Anda di halaman 1dari 9

METODE STUDI ISLAM DI ASIA TENGGARA

KELOMPOK : 5 (Lima)
NAMA : 1. Belly Anpesema Rahmat 23105050036
2. Fahriyyah Naifah Agusrif 23105050041
3. Muhammad Ikhsan23105050046
4. Nafa Mubarok 23105050031
5. Rizky Oktavian 23105050051
KELAS : Ilmu Hadis (B)
DOSEN PENGAMPU : Pak Noor Hidayat S.ag,M.ag

PENGANTAR STUDI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
A. Pendahuluan
Asia Tenggara merupakan sebuah kawasan yang terdiri dari negara-negara dengan
berbagai macam latar belakang suku, ras, budaya, dan agama yang membentuknya. Dengan
adanya berbagai macam latar belakang tersebut, maka perkembangan Islam di Asia Tenggara
mengalami dinamika yang unik yang memiliki watak dan karakteristik berbeda dengan Islam
di Timur Tengah, sehingga hal ini juga berdampak pada terbentuknya pola pendidikan Islam
di Asia Tenggara. Pada dasarnya ada beberapa perbedaan dan kesamaan pola pendidikan
Islam di Asia Tenggara baik dari segi jenis, jenjang muatan kurikulum pendidikan, dan
kebijakan pendidikannya, meskipun tidak persis sama, karena hal ini dipengaruhi oleh letak
geografis dan kultur budaya masyarakatnya yang masih satu rumpun yakni rumpun Melayu.
Dengan adanya berbagai bentuk persebaran Islam di Asia Tenggara ini maka model atau
pola perkembangan pendidikan Islam di Asia Tenggara turut mengalami pengaruh yang
besar. Perkembangan pendidikan Islam di Asia Tenggara mengalami pertumbuhan yang
begitu cepat dan pesat sehingga menarik untuk dikaji. Oleh sebab itu, untuk mengetahui
dinamika pendidikan Islam di Asia Tenggara maka dapat dipetakan pada negara-negara yang
penduduknya beragama Islam. Negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam
adalah Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam, sedangkan negara-negara dengan
pemeluk agama Islam minoritas adalah Thailand, Singapura, dan Filipina. Namun, untuk
wilayah Thailand Selatan menjadi suatu pertimbangan tersendiri, karena perkembangan Islam
di Thailand Selatan tepatnya di wilayah Patani begitu pesat dalam pengembangan pendidikan
Islam. Meskipun perkembangan pendidikan Islam di Patani tidak begitu mendapatkan
perhatian dan dukungan oleh pemerintah Thailand, dikarenakan berbagai alasan dan
pengaruh intrik politik kekuasaan agama mayoritas.
Oleh karena itu, dengan melihat berbagai perkembangan masuknya Islam di Asia
Tenggara di atas, maka hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap corak pengembangan
pendidikan Islam di Asia Tenggara. Pengembangan pendidikan Islam di Asia Tenggara
dalam hal ini dapat dipetakan pada beberapa negara yang mayoritas beragama Islam dan
memiliki keunikan yang menjadi grand desain pengembangan pendidikan Islam yang ada di
masing-masing negara yaitu Indonesia, Malaysia, Burnai Darussalam, Thailand, Myanmar,
Filipina, singapura, Kamboja, Laos, Vietnam, Timur leste.

B. Pembahasan
1. Perkembangan Studi Islam di Indonesia
Di Indonesia sendiri, pendidikan Islam telah berlangsung sejak masuknya Islam ke
Indonesia, dilaksanakan di masjid, pesantren, dayah dan surau. Namun, pada zaman kolonial
Belanda sebelum abad kedua puluh terdapat dikotomi antara sistem pendidikan Islam dengan
sistem pendidikan kolonial Belanda. Dalam sistem pendidikan Islam ilmu yang diajarkan
hanya ilmu agama saja lewat kitab kuning, sedangkan sistem pendidikan kolonial hanya
mengajarkan ilmu sekuler.
