b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dalam
kegiatan inti dilakukan pembahasan terhadap tema dan subtema melalui
berbagai kegiatan belajar dengan menggunakan multi metode dan media
sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Pada waktu
penyajian dan pembahasan tema, guru dalam penyajiannya sehendaknya lebih
berperan sebagai fasilitator (Alwasilah:1988). Selain itu guru harus pula mampu
berperan sebagai model pembelajar yang baik bagi siswa. Artinya guru secara
aktif dalam kegiatan belajar berkolaborasi dan berdiskusi dengan siswa dalam
mempelajari tema atau sub tema yang sedang dipelajari. Peran inilah yang
disebutkan oleh Nasution (2004: 4) sebagai suatu aktivitas mengorganisasi dan
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian pada langkah kegiatan inti
guru menggunakan strategi pembelajaran dengan upaya menciptakan
lingkungan belajar sedemikian rupa agar murid aktif mempelajari permasalahan
berkenaan dengan tema atau subtema. Pembelajaran dalam hal ini dilakukan
melalui berbagai kegiatan agar siswa mengalami, mengerjakan, memahami atau
disebut dengan belajar melalui proses (Wijaya, dkk: 1988) Untuk itu maka
selama proses pembelajaran siswa mengamati obyek nyata berupa benda nyata
atau lingkungan sekitar, melaporkan hasil pengamatan, melakukan permainan,
berdialog, bercerita, mengarang, membaca sumber-sumber bacaan, bertanya
dan menjawab pertanyaan, serta bermain peran. Selama proses pembelajaran
hendaknya guru selalu 42 memberikan umpan agar anak berusaha mencari
jawaban dari permasalahan yang dipelajari. Umpan dapat diberikan guru melalui
pertanyaan-pertanyaan menantang yang membangkitkan anak untuk berfikir dan
mencari solusi melalui kegiatan belajar.
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru
untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan
pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta
keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Cara yang dapat
dilakukan guru dalam menutup pembelajaran adalah meninjau kembali dan
mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran. Dalam kegiatan meninjau
kembali dapat dilakukan dengan merangkum inti pelajaran atau membuat
ringkasan. Sedangkan dalam kegiatan evaluasi, guru dapat menggunakan
bentuk-bentuk mendemontrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide-ide baru
pada situasi lain, mengekspresikan pendapat murid sendiri atau mengerjakan
soal-soal tertulis (Hadisubroto dan Herawati; 1998 517). Berkaitan dengan
evaluasi Vogt (2001:7) menyebutkan bahwa assessment dapat dilaksanakan
secara kolaboratif dan sportif antara siswa dan guru. Assessment dapat
dilakukan secara formal maupun informal. Formal assessment dapat berupa tes
khusus seperti membaca, menulis dan penggunaan bahasa, sedangkan informal
assessment berkaitan dengan kemajuan siswa yang dapat dilakukan melalui
catatan anekdot, observasi, diskusi kelompok, refleksi dan laporan kelompok
belajar. Self assessment bagi siswa akan membantu untuk dapat mengukur
kemajuan diri. Mereka juga dapat mengetahui apa yang telah mereka pelajari.
Caranya dapat menggunakan checklist, refleksi tertulis, journal.
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai
berikut:
• Pembelajaran terpusat pada anak Pembelajaran terpadu dikatakan sebagai
pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran
terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan
pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu
pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
• Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan Pembelajaran
terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang
membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga
akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil
nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan
konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibat- kan kegiatan belajar
menjadi lebih bermakna. Hal ini diharapkan dapat berakibat pada kemampuan
siswa untuk dapat menerapkan perolehan belajar pada pemecahan masalah-
masalah yang nyata dalam kehidupan.
• Belajar melalui proses pengalaman langsung Pada pembelajaran terpadu
diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan
prinsip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan
kegiatan secara langsung, sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya
secara langsung dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan
sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator
yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai, sedangkan siswa sebagai
aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
• Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata Pada pembelajaran
terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry (penemuan terbimbing)
yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses 44 pembelajaran, yaitu mulai
dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran
terpadu dilaksanakan dengan melihat keinginan, minat, dan kemampuan siswa
sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus-menerus.
Syarat dengan muatan keterkaitan Pembelajaran terpadu memusatkan
perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa
mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak, sehingga
memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala
sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam
menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, seperti menurut
Karli (2003: 53) mengungkapkan bahwa:
a. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas.
b. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses
pembelajaran
c. Bersifat luwes
d. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak
e. Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran terpadu di amati dan di kaji dari beberapa mata pelajaran
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
f. Outentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi
outentik.
g. Aktif, artinya siswa perlu terlibat langsung dalam proses pembelajaran mulai
dari perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi.
Kelebihan Model Integrated, yaitu:
1. Adanya kemungkinan pemahaman antar bidang studi, karena dengan
memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide-ide
penemuan lain, satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi, sehingga siswa,
pembelajaran menjadi semakin diperkaya dan berkembang.
2. Model integrasi membangun pemahaman di seluruh mata pelajaran sehingga
menambah pengetahuan.
3. Memberi kemudahan kepada siswa dalam mempelajari materi yang berkaitan
karena fokus terhadap isi pelajaran.
4. Satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi, sehingga siswa menjadi kaya
akan pengetahuan dari apa yang telah diajarkan guru melalui model integrated.
5. Memotivasi siswa dalam belajar.
Kekurangan Model Integrated, yaitu:
1. Terletak pada guru, yaitu guru harus menguasai konsep, sikap, dan keterampilan
yang diperioritaskan.
2. Penerapannya, yaitu sulitnya menerapkan tipe ini secara penuh.
3. Tipe ini memerlukan tim antar bidang studi, baik dalam perencanaannya maupun
pelaksanaannya.
4. Pengintegrasian kurikulurn dengan konsep-konsep dari masing-masing bidang
studi menuntut adanya sumber belajar yang beraneka ragam.
MODEL PEMBELAJARAN CONTRUCTIVE LEARNING
OLEH
Indah Angraeni Bahtiar, S.E.,M.Si
OLEH
Syahrir, S.Pd.,M.M
Tanggal 25 September 2020
Secara bahasa Reading Guide terdiri dari 2 kata yaitu reading dan guide.
Reading mempunyai arti membaca atau melihat catatan (Soleh 2012:20), sementara
menurut Mulyono membaca adalah “pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang
merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca
untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang dimiliki”
(Abdurrahman, 2003:200).
Membaca atau reading adalah suatu proses menalar (reading is reasoning).
Aktivitas membaca dilakukan untuk mendapatkan dan memproses informasi hingga
mengendap menjadi sebuah pengetahuan. Pengetahuan itu kemudian menjadi suatu
dasar untuk dinamisasi kehidupan, memperlihatkan eksistensinya, berjuang
mempertahankan hidup dan mengembangkan dalam bentuk sains dan teknologi
sebagai kebutuhan hidup manusia (Ahmad 2010:14). Sedangkan guide sebagai
penuntun/pedoman (Soleh 2012:20). Jadi reading guide adalah membaca terbimbing.
Sementara secara istilah metode reading guide adalah bentuk metode
pembelajaran yang mengarah pada penyampaian materi secara optimal karena
banyaknya materi yang harus diselesaikan dengan lebih banyak melibatkan kegiatan
membaca siswa melalui bimbingan berbentuk kisi-kisi (Hisyam, 2008:8).
Metode Reading Guide dilaksanakan dengan cara guru memilih materi yang
akan dipelajari pada hari itu. Lalu guru membuat daftar pertanyaan sebanyak
mungkin berdasarkan materi yang akan dipelajari (Ismail, 2008:82).
Berdasarkan penjelasan di atas dapatlah dipahami bahwa yang dimaksud
dengan metode reading guide adalah metode pembelajaran membaca dengan alat
bantu atau alat pembimbing, sehingga nantinya dengan alat pembimbing tersebut
siswa dapat menguasai materi bacaan dengan cepat.
Tujuan metode reading guide
Menurut Munir (2009:24), tujuan metode reading guide adalah membantu
peserta didik focus dalam memahami suatu materi pokok.
Dengan demikian metode Reading Guide ini lebih mengedepankan aktivitas
siswa dalam mencari, mengolah dan melaporkan informasi dari sumber belajar.
Proses pembelajaran dalam susana menyenangkan. Dan yang paling utama adalah
para siwa bisa lebih fokus pada materi pokok karena mereka secara langsung
dibimbing dengan daftar pertanyaan yang telah diberikan oleh guru, sehingga proses
pembelajaran jelas akan lebih efektif dan efesien.
Langkah-langkah penerapan metode reading guide
Menurut Zaini (2007:8) langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode reading guide adalah sebagai berikut :
1. Tentukan bacaan yang akan dipelajari
2. Buat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh peserta
3. didik atau kisi-kisi dan boleh juga bagan atau skema yang dapat diisi oleh mereka
dari bahan bacaan yang telah dipilih tadi.
4. Bagikan bahan bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisinya
5. kepada peserta didik.
6. Tugas peserta didik adalah mempelajari bahan bacaan dengan menggunakan
pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Batasi aktifitas ini sehingga tidak akan
memakan waktu yang berlebihan.
7. Bahas pertanyaan atau kisi-kisi tersebut dengan menanyakan
8. jawabannya kepada peserta didik.
9. Di akhir pelajaran beri ulasan secukupnya.
Langkah-langkah di atas harus dikerjakan dengan cara berurutan, sebab jika
tidak dijalakan dengan berurutan metode reading guide tidak akan berjalan dengan
baik.
Kelebihan metode reading guide
Setiap metode pembelajaran tentu mempunyai kelebihan-kelebihannya sendiri,
begitupun dengan metode reading guide. Menurut Zulaikho (2010:27) kelebihan
metode reading guide adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik lebih berperan aktif dalam menjawab dan
2. berani mengajukan pertanyaan pada guru.
3. Materi dapat lebih cepat diselesaikan dalam kelas.
4. Memotivasi peserta didik untuk senang membaca.
5. Membangkitkan minat baca peserta didik
MATERI DISKUSI BULANAN HMPS
MODEL CATTSHORT PADA PEMBELAJARAN MAHASISWA EKONOMI
SYARIAH
OLEH
Dr. M. Rafid, S.E.,M.M
Tanggal 27 Oktober 2020
2. Pengertian Belajar
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, secara entimologis belajar memiliki
arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian
bahwa belajar merupakan kegiatan dalam mencapai kepandaian (pengetahuan) dan
ilmu yang belum dimiliki sebelumnya sehingga yang tidak tahu menjadi tahu. Menurut
Thobroni (2015:15) belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara
terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup, manusia tidak
mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia lainnya.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang
selalu dialami oleh setiap individu sehingga menjadikan pengetahuan baru dari yang
tidak tahu menjadi tahu dan yang tidak bisa menjadi bisa.
3. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Gunawan, 2013:153 (dalam Selvia, 2015:173-174)
adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh suatu
mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai yang
diberikan oleh guru”. Menurut pendapat Sudjana (2013:34) “hasil belajar sebagai
objek penilaian dapat dibedakan ke dalam kategori, antara lain keterampilan dan
kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita, kategori yang banyak
digunakan dibagi menjadi tiga ranah yakni (a) kognitif (b) afektif (c) psikomotoris”.
Menurut Bloom (dalam Suprijono 2012:7-8)
hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),
application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan
hubungan), synthensis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif
adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),
valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).
Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.
Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial,
manajerial, dan intelektual.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
pencapaian prestasi belajar yang didapat siswa setelah melakukkan kegiatan belajar
mencakup ranah 3 ranah kemampuan yaitu penilaian kognitif, afektif serta
psikomotorik.
4. Pembelajaran Tematik
a. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang diterapkan pada
kurikulum 2013 berbasis saintifik. Menurut Trianto (2011:147) pembelajaran tematik
adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, dimana dalam
suatu tema terdapat beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan satu sama lain.
Menurut pendapat Sujati dkk, (2015:3) “pembelajaran tematik lebih menekankan pada
keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran,
sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman masuk dan terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Jadi dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang
menggabungkan beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan dan diikat dengan
suatu tema tertentu. Setiap mata pelajaran dalam pembelajaran tematik masih
mempunyai hubungan yang saling berkaitan terhadap materi yang disampaikan
sehingga pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman bermakna pada
siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik siswa mendapatkan
pengalaman secara langsung dan menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajari.
b.Karakteristik Pembelajaran Tematik
Terdapat beberapa karakteristik dari pembelajaran tematik menurut
Hernawan, 2011 (dalam Yuniasih dkk, 2014:149) yaitu:
1) Berpusat pada siswa (student centered), peran guru lebih
banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan- kemudahan
kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2) Dapat memberikan
pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences), siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Pemisahan antar mata
pelajaran menjadi tidak begitu jelas, fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan
kehidupan siswa. 4) Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, siswa dapat memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. 5) Bersifat luwes (fleksibel), sebab
guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan
mata pelajaran yang lainnya. 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang
sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, siswa diberi kesempatan
untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
c. Tahapan Pembelajaran Tematik
Menurut pendapat Indriani (2015:45) adapun pembelajaran Tematik Kurikulum
2013 dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan perencanaan,
penerapan, dan evaluasi/refleksi. Tahap-tahap ini secara singkat dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Perencanaan
Adapun langkah-langkah dala tahap perencanaan antara lain: 1)
Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap
mata pelajaran, 2) Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-
kompetensi untuk setiap
kelas dan semester, 3) Buatlah ”matriks hubungan kompetensi dasar
dengan tema”, 4) Buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Pemetaan ini
dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jareingan topik, 5) Susunlah
silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan matriks/jaringan topik
Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013.
