnya harus digunakan secara
berurutan dan tidak melompat-lompat. Jika terjadi suatu peristiwa, maka
dilihat lebih dulu hukumnya dalam al-Qur’an, jika tidak ditemukan dilihat
hukumnya di dalam hadits, jika di dalam hadits belum juga ditemukan atau
kurang jelas, maka mencari hukumnya dalam ijma’, jika belum ditemukan
juga di dalam ijma’, maka berijtihad untuk mendapatkan hukumnya dengan
menggunakan qiyas.4 Allah SWT berfirman:

1
Drs. Abd. Rochim, M.Ag, Fiqih 3 (Semarang, Aneka Ilmu:2006), 55
2
M. Rizal Qosim, Pengamalan Fikih 3 (Solo, AQILA:2013), 33
3
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Mesir, Maktabah al-Da’wah al-Islamiyah),20.
4
Ibid, hlm. 21.

1
‫ !لى ه‬ϩϭ‫د‬ή‫عتم في شيء ف‬ί ‫ا‬Ϩ‫م فإن ت‬ϜϨ‫ م‬ή ‫لي اأم‬ϭ‫أ‬t ϭ‫سو‬ή ‫أطيعوا ال‬ϭ ‫وا أطيعوا ه‬Ϩ‫ا الذين آم‬Ϭ‫يا أي‬
‫΄يا‬ϭ‫أحسن ت‬ή ϭ‫لك خي‬ή Ϋ‫اليوم اآخ‬ϭ ‫ون باه‬Ϩ‫م‬Ά‫تم ت‬Ϩ‫ !ن ك‬t‫سو‬ή‫ال‬ϭ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah


Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (QS. An-Nisa/4:59).

Selanjutnya dalil yang tidak disepakati (mukhtalaf), menurut Wahbah


Zuhaili dibagi menjadi tujuh, yaitu istihsan, maslahah mursalah (istislah),
istishab, urf, mazhab sahabi, syar’u man qoblana, dan saddu al-zariah[3].
Tetapi, menurut Abdul Wahab Khallaf hanya ada enam, dengan
menghilangkan saddu al-zariah, maka menurutnya keseluruhan adillah
syar’iyyah berjumlah 10 macam.5

Sebagai dalil muttafaq, al-Qur’an menempati urutan yang utama karena


merupakan kalam Allah yang diturunkan oleh-Nya melalui perantaraan
malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah dengan
lafazh yang berbahasa Arab dan makna-maknanya yang benar, untuk menjadi
hujjah bagi Rasul atas pengakuannya sebagai Rasulullah, menjadi undang-
undang bagi manusia yang mengikuti petunjuknya, dan menjadi qurbah di
mana mereka beribadah dengan membacanya.6

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa itu Al-Qur’an ?
b. Apa saja hukum-hukum yang ada di dalam Al-Qur’an?

1.3. Manfaat dan Tujuan


Mengetahui apa itu Al-Quran dan membahas sumber-sumber hukum
yang terdapat di Al-Quran.

5
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Mesir, Maktabah al-Da’wah al-Islamiyah),22.
6
Abdul wahhab Khallaf, terj., Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang, Dina Utama Semarang, 1994) 18.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Al-Qur’an


Lafadz al-Qur’an dalam bahasa Arab diambil dari kata Qara’a (‫أ‬ή‫)ق‬
seperti lafadz Al-ghufran yang diambil dari kataghafara (ή‫)غف‬. Dikatakan
qira’a, yaqra’u, qira’atan dan qur’anan ( ~‫أة‬ή‫ ق‬-΅ή‫~أ‬- ‫ي ~ ~ق‬ή‫ق‬-)7, seperti terdapat
dalam surat AL_Qiyamah (75):17-18:
“sesungguhnya atas tanggungan kami-lah menguumpulkannya (didadamu)
dan (membuatmu pandai)membacanya,maka ikutilah. Apabial kami telah
selesai membacakannya, maka ikutilah bacaanya itu.”
Secara terminologi, ada beberapa definisi dari pengertian al-Qur’an, antara
lain :
2.1.1. Menurut ahli Ushul, al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan
kepada Muhammad saw. yang ditulis dalam mushaf yang berbahasa
Arab, telah dinukilkan (dipindahkan) kepada kita dengan jalan
mutawatir, dimulai dengan Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan
Surah An-Nas, yang kita beribadah dengan membacanya.
2.1.2. Ali Ash-Shabuni, membatasi pengertian al-Qur’an sebagai berikut:
“al-Qur’an adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi atau Rasul-Nya yang penghabisan dengan
perantaraan Malaikat Jibril yang ditulis pada mushaf-mushaf,
dinukilkan kepada kita secaramutawatir, membacanya adalah ibadah,
dimulai dengan Surah al-Fatihah dan diakhiri dengan Surahan-Nas.8
2.1.3. Menurut Abdul Wahab Khallaf, al-Qur’an ialah kalam Allah yang
diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat
Jibril dengan lafadz berbahasa Arab dangan makna yang benar sebagai
hujjah bagi Rasul, sebagai pedoman hidup, dianggap ibadah