Sejarah Studi Islam atau Kajian Islam (Dirasah Islamiyah, Islamic Studies) di
Indonesia di sini lebih difokuskan, atau bahkan dikhususkan, pada fenomena Studi Islam
secara formal, dan tentu dinamika yang ada di dalamnya, yang terjadi di lingkungan
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), atau yang sebelumnya disebut dengan
Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). Untuk keperluan deskripsi secara komprehensif
(menyeluruh), sekaligus dinamika progresif yang ada pada masing-masing decade,
pembahasan ini dibuat dalam bentuk periodisasi sejak tahun 1970-an sampai dengan
sekarang, yang secara teoritis kemudian dibagi atas empat periode, yaitu: periode Studi Islam
tahun 1970-an, tahun 1980-an, tahun 1990-an dan periode Studi Islam pada dua dekade
belakangan ini.
Seringkali ada anggapan dari banyak pihak bahwa studi mengenai masalah
metodologi di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), tentu terutama metodologi dalam
studi Islam atau penelitian agama Islam, baru dimulai pada awal tahun 1970-an. Tentu saja
anggapan seperti ini tidak sepenuhnya keliru, dan tidak pula mutlak benar. Anggapan tersebut
bisa dibenarkan sepanjang yang dimaksudkan adalah metodologi atau penelitian yang
diajarkan secara berdiri sendiri, dalam pengertian bukan menjadi sub bagian dari matakuliah
tertentu.
Dalam konteks pendidikan Islam di Asia Tenggara juga mengalami proses
perkembangan yang sama, seperti halnya perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, pada
dasarnya merupakan fenomena modern yang baru muncul sejak abad ke-20 M, karena pada
masa awal masuk dan berkembangnya Islam, masyarakat Islam masih menggunakan rumah-
rumah, langgar-langgar, surau, dan masjid yang kemudian berkembang menjadi pesantren
sebagai tempat belajar. Dalam perkembangan selanjutnya, madrasah di Indonesia lahir
sebagai hasil tarik-menarik antara pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam pada masa
awal yang sudah ada di satu sisi dengan pendidikan modern (umum) di sisi lain. Adapun para
ulama yang berjasa dalam mendirikan madrasah di Indonesia adalah Syekh Abdul Karim
yang mendirikan madrasah Thawalib di Padang Panjang, H. Abd. Somad mendirikan
madrasah Nurul Iman di Jambi, Madrasah Sa’adah Adabiyah didirikan Tengku Daud Beureuh
di Aceh, Syekh Amrullah Ahmad di Padang, K.H. Achmad Dahlan di Yogyakarta, K.H.
Wahab Hasbullah bersama K.H. Mansyur di Surabaya dan lainnya.
Pendidikan agama Islam di Indonesia diselenggarakan oleh sekolah Al-Qur'an lokal
dan pesantren. Pesantren memberikan pendidikan kepada murid yang disebut santri dan
mengamalkan sistem yang berpusat pada kyai. Kyaiadalah ulama lokal yang terlibat dalam
pendirian dan pengajaran ilmu pengetahuan dan sebagai pemimpin komunitas muslim
setempat. Pada dasarnya pengertian pesantren yang dimulai dengan huruf pe- dan diakhiri
dengan -an 4 diartikan sebagai tempat, yaitu tempat dimana para santri dapat melakukan
tugas -tugas seperti belajar, tidur dan mengabdi, terdapat juga mushola atau masjid sebagai
tempat ibadah, terkadang pesantren juga diartikan sebagai gabungan kata Sant (orang baik)
dengan suku kata tra (tolong), sehingga kata pesantren dapat diartikan sebagai tempat
pendidikan manusia yang baik.
2. Perkembangan Studi Islam di Malaysia
Seperti halnya di Indonesia, pendidikan Islam di Malaysia tidak dapat dipastikan secara
tepat kapan dimulai, tetapi perkara ini dapat dilihat pada latar belakang sejarah kedatangan
agama Islam di negara ini dan aktivitas serta kegiatan pendidikan yang berjalan pada waktu
tersebut. Kedatangan Islam dan proses islamisasi berlangsung melalui jalur perdagangan atas
peranan para pedagang muslim dan mubalig dari Arab dan Gujarat, para dai setempat dan
penguasa Islam.5 Malaysia pun menjadi basis utama penyebaran Islam ke Kepulauan Hindia
Timur.6 Sejak merdeka tahun 1957, ilmu pengetahuan agama Islam telah dijadikan sebagai
kurikulum pendidikan nasional Malaysia dan diberikan selama 120 menit per minggunya.