2) Penerapan Pembelajaran Tematik
Pada tahap ini guru melaksanakan perencana pembelajaran yang telah
disusun sebelumnya. Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 ini akan
dilaksanakan di ruang kelas dan peserta didik dituntut lebih aktif.
Sedangkan guru disini hanya sebagai fasilitator, sehinggga pembelajaran
dengan menggunakan Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 akan lebih
menyenangkan.
3) Evaluasi Pembelajaran Tematik
Evaluasi Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 difokuskan pada
evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat
keterlibatan, minat dan semangat peserta didik dalam proses
pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan pada tingkat
pemahaman dan penyikapan peserta didik terhadap substansi materi dan
manfaatnya bagi kehidupan peserta didik sehari-hari. Disamping itu
evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya peserta didik selama kegiatan
pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu paparan/pameran karya
peserta didik.
5. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Shoimin (2014) beberapa tipe model pembelajaran kooperatif dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Talking Stick
Pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang
tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik mempelajari
materi pokoknya, pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan bagi
peserta didik SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara,
pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan
membuat pesrta didik aktif.
b. Teams Games Tournament (TGT)
Pembelajaran model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement.
c. Think Pairs Share (TPS)
Think pairs share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang
memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama
lain. Model ini memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu” yang
menjadi faktor kuat dalm meningkatkan kemampuan siswa dalam merespons
pertanyaan. Pembelajaran kooperatif model Think Pairs Share ini relatif lebih
sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk
ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani
berpendapat dan menghargai pendapat teman.
d. Inside Outside Circle (IOC)
Inside outside circle adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil
dan lingkaran besar yang diawali dengan pembentukan kelompok besar dalam kelas
yang terdiri dari kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar. Anggota
kelompok lingkaran luar berdiri menghadap kedalam. Antara anggota lingkaran dalam
dan luar saling berpasangan dan berhadap-hadapan, di mana siswa saling membagi
informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat
dan teratur. Kemudian, siswa berada di lingkaran kecil diam ditempat, sementara
siswa yang berada dilingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum
jam sehingga masing-masing siswa mendapat pasangan baru. Adapun informasi yang
saling dibagikan merupakan isi materi yang mengarah pada tujuan pembelajaran.
e. Make A Match (Mencari Pasangan)
Karakteristik model pembelajaran Make A Match adalah memiliki hubungan
yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar bermain, pelaksanaan model make
a match harus didukung dengan keaktifan siswa untuk bergerak mencari pasangan
dengan kartu yang sesuai dengan jawaban atau pertanyaan dalam kartu tersebut.
f. Picture and Picture
Picture and picture adalah suatu model belajar menggunakan gambar dan
dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini
mengandalkan gambar yang menjadi faktor utama dalam proses pembalajaran. Maka
dari itu, sebelumnya guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan, baik
dalam bentuk artu atau carta dlam ukuran besar.
Berdasarkan pendapat tersebut terdapat beberapa macam tipe model
pembelajaran kooperatif namun masih banyak tipe model pembelajaran kooperatif
lainnya yang dapat diterapkan untuk proses pembelajaraan. Penerapan tipe model
pembelajaran tergantung karakteristik mata pelajaran ataupun materi yang akan
diberikan kepada siswa semua tergantung situasi serta kondisinya.
I. PENDAHULUAN
Institut Agama Islam Al-Amanah Jeneponto merupakan salah satu Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam Al-Amanah yang memiliki misi melakukan pembinaan dan pengembangan
sumber daya manusia yang beriman dan bertakwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Misi ini mengharuskan para dosen untuk dapat menyesuaikan model pembelajaran yang
efektif dan solutif, social distancing, dan pembelajaran e-learning seharusnya menjadi faktor
yang menyadarkan kaum akademisi bahwa penggunaan internet pada era kebiasaan baru tidak
hanya sekedar mencari informasi, tetapi juga sebagai media publikasi dan komunikasi dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pribadi bahkan instansi.
Penggunaan media e-learning pada era 4.O saat ini menjadi solusi dari setiap faktor-
faktor penghambat yang sering ditemukan pada metode pembelajaran yang bersifat offline
(tatap muka langsung). Salah satu media e-learning yang saat ini sedang populer dan dipandang
tepat untuk mengatasi hambatan-hambatan pembelajaran offline adalah penggunaan aplikasi
Zoom Cloud Meetings.
Aplikasi Zoom Cloud Meetings merupakan sebuah aplikasi untuk melakukan Meeting,
Video Webinar, Zoom Rooms, dan lainnya yang dapat dilakukan di tempat yang berbeda-beda.
Aplikasi ini sangat berguna untuk melakukan pertemuaan dari jarak jauh tanpa harus bertatap
muka secara langsung.
Zoom Cloud Meetings berbeda dengan media e-learning lainnya, seperti google class
room dan padlet. Aplikasi ini tidak saja memberikan akses dalam bentuk pengiriman pesan,
chatting, foto, dokumen, bahkan mampu melakukan panggilan video dalam sebuah grup yang
beranggotakan sampai ratusan orang.
Fasilitas online aplikasi ini dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga. Dalam hal kajian
ekonomi Syariah misalnya, para sivitas akademika tidak lagi diharuskan mengundang para
narasumbernya secara offline dengan persiapan dana operasional yang tidak sedikit, seperti
biaya hotel, tiket pesawat, makan, dan hiburan.
Sivitas akademika tidak perlu lagi memaksakan diri untuk tetap bertatap muka secara
langsung. Mereka tetap bisa melakukan aktivitas belajar mengajar, rapat atau mengadakan
pertemuan melalui aplikasi Zoom Cloud Meetings dengan tepat waktu tanpa harus menunda-
nundanya sampai waktu yang tidak dapat ditentukan.
Ketika aktivitas belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik melalui aplikasi ini,
maka secara bertahap materi pembahasan tentang Ekonomi Syariah dapat diselesaikan dengan
baik pula sehingga mahasiswa siap berpraktik menyelesaikan isu-isu kontemporer di
Kabupaten Jeneponto secara khusus dan di Indonesia secara umum.
Dari hasil latar belakang masalah di atas maka fokus penelitian ini akan membahas
tentang bagaimana cara mengoptimalkan penggunaan aplikasi Zoom Cloud Meetings sebagai
solusi pembelajaran di Era Kebiasaan Baru, khususnya pembelajaran mata kuliah Ekonomi
Syariah di Program Studi Ekonomi Syariah, IAI Al-Amanah Jeneponto.
1. Zoom Cloud Meetings
Keberadaan internet saat ini merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat dihindari
lagi seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin modern. Teknologi
informasi (internet) merupakan bagian penting dalam perkembangan dunia pendidikan.
Penggunaan aplikasi Zoom Cloud Meetings merupakan salah satu bentuk identitas diri yang
baru di era global ini.
Khusus bagi dosen sebagai figur pendidik diharapkan mampu memaksimalkan fungsi
internet untuk memenuhi kewajibannya dalam melaksanakan tri dharma Perguruan Tinggi.
Penggunaan aplikasi Zoom Cloud Meetings merupakan bagian penting dari proses
pembelajaran jarak jauh saat ini, khususnya di IAI Al-Amanah Jeneponto.
Aplikasi Zoom Cloud Meetings dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dapat
dimanfaatkan oleh seluruh mahasiswa untuk menunjang pembelajaran. Selain fasilitas materi
ajar dan buku, fasilitas video dan audio juga menjadi bagian menarik dalam pembelajaran
online atau E-Learning.
Keberadaan aplikasi Zoom Cloud Meetings ini merupakan bentuk pelayanan
pembelajaran yang memberikan mahasiswa berbagai macam alternatif media belajar. Dengan
kata lain, aplikasi Zoom menyediakan pembelajaran yang mengintegrasikan kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi untuk kebutuhan belajar.
Terkait pemanfaatan inovasi (perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi), Rogers
dalam teori difusi inovasi mengemukakan tiga jenis keputusan inovasi, yaitu:
a. Optional Innovation-Decision, yaitu keputusan yang dibuat oleh seseorang yang tidak
berada di dalam suatu sistem sosial;
b. Collective Innovation-Decision, yaitu keputusan yang dibuat secara kolektif (bersama-
sama) oleh semua individu yang berada dalam suatu sistem sosial;
c. Authority Innovation-Decision, yaitu keputusan yang dibuat khusus untuk suatu sistem
sosial oleh beberapa individu yang menempati posisi penting atau memiliki kekuasaan
(Rogers, 2003:28).
Keputusan untuk penerapan inovasi dalam pembelajaran di IAI Al-Amanah Jeneponto,
setelah ditelusuri secara mendalam, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan ini adalah tipe
Authority Innovation-Decision. Menurut Rogers, Authority Innovation-Decision terjadi ketika
keputusan adopsi inovasi dibuat oleh segelintir orang yang menempati posisi kekuasaan dalam
sebuah organisasi.
Keputusan adaptasi inovasi di IAI Al-Amanah Jeneponto merupakan ketentuan yang
telah dibuat oleh Rektor IAI Al-Amanah Jeneponto yang secara hirarki menempati posisi dan
memiliki kewenangan dalam struktur organisasi di IAI Al-Amanah Jeneponto. Keputusan
tersebut kemudian digunakan dalam suatu sistem pembelajaran di IAI Al-Amanah Jeneponto
yang telah disusun secara sistematis. Sehingga, pemanfaatan teknologi melalui personal
website dapat betul-betul menunjang proses pembelajaran.
Smaldino dan rekan-rekannya mengemukakan bahwa teknologi memiliki banyak
aplikasi yang dapat diterapkan ke dalam semua area kurikulum. Dengan penerapan teknologi,
para mahasiswa tidak lagi dibatasi dengan ruang kelas mereka. Melalui aplikasi Zoom dan
jaringan komputer yang ada di kampus, seperti internet, dunia seperti berada dalam kelas para
mahasiswa (Smaldino dkk., 2004:432).
Di IAI Al-Amanah Jeneponto dapat dilihat dengan jelas bahwa para mahasiswa telah
memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mereka. Melalui komputer berjaringan internet,
proses pembelajaran Ekonomi Syariah dapat berlangsung lebih menarik, karena dengan
bantuan aplikasi Zoom sebagai media belajar, para mahasiswa dapat melakukan aktivitas
belajar mengajar dengan informasi yang lebih luas dan mudah dari berbagai sumber untuk
kebutuhan dan kepuasan belajar mereka di IAI Al-Amanah Jeneponto.
Akses aplikasi Zoom melalui komputer atau laptop berjaringan internet merupakan
desain tindakan instrumental dari bentuk kemajuan Teknologi Infomasi dan Komunikasi
sebagai media pendidikan. Menurut Rogers, pemanfaatan teknologi sebagai media pendidikan
dapat menjadi sebuah desain instrumental yang lebih menarik dan dapat mengurangi
ketidakspastian (uncertainty) karena para mahasiswa bisa memperoleh pesan dan informasi
dengan mudah, lebih banyak dan dalam jangkauan yang lebih luas (Perrin dan Mayhew,
2000:1-7).
Pembelajaran mata kuliah ekonomi Syariah melalui aplikasi Zoom memungkinkan dosen
mempraktikkan penjelasan teori yang telah dipaparkan. Sebagai contoh dalam pembahasan
salat, dosen melalui aplikasi Zoom dapat secara langsung melakukan praktik gerakan salah di
depat para mahasiswa yang hadir kuliah saat itu. Hampir tidak ada perbedaan antara penjelasan
praktik salat pada aplikasi Zoom dengan praktik pelaksanaan salat secara offline, aktivitas
belajar mengajar berjalan dengan baik seperti sedia kala.
Penggunaan aplikasi Zoom memungkinkan dosen menjawab ataupun mengurangi
ketidakspastian (uncertainty) mahasiswa atas apa yang ingin mereka ketahui dalam proses
belajar mata kuliah Ekonomi Syariah. Pembelajaran ekonomi Syariah di IAI Al-Amanah
Jeneponto melalui aplikasi Zoom telah tersusun dalam pola yang sistematis.