7
Drs. Totok Jumantoro, M.A., Drs. Samsul Munir Amin, M.Ag., Kamus Ilmu Ushul Fikih
(Jakarta: Penerbit Amzah 2009) 6.
8
Ibid, hlm. 7.

3
membacanya dan urutannya dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri
oleh surat an-Nas serta dijamin keasliannya.9
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah firman
Allah berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dan
sebagai mukjizat atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad Saw.10

2.2. Unsur-unsur Al-Qur’an


a. Al-Qur’an adalah kalam ilahi
b. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW jadi bukan karena beliau
c. Mukjizat bagi Nabi Muhammad Saw sebagai kebenaran Al-Qur’an dan
kebenaran kenabian atau kerasulan Nabi Muhammad SAW
d. Penurunan AL-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, secara mutawatir.
e. Al-Qur’an itu merupakan bacaan mulia, membacanya merupakan ibadah.
f. Tertulis dalam mushaf-mushaf, dimulai dengan Surah Al-Fatihah dan
diakhiri dengan Surah An-Nas.
g. Lafaz Al-Qur’an berbahasa Arab
h. Al-Qur’an senantiasa terpelihara dri berbagai bentu kesalahan
dan pemalsuan.
i. Tidak ada seorangpun yang akan mampu membuat yang serupa dengan
Al-Qur’an, bahkan kalau sekiranya jin dan manusia bergabung bantu-
membantu bekerja sama membuat yang serupa dengan Al-Qur’an, maka
mereka tidak akan mungkin dapat membuatnya, walau hanya satu
surah.
j. Al-Qur’an mengandung kebenaran ilmu pengetahuan tentang alam
semesta.
Al-Qur’an adalah wahyu ilahi dan menjadi mukjizat Nabi Muhammad
Saw. Bukan buatan ataupun karangan beliau. Orang-orang kafir menuduh Al-
Qur’an adalah karangan Nabi Muhammad Saw. untuk menjawab tuduhan itu,
Allah merintahkan kepada beliau menantang orang-orang kafir dan mereka
yang masih ragu-ragu terhadap kebenaran Al-Qur’an untuk membuat yang
serupa dengan Al-Qur’an, walau hanya satu surah. Tantangan itu
dikemukakan Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 23 :
9
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Mesir: Maktabah al-Da’wah al-Islamiyah) 23.

4
10
H. M. Asrorun Ni’an Sholeh, MA, Al-Qur’an Hadis X (Sidogiri, Pena Nusantara:2006), 3-4

5
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah (saja) yang
semisal Al-Qur’an itu, dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika
kamu orang-orang yang benar.”
Disebutkan pula dalam Surah Al-Isra ayat 88 :
“Katakanlah sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa dengan AL-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain.”11

2.3. Pokok – pokok Isi Al-Qur’an


Isi pokok Al-Qur’an terdiri dari :
a. Tauhid, yaitu kepercayaan terhadap keesaan Allah Swt dan
semua kepercayaan yang berhubungan dengan-Nya.
b. Ibadah, yaitu perbuatan atau amaliyah sebagai manifestasi dari
kepercayaan ajaran tauhid dan yang menghidupkan jiwa
tauhid.
c. Akhlak, yaitu tentang perbuatan-perbuatan yang terpuji dan tercela.
d. Janji dan ancaman, yaitu janji pahala/ ganjaran bagi siapa saja yang
percaya, menerima dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an serta
ancaman/ siksaan bagi yang mengingkarinya.
e. Kisah-kisah umat terdahulu, yaitu seperti kisah para rasul, para nabi
maupun orang-orang saleh serta kisah umat yang mengingkari ajaran
Allah untuk dijadikan pelajaran dan teladan bagi kita.12

2.4. Bukti Kehujjahan Al-Qur’an


Abdul Wahhab Khallaf mengemukakan tentang kehujjahan al-Qur’an
sebagai berikut: “Bukti bahwa al-Qur’an menjadi hujjah atas manusia yang
hukum-hukumnya merupakan aturan-aturan yang wajib bagi manusia untuk
mengikutinya, ialah karena al-Qur’an datang dari Allah swt. dan dibawa
kepada manusia dengan jalan yang pasti yang tidak diragukan kebenarannya.

