Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN ISLAM DI KAWASAN NUSANTARA (SISTEM

PESANTREN DAN MADRASAH, PERKEMBANGAN


ORGANISASI DAN TOKOH-TOKOHNYA)

Oleh : Nawir Radjaming

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Menyinggung soal perkembangan sistem pendidikan islam di Indonesia
tidak dapat dilepaskan dari Sejarah pertumbuhan dan perkembangan dan
perkembangan umat islam di bumi Nusantara ini. Sejak Islam masuk ke
Indonesia pada abad VII M. dan berkembang pesat sejak abad VIII M. dengan
munculnya sejumlah Kerajaan islam, maka pendidikan islam juga mengalami
perkembangan seiring dengan dinamika perkembangan islam tersebut. Di mana
saja di Nusantara ini terdapat komunitas umat islam, maka disana terdapat
aktivitas pendidikan islam. Sistem pendidikan islam Ketika itu dilaksanakan
sesuai dengan situasi dan kondisi lokal dimana kegiatan pendidikan itu
dilaksanakan.
Pendidikan Islam di Indonesia pada masa-masa awal Mengambil bentuk
pengajian dasar di rumah-rumah, di langgar dan masjid yang diberikan secara
individual. Waktu Belajar Biasanya diberikan pada waktu petang atau malam
hari, sehingga pelaksanaan pendidikan agama tidak menggangu pekerjaaan
Sahari Hari. Tempat-tempat pendidikan seperti itulah yang merupakan embrio
terbentuknya sistem pendidikan pondok pesantren dan pendidikan islam formal
yang berbentuk madrasah atau sekolah-sekolah yang berdasarkan keagamaan.
Sejalan dengan perubahan zaman dan pergeseran kekuasaan di Indonesia,
maka sistem pendidikan islam mengalami perubahaan. Sistem pendidikan yang
pada awalnya dilaksanakan di surau, langar, masjid atau yang semacamnya
dipandang tidak memadai lagi sehingga perlu diperbaharui dan disempurnakan.
Realisasi dari keinginan ini diperkuat dengan adanya kenyataan bahwa
penyelenggaran pendidikan menurut sistem sekolah seperti sistem barat akan
memberikan hasil yang lebih baik. Justru itulah mulai diadakan usaha-usaha
untuk menyempurnakan sistem pendidikan islam yang ada. Pendidikan islam di
surau langar, masjid atau tempat lain, disempurnakan menjadi pondok
pesantren, madrasah atau Lembaga pendidikan yang berdasarkan keagamaan.
Memasuki abad XX gagasan tentang pembaharuan pendidikan islam
semakin meluas. Dengan kata lain, modernism pendidikan islam tidak bisa
dipisahkan dengan kebangkitan gagasan dan program modernism islam. Sejalan
dengan itu, sejumlah organisasi kemasyarakatan melakukan pembaruan
pendidikan islam yang dilatarbelakangi oleh dua kecenderungan pokok yaitu:
Pertama, adopsi sistem dan Lembaga pendidikan modern secara hampir
menyeluruh. Kedua, titik tolak modernism pendidika islam adalah sistem dan
kelembagaan pendidikan modern (Belanda), bukan sistem lembaga pendidika
islam tradisional. Dengan adanya pemikiran pengembangan sistem pendidikan
islam, maka dengan sendirinya perkembangan sistem kelembagaan pendidikan
islam mengalami kemajuan pesat.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dikemukakan permasalahan
sebagai acuan pembahasan selanjutnya sebagai berikut:
1. Bagaimana Perkembangan Sistem Pesantren dan Madrasah di Indonesia
2. Bagaimana Perkembangan organisasi Pendidikan dan Siapa Tokoh-tokohnya
II. Pembahasan
A. Perkembangan Sistem Pesantren dan Madrasah di Indonesia
1. Perkembangan Sistem Pesantren di Indonesia

Dalam melacak akar Sejarah sistem pendidikan islam di Indonesia sampai


menemukan bentuknya seperti yang dikenal sekarang, ditemukan melalui fase-
fase Sejarah yang cukup Panjang. Pertumbuhan pendidikan islam di Indonesia
tidak dapat dilepaskan dari kerangka upaya penyebaran dakwah islam. Pada
pedagang muslim yang datang ke Indonesia, sambil menjalankan aktivitas
perdagangan juga menyebarkan ajaran islam kepada orang-orang yang
melakukan interaksi bisnis dengan mereka. Setia pada kesempatan, para
pedagang memberikan pendidikan dan pengajaran agama islam. Oleh sebab itu,
pendidikan saat itu dilaksanakan dengan pola pendidikan informal.

