Nasiruddin Sidqi
IAIN Palangka Raya
Nasir.Ea.Ea@Gmail.Com
Abstract. Sejarah pendidikan Islam di Indonesai tidak dapat kita lepaskan begitu saja dalam
percaturan pendidikan yang ada saat ini. Hal yang demikian itu adalah suatu proses panjang
yang pernah mengisih lembaran-lembaran sejarah pendidikan kita. Pendidikan Islam yang
berarti proses bimbingan dari pendidikan terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal
peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim, telah berkembang di berbagai daerah dari
sistem yang paling sederhana menuju pada sistem pendidikan Islam yang modern.
Perkembagan pendidikan Islam dari zaman ke zaman di berbagai daerah memperlihatkan
kecenderungan perkembangan umum (general trend), ada juga perkembangan yang
memperlihatkan keteraturan (regularity trend) dengan fakta-fakta sejarah pendidikan Islam,
dalam aspek, sistem, dan bentuk-bentuk lembaganya. Namun demikian, terlihat pula
kecenderungan perkembangan pendidikan Islam yang memperlihatkan kecenderungan tidak
teratur (irregularity trend) dengan berbagai hambatan- hambatannya. Almuhafadhoh ala
qodimis sholeh, wal akhdu bijadidil ashlah, ini adalah sebuah solusi yang mungkin bisa
memecahkan permasalahan yang mengakar ditubuh madrasah sekarang ini, seperti yang telah
di paparkan di atas bahwa softskil atau keterampilan siswa itu sangatlah urgen dalam
perkembangan pendidikan siswa. Kita tahu bahwa image yang ada tentang madrasah
cenderung mengarah ke sesuatu yang bersifat agamis saja, berbeda dengan Sekolah Umum
yang masyhur dengan sainsnya. Semua itu bisa kita rubah dengan tetep mempertahankan
dasar madrasah sebagai wadah pendidikan yang bersifat agamis, tanpa mengenyampingkan
ilmu pengetahuan umum atau dalam hal ini adalah sains dan keterampilan.
A. PENDAHULUAN
Secara historis MTs Terpadu Berkah Palangka Raya telah mengalami perjalanan
sejarah. Sebelum ditetapkan menjadi MTs Terpadu Berkah Palangka Raya, madrasah ini
adalah yang bermula dari sebuah Yayasan Panti Asuhan Berkah dibawah asuhan Abdul
Gofur, yang terus berkembang setiap tahunya, yang mana sebelumnya didirkan MTs yang
terlebih dahulu Yaitu TPA, MI, dan MTs. MTs Terpadu Berkah Palangka Raya tersebut
yang menjadi kepala sekolahnya adalah Ahmad Sahiba, S.Pd.
Berdirinya MTs Terpadu Berkah Palangka Raya berawal tuntutan jaman yang
dibutuhkan bukti otentik pendidikan formal, tidak cukup non formal (Pesantren) untuk itu
kepala yayasan mengembangkan yayasanya agar muridnya yang terdiri dari anak-anak
panti dapat belajar baik pendidikan formal untuk pegangan menjalani hidup kedepannya
dan juga sebagai tindak lanjut dari lulusan MI yang lebih dulu didirikan yayasan tersebut.
Pada tahun 1980 MTs Darwata Geblogan menjadi MTs Negeri Karanganyar Filial di
Pahonjean dengan KS Dirjen Binbaga Islam Nomor : KEP/E-II/1980 tanggal 22
September 1980 dengan Kepala Madrasah Chujjirna BA. Pada saat itu siswanya cukup
banyak kurang lebih 500 siswa. Pada tahun 1982 Chujjirna BA. digantikan oleh Drs.
Bunyamin, dalam kurun waktu 9 tahun jumlah siswa MTs Negeri Karanganyar Filial di
Pahonjean mengalamai pengurangan seiring dengan berdirinya madrasah-madrasah
swasta di sekitar Majenang.