Para mahasiswa dapat secara langsung berada dalam rangakaian proses mencari,
memperhatikan, mendapatkan, memahami, dan menggunakan informasi. Mereka dapat
mengasimilasikan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru didapatkan. Proses
ini akan membuat pengetahuan dan pemahaman mahasiswa semakin berkembang.
2. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu yang akan menjadi pandangan, referensi,
serta bahan perbandingan dengan penelitian yang saat ini dilakukan, di antaranya adalah:
penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan Sabar tahun 2011 menggunakan metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran dan
fungsi multimedia center dan nilai tambah yang diperoleh siswa dari penggunaan e-learning
melalui multimedia center di Briton International English school Makassar.
II.
III. METODE PENGABDIAN
Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
memfokuskan pembahasan pada nilai tambah atau manfaat yang diperoleh mahasiswa dari
penggunaan aplikasi Zoom untuk menunjang proses pembelajaran Ekonomi Syariah di IAI
Al-Amanah Jeneponto.
Teknik pengumpulan data adalah In-depth Interview, studi pustaka, dokumentasi, dan
observasi. Informan dalam penelitian ini sebanyak 8 orang yang terdiri dari mahasiswa pada
Program Studi Ekonomi Syariah, Dosen, Biro, dan Kepala Teknolgi Informasi dan Pangkalan
Data di IAI Al-Amanah Jeneponto.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif Miles dan
Huberman, yaitu analisis data yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan; reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.
V. SIMPULAN
Era kebiasan baru mendorong dosen untuk segera berinovasi, dan responsif dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dosen harus menjadi motor inovasi disruptif.
mengubah pola pikir, cara kerja kampus dan mahasiswanya, produktivitas, disiplin, inovasi,
progresif, terbuka terhadap perubahan, dan agresif dalam melakukan terobosan. Salah satu
caranya ialah dengan menciptakan metode pembelajaran yang fleksibel dan kontekstual.
Untuk dapat mewujudkan sistem pembelajaran yang mendukung perkembangan era
revolusi 4.0 ini, maka Perguruan tinggi dan dosen harus mampu memberikan solusi
pembelajaran khususnya dalam menerapkan proses pembelajaran berbasis website agar
mahasiswa memiliki pengalaman belajar dengan memanfaatkan sumber dan media
pembelajaran yang berbasis pada teknologi inforrmasi dan komunikasi. Dengan demikian,
mahasiwa akan mampu menghadapi perubahan di era kebiasaan baru ini.
Penggunaan aplikasi Zoom Cloud Meetings sebagai media pembelajaran sangat
berguna untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Mahasiswa diharapkan dapat lebih
memahami materi dengan baik karena materi yang disampaikan lengkap dan bersambung.
Motivasi ini diharapkan secara perlahan-lahan berubah menjadi habit atau kebiasaan sekaligus
menciptakan rasa percaya diri untuk tampil berbicara tentang ekonomi syariah di depan
khalayak ramai.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander. 2006. Use of Web 2.0 Technologies for Library and Information Science
Education.
Educ. Rev., No. March/April:33–44,.
Bradburn and Zimbler. 2002. Distance education instruction by postsecondary faculty and
staff: Fall 1998. Natl. Cent. Educ. Stat., no. February:139.
Desharnais and Limson. 2007. Designing and implementing virtual courseware to
promote inquiry-based learning. J. Online Learn. Teach., Vol. III, No.1:30–39.
Fazelian. 2011. Future of instructional technology,” Procedia - Soc. Behav. Sci., vol.
30:2052– 2056.
Kalantzir. 2011. Bruner’s Theory of Instruction. New Learning; Transformational Design
for Pedagogy and Assessment.
Kitchenham and S. Charters. 2007. Guidelines for performing Systematic Literature
reviews in Software Engineering Version 2.3. Engineering, Vol. 45, No. 4:1051.
Perrin and Mayhew. 2000. The Reality of Designing and Implementing an Internet-based
Course. Online J. Distance Learn. Adm., Vol. III, No 4:1–7.
Rogers. 2003. Diffusion of Innovations, Fifth. New York: Free Press.
Sahu. 2008. An evaluation of selected pedagogical attributes of online discussion
boards.
ASCILITE 2008 - Australas. Soc. Comput. Learn. Tert. Educ., pp. 861–865.
Sheely. 2006. Persistent technologies: Why can’t we stop lecturing online? ASCILITE
2006 -Australas. Soc. Comput. Learn. Tert. Educ., Vol. 2:769–774.
Smaldino, J. D. Russell, R. Heinich, and M. Molenda. 2004. Instructional Technology
and Media for Learning 8th Edition. Pearson: Merril Prentice Hall.
Towhidi. 2010. Distance Education Technologies and Media Utilization in Higher
Education.
Int. J. Instr. Technol. Distance Learn., pp. 23-25.
PRODUK EKONOMI KONVENSIONAL VERSUS PRODUK EKONOMI SYARIAH
Dr. M. RAFID, SE.,MM
PENDAHULUAN
Namun pada tahun 1940-1970-an muncullahIndonesia mempunyai peluang besar untuk
barang- barang elektronik seperti telepon selurar, meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
dengan televisi, dan TV kabel. Kemudian teknologi melalui pengembangan ekonomi kreatif.
Memasuki komunikasi dari media elektronik yang awalnya masihera baru, dunia industri mengalami
perubahan yang memakai system analog, namun pada saat ini jugadisebut dengan Revolusi
Industri 4.0. Istilah revolusi hadirnya produk media seperti, internet, e-book, e- industri 4.0
merupakan transformasi komprehensif library, koran digital, e-shop dan lain sebagainya. yang
menyelimuti semua aspek produksi dari industry. Periode waktu ini sering disebut sebagai revolusi
melalui peleburan pada teknologi digital dan internet. digital (Puji, 2019). Revolusi digital dimulai
padaPenerapan dalam tahap konsep ini berfokus pada awal 1990-an, dan terus berkembang
sejak saat itu. otomatisasi proses aplikasi. Dengan mengingat prinsip sistem digital tersebut,
teknologi informasi, yang mengarah kepada maka era digital merupakan era dimana media
sedikitnya keterlibatan tenaga kerja manusia. komunikasi mengalir dengan cepat, jelas dan akurat.
Perkembangan teknologi digital menjadi trenbesar masyarakat di era ini menggunakan sistem
dimana komputer, laptop, jam digital, telepon seluler, digital untuk memenuhi kehidupan sehari-
hari. internet, dan jejaring sosial menjadi lebih lazim. Era Menurut Communication Technology
Timeline digital saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan menjelaskan bahwa penggunaan
media elektronik masyarakat sehari-hari, karena kepraktisannya, mulai menyebar pada tahun
1880-an, dengan contoh kenyamanannya, dan kemudahnnya membuat semua pertama adalah alat
komunikasi telepon dan radio. orang ingin melakukannya khususnya kaum muda yang pada
dasarnya akan mengubah pola kehidupan nantinya.
Seiring dengan adanya pergeseran pada pertumbuhan industri yang bergerak ke arah
digitalisasi, berbagai macam aktivitas mulai beralih mengikuti perkembangan yang terjadi, salah satu
contohnya adalah pergeseran perbankan syariah di eraindustri 4.0. Undang-Undang No.7 tahun 1992
yang direvisi Undang-Undang Perbankan No. 10
Tahun1998 mendefinisikan bahwa bank syariah merupakan lembaga keuangan yang beroperasi
atas dasar bagi hasil. Dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 mengenai perbankan syariah
dijelaskan bahwa yang menyangkut bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta proses dalam melakukan kegiatan usahanya menggunakan panduan yang
berdasarkan prinsip syariah. Menurut jenisnya bank syariah terdiri dari Bank Umum Syariah(BUS),
Unit Usaha Syariah (UUS) serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan untuk
pengaplikasiannya maupun prakteknya berbeda dengan bank konvensional.
Industri perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang pesat dan mampu mendorong
kegiatan ekonomi. Hal tersebut dapat dikatakan karena perbankan syariah telahmenjadi salah satu
industri yang dapat membantu mendistribusikan dana publik dengan cara yang palingproduktif bagi
perekonomian, serta juga berfungsi sebagai perantara yang dapat membantu memperlancar aliran uang
antara berbagai lembaga dengan sektor ekonomi lainnya.
Meskipun dari segi keberadaan dan peranan banksyariah telah mengalami perkembangan yang
begitu pesat, yang ditandai dengan banyaknya berdirinyabank-bank syariah (Marimin et al., 2015).
Namunperkembangan teknologi pada saat ini telah mempengaruhi perubahan sosial di tengah-tengah
masyarakat. Pengaruh teknologi menjadikan seseorang sangat memiliki ketergantungan atas
keberadaanya. Munculnya teknologi lebih memudahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa media sosial merupakan perpaduan antara sosiologi dan teknologi.
Otoritas Jasa Keuagan (OJK) mampu mendorong adanya digitalisasi perbankan dengan
mengarahkepada peraturan OJK yang berkaitan pada Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital
oleh Bank Umum, sebagaimana yang telah disebutkan bahwa Layanan perbankan digital adalah
layanan elektronik yang dikembangkan untuk mengoptimalkan data nasabah agar dapat melayani
nasabah dengan lebih mudah dan praktis, yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan nasabah.
Sehingga nantinya nasabah juga dapat melakukan secara mandiri dengan tetap memperhatikan segala
aspek pengamanannya (OJK, 2018). Dengan demikian adanya peraturan dari OJK dapat diterapkan
oleh perbankan syariah khususnya dalampengotimalan pemanfaatan teknologi dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan nasabah.
Kemudian munculnya transformasi digital saat ini, menyebabkan perbankan syariah
khususnya di Indonesia juga harus mengembangkan fitur perbankan digital untuk perusahaan.
Namun jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Indonesia dapat
dikatakan lambat dalam mengikutinya. Hal ini terjadi dikarenakan strategi industri perbankan
syariah yang dilakukan Malaysia tentunya dalam menghadapi era digital adalah dengan
mengembangkan dan melakukan berbagai macam inovasi yang dapat memudahkan nasabah, yaitu
dengan membuatkan aplikasi-aplikasi perbankan yang berbasis Mobile. Selain itu juga karena
Malaysia telah bersedia dalam menghadapiketidaktentuan ekonomi dunia dengan selalu membuat
pembaharuan pada struktur ekonomi, yang menjadikan Malaysia dapat stabil dalam menangani hal-
hal yang tidak dijangka (Latib & Taqiuddin, 2018). Peluang ini berlaku juga bagi perbankan syariah
lainnya. Sehingga melihat perubahan dunia saat ini yang sudah mengikuti arus zaman maka
tranformasi digital harus dilakukan oleh semuaindustri, khususnya pada perbankan syariah.
Maka dari itu, dalam menghadapi revolusi 4.0 yang merupakan kondisi dimana terjadinya
perubahanyang signifikan dalam proses produksi yang dilakukanoleh manusia, industri perbankan
syariah ditantang untuk memiliki strategi dan inovasi dalam memadukan teknologi digital dengan
interaksi nasabah, yang mana semakin dapat memudahkan dan praktis bagi pengguna untuk
mengakses layanan di perbankan syariah.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitianini adalah metode deskriptif kualitatif yang
menitikberatkan pada pengamatan individu. Artinya dalam penelitian ini memaparkan secara
akurat dan sistematis mengenai objek yang diteliti, untuk memperoleh gambaran yang lebih
komprehensif.
Teknik data yang digunakan dalam penelitian iniadalah teknik survey buku, karena sumber-
sumber data yang digunakan terdiri dari berbagai macam literature-literature review diantaranya
buku, jurnal, artikel, berita dan sumber-sumber yang relevanlainnya. Kemudian berdasarkan objek
kajian, penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat studi kepustakaan (Library Research). Library
research merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data,
informasi, danberbagai data lain-lainnya yang terdapat dalam studi kepustakaan (Noor, 2016).
Jenis data pada penelitian ini bersifat kualitatif. Yang mana data yang sudah terkumpul
dianalisis terlebih dahulu dan digambarkan dengan menggunakan metode deskriftif. Sehingga
operasional dalam penganalisisan datanya ditempuh melalui beberapa langkah diantaranya
mengumpulkan data sesuai dengan masalah penelitian, mengklasifikasikan unit data sesuai dengan
jenis datayang ditentukan dan menganalisis data untuk menarikkesimpulan.
Revolusi industri 4.0 membawa berbagai macam perubahan dalam tatanan kehidupan
masyarakat saar ini. Salah satu perubahan yang dirasakan adalah perubahan pada era digital yang
mempengaruhi beberapa aspek daintaranya adalah industri perbankansyariah. Di era digital, industri
perbankan syariah semakin mengembangkan inovasi teknologiperbankan digital. Hal ini dilakukan
salah satunya dengan tujuan untuk menarik minat para calon nasabah baru, kususnya bagi kalangan
modern atau kaum milenial yang hampir seluruh kegiatannya dilakukan dengan melaui teknologi
digital.