Pendidikan dna pengajaran islam secara informal ini ternyata membawa


hasil yang sangat baik, karena dengan berangsur-angsur agama islam tersiar ke
seluruh kepulauan Indonesia, dari sabang sampai maluku. Akibat cepatnya
penyebaran islam di seluruh Indonesia dan mudahnya orang memeluk islam
maka banyak di antara orang islam yang tidak memiliki ilmu agama islam
memadai banyak di antara orang islam yang tidak memiliki ilmu agama islam
memadai untuk mendidik anak-anak mereka. Oleh sebab itu, anak-anak mereka
disuruh pergi ke langar atau surau untuk mengaji kepada seorang guru mengaji
atau guru agama.

Pola pendidikan agama islam di surau, langar atau di masjid pada masa
awal masih sangat sederhana. Modal pokok yang dimiliki oleh para tenaga
pengajar hanya semnagat menyiarkan islam. Dipusat-pusat pendidikan seperti
surau, langar, masjid atau bahkan serambi rumah sang guru, berkumpul
sejumlah murid yang duduk melantai menghadap kepada guru untuk belajar
mengaji. Tempat-tempat pendidikan seperti inilah yang menjadi embrio
terbentuknya sistem pendidikan pesantren dan pendidikan islam formal yang
berbentuk madrasah atau sekolah yang berdasar keagamaan.

Pondok pesanstren tumbuh sebagai perwujudan dari strategi umat islam


untuk mempertahankan eksistensinya terhadap pengaruh penjajahan barat dari
akibat surau, langar atau masjid tempat diselenggarakannya pendidikan agama
tidak lagi dapat menampung jumlah anak yang akan mengaji, disamping adanya
usaha untuk mengintensifkan pendidikan agama pada anak-anak. Oleh sebab
itu, maka kiyai dengan bantuan Masyarakat memperluas bangunan di sekita
surau, langar atau masjid untuk tempat mengaji sekaligus sebagai asrama bagi
anak-anak.

Sistem pendidikan di pesantren ini masih sama dengan pola pendidikan di


surau, langar atau masjid. Perbedaannya hanya ada segi intensitifitas dan
lamanya proses pendidikan berlangsung. Di pondok pesantren sebelum
diterapkannya sistem madrasah, murid-murid (tanpa ada Batasan umur) duduk
membentuk halaqah (lingkaran) disekitar gurunya dan menerima Pelajaran
yang sama. Tidak ada rancangan sebuah kurikulum tertentu berdasarkan umur,
lama belajar atau Tingkat pengetahuan.

2. Sistem Madrasah dan Perkembangannya di Indonesia

Sistem pendidikan islam mengalami perubahan sejalan dengan perubahan


zaman dan pergeseran kekuasaan di Indonesia. Kejayaan islam yang mengalami
kemunduran sejak jatuhnya Andalusia, mulai bangkit Kembali dengan
munculnya Gerakan pembaharuan islam pada awal abad XX. Sejalan dengan
itu, pemerintah jajahan (Belanda) mulia mengenalkan sistem pendidikan formal
yang lebih sistematis dan teratur dan mulai menarik umat islam untuk
memasukinya. Keinginan untuk membenahi, memperbaharui dan
menyempurnakan sistem pendidikan islam ini disebabkan oleh dua hal:

a. Semakin banyaknya kaum muslimin yang bisa menunaikan ibadah haji ke


mekah dan belajar agama di sana. Setelah Kembali di Indonesia, timbul
keinginan untuk menerapkan cara penyelenggaraan pendidikan islam seperti
di mekah.
b. Pengaruh sistem pendidikan barat yang mempunyai program yang lebih
terkoordinir dan sistematis.
Realisasi dari keinginan-keinginan ini diperkuat dengan adanya
kenyataan bahwa penyenggaraan pendidikan menurut sistem sekolah seperti
sistem barat akan memberikan hasil yang lebih baik. Oleh sebab itu, mulailah
diterapkan pamakaian bangku, meja dan papan tulis. Pembagian jenjang kelas
juga mulai diadakan. Bahkan dalam pondok pesantren sudah diterapkan pulah
sistem sekolah atau madrasah, disamping sistem pondok pesantren yang ada.
Antara madrasah dan sistem pendidikan yang ada sebelumnya
mempunyai perbedaan. Lembaga-lembaga pendidikan sebelum madrasah tidak
diatur secara administrative. Guru dan murid mempunyai kebebasan dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. Sedangkan madrasah mempunyai
administrasi yang teratur dan rapi sehingga pelaksanaan pendidikan mengikuti
aturan yang di tetapkan oleh pengelolah madrasah.
Pada masa kebangkitan, pendidikan islam banyak mengalami perubahan-
perubahan cukup mendasar, terutama berkenaan dengan materi metode dan
saran pendidikan islam. Pada masa ini banyak terjadi pembaruan di bidang
pendidikan islam akibat adanya pengaruh dari Gerakan budi utomo (1908)
maupun pengaruh pemikiran tokoh-tokoh islam yang belajar di timur Tengah.
Pada periode ini, sistem pendidikan madrasash sudah dikenal di seluruh wilayah
Indonesia, baik yang didirikan dengan usaha pribadi dan oleh organisasi-
organisasi islam, mulai dari Tingkat rendah, menengah dan sampai Tingkat
tinggi, dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem madrasah baru
dikenal pada permulaan abad XX.
Setelah Indonesia Merdeka, penyelenggaraan pendidikan agama terus
mendapat perhatian dari pihak pemerintah, baik sekolah negeri maupun swasta.
Usaha dalam hal itu dimulai dengan memberikan bantuan terhadap Lembaga-
lembaga pendidikan yang ada berdasarkan anjuran badan pekerja komite
nasional pusat (BPKNP) tanggal 27 desember 1945. Anjuran tersebut
menyatakan bahwa madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah satu
alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah perhatian
dan bantuan nyata berupa bantuan material dari pemerintah.
Setelah proklamasi, segala aspek diperbaiki, termasuk bidang pendidikan.
Departemen agama secara institusional berdiri tanggal 3 januari 1946 atas
usulan komite nasional Indonesia pusat tangga 11 nopember 1945. Di antara
fungsi departemen agama adalah mengurus dan mengatur pendidikan agama di
sekolah-sekolah, serta membimbing perguruan perguruan agama. Kehadiran
departemen agama membuka jalan yang luas bagi berkembangnya sistem
pendidikan islam secara umum, dan khususnya bagi sistem pesantren dan
madrasah pada masa-masa selanjutnya.
Setelah revolusi selesai, sejumlah sekolah-sekolah agama didirikan
seperti madrasah ibtidaiyah (6 tahun) Tsanawiah (4 Tahun), Aliyah (3 tahun).
Sekolah guru agama islam (5 tahun bagi lulusan sekolah dasar baik umum
maupun agama, 2 tahun bagi lulusan SMP atau Tsanawiah), sekolah guru dan
hakim agama islam (4 tahun bagi lulusan SMP atau Tsanawiah). Dua sekolah
terakhir mengalami perubahan tahun 1953, PGA menjadi 6 tahun, 4 tahun
bagian pertama dan 2 tahun bagian atas. Sedangkan SGHA dihapuskan tahun
1954 dan digantikan dengan pendidikan hakim islam negeri (PHIN) yang lama
pendidikanya 4 tahun bagi lulusan PGA 4 tahun).
Dengan adanya sekolah guru agama dan hakim agama, tentunya
memerlukan tenaga pengajar yang pendidikannya lebih tinggi. Untuk mengatasi
hal itu, maka departemen agama mendirikan perguruan tinggi agama islam