11
Departemen Agama RI, Qur’an Hadis Kelas 1 (Jakarta, Departemen Agama Ri:2002), 6-7
12
Dr. H. Mundzier Suparta, MA, Pendidikan Agama Islam Fikih (Semarang, PT Karya Toha
6
Putra:2008), 19

7
Sedang bukti bahwa al-Qur’an itu datang dari Allah swt adalah bahwa al-
Qur’an membuat orang-orang tidak mampu membuat atau mendatangkan
sesuatu seperti al-Qur’an (kemukjizatan al-Qur’an).13
Bukti dari kemukjizatan al-Qur’an tidak dilihat dari segi lafadznya saja,
tetapi juga makna dan isinya. Di dalamnya berisi rahasia-rahasia alam yang
hingga kini masih banyak yang belum terungkap. Ayat-ayat di dalamnya
merupakan kalam Allah yang indah yang tak dapat ditandingi oleh siapapun
(lihat QS (2):23, (28):49-50 ).
I’jaz, maksudnya menetapkan ketidakmampuan orang lain, tidak akan
terealisir kecuali apabila tiga hal terpenuhi :
a. Adanya tantangan, maksudnya permintaan untuk beradu, saling
menjatuhkan, dan berlawanan.
b. Adanya motivasi yang mendorong kepada penantang untuk mengajukan
tantangan dan perlawanan.
c. Tidak ada penghalang yang menghalanginya dari perlawanan ini.14
Al-Qur’an telah lengkap dalam melakukan tantangan, dan terdapat pula
motivasi bagi orang yang menantangnya untuk melawan, dan tidak suatu
penghalang bagi mereka. Kendati demikian, mereka tidak sanggup
melawannya dan juga mendatangkan yang semisal al-Qur’an.
Aspek kemukjizatan al-Qur’an yang dapat dicapai oleh akal, antara lain:
a. Keharmonisan struktur redaksinya, maknanya, hukum-hukumnya, dan
teori-teorinya (Q.S, an-Nisa’: 82).
b. Persesuaian ayat al-Qur’an dengan teori ilmiah yang dikemukakan ilmu
pengetahuan (Q.S, Fushshilat: 52-53).
c. Pemberitahuan al-Qur’an terhadap berbagai peristiwa yang hanya
diketahui oleh Allah Yang Maha Mengetahui terhadap hal-hal yang gaib
(Q.S, Hud : 49).
d. Kefasihan lafadz al-Qur’an, kepetahan redaksinya, dan kuatnya
pengaruhnya.15

13
Drs. Muin Umar, Dkk., Ushul Fiqh I (Jakarta: Departemen Agama RI, 1986) 70.
14
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Semarang: Dina Utama Semarang, 1994) 21
15
Ibid, hlm. 26-33

8
2.5. Fungsi dan Tujuan Turunnya Al-Qur’an
Menurut pendapat yang paling kuat,seperti yang dikemukakkan oleh subhi
shalih, Al-Qur’an berarti bacaan.ia merupakan kata turunan(mashdar) dari
kata qara’a(fi’il madhi) dengan arti ism al-maful ,yaitu maqru’ yang artinya
dibaca (Al-Qur’an dan terjemahnya, 1990:15).pengertian ini merujuk pada
sifat Al-Qur’an (Q.S. al-Qiyamah [75]: 17-18).dalam ayat tersebut,allah
berfirman :
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpullkannya (didadamu)
dan (membuat kamu pandai) membacanya.Apabila kami telah selesai
membacakannya,maka ikutilah bacaan itu.” (Q.S. al-Qiyamah [75]: 17-18).16
Berikut fungsi dan tujuan turunnya Al-Qur’an :
a. Sebangai hudan atau petunjuk bagi kehidupan umat.
b. Sebagai rahmat atau keberuntungan yang diberikan Allah dalam bentuk
kasih sayang.
c. Sebagai furqan yaitu pembeda antara baik dangan yang buruk, yang
halal,dengan yang haram. Yang salah dengan yang benar, yang indah
dengan yang jelek, yang dapat dilakukan dan yang terlarang umtuk
dilakukan.
d. Sebagai mau’izhah atau pengajaran yang akan mengajar dan membimbing
umat dalam kehidupan untuk mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat.
e. Sebagai busyara’ yaitu berita gembira bagi orang yang telah berbut baik
kepada Allah dan sesama manusia.
f. Sebagi tibyan atau mubinyang berati penjelasan atau menjelaskan
terhadap segala sesuai yang disampaikan Allah.
g. Sebagai mushaddiq atau pembenar terhadap kiatab yang datang
sebelumnya.
h. Sebagai nur atau cahaya yang akan menerangi kehidupan manusia dalam
menempuh jalan menuju keselamtan.
i. Sebagai tafsil yaitu memberikan penjelasan secara rinci sehingga dapat
dilaksanakan sesuai dengan dikehendaki Allah.
j. Sebagai syifau al-shudur atau obat bagi rohani yang sakit.
16
Abd Hakim Atang,2015, Metodologi Studi Islam (Bandung : Rosda) 69-70