Perkembangan teknologi digital meningkat di beberapa negara. Era digital di Indonesia
ditandai dengan adanya peningkatan pengguna internet oleh masyarakat. Menurut data Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet mengemukakanbahwa Indonesia memiliki 197,71 juta jiwa pengguna
Internet dari total populasi sekitar 266,91 juta penduduk Indonesia, atau dapat dikatakan sudah
mencapai 73.7% masyarakat Indonesia yang sudah mampu mengakses internet (APJII, 2019).
Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas masyarakat Indonesia
saat ini cenderung lebih banyak menggunakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
mereka. Dimana dalam hal ini, termasuk industri keuangan yang ditantang untuk mampu merespon
dengan cepatdari segala aspek perubahan pada era digital saat ini.
Grafik 1. 1 Penetrasi Pengguna Internet 2017 2018(Q2)
Dari grafik 1.1 diatas dapat diketahui bahwa banyaknya pengguna internet tidak jauh disebabkan
oleh adanya kegiatan sehari-hari yang telah menjadi kebiasaan masyarakat ketika menggunakan
teknologi antara lain, memesan transportasi, pengiriman barang, membeli makanan, pemesanan
tiket, melakukan bisnis, dan lain sebagainya. Karena kehadiran teknologi, masyarakat menganggap
kegiatan mereka merasa lebih terbantu dan juga efisien. Fenomena ini dapat terjadi karena adanya
pengaruh dari sebuah inovasi pada sistem yang dikenal sebagai disruptif inovasi.
Disruptif Inovasi, sebuah sistem yang sukses dalam mengubah sistem yang sudah ada atau
dengan cara memperkenalkan kepraktisan dankemudahannya, dengan biaya yang cukup ekonomis
(Soeharjoto et al., 2019). Kondisi ini juga terjadi padaindustri jasa keuangan yang sudah merubah
model sistem industri jasa keuangan global. Mulai dari industri dan teknologi intermediasi untuk
model pemasaran kepada konsumen. Hal ini telah berubah sepenuhnya, dimana perbankan syariah
harus kompeten tidak hanya pada perbankan konvensional, tetapi juga bisa dengan perusahaan fintech
(Nur et al., 2019). Era 4.0 telah merevolusi dan mengubah sektor keuangan syariah, sehingga bank
syariah perlu menawarkan layanan teknologi yang lebih maju kepada konsumen.
Strategi Industri Perbankan Syariah Di EraDigital
Industri keuangan di Indonesia ditantang untuk mampu merespon dengan cepat dengan
berbagai perubahan di era digital. Dalam hal ini perubahan pada perilaku konsumen menuntut
perbankan untuk mentransformasi menuju era digital yang berwujud inovasi digital banking. Karena
jika tidak, perbankan syariah akan ditinggalkan nasabah dan tentunya masyarakat akan cenderung
beralih kepada institusi keuangan syariah lainnya, seperti fintech syariah.
Kondisi perbankan syariah dalam menghadapiera digital saat ini, terus melakukan strategi agar
dapatbertahan dan terus berkembang seiring dengan adanyakemajuan teknologi khususnya (Assauri,
2013). Perkembangan teknologi yang begitu pesat, terus mengarahkan perbankan syariah untuk lebih
meningkatkan layanannya dengan salah satu membentuk layanan yang berbasis digital. Hal ini
dilakukan karena merupakan salah satu strategi yang bertujuan agar perbankan syariah dapat
memaksimalkan pelayanannya kepada nasabah, dan juga untuk meningkatkan kegiatan
operasionalnya.
Fenomena ini dapat terjadi disebabkan adanya pertumbuhan teknologi digital dan dorongan
yang diberikannya. Dengan perkembangan teknologi, bank harus menyesuaikan strategi mereka dan
mulai menawarkan layanan perbankan dengan sentuhan digital. Adapun proses dilakukan secara
bertahap, yaitu bahwa layanan perbankan syariah akan bertransformasi menjadi perbankan digital
(digital banking). Adanya perubahan tersebut (digital banking) dapat mengubah cara-cara lama
dalam melakukan aktivitas perbankan syariah. Dengan ini, nasabah tidak perlu lagi datang ke kantor
cabang untuk membuka rekening atau melakukan transaksi keuangan, melainkan semua itu bisa
dilakukan dengan modal jari jempol di layargadget.
Kemajuan teknologi informasi yang begitu cepat dan canggih, dalam sekejap bisa merubah
prilaku seseorang yang mengakibatkan kebutuhan para nasabah juga terus mengalami peningkatan.
Hal ini yang dapat mendorong perbankan syariah untuk terus dapat memenuhi kebutuhan
nasabahnya dengan melakukan berbagai macam strategi. Sehingga pada saat ini strategi yang
dilakukan oleh perbankan syariah yaitu dengan melakukan peningkatan terhadaplayanannya agar
para nasabah dapat memperoleh layanan perbankan secara mandiri (self-service) tanpa harus
mendatangin kantor bank tersebut. Beberapalayanan perbankan syariah yang dapat dilakukan secara
mandiri diantranya adalah registrasi, transaksi (pembayaran, tunai, transfer,) dan berbagai jenis
layanan lainnya.
Namun dalam hal ini ada dua jenis strategi pemasaran yang umum digunakan, yaitu strategi
mencari pelanggan baru (new customer) dan strategi mempertahankan pelanggan yang sudah ada
(existingcustomer) (Rangkuti, 2014). Ada dua cara untuk mendekati pelanggan, satu harus fokus
pada strategi terhadap mereka, dan yang lain harus diberi perhatian lebih. Oleh karena itu, organisasi
atau perusahaan harus selalu bekerja untuk memastikan bahwa pelanggannya selalu puas dan
melakukan pembelian berulang. Sehingga dalam hal ini organisasi ataupun perusahaan dapat
menyelaraskan kompetensi, teknologi dan sumber daya yang dimiliki dengan mengikuti keinginan
dan kebutuhan pelanggan yang dinamis. Sebagai gambaran penerapan digital banking di Indonesia
dalam menghadapi era digital, saat ini dapat dibuktikan dengan adanya strategi yang berbentuk
berbagai layanan yang dapat membantu nasabah, seperti internet banking. Internet banking salah
satu layanan online yang dimiliki perbankan. Dimana dalam kegiatan operasionalnya memakai
sebuah teknologi internet. Hal ini dilakukan perbankan syariah untuk memudahkan nasabahnya
dalammelakukan kegiatan transaksi.
Kedua, kegunaan phone banking. Layanan ini yang terkadang memungkinkan dapat
membantu nasabah dalam menghubungi nomor telepon tertentu dari bank dengan tujuan untuk
melakukan layanan perbankan. Ketiga, adanya SMS Banking. Pada SMS banking ini mampu
melakukan layanan perbankan yang dapat diakses dan dilakukan dengan melalui jaringan Short
Message Service (SMS) telefon seluleryang dimiliki oleh nasabah.
Keempat, adanya mobile banking. Mobile banking salah satu layanan yang sangat
memungkinkan nasabah dapat melakukan transaksi perbankan melalui smartphone yang dimilikinya.
Pada aplikasi mobile banking juga dapat memberikan pelayanan terkait transaksi informasi saldo,
tranfer, pembayaran, dan transaksi lainnya. Dengan demikian pada hal ini bank dapat bekerja sama
dengan operatorseluler lainnya, sehingga telah dipasang kartu SIM (Mobile Chip Card) dan Global
for Mobile Communication (GSM) dengan program khusus agar dapat melakukan operasional
perbankan, sehingga sangat memudahkan semua pihak, terutama pada proses transaksi pelanggan
(OJK, 2018).
Mobile banking adalah bentuk perbankan baru yang menggunakan telepon seluler untuk
mengakses informasi keuangan, Sedangkan SMS banking adalah bentuk lama dari perbankan yang
menggunakan pesan teks untuk mengakses informasi keuangan. Sehingga mengakibatkan semua
proses transaksi nasabah akan sangat mudah melalui aplikasi mobile bangking dibandingkan dengan
menggunakan SMS Banking.
Disisi lain, hadirnya revolusi industri 4.0 juga menghadirkan beberapa tantangan tentunya pada
industri perbankan, oleh karena itu perbankan dituntutuntuk memiliki strategi agar dapat mengatasi
persoalan yang ada. Pesatnya perkembangan teknologi digital menjadi sebuah tantangan baru, namun
hal tersebut dapat diatasi dengan pesatnya perkembagan teknologi perbankan digital. Karena
perbankan sebagai salah satu industri jasa keuangan yang berkembang serta mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dihadapkan pada pilihan harus mengadopsi teknologi digital
agar perbankan dapat bertahan.
Perbankan syariah selalu meningkatkan pelayanan nasabah dengan melalui tranformasi
digital.Hal ini dilakukan dengan melengkapi berbagai macamfitur yang berada di mobile banking.
Karena selain pesatnya pengguna smartphone di Indonesia yang meningkat, namun juga timbulnya
karakter masyarakat ataupun generasi milenial yang lebih cendrung memilih melakukan sesuatu
dengan mudah dan praktis.
Adapun dampak terhadap inklusi keuangan syariah yaitu mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang tidak terbendung, sehingga mau tidak mau harus disikapi secara cerdas oleh
pihak- pihak yang bersangkutan (Fahlefi, 2019). Hal ini menunjukkan bahwa adanya strategi yang
dibuat olehindustri perbankan syariah dalam menghadapai era digital, ternyata juga mengharuskan
inklusi keuangan syariah melakukan inovasi yang baru. Hal ini disebabkan karena terus
berkembangnya teknologi informasi. Sehingga secara bersamaan maka inklusi keuangan syariah
juga di tuntut untuk meningkatkan layanan keuangan modern dari lembaga keuangan syariah, yang
bertujuan untuk memperkuat danmempertahankan peran inklusi keuangan syariah tersebut sehingga
dapat memberikan layanan modern yang bersifat mudah, praktis, dan aman.
Oleh karena itu, tentunya bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan, kepuasan
nasabah merupakan hal mutlak yang tidak boleh diabaikan. Selain itu kepuasan nasabah juga
menjadi salah satu aspek strategis untuk memenangkan persaingan dan mempertahankan citra
perusahaan di pasar dan masyarakat luas. Sehingga kualitas layanan pelanggan menjadi isu yang
sangat penting. Karena pelayanan tidak sebatas melayani, melainkan dapat memahami, mengerti
serta merasakan. Oleh karena itu, layanan bertujuan untuk berbagi hati pada pelanggan (heart
share). Kemudian dapat meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap produk, dan hal ini akan
berdampak positif bagi citra perusahaan.
KESIMPULAN
Pesatnya perkembangan teknologi dan internet jangan dijadikan suatu hambatan dan
ancaman, akan tetapi dijadikan sebagai sebuah tantangan dan penggerak untuk terus berinovasi dan
berkreasi dalam menggabungkan teknologi digital dengan interaksi nasabah, yaang nantinya akan
menghasilkan sesuatu yang dapat membantu perkerjaan masyarakat jadi lebih teratur dan terarah.
Dibidang perbankan syariah, tantangan di eradigital semakin pesat dan kemajuan-kemajuan
yang akan terjadi di masa depan tak terbendung. Hal ini terjadi karena perbankan syariah tidak hanya
bersaing dengan bank lainnya baik itu konvensional, melainkan juga akan bersaing dengan perusahaan
teknologi keuangan lainnya yang sama-sama saling memberikan keamanan ataupun kenyamanan bagi
para penggunanya. Sehingga oleh karena itu terdapat beberapa strategi yang dilakukan perbankan
syariah dalam mengikuti era digital saat ini yaitu dengan memberikan bentuk pelayanan dan perhatian
yangbaik kepada nasabah serta berbagai layanan yang dapat memudahkan nasabah, seperti internet
banking. Kedua, kegunaan phone banking. Ketiga, adanya SMS Banking. Keempat, adanya mobile
banking. Dalam hal ini bank dapat bekerja sama dengan operator seluler lainnya, sehingga telah
dipasang kartu SIM (Mobile Chip Card) dan Global for Mobile Communication (GSM) dengan
program khusus agar dapat melakukanoperasional perbankan, sehingga sangat memudahkansemua
pihak terutama pada proses transaksi pelangganyang akan lebih sangat praktis dan aman.
REFERENSI
APJII. (2019). Laporan Survei Internet APJII 2019 – 2020. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia, 1–146. https://apjii.or.id/survei.
Fahlefi, R. (2019). Inklusi Keuangan Syariah Melalui Inovasi Fintech di Sektor Filantropi.
PROCEEDING Batusangkar International Conference III, Graduate Programme of IAIN
Batusangkar, 4(1), 205–212.
https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/proceedings/ article/view/1556.
Latib, N. A. A., & Taqiuddin, M. T. (2018). Penilaian Kesan Reforrmasi Dasar Kewangan Keatas
Institusi Perbankan Islam di Malaysia. Labuan E-Journal of Muamalat and Society (LJMS), 12,
69–88.
https://doi.org/10.51200/LJMS.V12I.1351.