PTAIN) di yogjakarta. Lama berlajarnya 4 tahun dengan gelar doktorandus.
Pada tahun 1957, dengan ketetapan Menteri agama No. 1957 didirikan akademi
dinas ilmu agama (ADIA) yang bertujuan mendidik pegawai negeri yang
berijazah akademi untuk menjadi pendidik pada sekolah lanjutan umum,
kejuruan dan agama.
Pada tahun 1960 berdirilah IAIN dengan Keputusan presiden No.11 tahun
1960 yang merupakan gabungan dari PTAIN dan ADIA. Pada perkembangan
selanjutnya, berdirilah sejumlah IAIN di Kawasan Nusantara, bahkan ada yang
membukan pendidikan S2 dan S3.
B. Perkembangan Organisasi-organisasi Pendidikan dan tokoh-tokohnya
Modernisasi pendidikan islam tidak bisa dipisahkan dengan kebangkitkan
gagasan dan program modernism islam. Kerangka dasar yang berada di balik
modernism islam secara keseluruhan adalah bahwa modernisasi pemikiran
kelembagaan islam merupakan prasyarat bagi kebangkitan kaum muslimin di
masa modern. Karena itu, pemikiran dan kelembagaan islam, termasuk
pendidikan islam, haruslah diperbaharui sesuai dengan kerangka modernitas
mempertahankan pemikiran kelembagaan islam tradisional, hanya akan
memperpanjang nestapa ketidakberdayaan kaum muslimin berhadapan dengan
kemajuan dunia.
Watak pendidikan islam adalah sistematis dan konsisten menuju kea rah
tujuan yang hendak dicapai. Untuk itu, maka pendidikan islam memerlukan
pemikiran sistemmatik dan mengarahkan prosesnya dalam sistem-sistem yang
aspiratif terhadap kebutuhan umatnya. Mencermati hal tersebut, tampaknya kea
rah itulah yang menjadi motivasi para pembaharu pendidikan islam di Indonesia
pada awal abad ke-20 M. Gagasan modernism islam pada lapangan pendidikan,
direalisasikan dengan pembentukan Lembaga-lembaga pendidikan modern yang
mengadopsi dari sistem pendidikan colonial Belanda.
Dalam kajian tentang pembaruan (modernisasi) pendidikan islam di
Indonesia, mengharuskan kita membahas Gerakan-gerakan pembaruan
pendidikan, baik oleh individu maupun organisasi Masyarakat islam.
Pemrakarsa pertama dilakukan oleh Abdullah ahmad dengan madrasah
Adabiyah, yang kemudian diubah menjadi sekolah Adabiyah (1915). Hanya
sedikit ciri atau unsur dalam kurikulum sekolah (HIS) Adabiyah yang
membedakannya dengan sekolah Belanda. Sekolah Adabiyah menambahkan
Pelajaran agama dua jam sepekan.
Demikian pula Zainuddin Labbai el-Yunus mendirikan sekolah diniyah di
Minangkabau yang menerapakan model modern tahun 1915 M. Pelajaran
disampaikan di sekolah ini dengan sistem klasikal. Kurikulumnya tidak hanya
mengajarkan pengetahuan agama, tetapi juga pengetahuan umum, terutama
mengajarkan pengetahuan agama, tetapi juga pengetahuan umum, terutama
Sejarah dan ilmu bumi. Dalam kelas tertinggi, mata Pelajarannya menggunakan
buku buku bahasa arab karena kurikulumnya lebih bersifat ekstra bahasa arab
dari pada ilmu bumi dan Sejarah.
Sejalan dengan itu, organisasi-organisasi kemasyarakatan melakukan
pembaruan pendidikan islam yang dilatar belakangi oleh dua kecenderungan
pokok yaitu, pertama, adalah adopsi sistem dan Lembaga pendidikan modern
(Belanda), bukan sistem Lembaga pendidikan islam tradisional.
Di antara organisasi-organisasi kemasyrakatan yang melakukan
pembaruan pendidikan islam adalah sebagai berikut :
1. Al-Jamiat al-Khairiah
Al-Jamiat al-Khairiah adalah organisasi yang beranggotakan mayoritas
orang-orang Arab yang didirikan di Jakarta tanggal 17 Juli 1905. Program
utamanya adalah pendirian dan pembinaan sekolah Tingkat dasar dan
pengiriman anak-anak muda ke turki melanjutkan Pelajaran.
Tampilnya Jamiat Khair dalam Gerakan permbaruan pendidikan islam
terasa penting karena organisasi ini termasuk organisasi modern dalam
Masyarakat islam waktu itu. Kemoderna organisasi ini terlihat pada keseluruhan
kegiatannya yang diselenggarakan berdasarkan sistem barat.
2. Al-Irsyad