Akan tetapi, pemerintah tidak melakukan penekanan atau lulus ujian ilmu pengetahuan
agama Islam, sehingga pelajaran ini tidak mendapat perhatian serius dari siswa pada masa
tersebut. Pendidikan di Malaysia pada dasarnya mengadopsi sistem dari negara Inggris sebab
Malaysia merupakan salah satu negara bekas jajahan Inggris. Hal ini yang menyebabkan
Malaysia maju di bidang pendidikan, di mana negara Inggris sangat memerhatikan
pendidikan untuk negeri jajahannya. Ini berbeda dengan Indonesia yang merupakan bekas
jajahan Beanda. Belanda hanya ingin mengerut kekayaan negara jajahannya tanpa
memberikan pendidikan yang intensif. Akibatnya negaranegara yang dijajah oleh Belanda
cenderung terbelakang dalam bidang pendidikan. Negara Malaysia memiliki keinginan kuat
untuk menjadikan pendidikannya itu go international. Buktinya hal itu dituangkan dalam
rumusan misi utama Kementerian Pelajaran Malaysia, yang berbunyi, “Mewujudkan sistem
pendidikan bertaraf dunia untuk merealisasikan potensi sepenuhnya setiap individu, di
samping memenuhi aspirasi masyarakat Malaysia.
Penerapan kurikulum pendidikan Islam di Malaysia tidak berbeda jauh dengan
pendidikan Islam di Indonesia, yaitu kurikulum pendidikan Islam yang mengandung dua
kurikulum inti sebagai kerangka dasar operasional pengembangan kurikulum, yaitu: tauhid
sebagai unsur pokok yang tidak dapat diubah dan perintah membaca ayat-ayat Alquran.
Pemerintah Malaysia menyediakan sarana dan prasarana belajar yang sangat baik, baik
dari segi sumber ilmu yang berasal dari buku-buku dengan cara menyediakan perpustakaan
yang lengkap maupun beasiswa yang diberikan kepada orang yang masih belajar. Pemerintah
Malaysia mempunyai perhatian yang besar dalam meningkatkan kualitas dan mutu perguruan
tinggi demi memajukan pendidikan Islam. Tidak semua IPTA dan IPTS di Malaysia
membuka Islamic Studies. Beberapa Perguruan tinggi yang membuka program Islamic
Studies adalah: Internasional Islamic University of Malaysia (IIUM), University of Malaya
(UM), University Kebangsaan Malaysia (UKM), Univerisity Utara Malaysia (UUM),
Univerisity Pendidikan Sultan Idris (UPSI), University Sains Malaysia (USM), dan Kolej
University Islam Selangor (KUIS). University Malaysia (UM) adalah universitas tertua di
Malaysia. Berdiri pada tanggal 8 Oktober 1948 ketika King Edward VII College of Medicine
dan Raffles College bergabung menjadi University Malaysia di Singapura. Sedangkan
University Kebangsaan Malaysia (UKM) adalah universitas yang didirikan setelah UM. Ia
berdiri pada tanggal 18 Mei 1970 dan bertempat di Lembah Pantai Kuala Lumpur. Adapun
International Islamic University of Malaysia (IIUM) yang biasa disebut University Islam
Antarbangsa Malaysia (UIAM) merupakan hasil kerja sama antara kerajaan Malaysia dan
Organitation of the Islamic Conference (OIC).
Jenis dan jenjang pendidikan Islam di Malaysia yaitu jenis pendidikannya terdiri atas
sekolah pondok, sekolah madrasah, dan sekolah agama Islam lain. Adapun jenis lembaga
pendidikan umum seperti Sekolah Kebangsaan, Sekolah Kluster, Sekolah Jenis Kebangsaan,
dan lain sebagainya. Jenjang pendidikannya yaitu Prapendidikan Dasar, Pendidikan Dasar,
Pendidikan Menengah Pertama, Pendidikan Menengah Atas, Pendidikan Pascapendidikan
Menengah, dan Pendidikan TinggI.