OJK, Republik Indonesia. (2018). PenyelenggaraanLayanan Perbankan Digital Oleh Bank
Umum.
Marimin, A., Haris Romdhoni, A., & Nur, F. T. (2015). Perkembangan Bank Syariah di Indonesia.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 1(02), 75–87. https://doi.org/10.29040/JIEI.V1I02.30
Noor, J. (2016). Metodologi Penelitian. Kencana Prenada.
Nur, S. E., Nur, D., & Cholild, M. M. (2019). PeranFintech dalam Meningkatkan Literasi
Keuanganpada Usaha Mikro Kecil Menengah di Malang. Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi,
04(8), 90–104.http://riset.unisma.ac.id/index.php/jra/article/vie w/4038.
Puji, R. (2019). Pengaruh Era Diigital terhadap Perkembangan Bahasa Anak. Al-Fathin, 2(6), 47–
59.
Rangkuti, F. (2014). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama.
Soeharjoto, Tribudhi, D. A., & Nugroho, L. (2019). Fintech Di Era Digital Untuk Meningkatkan
Kinerja ZIS di Indonesia. Jurnal Ilmiah EkonomiIslam, 5(03), 137–144.
PERAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH, PELUANG DAN TANTANGAN
NURFITRIANI, SE.,M.Ak
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan adalah suatu usaha yang setiap kegiatannya berkaitan mengenia
uang, seperti menghimpun dana atau uang , kemudian penyaluran dan atau jasa-jasa
keuangan yang lainnya. Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) sendiri, Lembaga
Keuangan Syariah adalah lembaga keuangan yang sudah mendapatkan izin dalam
melakukan kegiatan operasionalnya sebagai lembaga keuangan untuk mengeluarkan
produk dari keuangan syariah.
Lembaga keuangan berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi. Dengan adanya sistem
perekonomian yang semakin terbuka ini, menjadikan setiap pelaku usaha bebas
memasarkan produknya kemana saja. Melihat hal tersebut, tentunya akan menjadi peluang
yang besar bagi pelaku usaha untuk meningkatkan dan memperbesar usahanya.
Semakin besar sebuah usaha semakin besar pula modal yang diperlukan. Oleh
karena itu diperlukanya sebuah lembaga keuangan yang dapat memberikan solusi atau
meminjamkan danaya. Terdapat dua lembaga keuangan yang ada di Indonesia yaitu
lembaga keuangan berbasis syariah dan lembaga keuangan konvensional. Masyarakat
bebas memilih lembaga keuangan yang akan digunakan dalam setiap aktivitas transaksinya
dan diantara kedua lembaga keuangan tersebut memiliki keuanggulan masing-masing.
Pada masa sekarang Lembaga Keuangan Syariah semakin berkembang pesat. Hal ini
terbukti dengan semakin banyaknya lembaga jasa keuangan syariah, layanan dan produk
hingga semakin meningkatnya infrastrutur di Lembaga Keuangan Syariah. Salah satu
peluang yang dapat menjadikan Lembaga Keuangan Syariahdi Indonesia semakin
meningkat ialah karena masyarakat Indonesia yang sebagian besar beragama islam, mulai
tumbuh kesadaran untuk menggunakan layanan jasa keuangan syariah yang sesuai dengan
prinsip islam. Agar Lembaga Keuangan Syariah semakin dikenal di masyarakat dan dapat
semakin berkembang maka diperlukan memanfaatkan peluang-peluang lain yang ada
dengan maksimal
Akan tetapi jika ada peluang maka akan adapula tantangan yang harus dihadapi agar
Lembaga Keuangan Syariah semakin tumbuh berkembang. Mengingat sebelumnya
masyarakat sudah lebih terbiasa dengan menggunakan transaksi keuangan secara
konvensional. Hal ini tentunya menjadi tantangan- tantangan tersendiri bagi Lembaga
Keuangan Syariah agar dapat bersaing dengan Lembaga Keuangan Konvensional sehingga
dapat terus meningkatkan eksistansinya.
Oleh karena melihat peluang dan tantangan di Lembaga Keuangan Syariah yang ada
di Indonesia penulis ingin malakukan penelitian mengenai “Analisis Peluang dan
Tantangan Lembaga Keuangan Syariah Dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing Terhadap
Lembaga Keuangan Konvensional Di Indonesia”
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
bagaimana peluang Lembaga Keuangan Syariah dalam upaya meningkatkan daya saing
terhadap lembaga keuangan konvensional serta untuk mengetahui bagaimana peluang
Lembaga Keuangan Syariah dalam upaya meningkatkan daya saing terhadap lembaga
keuangan konvensional. Sedangkan manfaat dari adanya penulisan ini diantaranya: secara
teoritis, diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan dan keilmuan
mengenai berbagai peluang maupun tantangan lembaga keuangan syariah dalam
menghadapi lembaga keuangan konvensional di Indonesia yang dapat digunakan sebagai
bahan referensi untuk penulisan selanjutnya. Adapun secara praktis, penulisan ini bertujuan
untuk masyarakat umum maupun dari pihak lembaga keuangan sendiri mengenai
pengetahuan tentang lembaga keuangan yang ada di Indonesia dan bagaimana sistem
operasianal didalamnya
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif analisis. Jenis penelitian ini menggunakan studi pustaka
dengan sumber data diperoleh dari sumber sekunder baik berupa internet, buku, jurnal,
publikasi ilmiah, dan sumber lain yang relevan. Penelitian ini bersifat deskkriptif kualitatif
menjelaskan atau memaparkan hasil penelitian mengenai bagaimana peluang dan tantangan
Lembaga Keuangan Syariah untuk meningkatkan daya saing terhadap Lembaga
Keuangan Konvensional di Indonesia.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik metode studi pustaka, dengan mencari teori yang berhubungan
dengan Lembaga Keuangan Syariah serta peluang dan tantanganya.
II. PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Lembaga Keuangan Konvensional
a. Pengertian Lembaga Keuangan Konvensional
Lembaga Keuangan adalah badan usaha yang memiliki aset utama yaitu
berbentuk keuangan maupun tagihan-tagihan yang dapat berupa saham, obligasi,
dan pinjaman. Lembaga keuangan adalah tempat transformasi atau perpindahan
dana dari pihak yang mengalami kelebihan dana (surplus of funds)kepada pihak
yang mengalami kekurangan dana (deficit of funds).
b. Jenis-jenis Lembaga Keuangan Konvensional Di Indonesia
• Bank Sentral (Central Bank)
Bank Sentral merupakan bank yang dimiliki oleh pemerintah yang
memiliki tugas untuk menjaga, menagtur, serta memelihara kestabilan nilai mata
uang negara Indonesia.
• Bank Umum (Comercial Bank)
Bank Umum merupakan suatu lembaga yang menjalankan usahanya
secara konvensional dan kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
• Modal ventura
Modal ventura merupakan memiliki tugas yaitu melakukan usaha
pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal dalam suatu perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.
• Anjak piutang
Anjak piutang merupakan badan usaha yang memiliki tugas untuk
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan,
serta pengurusan piutang dan tagihan jangka pendek suatu perusahaan (debitur)
dari transaksi perdagangan di dalam atau di luar negeri.
• Asuransi
Asuransi adalah suatu bentuk perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan.
• Dana pensiun
Dana pensiun merupakan suatu lembaga yang memiliki tugas untuk
mengelola program pensiun yang tujuannya untuk memberikan kesejahteraan
kepada karyawan di suatu perusahaan terutama mereka yang sudah pensiun.
• Pegadaian
Pegadaian merupakan lembaga yang memiliki tugas untuk memberikan
pinjaman kepada masyarakat dengan menahan barang tersebut sebagai untuk
dijadikan sebagai jaminannya.
• Pasar Modal
Pasar Modal adalah pasar yang dalam kegiatan operasionalnya
memperjualbelikan berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang,
baik itu berbentuk utang ataupun berbentuk modal sendiri yang sudah
diterbitkan oleh perusahaan swasta.
• Pasar uang
Pasar Uang adalah sarana yang didalamnya menyediakan pembiayaan
jangka pendek (kurang dari 1 tahun), pasar uang ini tidak mempunyai tempat
fisik seperti halnya pasar modal.
• Reksadana
Reksadana merupakan lembaga keuangan yang digunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal dan kemudian diinvestasikan dalam
portofolio efek oleh manajer investasi. Portofolio efek ini seperti obligasi,
saham, deposito, instrument pasar uang, uang kas dan lain sebagainya.
2. Lembaga Keuangan Syariah
a. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syari'ah merupakan lembaga keuangan yang memiliki
prinsip operasi berdasarkan kepada prinsip Syariah Islamiah. Operasional harus
terhindar dari unsur dari riba, gharar dan maisir. Karena hal tersebut sangat
diharamkan dan sudah diterangkan dalam Al-Quran dan Al- Hadist. Adapun tujuan
utama didirikannya lembaga keuangan syariah yaitu untuk menunaikan perintah
Allah SWT di bidang ekonomi, muamalah sekaligus membebaskan masyarakat
Islam dari kegiatan yang dilarang oleh Islam. Untuk melaksanakannya, tidak
sepenuhnya hanya dilakukan oleh lembaga keuangan syariah saja, melainkan
merupakan tugas seluruh masyarakat.
Lembaga keuangan syariah baik itu bank maupun non-bank dalam
melaksanakan kegiatan operasionalnya selalu diawasi oleh sebuah lembaga yang
dinamakan dengan Dewan Pengawasan Syariah. Dari pengertian ini dapat
dijelaskan bahwa lembaga keuangan syariah adalah suatu lembaga yang mencakup
segala aspek keuangan baik itu tentang persoalan perbankan ataupun kerjasama
pembiayaan, keamanan dan asuransi perusahaan, dan lains ebagainya yang
berlangsung di luar konteks perbankan.
Untuk unsur kesesuaian Lembaga Keuangan Syariah dengan syariah Islam
secara tersentralisasi diatur oleh DSN, yang diwujudkannya dalam berbagai fatwa
yang dikeluarkan. Sedangkan unsur legalitas operasi sebagai lembaga keuangan
sendiri diatur oleh berbagai instansi yang memiliki kewenangan mengeluarkan izin
operasi. Instansi tersebut antara lain sebagai berikut :
• Bank Indonesia yang memiliki funsi sebagai institusi dan memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengawasi Bank Perkreditan Rakyat dan
Bank Umum.
• Departemen Keuangan yang memiliki fungsi sebagai institusi dan memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengawasi koperasi.
• Kantor Menteri Koperasi yang memiliki fungsi sebagai institusi dan memilii
kewenangna untuk mengatur dan mengawasi koperasi.
b. Operasional Lembaga Keuangan Syariah
Prinsip operasional yang ada di Lembaga Keuangan Syariah ialah:
• Keadilan, merupakan prinsip berbagi atas keuntungan penjualan yang sebenar-
benarnya berdasarkan dari konstribusi serta resiko dari setiap pihak.
• Kemitraan, ialah prinsip dimana kesetaraan antara masing-masing pihak yang
terlibat di dalam kerjasama tersebut. Posisi dari nasabah investor (penyimpanan
dana), serta penggunaan dana, dan lembaga keuangan itu itu, sejajar sebagai
mitra usaha dan saling bersinergi agar dapat memperoleh sebuah keuntungan.
• Transparansi, merupakan Lembaga Keuangan Syariah yang mana harus
memberikan sebuah laporan keuangan berkesinambungan kepada pihak
nasabah investor atau setiap pihak yang terlibat didalamnya supaya dapat
mengetahui kondisi nyata dari dana dan harus dilakukan secara terbuka.
• Universal, ialah sebuah prinsip keharusan dari Lembaga Keuangan Syariah
untuk memberikan agama, ras,suku serta golongan masyarakat dalam
pemberian layanan harus sesuai prinsip islam.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam LKS ialah: .
• Pembayaran sebuah pinjaman harus dengan nilai yang berbeda dari nilai
pinjaman dimana penentuan nila sebelumnya tidak diperkenankan
• Pemberi dana harus terlibat berbagi kerugian dan keuntungan sebagai dampak
dari keluaran usaha yang meminjam dana .
• Islam melarang “menghasilkan uang dari uang”. Uang merupakan media untuk
pertukaran bukan komoditas karena uang tidak memiliki nilai intrinsik.
• Unsur gharar (ketidakpastian,spekulasi) tidak diperkenankan. Masing-masing
pihak harus mengetahui dengan pasti hasil yang akan mereka dapatkandari
sebuah transaksi.
• Tidak diperkenankan melakukan investasi pada hal yang diilarang islam.
c. Jenis-jenis Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia.
• Baitulmal Wat Tamwil (BMT)
BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang memiliki tugas
menghimpun sekaligus menyalurkan dana kepada para anggota. BMT ini tidak
menuntut untuk mendapatkan keuntungan. Adapun contoh penerapab dari
lembaga keuangan ini diantaranya adalah penghimpunan dan penyaluran infak,
zakat, serta sedekah.