Al-Irsyad didirikan pada tahun 1913 M. oleh ahmad surkati dan mendapat
pengesahan dari Belanda pada tanggal 11 Agustus 1915. Salah satu
pembaharuan yang dilakukan al-irsyad adalah pembaharuan di bidang
pendidikan. Pada tahun 1913, didirikan sebuah perguruan modern di Jakarta
dengan sistem kelas. Materi pelajarannya adalah Pelajaran umum, disamping
Pelajaran agama. Pimpinan-pimpinan al-irsyad dalam bidang pendidikan
banyak dipengaruhi oleh pikiran-pikiran Muhammda Abduh.
Salah satu langkah yang cukup baik dilakukan al-Irsyad tahun 1930-an
adalah disediakannya beasiswa untuk beberapa lulusannya untuk belajar ke luar
negeri, terutama di mesir. Upaya penyediaan beasiswa ini merupakan langkah
maju pada saat itu.

3. Persyerukatan Ulama
Persyerikatan ulama merupakan perwujudan dari Gerakan pembaharuan
di daerah mojalengka (Jawa Barat) yang dimulai pada tahun 1911 atas inisiatif
K.H. Abdul Halim.
Dalam bidang pendidikan. K.H. Abdul Halim mulanya
menyelenggarakan Pelajaran agama sekali seminggu untuk orang-orang dewasa.
Pada tahun 1932, Abdul Halim mendirikan “Santi Asrama” sebuah sekolah
berasrama yang dibagi menjadi tiga tingkatan: Tingkat permulaan dasar dan
lanjutan. Kurikulum yang diberikan di sekolah tersebut tidak hanya berupa
pengetahuan agama dan umum, tetapi juga berbagai keterampilan yang bernilai
ekonomi. Para pelajar dilatih dalam pertanian dan pekerjaan tangan. Santi
asrama merupakan model sekolah yang beru dalam sistem pendidikan di
Indonesia. Model sekolah ini merupakan salah satu bentuk kontribusi yang telah
diberikan oleh Persyerikatan Ulama untuk kemajuan pendidikan dan
Masyarakat islam di Indonesia agar tidak ketinggalan zaman.
4. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada tanggal 10 nopember 1912
M./8 Zulhajjah 1330 H. oleh K.H. Ahmad Dahlan. Organisasi ini bergerak di
bidang pendidikan, dakwah dan kemasyrakatan. Tujuannya adalah untuk
membebaskan umat islam dari kebekuan dalam segala bidang dan praktek
keagamaan yang menyimpang dari kemurnian ajaran islam.
Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah merumuskan kegiatan untuk
memperbaharui sistem pendidikan islam secara modern sesuai dengan kehendak
dan tuntutan kemajuan zaman. Pada tahun 1915, K.H. Ahmad Dahlan mulai
mendirikan sekolah dasarnya yang pertama. Pada sekolah ini diberikan
pengetahuan umum, disamping pengetahuan agama. Kemudian diikuti dengan
berdirinya sekolah-sekolah Muhammdiyah di pelosok Indonesia.
5. Persatuan Islam (PERSIS)
Persatuan Islam (PERSIS) didirikan secara resmi pada tanggal 12
september 1923 di bandung oleh sekelompok orang islam yang berminat dalam
studi dan aktivitas keagaman yang dipimpin oleh Zam-zam dan Muhammad
Yunus. Ciri dari PERSIS ini adalah kegiatannya dititikberatkan pada
pembentukan paham keagamaan (Islam) dengan melakukan kegiatan pertemuan
umum, tabligh, khutbah-khutbah, kelompok studi, mendirikan sekolah dan lain-
lain.
Organisasi Persatuan Islam (PERSIS) sangat memperhatikan
pengembangan pendidikan, di antaranya adalah taman kanak-kanak HIS tahun
1930, sekolah MULO tahun 1931, sekolah MULO tahun 1931, sekolah guru
tahun 1932 oleh M. Natsir. Selain itu, PERSIS mendirikan pesantren di bandung
tahun 1936 untuk membentuk kader-kader yang mempunyai keinginan
menyebarkan agama. Di pesantren ini telah diajarkan di samping pengetahuan
agama juga pengetahuan umum.
6. Nahdatuk Ulama (NU)

Nahdatul Ulama didirikan tanggal 16 Rajab 1344 H/31 januari 1926 M. di


Surabaya oleh alim ulama dari tiap tiap daerah jawa timur, di antaranya : a)
K.H. Hasyim Asy’ari, Tebu Ireng, b) K.H. Abd. Wahab Hasbullah, c) K.H.
Bisri, Jombang, d) K.H. Ridwan, Semarang, e) K.H. Nawawi, Pasuruan, f) K.H.
Asnawi, Kudus, dan g) K.H. Hambali, Kudus.