9
k. Sebagai hakim yaitu sumber kebijaksaan.17

2.6. Penjelasan Al-Qur’an Terhadap Hukum


Dari segi penjelsanya terhadap hukum, ada beberapa cara yang
digunakan Al-Quran yaitu :
a. Secara juz’i(terperinci).maksudnya, Al-Quran menjelaskan secara
terperinci. Allah dalam al-Quran memberikan penjelasan secara
lengkap
,sehingga dapat dilaksanakan menurut apa adanya, mesikpun tidak
dijelaskan Nabi dengan sunahnya. Contohnya ayat-ayat tetangg kewarisan
yang terdapat dalam surat an-Nisa (4):4.tentang sanksi terhadap kejahata
zina dalam surat al-Nur(24):4.
b. Secara kulli (global). Maksudnya, penjelasan Al-Quran terhadap hukum
berlaku secara garis besar, sehingga masih memerlukan penjelasan dalam
pelaksanannya. Yang paling berwenang memberi pennjelasan terhadap
maksud ayat yang berbentuk garis besar itu adalah Nabi Muhammad
dengan sunnah-nya.
c. Secara Isyarah Al-Quran memberikan penjelasan terhapad apa yang secara
lahir desebutkan dalam bentuk penjelasan secara ibarat. Salah satu ayat
Al- Quran yang memberikan beberapa maksud. Firman Allah dalam surat
al- Baqrah (2):233:
“ dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu
dengan secara makruf.”(Al-Baqarah(2):233).18

2.7. Hukum yang terkandung dalam Al-Quran


2.7.1. Hukum – hukum I’tiqadiyah, yang berkaitan dengan hal-hal
yang harus dipercaya oleh setiap mukallaf, yaitu mempercayai
Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, dan hari
akhir.
2.7.2. Hukum moralitas, yang berhubungan dengan sesuatu yang harus
dijadikan perhiasan oleh setiap mukallaf, berupa hal-hal
keutamaan dan menghindarkan diri dari hal yang hina.

10
17
Amir Syarifuddin 2008,ushul fiqih Jakarta,kencana prenada media group.
18
Amir Syarifuddin 2008,ushul fiqih Jakarta,kencana prenada media group.

11
2.7.3. Hukum amaliyyah yang bersangkut paut dengan sesuatu yang timbul
dari mukallaf, baik berupa perbuatan, perkataan, perjanjian hukum,
dan pembelanjaan. Macam yang ketiga ini adalah fiqh al-Qur’an. Dan
inilah yang dimaksud dengan sampai kepadanya dengan ilmu ushul
fiqh. Hukum-hukum amaliyyah di dalam al-Qur’an terdiri dari dua
macam, yaitu;
a. Hukum-hukum ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, nadzar,
sumpah, dan ibadah-ibadah lainnya yang dimaksudkan untuk
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (habluminallah).
b. Hukum muamalat, seperti akad, pembelanjaan, hukuman, pidana,
dan lainnya yang bukan ibadah dan dimaksudkan untuk mengatur
hubungan antar sesama mukallaf, baik sebagai individu, bangsa,
atau kelompok (habluminannas).