• Asuransi Syariah
Asuransi syariah merupakan usaha tolong-menolong sekaligus saling
melindungi antar peserta dengan penerapan operasional yang menggunakan
prinsip hukum syariat Islam.
• Pasar Modal Syariah
Pasar Modal merupakan tempat yang digunakan untuk menerbitkan
surat berharga perusahaan, baik itu dalam bentuk saham ataupun dalam bentuk
obligasi untuk memperoleh dana dari para investor (penanam modal).
• Reksadana Syariah
Reksadana Syariah merupakan perusahaan sekuritas yang dalam
kegiatan operasionalnya hanya memfasilitasi mereka para investor dalam
menginvestasikan dananya. Karena terdapat larangan bagi Bank Syariah untuk
membeli saham secara langsung di Pasar Modal, maka Bank Syariah tidak
berhubungan dengan Reksadana dalam hal pembelian saham
• Pegadaian Syariah (Ar-Rahnu)
Ar-Rahnu adalah lembaga pegadaian yang dalam sistem operasioanalnya
dilakukan sesuai dengan prinsip maupun aturan Syariah Islam. Di Indonesia
sendiri, dalam pembentukannya Pegadaian Syariah diprakarsai oleh BMI
(Bank Muamalat Indonesia).
• LAZ (Lembaga Amil Zakat) dan BAZ (Badan Amil Zakat)
Dalam fungsi kegiatannya, bank syariah juga dapat bergerak dalam
bidang sosial yaitu dengan cara mendirikan lembaga baitulmal yang memiliki
tujuan untuk menerima sumber dana yang berasal dari zakat, infak, hibah,
sedekah, dan dana sosial lainnya.
• Koperasi Syariah
Koperasi syariah merupakan koperasi yang semua kegiatan maupun
usahanya bergerak di dalam bidang simpanan pokok, pembiayann yang sesuai
dengan pola bagi hasil dan investasi.
• Pasar Uang Syariah
Pasar uang syariah adalah suatu pasar yang didalamnya terjadi
perdagangan surat-surat berharga syariah dengan jangka waktu pendek
(kurang dari 1 tahun).
• Dana Pensiun Syariah
Tujuan dari dibentuknya Dana pensiun syariah ini adalah untuk
memelihara kesinambungan penghasilan pada waktu hari tua, yaitu ketika
yang bersangkutan tersebut sudah tidak mampu lagi untuk bekerja.
• Leasing Syariah
Leasing Syariah merupakan lembaga yang sangat mendukung
masyarakat dalam bidang transaksi sewa-menyewa, terlebih kepada transaksi
sewa- menyewa yang memiliki prinsip maupun konsep ijarah (sewa-menyewa
dengan sistem syariah).
• Modal Ventura Syariah
Modal Ventura Syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang
bergerak dalam bidang permodalan yang melibatkan berbagai pihak yang sam-
sama ikut dalam kontribus idalam membangun usaha yang agar menjadi lebih
maju dan besar.
• Anjak Piutang Syariah
Anjak Piutang Syariah merupakan lembaga yang memiliki fungsi untuk
mengambil alih pembayaran kredit pada suatu perusahaan, khususnya
perusahaanyang berhubungan dengan kredit bermasalah.
a. Menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan
artinya menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
b. Seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan suatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self-
belief), artinya dimana guru hanya sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa, yang
dilakukan dengan proses tanya jawab.
c. Mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, artinya
siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka
dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Langkah-langkah model inquiry terbimbing
Sutikno. (2014: 83) mengemukakan langkah-langkah model pembelajar inquiry terbimbing
sebagai berikut:
1. Orientasi. Merupakan langkah untuk membuat peserta didik menjadi peka terhadap
masalah dan dapat merumuskan masalah yang menjadi fokus penelitian.
2. Rumusan hipotesis. Digunakan sebagai pembimbing atau pedoman di dalam
melakukan penelitian.
3. Definisi. Merupakan penjelasan dan pendefinisian istilah yang ada di dalam hipotesis.
4. Eksplorasi. Dilakukan dalam rangka menguji hipotesis dalam kerangka validasi dan
pengujian konsistensi internal sebagai dasar proses pengujian.
5. Pembuktian. Dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersangkut paut dengan
esensi hipotesis.
6. Perumusan generalisasi. Yaitu menyusun pernyataan yang benar-benar terbaik dalam
pemecahan masalah.
Demikian pembahasan tentang Pengertian Dan Langkah-Langkah Model Pembelajaran
Inquiry Terbimbing semoga pembahasan ini dapat bermanfaat bagi anda dan jika
pembahasan ini di rasa bermanfaat bagi anda, silahkan share/bagikan artikel ini. Terima kasih
telah berkunjung.
KEBIJAKAN LUARAN BPJS DALAM PERSPEKTIF ISLAM
UTAMI NURHANINGSIH RAUF, S.Kep., Ns., MM
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hampir tidak ada satupun negara di dunia ini yang tidak
memprogramkan kemakmuran dalam bidang ekonomi bagi warga negaranya.
Semua politisi menjadikan pemberantasan kemiskinan sebagai isu sentral, baik
ketika masa kampanye, maupun sesudah menjadi kepala negara atau kepala pemerintahan.
Dalam pandangan Islam, kemiskinan itu sangat bisa mendekatkan kepada kekafiran,
sehingga harus diusahakan untuk dilenyapkan, minimal dikurangi. Sumber yang paling
pokok dalam upaya pengentasan kemiskinan adalah dari zakat. Allah Swt. berfirman:
Maka dari delapan golongan tersebut di atas yang berhak mendapat anggaran
belanja negara, urutan terdepan ditempati orang-orang fakir, sesudah itu orang-orang
miskin, dan seterusnya. Jadi, dalam APBN Madinah pengentasan kefakiran dan
kemiskinan termasuk dalam skala prioritas yang tinggi.
Selanjutnya, dalam pasal 15 Piagam Madinah atau ajaran Islam, menekankan
jaminan atau perlindungan Allah Swt. terhadap orang-orang yang lemah, dan orang-orang
Mukmin sebagian dari mereka wajib sebagai penolong dan pembela terhadap sebagian
lainnya.
Syariat Islam bukan hanya seruan keagamaan yang hanya mementingkan akhlak
dan pengaturan hubungan manusia dengan tuhannya, akan tetapi cakupan syariat islam
adalah komprehensif, termasuk didalamnya adalah masalah kehidupan, apalagi urusan
negara dan kebuuhan pokok yang merupakan urusan manusia.
Negara indonesia merupakan Negara dengan sistem Pemerintahan yang Demokrasi
untuk memakmurkan dan mensejahterakan rakyatnya. Pemerintah dan badan legislatif
sebagai pengemban amanah rakyat melalui pemilihan umum bertanggung jawab penuh
atas kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kemakmuran, pemerintah menetapkan berbagai macam kebijakan dengan berbagai macam
programnya. Jika suatu pemerintah, tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya,
mereka akan menaburkan benih-benih kehancuran melalui kegelisahan sosial dan
ketidakstabilan politik.
Pengakuan jaminan sosial sebagai salah satu bagian dari Hak Asasi Manusia telah
dikejawantahkan oleh negara Republik Indonesia. Hal ini
terbukti dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Pasal 41 ayat (1) undang-undang ini menentukan, bahwa:
“Setiap warga negara berhakatas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak
serta untukperkembangan pribadinya secara utuh”.
Hak atas jaminan sosial muncul karena sudah merupakan kodrati bahwa manusia
dalam kehidupannya di dunia ini selalu fana atau tidak abadi.
Dalam kefanaannya itu manusia seringkali dihadapkan dengan kemalangan atau
keberuntungan. Jaminan sosial menduduki posisi yang sangat penting dalam Islam, karena
itu secara substansial, program pemerintah Indonesia menerapkan sistem jaminan sosial
di Indonesia, melaluikonsep Jaminan Kesehatan Nasional, dan sesungguhnya merupakan
tuntutan dan imperatif dari ajaran syariah.
Pada awal tahun 2014 ini tepat pada tanggal 1 januari pemerintah Indonesia melalui
Kementrian Kesehatan mengoperasikan Program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
Program ini diselenggarakan oleh BPJS kesehatan yang merupakan lembaga yang
dibentuk berdasarkan UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS . Jaminan Kesehatan Nasional
Ini dijadikan sebagaiupaya pemerintah untuk mengayomi masyarakat kecil yang selama
ini kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan JKN diselenggarakan secara Nasional berdasarkan prinsip Asuransi
sosial dan Prinsip Ekuitas. Prinsip Asuransi Sosial adalah mekanisme pengumpulan dana
bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas resiko sosial
ekonomi yang menimpa peserta atau anggota keluarganya. Adapun yang dimaksud
Prinsip Ekuitas adalah tiap peserta yang membayar iuran akan mendapatkan pelayanan
kesehatan sebanding dengan iuran yang dibayarkan, dimana JKN adalah asuransi
kesehatan sosial.
Artinya, wajib bagi seluruh rakyat sesuai prinsip kepesertaan wajibUndang-Undang
SJSN, yakni seluruh penduduk wajib jadi peserta asuransi sosial kesehatan, dan wajib
membayar premi/iuran tiap bulannya. Didalam Bab V pasal 19 ayat (3) UU 24 Tahun 2011
Tentang BPJS disebutkan : “ Peserta yang bukan pekerja dan bukan penerima bantuan
Iuran (Mandiri) wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tangung jawabnya
kepada BPJS. Dan pada Pasal 17 ayat (2) disebutkan ; “ sanksi administratif sebagaimana
dimaksudkan dapat berupa : (a) teguran tertulis ; (b) denda atau
; (c) tidak mendapat pelayanan publik tertentu.
Iuran untuk orang miskin dibayar oleh pemerintah dan mereka disebut Penerima
Bantuan Iuran (PBI),12 atas nama hak sosial rakyat, tetapi hak itu tidak langsung diberikan
kepada rakyat, tetapi dibayarkan pada pihak ketiga (BPJS) dari uang rakyat yang dipungut
melalui pajak, begitu pula dengan peserta mandiri merka yang wajib membayar iuran
setiap bulannya harus menyisihkan gaji mereka setiap bulannya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan , dan itupun terdiri dari III kelas , yang terdiri dari kelas Atas (I) kelas
menengah (II), kelas Bawah (III). Jadi, realitanya rakyat diwajibkan membiayai layanan
kesehatan mereka sendiri dan sesama rakyat lainnya.Artinya di sini rakyat/peserta jaminan
sosial seakan dimandirikan dan negara melepaskan tanggung jawab untuk memberikan
jaminan sosial kepada tenaga kerja. Sebagai peserta BPJS Kesehatan apabila tidak
membayar iuran akan dikenakan sanksi (hukuman). Hal ini sangat berbeda dengan sistem
jaminan sosial dalam hukum Islam.
Dalam permasalahan pengelolan dana jaminan sosial yang terkumpul tidak ada
pemisahan dana antara dana Tabarru dan dana Premi wajib peserta, sedangkan dalam
Asuransi syariah, khususnya asuransi sosial harus dibedakan antara dana Tabarru dan
dana bukan Tabarru.
Ini merupakan persoalan muamalah, dalam hal asuransi sosial, bagaimana
penerapan program pemerintah berupa Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan ini
dengan melihat prinsip akad dalam asuransi dan hal- hal yang terlarang dalam muamalah ,
misalnya : Maysir, Gharar, Riba.