Di bidang pendidikan dan pengajaran, NU membentuk satu badan khusus


untuk menanganinya, yaitu “Ma’arif” yang berugas untuk membuat
perundungan program pendidikan dan lembaganya atau sekolah-sekolah yang
berada di bawah naungan NU. Pesantren yang dikembangkan NU tidak saa
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran model tradisional, tetapi juga
diselenggarakan sekolah agama (Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah)
dan sekolah umum, (SD,SMP,SMA) berdasarkan Keputusan komisi perguruan
NU (al-Maarif) tahun 1938 M./1356 H.

Pada awal berdirinya, NU tidak membicarakan secara tegas tentang


pembaruan pendidikan. Namun demikian NU juga terjun dalam kegiatan
pembaruan pendidikan dengan mendirikan madrasah yang mengajarkan
disamping pendidikan agama, juga pendidikan umum. Dengan demikian, NU
mendapat kesulitan untuk memprakarsai pembaruan pendidikan pada
lingkungan pesantren di pedesaan. Menurut Steenbrink, NU tidak pernah
mengambil Keputusan revolusioner, karena dikhawatirkan akan menimbulkan
reaksi keras dari Kiyai dan Masyarakat Muslim.

Akan tetapi, usaha tersebut pernah dirintis oleh K.H. Muhammad Ilyas,
murid dari K.H. Hasyim Asy’ari. Beliau pernah mengenyam pendidikan HIS
pada tahun 1925, beliau telah menyelesaikan pendidikan HIS, kemudian
mondok di tebu ireng untuk memperdalam agama. Tahun 1929 K.H. Hasyim
Asy’ari mempercayakan kepada beliau menjadi pengawas umum di pesantren
dan pimpinan pada pesantren salafiyyah. Atas persetujuan K.H. Hasyim
Asy’ari, Muhammad ilyas memperkenalkan Pelajaran umum di pesantren
seperti membaca dan menulis huruf latin, ilmu bumi, Sejarah dan bahasa
melayu. Pembaruan pendidikan yang diterapkan di pesantren merupakan awal
bagi kemajuan pesantren.

7. Syarikat Islam (SI)

SI sebelumnya dikenal sebagai Partai Syarikat Islam Indonesia yang


didirikan oleh HOS. Cokroaminoto. Beliau sangat gigih dalam memajukan
rakyat dalam bidang politik. Disamping itu, ia mengusahakan persatuan umat
islam di indonsesia dengan menyelenggarakan kongres-kongres islam di
Indonesia. Beliau telah melakukan Gerakan pembaharuan di Indonesia yang
banyak mewarnai pemikiran umat islam, khususnya dalam bidang politik dan
pendidikan islam.

III. Penutup

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pertumbuhan pendidikan islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari


kerangka upaya penyebaran dakwah islam. Para pedagang muslim yang
datang ke Indonesia, di sambil menjalankan aktifitas perdagangan juga
menyebarkan ajaran islam kepada orang-orang yang melakukan interaksi
bisnis dengan mereka. Para pedagang memberikan pendidikan dan
pengajaran agama islam dengan pola pendidikan formal.
2. Setelah terasa kebutuhan akan pendidikan islam semakin mendesak
sementara pola pendidikan informal yang dilaksanakan oleh para pedagang
muslim tidak lagi dapat memenuhi tuntutan tersebut, maka pendidikan dan
pengajaran islam ke langar atau surau untuk mengaji kepada seorang guru
mengaji atau guru agama. Pola pendidikan agama islam di surau untuk
mengaji kepada seorang guru mengaji atau guru agama. Pola pendidikan
agama islam di surau. Langgar atau di masjid pada masa awal masih sangat
sederhana. Para murid berkumpul dan duduk melantai menghadap kepada
guru untuk belajar mengaji. Tempat-tempat pendidikan seperti inilah yang
menjadi embrio terbentuknya sistem pendidikan pondok pesantren dan
pendidikan islam formal yang berbentuk madrasah atau sekolah yang
berdasar keagamaan.
3. Mengingat sistem pendidikan yang dilaksanakan di masjid, surau atau langar
tidak memadai dan tak dapat menampung jumlah murid, maka kiyai dengan
bantuan Masyarakat memperluas bangunan di sekitar suarau, langar atau
masjid untuk tempat mengaji sekaligus sebagai asrama bagi anak-anak.
Sistem pendidikan di pesantren masih sama dengan pola pendidikan di
surau, langar atau masjid. Perbedaannya hanya pada segi intensitifitas dan
lamanya proses pendidikan berlangsung. Murid-murid (tanpa ada Batasan
umur) duduk membentuk halaqah (Lingkaran) di sekita gurunya dan
menerimah Pelajaran yang sama. Tidak ada rancangan sebuah kurikulum
tertentu berdasarkan umur, lama belajar atau Tingkat pengetahuan.
4. Pada awal abad XX, mulai bangkit Kembali dengan munculnya Gerakan
pembaharuan islam. Sejalan dengan itu, pemerih jajahan (Belanda) mulia
memperkenalkan sistem pendidikan formal yang lebih sistematis dan teratur
dan mulai menarik umat islam untuk memasukinya. Oleh karena itu, mulai
saat itu, penyelenggaraan pendidikan menurut sistem sekolah mulailah
diterapkan pembagian jenjang kelas juga mulai diadakan. Bahkan dalam
pondok pesantren sudah diterapkan pulah sistem sekolah atau madrasah, di
samping sistem pondok pesantren yang ada.
5. Perkembangan sistem pendidikan pesantren dan madrasah di Indonesia tidak
dapat dilepaskan dari peran yang dimainkan oleh organisasi-organisasi islam
yang turut bergerak ke arah pengembangan pendidikan di Indonesia. Adapun
organisasi-organisasi yang memberikan sumbagan terhadap perkembangan
pendidikan di Indonesia antara lain : a) Al-Jamiat al-Khairiah, b) Al-Irsyad,
c) Persyerikatan Ulama, d) Muhammadiyah, e) Persatuan Islam (PERSIS), f)
Nahdhatul Ulama (NU), g) Syarikat Islam (SI) dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, Hanun. Sejarah Pendidkan Islam. Cet. 1; JalGArta: vr. Logos Wacana limu, 1999.

Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam.' Tradisidan Mcx/arnisasi Menuju Mi/eniurn Baru. Cet.
1; Jakarta : VE. Logos Wacana Ilmu, 1999.
. Surau di Tengah Krisis; Pesantren dalam PerspeklifMasyarakat dalarn
M. Dawan Rahardjo (ed). Enseklopedi al-Qur'an: Tafsir Sosial Berdasarkan KonsepKonsep
Kunci. Cet. 1; Jakarta: Paramadina, 1996.

Depariemen Agama RI., Ensiklopedia Islam. Jakarta: Bimbaga Islam, Proyek Peningkatan
Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/lAIN, 1992/1993.

Dhofir, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai. Cet. 111;
Jakarta: LP3ES, 1984.
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Cet. 1; Jakarta: T. Raja Grafindo Persada, 1996.

Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Lintasan Sejarah Perturnbuhan dan


Perkembangan. Cet. 111; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.

Madjid, Nurcholish. Bilik-bi/ik Pesantren: Sebuah Potet Perjalanan. Cet. I', Jakarta:
Paramadina, 1997.

Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1902. Jakarta: LP3S 1991.

Adminisfrasi Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali, 1983.

Steenbrink, Karel A. Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun /%ern.
Jakarta: LP 3 ES, 1986.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam,• Dirasah Islamiyah IL edisi I, Cet. 11; Jakarta: FF.
Raja Grafindo Persada, 1994.

Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara, 1979.

Zuhairini dkk., Sejarah Pendidikan Islam. edisi I, Cet. IV; Jakarta: Bumi Alcara, 1995.

Anda mungkin juga menyukai