Menurut istilah modern, hukum muamalat telah dibagi menurut sesuatu


yang berkaitan dengannya dan maksud yang dikehendakinya menjadi
beberapa macam;

a. Hukum keluarga, yaitu hukum yang berhubungan dengan keluarga,


mulai dari pembentukannya, dan ia dimaksudkan untuk mengatur
hubungan antara suami istri dan kerabat satu sama lain.
b. Hukum perdata, yaitu hukum yang bertalian dengan perhubungan
hukum antara individu-individu dan pertukaran mereka, baik berupa
jual-beli, penggadaian, jaminan, persekutuan, utang piutang, dan
memenuhi janji dengan disiplin. Hukum ini dimaksudkan untuk
mengatur hubungan harta kekayaan individu dan memelihara hak
masing-masing yang berhak.
c. Hukum pidana, yaitu hukum yang berkenaan dengan tindak criminal
yang timbul dari seorang mukallaf dan hukuman yang dijatuhkan atas
pelakunya. Hukum ini dimaksudkan untuk memelihara kehidupan
manusia, harta mereka, kehormatan mereka, dan hak-hak mereka, serta
menentukan hubungan antara pelakunya, korban tindak kriminal, dan
umat.

12
d. Hukum acara, yaitu hukum yang berkaitan dengan pengadilan,
kesaksian, dan sumpah. Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur
usaha-usaha untuk mewujudkan keadilan di antara manusia.
e. Hukum perundang-undangan, yaitu hukum yang berhubungan dengan
pengaturan pemerintahan dan pokok-pokoknya. Hukum ini
dimaksudkan untuk menentukan hubungan penguasa dan rakyat, dan
menetapkan hak-hak individu dan masyarakat.
f. Hukum tata Negara, yaitu hukum yang bersangkutan dengan hubungan
antara Negara Islam dengan negara lainnya, hubungan dengan orang-
orang non-Islam yang berada di Negara Islam. Hukum ini
dimaksudkan untuk menentukan hubungan Negara Islam dengan
Negara non-Islam, baik dalam keadaan damai maupun dalam suasana
peperangan, serta menentukan hubungan antara umat Islam dengan
non-Islam di berbagai Negara Islam.
g. Hukum ekonomi dan keuangan, yaitu hukum yang berhubungan
dengan orang miskin, baik yang meminta-minta maupun yang tidak,
berkenaan dengan harta orang kaya, dan pengaturan berbagai sumber
dan perbankan. Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur hubungan
kekayaan antara orang-orang dan orang-orang kafir, dan antar Negara
dan rakyat.
Menurut Muhammad Khuderi Bek dalam bukunya “Tarikh Tasyri’ al-
Islami”, ada tiga prinsip yang melandasi hukum dalam al-Qur’an :19
a. Tidak memberatkan (~‫ج‬ή‫التح م‬Ϊ‫)ع‬
Prinsip ini mengandung arti bahwa hukum al-Qur’an itu bersifat
memudahkan. Pelaksanaannya disesuaikan dengan tingkat kemampuan
manusia. Sehingga hukum itu tidak menjadi beban. Prinsip ini didasari
oleh banyak ayat al-Qur’an, diantaranya dalam surat al-Baqarah ayat
185:

ή …‫م العس‬Ϝ‫ ب‬Ϊ‫ي‬ή‫ا ي‬ή ϭ‫م اليس‬Ϝ‫ ه ب‬Ϊ‫ي‬ή‫ ي‬.…

19
Drs. Sapiudin Shidiq, M.A, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana Predana Media Group, cet. ke-1 2011)
49-52

13
Artinya: “… Allah menghendaki kemudahan darimu dan tidak
menghendaki kesulitan…”.

Contoh prinsip yang pertama ini antara lain hukum kebolehan berbuka
puasa bagi orang yang sedang dalam perjalanan, dan hukum boleh
melaksanakan shalat sesuai kemampuan.

b. Menyedikitkan beban
Prinsip ini mengandung arti bahwa dalam melakukan perintah
Allah swt. itu harus memperhatikan objek yang diperintahkan dengan
tidak melakukan penambahan dan pengurangan, seperti dalam firman
Allah dalam surat al-Maidah ayat 102:
Artinya: “janganlah kamu bertanya tentang sesuatu yang jika dia
diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu.”
Contoh dari prinsip kedua ini adalah kewajiban haji hanya satu kali
seumur hidup bagi yang mampu.
c. Berangsur-angsur
Salah satu keutamaan hukum Islam adalah cara penetapannya yang
tidak sekaligus, tetapi secara berangsur-angsur dan bertahap, sehingga
tidak memberatkan dan lebih memberikan kelonggaran. Karena al-
Qur’an sangat memperhatikan proses perubahan sosial budaya yang
berkembang di masyarakat. Contohnya dalam tahapan pengharaman
khamr.

