KELOMPOK : 5 (Lima)
NAMA : 1. Belly Anpesema Rahmat 23105050036
2. Fahriyyah Naifah Agusrif 23105050041
3. Muhammad Ikhsan23105050046
4. Nafa Mubarok 23105050031
5. Rizky Oktavian 23105050051
KELAS : Ilmu Hadis (B)
DOSEN PENGAMPU : Pak Noor Hidayat S.ag,M.ag
B. Pembahasan
1. Perkembangan Studi Islam di Indonesia
Di Indonesia sendiri, pendidikan Islam telah berlangsung sejak masuknya Islam ke
Indonesia, dilaksanakan di masjid, pesantren, dayah dan surau. Namun, pada zaman kolonial
Belanda sebelum abad kedua puluh terdapat dikotomi antara sistem pendidikan Islam dengan
sistem pendidikan kolonial Belanda. Dalam sistem pendidikan Islam ilmu yang diajarkan
hanya ilmu agama saja lewat kitab kuning, sedangkan sistem pendidikan kolonial hanya
mengajarkan ilmu sekuler.
Sejarah Studi Islam atau Kajian Islam (Dirasah Islamiyah, Islamic Studies) di
Indonesia di sini lebih difokuskan, atau bahkan dikhususkan, pada fenomena Studi Islam
secara formal, dan tentu dinamika yang ada di dalamnya, yang terjadi di lingkungan
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), atau yang sebelumnya disebut dengan
Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). Untuk keperluan deskripsi secara komprehensif
(menyeluruh), sekaligus dinamika progresif yang ada pada masing-masing decade,
pembahasan ini dibuat dalam bentuk periodisasi sejak tahun 1970-an sampai dengan
sekarang, yang secara teoritis kemudian dibagi atas empat periode, yaitu: periode Studi Islam
tahun 1970-an, tahun 1980-an, tahun 1990-an dan periode Studi Islam pada dua dekade
belakangan ini.
Seringkali ada anggapan dari banyak pihak bahwa studi mengenai masalah
metodologi di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), tentu terutama metodologi dalam
studi Islam atau penelitian agama Islam, baru dimulai pada awal tahun 1970-an. Tentu saja
anggapan seperti ini tidak sepenuhnya keliru, dan tidak pula mutlak benar. Anggapan tersebut
bisa dibenarkan sepanjang yang dimaksudkan adalah metodologi atau penelitian yang
diajarkan secara berdiri sendiri, dalam pengertian bukan menjadi sub bagian dari matakuliah
tertentu.
Dalam konteks pendidikan Islam di Asia Tenggara juga mengalami proses
perkembangan yang sama, seperti halnya perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, pada
dasarnya merupakan fenomena modern yang baru muncul sejak abad ke-20 M, karena pada
masa awal masuk dan berkembangnya Islam, masyarakat Islam masih menggunakan rumah-
rumah, langgar-langgar, surau, dan masjid yang kemudian berkembang menjadi pesantren
sebagai tempat belajar. Dalam perkembangan selanjutnya, madrasah di Indonesia lahir
sebagai hasil tarik-menarik antara pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam pada masa
awal yang sudah ada di satu sisi dengan pendidikan modern (umum) di sisi lain. Adapun para
ulama yang berjasa dalam mendirikan madrasah di Indonesia adalah Syekh Abdul Karim
yang mendirikan madrasah Thawalib di Padang Panjang, H. Abd. Somad mendirikan
madrasah Nurul Iman di Jambi, Madrasah Sa’adah Adabiyah didirikan Tengku Daud Beureuh
di Aceh, Syekh Amrullah Ahmad di Padang, K.H. Achmad Dahlan di Yogyakarta, K.H.
Wahab Hasbullah bersama K.H. Mansyur di Surabaya dan lainnya.
Pendidikan agama Islam di Indonesia diselenggarakan oleh sekolah Al-Qur'an lokal
dan pesantren. Pesantren memberikan pendidikan kepada murid yang disebut santri dan
mengamalkan sistem yang berpusat pada kyai. Kyaiadalah ulama lokal yang terlibat dalam
pendirian dan pengajaran ilmu pengetahuan dan sebagai pemimpin komunitas muslim
setempat. Pada dasarnya pengertian pesantren yang dimulai dengan huruf pe- dan diakhiri
dengan -an 4 diartikan sebagai tempat, yaitu tempat dimana para santri dapat melakukan
tugas -tugas seperti belajar, tidur dan mengabdi, terdapat juga mushola atau masjid sebagai
tempat ibadah, terkadang pesantren juga diartikan sebagai gabungan kata Sant (orang baik)
dengan suku kata tra (tolong), sehingga kata pesantren dapat diartikan sebagai tempat
pendidikan manusia yang baik.