3. Perkembangan Studi Islam di Thailand


Masuknya Islam di Thailand Selatan (Pattani) tidak lepas dari kedatangan Islam di
Asia Tenggara. Rangkaian misi Islam di Nusantara ini merupakan bagian integral dari mata
rantai proses Islamisasi Nusantara. Tentu saja hal ini merujuk pada pendapat yang
menjelaskan kedatangan Islam di Nusantara yang biasanya terbagi menjadi dua pendapat,
yaitu pendapat bahwa Islam datang ke wilayah ini pada abad ke-7 masehi langsung dari Arab,
dan pendapat lainnya bahwa Islam datang pada abad ke-14 masehi dari India.(Susanto, 2015)
Proses Islamisasi Patani tidak lepas dari peran pendidikan. Pada tahap awal, pendidikan
informal memainkan peran yang sangat penting, yaitu kontak informal antara para misionaris
dan masyarakat setempat, kemudian muncul pendidikan formal. Pendidikan formal
diselenggarakan pemerintah dimulai masa pemerintahan Raja Chulalongkorn atau Rama V
pada tahun 1899.(Muslim, n.d.) Pada masa awal pendidikan Islam di Patani, masyarakat
Patani sering mengadakan kelas AlQuran dan kajian Al-Quran yang diadakan di masjidmasjid
atau di rumah guru setempat. Kemudian muncullah pendidikan berbasis pondok, yang
berpotensi menjadi bagian yang sangat penting dari sistem pendidikan Islam.(Mursyid Azisiet
al., 2021) Siswa yang belajar di pondok disebut "tuk pake" atau biasa disebut santri. Santri
berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang belajar agama dengan sangat gigih dan
penuh semangat. Salah satu pelopor dalam memajukan pendidikan Islam di Patani adalah H.
Solong Tuan Mina yang merupakan seorang politikus dan ulama. Sebelumnya dia tinggal di
Mekkah, ia kembali ke Patani untuk membangun intuisi pendidikan agama dengan gaya baru.
Ada tiga unsur pendidikan pondok di Patani, yaitu unsur pendidikan ibadah yaitu
menanamkan keteguhan iman. Tabligh, yaitu penyebaran ilmu, dan yang ketiga amal untuk
mewujudkan ajaran Islam di kalangan masyarakat.
4. Perkembangan Studi Islam di Singapura
Keberadaan madrasah di Singapura baru dijumpai pada awal abad ke-20. Madrasah
yang pertama kali berdiri adalah Madrasah al-Sibyan. Madrasah ini berdiri tahun 1905
dengan fokus utama pendidikan (menghafal) al-Qur'an. Sedangkan madrasah modern yang
pertama kali berdiri adalah Madrasah al-Iqbal. Lembaga ini didirikan tahun 1908 oleh para
reformis Islam di negara ini. Modernisasi Madrasah al-Iqbal tampak dalam kurikulum yang
selain berupa kajian Islam, juga menawarkan mata pelajaran umum seperti geografi, sejarah,
matematika dan bahkan bahasa Inggris. Namun, karena kurangnya respon positif dari
komunitas Muslim Singapura ketika itu, madrasah tersebut ditutup setahun kemudian. Jika
dikaitkan dengan modernisasi madrasah di Indonesia, gerakan yang dilakukan para reformis
muslim di Singapura hampir bersamaan waktunya dengan yang terjadi di Indonesia. Di
negara muslim terbesar di dunia ini, para reformis muslim juga melakukan modernisasi
madrasah di awal abad ke-20, tepatnya tahun 1909 yang ditandai dengan berdirinya
Madrasah Adabiyah di Padang Panjang.17 Beberapa penulis sejarah pendidikan Islam
menyebut dua peristiwa penting yang melatarbelakangi munculnya gerakan modernisasi
madrasah di dunia Islam, yaitu kolonialisme dan gerakan pembaharuan Islam yang
menggema dari Timur Tengah.
5. Perkembangan Studi Islam di Kamboja
Proses Islamisasi di wilayah Kamboja berbeda dengan proses Islamisasi di wilayah
Asia Tenggara lainnya. Faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut terletak di bagian
migrasi yang dilakukan oleh penduduk Champa yang terpaksa karena terjadi serangan oleh
kerajaan Annam di wilayahnya pada abad ke 15. Dari berbagai kajian sejarah, penduduk
Champa sudah memeluk Islam sejak zaman Dinasti Zoong yang ada di China. 13 Ada
beberapa teori yang menyebutkan bahwa sebelum kerajaan Champa runtuh akibat serangan
kerajaan Annam, masyarakat Kamboja sudah menjalin hubungan yang baik dengan
melakukan hubungan dagang dengan para pedagang yang berasal dari Arab, Persia, Melayu,
dan Gujarat. Mungkin ada beberapa pendapat yang tidak setuju dengan teori tersebut karena
Kamboja bukan termasuk jalur perdagangan internasional yang ramai dikunjungi oleh
penduduk asing. Akan tetapi teori tersebut mungkin saja benar karena sebelum abad ke 15
Kamboja adalah daerah penghasil beras terbesar di Asia tenggara yang memungkinkan
banyak pedagang dari berbagai wilayah datang untuk menjalin hubungan dagang dengan
Kamboja.