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Al-Qur’an secara terminologi adalah mashdar yang bermakna qiro’ah (bacaan
dan apa yang ditulis di dalamnya). Sedangkan makna al-Qur’an secara
etimologi berarti kalam Allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad
saw. dalam bahasa Arab yang dinukilkan kepada kita dengan jalan yang
mutawattir, jika membacanya dihukumi ibadah, dan diawali dengan Surat Al-
Fatihah dan diakhiri Surat an-Naas.
3.2. Bukti kehujjahan Al-Qur’an adalah, al-Qur’an diturunkan dari Allah swt.,
disampaikan kepada manusia dengan jalan yang pasti dan tidak terdapat
keraguan tentang kebenarannya tanpa ada campur tangan manusia dalam
penyusunannya. Hal ini mengandung arti bahwa al-Qur’an merupakan
mukjizat yang membuat manusia tidak mampu untuk mendatangkan yang
semisalnya.
3.3. al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6.326 ayat, dan 324.345 huruf.
Kandungan isi dalam al-Qur’an yang utama yaitu;
a. Tauhid, adalah tentang kepercayaan yang benar, yaitu pentauhidan
terhadap keesaan Allah swt.
b. Ibadat, berisi amalan-amalan yang memperkokoh keimanan seseorang.
c. Janji dan ancaman, yaitu janji dengan pahala/balasan terhadap amalan
yang baik yang dilakukan oleh seorang mukallaf, dan ancaman yang
berupa peringatan bagi seseorang yang berbuat maksiat, berupa balasan
dengan siksa/adzab.
d. Riwayat, yaitu kisah-kisah umat terdahulu yang berisi hikmah.
e. Akhlaq, adalah perilaku yang harus dijadikan perhiasan oleh seorang
mukallaf.
f. Muamalah, hukum-hukum yang termasuk di dalamnya hukum perdata,
pidana, dan sebagainya.
3.4. Hukum-hukum dalam al-Qur’an di antaranya;
a. Hukum-hukum I’tiqadiyyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan
keimanan seseorang.

15
b. Akhlaq dan moral, yaitu sesuatu yang harus dijadikan perhiasan mukallaf
dan menghindari hal-hal yang hina.
c. Hukum-hukum amaliyyah, yaitu hukum-hukum yang bersangkutan dengan
sesuatu yang timbul dari mukallaf (fiqh al-Qur’an)
Tiga prinsip yang melandasi hukum al-Qur’an;
a. Tidak memberatkan: hukum-hukum dalam al-Qur’an bersifat
memudahkan, pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan seseorang.
b. Menyedikitkan beban: dalam al-Qur’an, hukum-hukumnya memperhatikan
objek dan tidak melakukan penambahan dan pengurangan.
c. Berangsur-angsur: cara penetapan hukum-hukum dalam Islam tidak
sekaligus, tapi berangsur-angsur dan bertahap.

16
DAFTAR PUSTAKA

Atang ABD.Hakim,2015, Metodologi Studi Islam, Bandung ,Rosda 69-70.


Departemen Agama RI.2002. Qur’an Hadits Kelas 1. Jakarta: Departemen Agama
RI
Drs. Jumantoro Totok, M.A., Drs. Samsul Munir Amin, M.Ag., Kamus Ilmu
Ushul Fikih, Penerbit Amzah, Jakarta 2009.
Drs. Shidiq Sapiudin, M.A., Ushul Fiqh, Kencana Predana Media Group, Jakarta
2011.
Drs. Umar Muin, Dkk., Ushul Fiqh I, Departemen Agama RI, Jakarta 1986.
Ni’am Sholeh, H.M. Asrorun.2006. Al-Qur’an Hadis X. Sidogiri: Pena Nusantara.
Prof. Wahhab Khallaf Abdul (terj. Drs. H. Moh. Zuhri, Dipl. TAFL, dkk), Ilmu
Ushul Fiqh, Dina Utama, Semarang 1994.
Qosim, M. Rizal. 2013. Pengamalan Fiqih 3. Solo: Aqila.
Rochim, Abd, Drs. 2006.Fiqih 3. Semarang: PT. Aneka
Ilmu.
Suparta, H. Mundzier, Dr. 2008. Pendidikan Agama Islam Fikih Kelas XII.
Jakarta: PT. Toha Putra.
Syarifuddin Amir 2008,ushul fiqih Jakarta,kencana prenada media group.

17

Anda mungkin juga menyukai