Aminuddin Yakub, anggota Komisi Fatwa MUI menjelaskan “operasi BPJS
Kesehatan dinilai tidak sesuai prinsip syariah karena mengandung unsur gharar
(penipuan/ketidakjelasan), maisir (perjudian), dan riba. ‟‟Unsur gharar muncul karena
tidak ada akad dalam kepesertaan BPJS Kesehatan, kalau memang uang premi itu disetor
seluruhnya untuk gotong royong membantu masyarakat lainyang susah, tanpa meminta
return investasi, harus ada landasan akad tabarru atau hibah/hadiah. ‟‟ nyatanya tidak ada
akad, Bahkan diwajibkan,"BPJS Kesehatan dibilang maisir (perjudian) karena masih
menggunakan akad jual beli. Kalau akad jual beli, pembayaran premi tersebut harus
memiliki kejelasan klaim.Namun, di BPJS Kesehatan, pembagian klaimyang diterima para
pembayar premi tidak jelas. "Ada yang mendapat klaim besar sekali, bisa jadi juga kecil
sekali dapatnya, atau bahkan tidak dapatsama sekali karena tidak sakit,". Karena ketidak
jelasan itulah, BPJS Kesehatan bisa disebut perjudian. Sementara itu, hukum perjudian
adalah haram dalam Islam. Aminuddin mengakui bahwa rakyat harus mengikutikebijakan
pemerintah (ulil amri). Namun,syaratnya jelas: selama kebijakan dari pemerintah itu tidak
mengandung unsur maksiat. Kebijakan yang tidak sesuai syariah tersebut juga bisa
dikatakan kebijakan yang maksiat.13
Sedangkan menurut, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Anwar Abbas mengatakan tata cara yang harus dipenuhi BPJS Kesehatan. Mulai
akad,niat dan maksud peserta, denda, tempat investasi dana iuran, hingga penyimpanan
dana yang tidak boleh di bank konvensional. Dia menyatakan, negara wajib mencermati
apa yang telah menjadi rekomendasi MUI. Sebab, 88 persen dari penduduk negeri ini
adalah muslim. Hal itu, menurut dia, sesuai dengan amanat UUD 1945 tentang
jaminan kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing- masing dan untuk
beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu."Jadi, berdasar ketentuan tersebut,
MUI yang bertugas melindungi umatnya harus bisa memberikan penjelasan mana yang
halal dan mana yang haram. Bukan berarti MUI anti-BPJS. MUI hanya ingin BPJS sukses
tanpa menabrakketentuan agama,"
Di pihak lain, Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek mengatakan sudah
menurunkan tim untuk memantau apakah terjadi gangguan pada pelayanan BPJS
Kesehatan kepada masyarakat setelah munculnya pernyataan MUI. "Layanan masih
berjalan baik," Menurut Nila, sempat ada kekhawatiran bahwa sebagianmasyarakat
pemegang kartu BPJS Kesehatan akan enggan menggunakan layanan karena dinilai tidak
syariah. Namun, pantauan di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat masih mendatangi
fasilitas kesehatan dengan memanfaatkan kartu BPJS Kesehatan. "Sebab, saya kira
masyarakat memang masih butuh BPJS Kesehatan,"
B. TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Iuran kesehatan
Iuran kesehatan adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk
menyelenggarakan dan memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh
perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Iuran kesehatan harus kuat, stabil, dan
selalu berkesinambungan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan, pemerataan,
efisiensi, dan efektifitas pembiayaan kesehatan itu sendiri. Pengertian Iuran tersebut
merujuk pada dua sudut pandang berikut:
a. Penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider) yaitu besarnya dana
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa dana investasi serta
dana operasional.
b. Pemakai jasa pelayanan (health consumer) yaitu besarnya dana yang
dikeluarkan untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.
5. Pelayanan BPJS
a. Jenis Pelayanan
Ada dua jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh peserta JKN, yaitu
berupa pelayanan kesehataan (manfaat medis) serta akomadasi dan ambulan
(manfaat non medis). Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari
fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS setempat.
b. Prosedur Pelayanan
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama tama harus
memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkatpertama. Bila
peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus
dilakukan melelui rujukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam
keadaan kegawat daruratan.
c. Kompensasi Pelayanan
Bila di suatu daerah belum ada fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat
guna memenuhi kebutuhan medissejumlah peserta, BPJS kesehatan wajib
memberikan kompensasi.
d. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan meliputi semua fasiltas kesehatan
yang menjalin kerja sama dengan BPJS.
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun penelitian dilakukan pada tanggal 08 Maret s/d 08 Juni 2016.
Bertempatdi Pustaka Wilayah Kota Dumai.Yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah Iuran yang digunakan dalam BPJS Kesehatan, Yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah BAB V Pasal 19Ayat 3 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Yakni data yang bersumber dari Web BPJS Kesehatan. Data yang di ambil
dari web resmi BPJS Kesehatan. Adapun data premier adalah data yang di ambil
dari Al-Qur‟an, Hadits, Undang-undang dan peraturan lainya yang berhubungan
dengan pembahasan BPJS.
b. Sumber Data Sekunder
Yakni data yang di ambil dari beberapa literatur yang ada hubungannya
dengan penelitian ini, seperti bahan-bahan yang bersangkutan dengan Hukum
Asuransi Kesehatan.
D. PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan Iuran di kantor BPJS Kesehatan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial menjelaskan bahwa untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional perlu
dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badanhukum berdasarkan prinsip kegotong
royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati- hatian,akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan
bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial seluruhnya untuk
pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.36 Dalam undang-undang
tersebut juga dikatakan bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, harus dibentuk Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial dengan Undang-Undang yang merupakan transformasi
keempat Badan Usaha Milik Negara untuk mempercepat terselenggaranya sistem jaminan
sosial nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. BPJS bertujuan untuk mewujudkan
terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yanglayak bagi
setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya.
Untuk lebih lanjut akan dijelaskan pelaksanaan pembayaran iuran bagi anggota BPJS
kesehatan. Dalam Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan menyebutkan,
tentang Pembayaran Iuran pasal 16 ayat (3) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja
Bukan Penerima Upah dan peserta bukan Pekerja dibayar oleh Peserta yang bersangkutan,
pasal 17 ayat (5) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
wajib membayar Iuran Jaminan Kesehatan pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat
tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan, Pasal 17A(1) Peserta Pekerja
Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajibmembayar Iuran Jaminan Kesehatan
kepada BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
Sanksi keterlambatan pembayaran iuran BPJS Kesehatan tertuang sebagaiberikut :
Dalam hal terdapat keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan lebih dari 1
(satu) bulan sejak tanggal 10 sebagaimana dimaksud dalam Pasal17 ayat (1) dan ayat (2)
dan dalam Pasal 17A ayat (1), penjaminan Peserta diberhentikan sementara.
Bagi peserta perorangan akan membayar iuran sebesar kemampuan dan
kebutuhannya. Untuk saat ini sudah ditetapkan bahwa:
1. Untuk mendapat fasilitas kelas I dikenai iuran Rp 59.500 per orangper
bulan.
2. Untuk mendapat fasilitas kelas II dikenai iuran Rp 42.500 perorangper
bulan.
3. Untuk mendapat fasilitas kelas III dikenai iuran Rp 25.500 perorangper
bulan.
Pembayaran iuran ini dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulan dan apabila
ada keterlambatan dikenakan denda administratif sebesar 2 persen dari total iuran yang
tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan. Dan besaran iuran . Para pengurus
BPJS Kesehatan tengah mengkaji ulang beberapaperaturan presiden yang melandasi kerja
BPJS Kesehatan, mulai dari kenaikan iuran, prosedur berobat menggunakan bpjs untuk bisa
mendapatkan klaim hingga peraturan mengenai peserta yang telat membayar iuran bpjs.
Revisi peraturan tentang telat bayar iuran telah tertulis dalam peraturan presidenNomor
19/2016.
Pada peraturan sebelumnya pada pasal 17 ayat 5 Perpres 12/2013 tertera, menyatakan
bahwa bagi peserta yang telat membayar iuran bpjs akan dikenakan denda maksimal 2%
per bulan dari total tunggakan iuran yangtertanggung (Belum dibayar), dan jika menunggak
hingga 3 bulan maka status akan di nonaktifkan.Dalam aturan baru terdapat perbagaan yaitu
denda yang harus dibayar bagi peserta yang menunggak sebesar 2,5% dari dari biaya
pelayanan kesehatan untuk setiap bulan tertunggak. Keterlambatan pembayaraniuran lebih
dari satu bulan sejak tanggal 10, penjaminan peserta diberhentikan sementara.
Dalam waktu 45 hari sejak status kepesertaan aktif kembali, pesertawajib membayar
denda kepada BPJS Kesehatan untuk setiap pelayanan kesehatan rawat inap yang
diperolehnya. Denda yang dimaksud 2,5 persen daribiaya pelayanan kesehatan untuk setiap
bulan tertunggak, dengan ketentuan:
• Jumlah bulan tertunggak maksimal 12 bulan
• Besar denda paling tinggi Rp 30 juta
Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk tidak telat membayar iuran per
bulan per orang. Apalagi dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 19/2016 yang baru,
masyarakat harus membayar iuran lebih dari sebelumnya. Dilihat dari sisi syariah Pelayanan
kesehatan mendudukiposisi yang sangat penting. Pelayanan kesehatan adalah bagian dari
maqashid syariah , yaitu memelihara diri(jiwa) yang disebut oleh ulama dengan istilah Hifz
Al-Nafs. Kebijakan Negara untuk kesejahteraan rakyat Indonesia ini merupakan tonggak
baru di Indonesia, di mana Negara semakin menunjukkan perannya dalam pembangunan
kesejahteraan rakyat seperti dicita-citakan oleh para pendiri bangsa ini.
Pelaksanaan Iuran Jaminan Kesehatan yang bersifat Jaminan sosial sebetulnya
tidaklah menjamin suatu risiko di dalam pertanggungan asuransi jiwa. Alasan yang dapat
dikemukakan ialah, sebab tidak menjamin risiko kematian, oleh karena itu, pada umumnya
uang yang dibayarkan kepada pihak yang bersangkutan merupakan uang yang ditabung tiap-
tiap yang diambil dari gajinya, atau memang yang disisihkan setiap bulannya.
Dalam hubungan ini dapat dilihat bahwa sebenarnya seseorang melakukan
penabungan. Bedanya dengan menabung biasa ialah, dalam cara yang dipakai ialah secara
tidak langsung, seolah-olah mengandung paksaan (tiap-tiap bulan). Sedangkan yang
diartikan dengan menabung,ialah bagian daripada pendapatan yang tidak dikonsumsi,
digunakan untuk disimpan. Penabungan dilakukan secara sukarela. Jadi jaminan sosial
tersebut adalah compulsary insurance yang bertujuan memberikan jaminan sosial untuk
masyarakat. Compulsory insurance dijalankan dengan paksaan, oleh karena itu,setiap warga
negara diwajibkan ikut serta dengan jalan memotong gaji tiap-tiap bulan, atau wajib
menyisihkan sendiri dari Pendapatan bulanan.
Tentunya dengan diberlakukannya undang-undang BPJS ini telah mengalihkan
tanggung jawab negara dalam pelayanan publik kepada rakyatnya. Dalam penjelasan
undang-undang SJSN disebutkan bawah maksud dari prinsip gotong royong dalam undang-
undang tersebut adalah peserta yang mampu (membantu) kepada peserta yang kurang
mampu dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; peserta yang berisiko rendah
membantu yang berisiko tinggi; dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Selain itu,
falsafah asuransi ini bersifat diskriminatif sebab yang ditanggung oleh negara– yang
dananya berasal dari orang-orang yang dianggap mampu–hanyalah orang miskin saja.
Padahal pelayanan publik merupakan tugas pemerintah yang tidak boleh dialihkan kepada
pihak lain.
khususnya fakir miskin dan asnaf lainnya. Jaminan sosial dalam pengertian ini
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yangmemerlukan bantuan negara,
dengan tujuan sosial menurut syariat Islam, seperti pendidikan dan kesehatan bahkan
sandang dan pangan.
Melihat kenyataannya, sekarang peran pemerintah dalam memberikan jaminan sosial,
terutama bagi peserta mandiri, tenaga kerja, baik itu buruh kasar, karyawan danpegawai
beserta dengan keluarga yang menjadi tanggungannya tidak sejalan dengan ajaran Islam,
karena sistem yang diterapakan pemerintah adalah dengan menarik iuran kepada para
anggotaBPJS yang ingin mendapatkan jaminan, sedangkan bagi yang tidak menjadi anggota
BPJS maka dia tidak berhak mendapatkan jaminan tersebut, pemerintah terkesan memaksa
dalam progam ini.
Dalam Islam iuran jaminan sosial ditanggung oleh suatu badan yang disebut Baitul
Mal, yang dananya di ambil dari para dermawan, orang-orang kaya dan kekayaan
yangdimiliki oleh sebuah negara. Instrumen pengumpulan dana tersebut diantaranya dapat
melalui zakat, wakaf dan sedekah.
Di Indonesia, melalui BPJS Kesehatan Pemerintah mengatur bahwa tiap Warga
Negara Indonesia wajibuntuk menjadi anggota BPJS kesehatan. Sedangkan untuk iurannya
Untuk PBI akan ditanggung oleh Pemerintah, Pekerja di tanggung oleh Perusahaan, dan
Mandiri ditanggung secara Pribadi sesuai dengan kemampuan. Melihat kenyataan di atas,
dalam hukum Islam iuran seyogyanya memang harus dibayarkan oleh negara melalui badan-
badan sosial yang telah dibuat olehpemerintah. Misalnya saja sekarang progam yang
dikeluarkan pemerintah melalui kementerian sosial, seperti kartu sehat, kartu keluarga
sejahtera dan kartu pintar.
Jika dari isi UU SJSN Pasal 1 yang berbunyi: Asuransi sosial adalah suatumekanisme
pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran gunamemberikan
perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa pesertadan/atau anggota
keluarganya. Lalu Pasal 17 ayat (1): Setiap peserta wajib membayar iuran. (2) Setiap
pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran yang menjadi
kewajibannya dan membayarkan iuran tersebut kepada BPJS secara berkala.