Islam berkembang di Kamboja bukan hanya tentang persoalan agama saja, melainkan
juga ranah pendidikan. Dalam aspek keagamaan, Islam sudah tumbuh dan berkembang
dengan baik yang ditandai dengan banyaknya masjid, mushalla, danmadrasah di Kamboja.
Dalam aspek pendidikan, agama Islam juga berkembang cukup menjanjikan. Umat Islam di
Kamboja memiliki sebuah lembaga penghafal Al-Quran untuk pelajar muslim yang ada di
Kamboja. Kedua aspek tersebut sudah menunjukkan bahwa perkembangan Islam di Kamboja
tidak bisa dipandang sebelah mata. Meskipun agama minoritas, Islam berhasil berkembang
dan menyesuaikan diri dengan agamaagama mayoritas yang ada di Kamboja dan hal tersebut
terjadi secara signifikan.
6. Perkembangan Studi Islam Di Brunei Darussalam
Pendidikan formal di Brunei sebenarnya masih relatif baru, dimulai tahun 1912
diawali dengan membuka Sekolah Melayu di Bandar Seri Begawan. Usaha itu diikuti dengan
pembukaan beberapa sekolah tahun 1918 di beberapa wilayah, yakni di Brunei-Muara, Kuala
Belait dan 101 Tutong khusus untuk murid laki-laki berusia 7-14 tahun dengan kurikulum
pelajaran mencakup membaca dan menulis dalam bahasa Arab dan Latin di samping huruf
tulisan jawi (arab pegon/arab melayu). Komunitas keturunan bangsa asing mendapat peluang
mendirikan sekolah di Brunei seperti sekolah Arab, Cina, Inggris, dan lain-lain. Sebelumnya
tahun 1916, masyarakat Tionghoa telah mendirikan sekolah sendiri di Bandar Seri Bengawan.
Baru pada tahun 1931 sekolah dasar swasta pertama berbahasa Inggris berdiri di Seria.
Sampai dengan tahun 1941, jumlah sekolah di Brunei baru mencapai 32 buah yang terdiri
dari 24 sekolah Melayu, 3 sekolah swasta Inggris, 5 sekolah Cina dengan jumlah murid 1.714
orang dan 312 orang murid wanita. Namun reformasi pendidikan terus berlanjut di Brunei
sejak abd ke-20. Karena filosofi Brunei “Melayu Islam Beraja”, maka dalam pengembangan
pendidikan, terus ditingkatkan integrasi peran serta para ulama bersama pemerintah
Secara kronologis sejarah pendidikan agama Brunei disusun kembali dari berbagai
sumber, sebagai berikut:
1. Brunei menerima agama Islam dengan resminya pada 1368 dalam zaman Sultan
Muhammad Shah. Sultan Muhammad Shah merupakan raja/ pemerintahan pertama Islam
Brunei menganut Islam tahun 1363. Corak Islam dalam Pendidikan Brunei, bertumpu pada
dasar setelah kemerdekaan Brunei 23 Februari 1985, di mana Islam dijadikan agama resmi
negara. Segala perkembangan negara berdasarkan falsafah negara yaitu Melayu Islam Beraja
(MIB) termasuk pengembangan pendidikan Islam.
2. Bermula di rumah persendirian, masjid, balai oleh mubaligh Arab, ulama Aceh,
Melaka Kg Burung Pingai mulanya pusat Ilmu Ugama Pengajian ada dua bentuk: (1) umum
situasinya tidak pandai tulis baca, zikir, hadrah, mengaji al-Qurꞌan, sembahyang dan
sebagainya, (2) khusus pandai tulis baca, ilmu fiqh, faraidh, babun nikah, nahu, qawaid,
tasawuf, akhlak.