2. Perkembangan Studi Islam di Malaysia
Seperti halnya di Indonesia, pendidikan Islam di Malaysia tidak dapat dipastikan secara
tepat kapan dimulai, tetapi perkara ini dapat dilihat pada latar belakang sejarah kedatangan
agama Islam di negara ini dan aktivitas serta kegiatan pendidikan yang berjalan pada waktu
tersebut. Kedatangan Islam dan proses islamisasi berlangsung melalui jalur perdagangan atas
peranan para pedagang muslim dan mubalig dari Arab dan Gujarat, para dai setempat dan
penguasa Islam.5 Malaysia pun menjadi basis utama penyebaran Islam ke Kepulauan Hindia
Timur.6 Sejak merdeka tahun 1957, ilmu pengetahuan agama Islam telah dijadikan sebagai
kurikulum pendidikan nasional Malaysia dan diberikan selama 120 menit per minggunya.
Akan tetapi, pemerintah tidak melakukan penekanan atau lulus ujian ilmu pengetahuan
agama Islam, sehingga pelajaran ini tidak mendapat perhatian serius dari siswa pada masa
tersebut. Pendidikan di Malaysia pada dasarnya mengadopsi sistem dari negara Inggris sebab
Malaysia merupakan salah satu negara bekas jajahan Inggris. Hal ini yang menyebabkan
Malaysia maju di bidang pendidikan, di mana negara Inggris sangat memerhatikan
pendidikan untuk negeri jajahannya. Ini berbeda dengan Indonesia yang merupakan bekas
jajahan Beanda. Belanda hanya ingin mengerut kekayaan negara jajahannya tanpa
memberikan pendidikan yang intensif. Akibatnya negaranegara yang dijajah oleh Belanda
cenderung terbelakang dalam bidang pendidikan. Negara Malaysia memiliki keinginan kuat
untuk menjadikan pendidikannya itu go international. Buktinya hal itu dituangkan dalam
rumusan misi utama Kementerian Pelajaran Malaysia, yang berbunyi, “Mewujudkan sistem
pendidikan bertaraf dunia untuk merealisasikan potensi sepenuhnya setiap individu, di
samping memenuhi aspirasi masyarakat Malaysia.
Penerapan kurikulum pendidikan Islam di Malaysia tidak berbeda jauh dengan
pendidikan Islam di Indonesia, yaitu kurikulum pendidikan Islam yang mengandung dua
kurikulum inti sebagai kerangka dasar operasional pengembangan kurikulum, yaitu: tauhid
sebagai unsur pokok yang tidak dapat diubah dan perintah membaca ayat-ayat Alquran.
Pemerintah Malaysia menyediakan sarana dan prasarana belajar yang sangat baik, baik
dari segi sumber ilmu yang berasal dari buku-buku dengan cara menyediakan perpustakaan
yang lengkap maupun beasiswa yang diberikan kepada orang yang masih belajar. Pemerintah
Malaysia mempunyai perhatian yang besar dalam meningkatkan kualitas dan mutu perguruan
tinggi demi memajukan pendidikan Islam. Tidak semua IPTA dan IPTS di Malaysia
membuka Islamic Studies. Beberapa Perguruan tinggi yang membuka program Islamic
Studies adalah: Internasional Islamic University of Malaysia (IIUM), University of Malaya
(UM), University Kebangsaan Malaysia (UKM), Univerisity Utara Malaysia (UUM),
Univerisity Pendidikan Sultan Idris (UPSI), University Sains Malaysia (USM), dan Kolej
University Islam Selangor (KUIS). University Malaysia (UM) adalah universitas tertua di
Malaysia. Berdiri pada tanggal 8 Oktober 1948 ketika King Edward VII College of Medicine
dan Raffles College bergabung menjadi University Malaysia di Singapura. Sedangkan
University Kebangsaan Malaysia (UKM) adalah universitas yang didirikan setelah UM. Ia
berdiri pada tanggal 18 Mei 1970 dan bertempat di Lembah Pantai Kuala Lumpur. Adapun
International Islamic University of Malaysia (IIUM) yang biasa disebut University Islam
Antarbangsa Malaysia (UIAM) merupakan hasil kerja sama antara kerajaan Malaysia dan
Organitation of the Islamic Conference (OIC).
Jenis dan jenjang pendidikan Islam di Malaysia yaitu jenis pendidikannya terdiri atas
sekolah pondok, sekolah madrasah, dan sekolah agama Islam lain. Adapun jenis lembaga
pendidikan umum seperti Sekolah Kebangsaan, Sekolah Kluster, Sekolah Jenis Kebangsaan,
dan lain sebagainya. Jenjang pendidikannya yaitu Prapendidikan Dasar, Pendidikan Dasar,
Pendidikan Menengah Pertama, Pendidikan Menengah Atas, Pendidikan Pascapendidikan
Menengah, dan Pendidikan TinggI.