Peraturan di atas seperti tidak sejalan dengan konsep jaminan sosial dalamIslam,
karena adanya pembayaran iuran yang bersifat wajib, tentu ini akanmenjadi beban bagi
peserta apalagi ada peserta minim penghasilannya. Bahkan jikapeserta BPJS lambat dalam
membayar iuran, maka dia akan diberhentikan darikeanggotaan BPJS kesehatan. Pandangan
syari‟ah terhadap BPJS Kesehatan :
c. BPJS bertujuan agar masyarakat saling membantu satu dengan yang lainnya.
Di dalam BPJS tidak selalu didapatkan unsur saling membantu(ta‟awun) dalam arti
yang sebenarnya. Karena tidak setiap peserta BPJS ketikamembayar premi berniat untuk
membantu orang lain, bahkan cenderung demi kepentingan diri sendiri, agar jika sakit, ia
mendapatkan pelayanan yang maksimal dengan biaya minimal. Dengan sistem tersebut,
tidak selalu didapatkan orang kaya membantu orang miskin, justru pada kenyataannya
banyak orang kaya yang terbantu biaya pengobatannya dari iuran orang miskinyang tidak
sakit.
Bentuk ta‟awun yang dianjurkan adalah orang-orang kaya membantu orang-orang
miskin, tanpa mengharap timbal balik dari orang miskin. Hal itu bisa diwujudkan dalam
bentuk zakat, pajak, maupun pengumpulan dana sosial.
d. Dana yang terkumpul dari masyarakat dikembangkan oleh BPJS, baik dalam bentuk
investasi maupun di simpan di Bank-bank Konvensional, yang secara tidak langsung
juga mengambil keuntungan
Ini tertuang dalam UU BPJS/No.24 Th.2011, Pasal 11 dan UU SJSN/No.40 th 2004,
Pasal 1 ayat 7 serta Peraturan BPJS No.1/ 2014, Pasal 33 ). Ini jugadisebutkan dalam UU
24/2014, bahwa jaminan sosial harus disimpan dalam bank pemerintah yang
ditunjuk.Pelayanan yang diterima oleh peserta BPJS adalah hasil dari investasi Peserta
BPJS sengaja melakukan akad investasi yang di simpan di Bank-bank Konvensional,
kemudian hasilnya mereka terima berupa pelayanan kesehatan. Ini berbeda dengan dana haji
ataupun dana-dana lain dari pemerintah yang diterima masyarakat, karena di dalamnya tidak
ada akad investasi, tetapi hanya akad mendapatkan pelayanan, yang mana masyarakat tidak
mempunyai pilihan lain kecuali melalui pemerintah.Selainitu, di dalam Asuransi Sosial
tidak dibolehkan mengambil keuntungan kecuali sekedar gaji bagi pengelola sesuai dengan
kerjanya.
e. Peserta BPJS jika meninggal dunia, maka haknya untuk mendapatkan dana BPJS
gugur secara otomatis.
Pada dasarnya, seseorang yang mempunyai hak berupa harta benda atau sesuatu yang
bernilai, jika dia meninggal dunia, haknya tersebut akan berpindah kepada ahli warisnya.
Jika hak tersebut menjadi hangus, di sini ada unsur kezaliman dan unsur merugikan pihak
lain. Jika hal itu dianggap kesepakatan, tidak boleh ada kesepakatan yang mengharamkan
sesuatu yang halal dan menghalalkan sesuatu yang haram, sebagaimana dalam hadist Amru
bin „Auf Al Muzani radhiyallahu „anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu
„alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Perdamaian diperbolehkan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian
yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.Dan kaum
muslimin boleh menentukan syarat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram.”Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih. (Hadist
Hasan Shahih Riwayat Tirmidzi)
Ini dikuatkan dengan hadist Aisyah radhiyallahu „anha bahwasanya
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda :
“Setiap syarat yang tidak terdapat di dalam Kitab Allah adalah batil,
walaupun seratus syarat .“(HR Bukhari dan Muslim)
f. Memberikan sanksi atau denda bagi peserta yang menunggak atau terlambat dalam
membayar premi, sebagaimana dicantumkan dalam Peraturan BPJS No.1/ 2014,
Pasal 35, ayat 4 dan 5.
Seseorang yang berutang dan terlambat dalam pembayarannya, tidak boleh dibebani
dengan membayar denda, karena ini termasuk riba yang diharamkan, kecuali jika dia mampu
dan tidak ada i‟tikad baik untuk membayar, maka – menurut sebagian ulama – boleh
dikenakan denda yang diperuntukkan sebagai dana sosial dan sama sekali tidak boleh
diambil manfaatnya oleh yang mengutangi. 50 Hal ini sesuai dengan hadits Ali bahwasanya
radhiyallahu „anha bahwasanya Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda :
“ Setiap pinjaman yang membawa manfaat (yang meminjamkan ) maka
dianggap riba “ ( HR. Baihaqi dan Hakim, berkata al-Bushairi di dalam Ittihaf al-
Khirah al-Mahirah ( 3/380 )
Sanadnya lemah karena di dalamnya terdapat Siwar bin Mush‟ab al- Hamdani. Tetapi
dia mempunyai penguat secara mauquf dari Fidhalah bin Ubaid)
Apakah denda tersebut masuk dalam kategori asy-Syarth al-Jazai (sarat bersangsi ),
yaitu syarat berupa denda atas keteledoran dalam bekerja? Sebagian ulama
membolehkan memberikan sangsi atas keteledoran atau keterlambatan dalam bekerja, tetapi
tidak membolehkan denda di dalam utang piutang. Denda di dalam BPJS termasuk dalam
kategori denda karena utang piutang.
g. Belum ada badan pengawas syariah ( BPS ) dan belum ada audit oleh Dewan Syariah
Nasional ( DSN ) Belum menerapkan Asuransi Syariah
Aturan main yang diterapkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) saat
ini masih subhat (antara halal dan haram),
Dari Abi Abdillah An-Nu‟man bin Al-Basyir ra berkata, "Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu
jelas. Di antara keduanya adalah masalah yang mutasyabihat.Kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya.Siapa yang takut (berhati-hati) dari masalah yang
syubuhat baginya, maka dia telah terbebas demi agama dan kehormatannya.
Sedangkan orang yang jatuh dalam masalah syubuhat, dia jatuh ke dalam perkara
yang haram… (HR Bukhari dan Muslim).
Dari hadits tersebut dijelaskan apabila peserta BPJS yang kurang mampu (fakir)
membayar iuran kemudian yang mendapat manfaat dari iuran tersebut adalah orang mampu
atau orang kaya, maka BPJS menjadi subhat. Kalau orangtidak mampu kemudian membayar
iuran dan dipergunakan untuk orang-orang yang kaya itu jatuhnya subhat, BPJS Dibenarkan
menurut syari‟at, bila dibentuk oleh Pemerintah semata-mata untuk menghimpun dana dari
masyarakat untuk memberikan bantuan biaya pengobatan kepada mereka yang
membutuhkan (Asuransi Ta‟awuni / Ijtima‟i). Tidak dibenarkan menurut syari‟at, bila
dibentuk oleh Pemerintah atas dasar mendapatkan keuntungan (lahan bisnis) karena
termasuk Qimar (Judi).
Selain aturan pembayaran juga pengolahan dan penyimpanan yang dilakukan di bank
konvensional yang cenderung menghalalkan riba, menimbulkan keengganan bagi jamaah
Persis untuk menyimpan di bank konvensional tersebut.Sehingga diharapkan penyimpanan
dan pengelolaan iuran peserta dilakukan di bank syari‟ah.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
AL-QURAN
Abdul Mahmud ,Al-Mahmud Latif. At-Ta‟min al-Ijtima‟i Fi Dhanu‟i asy-Syari‟ahAl-
Islamiyah
Agustianto. BPJS dan Jaminan Sosial Syariah. http: //www. dakwatuna.
Com/2014/01/19/45011/bpjs-dan-jaminan-sosial-syariah/#axzz3KFEh1vln, Tanggal
10-10-2014, Jam. 09. 00
Alim, Muhammad. 2010. Asas-asas Negara Hukum Modern dalam Islam.
Yogyakarta: LKiS.
Asyhadiez, Zaeni. 2008. Aspek-aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Jakarta: Rajawali.
Chapra, Umer. 1997. Al-Quran Menuju Sistem Moneter Yang Adil. Yogyakarta:PT
Dana Bakti Prima Yasa.
I. PENDAHULUAN
Dalam literatur Islam, sangat jarang ditemukan tulisan tentang sejarah pemikiran
ekonomi Islam. Buku-buku sejarah Islam atau sejarah peradaban Islam sekalipun tidak
menyentuh sejarah pemikiran ekonomi islam klasik. Buku sejarah Islam lebih dominan
bermuatan sejarah politik.
Kajian yang khusus tentang sejarah pemikiran ekonomi Islam adalah tulisannya
Muhammad Nejatullah Ash- Shiddiqi yang berjudul, Muslim Economic Thinking, A Survey
of contemporery literature, dan artikel yang berjudul, History of Islamics Thought. Buku dan
artikel tersebut ditulis pada tahun 1976. Paparannya tentang studi histori ini lebih banyak
bersifat diskriptif. Ia belum melakukan analisa kritik, khususnya terhadap “kejahatan”
intelektual yang dilakukan oleh ilmuan barat yang menyembunyikan peranan ilmuan Islam
dalam mengembangkan pemikiran ekonomi, sehingga kontribusi pemikiran ekonomi Islam
tidak begitu terlihat pengaruhnya terhadap ekonomi modern. Menurut Nejatullah Ash-
Shiddiqi, pemikiran ekonomi Islam adalah respon para pemikir muslim terhadap tantangan-
tantangan ekonomi pada masa mereka. Pemikiran ekonomi Islam tersebut diilhami dan
dipandu oleh ajaran al-Qur’an dan sunnah juga oleh ijtihad dan pengalaman empiris mereka.
Pemikiran adalah sebuah proses kemanusiaan, namun ajaran alQur’an dan sunnah bukanlah
pemikiran manusia. Yang menjadi obyek kajian dalam pemikiran ekonomi Islam bukanlah
ajaran al-Qur’an dan sunnah tentang ekonomi tetapi pemikiran para ilmuan Islam tentang
ekonomi dalam sejarah atau bagaimana mereka memahami ajaran al-Qur’an dan sunnah
tentang ekonomi. Obyek pemikiran ekonomi Islam juga mencakup bagaimana sejarah ekonomi
Islam yang terjadi dalam praktek historis Jadi, cakupan sejarah pemikiran ekonomi Islam dalam
tulisan ini adalah, pertama,sebelum membahas seputar pemikiran ekonomi alangkah baiknya
mengkaji seputar Islam dan sistem kehidupan. Kedua, membahas kedudukan akal dalam Islam
dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ketiga, membahas the great gap schumpeter, serta
kontinuitas dalam sejarah ekonomi Islam.
IV. KESIMPULAN
Keragaman pemikir ini perlu ditelusuri jejak sejarahnya dikarenakan baik ekonomi
modern dan ekonomi islam tidaklah muncul dengan secara tiba-tiba, tetapi melainkan
kelanjutan dari warisan kebudayaan yang sudah ada. Apapun motivasi sehingga terus saja
melestarikan “The Great Gap” mungkin saja karena kekalahan dalam perang salib, atau bahkan
karena masih sangat kuatnya pembiasan eusentrik, hasilnya tidak akan menguntungkan bagi
sejarah pemikir ekonomi. Tanpa referensi kepada Al-Faribi (Alfarabus), Ibn Sina (Avicenna),
Ibn Rasyid (Averroes) dan Al-Ghazali (Algazel). Maka Thomas Aquinas tidak dapat dipahami
dengan benar. Dan juga kekosongan dalam sejarah pemikir ekonomi tidak akan pernah terjawab
dengan segala implikasinya terhadap pemahaman yang bias bagi setiap generasi.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. Syafi’ie, 1999, Bank Syariah: Bankir dan Praktisi Keuangan, Bank Indonesia
dan Tazkia Institute, Jakarta.
Ma’shum,Muhammad,
Source:http://agustianto.niriah.com/2008/04/11/sejarahpemikira n-ekonomi-islam-1/
Nasution, Harun, 1986, Akal dan Wahyu Dalam Islam, UI Press, Jakarta.
Nawawi, Ismail, 2009, Ekonomi Islam Perspektif Teori, Sistem, dan Aspek Hukum, Putra
Media Nusantara (PMN), Surabaya.
Karim, Adiwarman Azwar, 2010, Sejarah pemikiran Ekonomi Islam, RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Mohammad, Toha. 2012. Kontribusi Islam pada Sains & Teknologi. Artikel Stain
Pamerkasan
Ibrahim, Hasan. 1989. Sejarah & Kebudayaan Islam. Yogyakarta
Badri Jatim. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta. PT Gravindo Persada
Hewiyah, Jamal. Pemikiran dan Kontribusi Islam Dalam Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jurnal
IAIN Sunan Ampel.
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, “Qur’an Kemenag 2002”, Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama Republik Indonesia