3. Tahun 1929 dibangun sekolah ugama yang pertama. Tahun itu juga Balai ibadat
didirikan sebagai sekolah dan menghantar kanak-kanak ke sekolah.
4. Tahun 1931, Pelajaran ugama mula diajar di sekolah Melayu. Sekolah Melayu
Jalan Pemanca kemudian dilaratkan ke Tutong & Belait 1940 sampai Kadi Besar mentadbir
sekolah ugama 1 Juli 1954, Jabatan Hal Ehwal Ugama didirikan. Pejabat Pelajaran Ugama
ditubuhkan (didirikan) Oktober 1956, Kementerian Hal Ehwal Ugama (KHEU) dinaikkan
taraf (kualifikasinya), Jabatan Pelajaran Urusan Ugama ditingkatkan, Jabatan Pejabat
ditingkatkan jadi Jabatan Pengajian Islam.
5. Tahun 1940-an Sultan Ahmad Tajuddin mengadakan Sekolah Arab tetapi tidak
bertahan, tahun 1950-an SOAS III menghidupkan kembali, Sekolah Arab 15 Januari 1956
atas titah baginda, tahun 1966 Sekolah Menengah Arab Hassanal Bolkiah ada sebanyak 46
orang pelajar di Madrasah JHEU (Jabatan Hal Ehwal Ugama), disediakan guru-guru ugama,
pegawaipegawai masjid/ pegawai ugama (Haji Awang Hasbol 2006).
6. Tahun 1954 didirikan Jabatan Hal Ehwal Ugama.
7. Sebelum guru Johor, guru ugama diambil/direkrut menjadi pegawai masjid. Orang
yang boleh/dapat mengajar ugama, iii) guru lepasan Maktab Perguruan Sultan Idris\ Elaun,
gaji $25 00 sebulan $25.00 sebulan. Tahun 1957, guru agama secara bersistem ada 3
kategori : 1) guru pelatih 2) guru tidak terlatih, dan 3) guru terlatih.
8. Tahun 1958 kelas dewasa ugama kembali diadakan di kawasan bandar Seri
Begawan bertujuan: a) tahu membaca al-Qurꞌan dengan baik tajwid, tertil serta
irama/lagunya: b) tahu teori/praktik fardu ‘ain/fardu kifayah, c) membiasakan taat kepada
Allah, Rasul dan Sultan d) menanamkan perasaan aktif semarakkan masjid/syiar Islam
membentuk pribadi menurut ajaran Islam e) saluran pemahaman ajaran Islam (Jabatan
Pengajian Islam, 1996).
9. Tahun 1965 diadakan Sekolah Rendah dan Menengah, dengan tujuan: a)
memupuk/menggalakan pendidikan asas agama Islam b) menanam/ mengembangkan rohani
yang sehat c) menanam kepercayaan Islam dalam kehidupan secara utuh, d) memperkenalkan
Islam sebagai agama yang benar tinggi/bertamaddun e) memupuk persaudaraan umat, bangsa
dan agama.10)Tahun 1966 didirikan Sekolah Menengah Agama dan menengah Arab. Tanggal
8 Juli 1968 KDYMM meletakkan batu asas (pertama) MPUSB dan beroperasi 8 Januari
1972. Tujuan MPUSB didirikan untuk: a) melatih guruguru mengajar agama b) mengadakan
kursus: membaca Qurꞌan, mubaligh dan sebagainya, c) mengadakan kursus
guru-guru/pegawai– pegawai KHEU, d) semua jabatan meninggikan nilai pelajaran untuk
negara dan sumbangan kepada negara lain di rantau ini secara umum.
10. Tujuh buah Sekolah Agama dengan 9 orang guru beroperasi dengan sukatan, buku
teks, guru Johor 1970 (SPI) ptg wujud jadi gangguan sekolah ugama ugama. JHEU guna
madrasah, masjid, bangunan persatuan. Masa belajar peserta didik belajar dikurangkan: a) Dh
I-III 11/2→ 1 jam, b) Dh IV-V 3 →11/2 jam dan c) Dh VI kekal 3 jam.
11. Tahun 1975 didirikan Maktab Penguruan Agama. Tahun itu juga beberapa buah
sekolah agama lainnya didirikan. 1976 KDYMM mengadakan peruntukkan khas
(menyediakan anggaran khusus) untuk bina (membangun) sekolah agama. 1978, 7 buah
Sekolah Agama membangun. 1984 Pra Sekolah Agama dibuka supaya mengimbangi
keupayaan murid (Penyataan Tahunan Jabatan Hal Ehwal Ugama, 1984, bandi Dato Seri, tt).
Tujuan umum Sekolah Agama Brunei: a) menanam/memupuk kefahaman Islam dan
menanam roh keagamaan ajaran Islam dalam masa kanak-kanak untuk b) menyediakan
tenaga-tenaga yang dapat c) mengislamkan/mengekalkan keislaman masyarakat/negara. Juga
untuk mendidik kanak-kanak a) faham, percaya, mengamal ajaran-ajaran agama Islam b)
mengajar supayakesadaran beragama di jiwa kanak-kanak c) memimpin kanak-kanak
supayameminati ajaran-ajaran agama hingga dewasa d) membentuk budi pekerti kanak-kanak
supaya taat dan patuh berasaskan ajaran-ajaran Islam, e) melatih dan mengasuh kanak-kanak
mengerjakan suruhan dan menjauhi larangan Allah, d) mendidik kanak-kanak supaya
bertanggung jawab kepada negara dan bangsa berdasarkan ajaran agama Islam. Pendidikan
Ugama Teras (utama) diarahkan kepada pembentukkan umat dan bangsa yang berilmu,
beriman dan beramal. IniPendidikan Ugama Islam jadi benteng kukuh kepada generasi
Brunei yang bertahan kukuh kepada sebarang (semua) anasir (unsur) jahat yang ingin
menghancurkan bangsa, agama dan rakyat. Pendidikan yang bersistem dan mantap yang
diharapkan dapat membawa impact (dampak) kepada pembangunan bangsa dan negara
Brunei.
12. Tahun 1985, sebanyak 102 buah sekolah agama didirikan. Pada 21 Oktober 1986
dikukuhkan Kementerian Hal Ehwal Ugama, disertai Jabatan Pengajian Islam yang mengatur
pendidikan agama.
13. Pada 1 Januari 2007 didirikan Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA), pada
20 Januari 2007 Maktab Perguruan Ugama Sri Begawan (MPUSB) dinaikkan kualifikasinya
menjadi Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan (KUPU-SB). Tahun 2007 itu pula,
Sistem Pendidikan Negara (SPN) Brunei mengamanatkan sistem baru itu di mana pelajaran-
pelajaran agama menjadi mata pelajaran teras (utama). Sejak awal tujuan (matlamat)
Pendidikan Islam Negara Brunei adalah untuk pembentukan insan soleh dan masyarakat
soleh. Dasar pendidikan Islam negara menekankan kepada: 1) kepercayaan dan taat kepada
Allah swt, 2) keutamaan bahasa Melayu, 3) taat setia kepada Raja. Pendidikan Islam di
Brunei 104 dipertanggungjawabkan oleh Kementerian Hal Ehwal Ugama yang di tubuhkan
pada 1986, untuk 1) mewujudkan sistem pendidikan ugama yang tersusun kemas, 2)
menyediakan lebih banyak kemudahan pengajaran dan pembelajaran ugama, 3) membuat
pemantauan yang berkesan dan berkelanjutan dalam semua jenis persekolahan agama, 4)
meningkatkan kualitas pegawai, guru dan staft jabatan pengajian Islam melalui
latihan/keterampilan/kursus.
14. Tanggal 1 Januari 2009 SPN-21 Brunei diluncurkan, timbul persolan: (1) apakah
SPN- 21 sudah cukup memberikan penekanan kepada pendidikan ugama selaras dengan
hasrat Kebawah Duli (keinginan raja) untuk menjadikan Brunei sebagai sebuah ‘Negara
Zikir’ di mana rakyat yang menghuninya senantiasa mengingat Allah dan berpegang kepada
tali Allah dalam semua aspek kehidupan mereka?, (2) apakah SPN-21 yang disasarkan dan
diarahkan bagi membina sebuah masyarakat Brunei yang ‘holistik’, yaitu bukan saja maju
berilmu dan berkemahiran (terampil), tetapi juga mempunyai jati diri yang kental sudah
cukup memberikan penekanan seimbang untuk mempastikan jati diri generasi baru yang akan
dibina ini tidak pincang dalam aspek akhidah dan keimanan mereka?, (3) semakin terdengar
suara-suara yang menggambar kerisauan mengenai ketidak seimbangan dalam penekanan
dasar pendidikan ugama dalam sistem pendidikan negara. Haji Yahya Haji Apong (Dekan
Fakulti Pendidika KUPU SB) menyarankan agar SPN 21 dinilai kembali. Pendapatnya
Pengetahuan Ugama Islam (mata pelajaran agama) perlu menjadi mata pelajaran teras dalam
sesuatu sistem pendidikan. “Namun dalam Sistem Pendidikan Negara Abad ke-21 (SPN 21),
mata pelajaran itu hanya dijadikan mata pelajaran wajib diperingkat rendah tetapi menjadi
mata pelajaran elektif diperingkat menengah (Tahun 7, 8 dan 9)”. “Jika SPN 21 itu tidak
dapat dinilai semula (kembali), ia boleh menjelaskan hasrat negara menjadikan negara ini
sebagai Negara Zikir”. Katanya, pendidikan Islam dalam SPN 21, dalam menerapkan Islam,
ada satu konsep diciptakan yaitu Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Sesuai dengan
suasana negara ini yang maha menjadikan Islam sebagai satu cara hidup yang lengkap, sejajar
dengan falsafah negara MIB. Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan Mempunyai 4 tujuan : 1)
mengasuh pemikiran, sikap hidup dan perwatakan kanak-kanak bagi membiasakan mereka
hidup bermasyarakat, saling bersefahaman dan bersepadu. 2) untuk menyakinkan kanak-
kanak bahwa ilmu pengetahuan itu tidak bercanggah dengan hukum agama Islam. 3)
menyediakan orientasi pendidikan yang berkemahiran. 4) menyalurkan pemahaman-
pemahaman yang sesuai dengan konsep kenegaraan yakni Negara Melayu Islam Beraja.

7. Perkembangan Studi Islam di Filipina


Islam masuk ke Filipina sekitar Abad ke-13 di Sulu Filipina Selatan. Sementara Spanyol
datang sekitar abad ke-16. Islam berkembang melalui jalur perdagangan dan disebarkan oleh
para da’I, yang dikenal dengan sebutan Masya’ika, Makhdumin, dan Auliya’ Islam
diperkenalkan ke Filipina pada tahun 1210 M oleh para pedagang Arab dan penyebar Islam,
300 tahun sebelum masuknya Agama Katolik ke Filipina melalui kolonialisme Spanyol Pada
tahun 1521 M. Pada kolonialisme Spanyol, Islam telah membentuk beberapa komunitasnya
di wilayah pantai dari pulau-pulau besar di Filipina Termasuk Manila.
Islam di Filipina telah bertapak dan berkembang dengan mendapat pengaruh dan kejayaan
yang besar di Mindanao (Maguindanao) melalui peran Syarif Muhammad Kabungsuwan atau
lebih dikenali Syarif Kabungsuwan, anak dari Syarif ‘Ali Zayn al-‘Abidin keturunan
Rasulullah Muhammad Saw yang berhijrah dari kota Makkah ke Hadramaut, selatan Jazirah
Arab Ke Juhur (Johor) di Semenanjung Tanah Melayu. Madzhab Syafi’I menjadi dominan di
Filipina dikarenakan pengaruh yang besar dari zaman kesultanan Melaka pada abad
ke-7H/13M, pada saat itu Islam di alam Melayu diwarnai aliran pemikiran atau mazhab Ahl
al-Sunnah wa al-Jama’ah. Mazhab Al-Hanafiyyah, al-Malikiyyah dan al-Hanabilah dalam
fiqh, tidak terlihat Sebagai madzhab yang dipraktekan dalam perilaku (ritualitas) keagamaan
masyarakat muslim Filipina.Filipina merupakan salah satu Negara yang berada di kawasan
Asia Tenggara. Secara geografis wilayah Filipina terbagi dalam dua wilayah yaitu Filipina
bagian utara dan selatan. Filipina bagian Utara meliputi gugusan kepulauan Luzon.
Sedangkan dibagian Filipina Selatan meliputi kepulauan Sulu dan Mindanao gugusannya.
Pendidikan Islam di Filipina berkembang seiring dengan masuknya islam itu sendiri.
Pendidikan Islam di Filipina disebut dengan madrasah.

Anda mungkin juga menyukai