F. KESIMPULAN
Kata madrasah dalam bahasa Arab berarti tempat atau wahana untuk mengenyam
proses pembelajaran (Abuddin Nata, 2004: 50). Madrasah merupakan isim makan dari
kata darasa yang berarti tempat duduk untuk belajar. Dalam konteks Indonesia istilah
madrsah ini telah menyatu dengan istilah sekolah formal atau perguruan di bawah
binaan Departemen Agama. Tetapi tidak demikian dalam sejarahnya. “Madrasah
merupakah tahap ketiga dari perkembangan sejarah pendidikan Islam dari urutan
pertama yaitu masjid, tahap kedua yaitu Masjid-khan dan kemudian madrasah”(Supani,
2009: 560-579).
Dalam bahasa Indonesia madrasah disebut dengan sekolah yang berarti bangunan
atau lembaga untuk belajar dan memberi pengajaran (W.J.S. Poerwadarminta, 1984:
889). Karenanya, istilah madrasah tidak hanya diartikan sekolah dalam arti sempit, tetapi
juga bisa dimaknai rumah, istana, kuttab, perpustakaan, surau, masjid, dan lain-lain,
bahkan seorang ibu juga bisa dikatakan madrasah pemula. sementara Karel A. steenbrik
justru membedakan antara madrasah dan sekolah-sekolah, dia beralasan bahwa antara
madrasah dan sekolah mempunyai ciri yang berbeda. Meskipun demikian, dalam konteks
ini penulis cenderung untuk menyamakan arti madrah dan sekolah.
pertumbuhan madrasah itu merupakan respon pendidikan Islam terhadap sistem
sekolahan yang sudah menjadi kebijakan pemerintah Hindia Belanda dalam kerangka
politik etisnya. Latar belakang lain yang layak dipertimbangkan adalah bahwa
pertumbuhan dan perkembangan madrasah pada awal abad 20 ini merupakan bagian dari
gerakan pembaharuan Islam di Indonesia, yang memiliki kontak cukup intensif dengan
gerakan pembaharuan di Timur Tengah, sebagai agama yang universal, Islam
membawakan peradabannya sendiri termasuk dalam bidang pendidikan yang berakar
pada tradisi yang sangat panjang sejak masa peradaban Islam itu tetap mempertahankan
esensinya yang sejati yang kondisional. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan madrasah
di Indonesia, aspek universal dari tradisi itu tidak bisa dilepaskan karena memang dalam
kenyataannya eksistensi lembaga madrasah itu sudah berkembang sejak masa Islam
klasik, dan bahkan terus berkembang hingga masa modern dengan segala bentuk
penyesuaian dan pembaharuannya
Madrasah sebagai lembaga pendidikan mempunyai misi untuk mewujudkan
citacita bangsa, yaitu: mencerdaskan dan meningkatkan keimanan serta ketakwaan
dalam kehidupan berbangsa. Hal ini ditegaskan dalam UUD RI Tahun 1945 pasal 31
ayat (3) yang mengatakan bahwa pemerintah menyelenggarakan dan mengupayakan
satu sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan dan
ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-
udang. Selain itu berdasarkan konstitusi UUD 1945 dan UU Sisdiknas, madrasah kini
telah terintegrasi dalam sistem pendidikan nasional. Amanat konstitusi UUD 1945 dan
UU Sisdiknas, menyebutkan, bahwa: pentingnya pelaksanaan pendidikan dengan
melestarikan keanekaragamaan pelaksanaan pendidikan di masyarakat, dalam satu
payung pengelolaan yang sama yaitu: “sistem pendidikan nasional”(Yoga Anjas
Pratama, 2019: 95-112).
REFERENSI
Book
A. Mustafa, Abdullah Aly, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Untuk Fakultas Tarbiyah
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 151.
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), 50.
Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembagannya (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 1.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. VII; Jakarta: Balai Pustaka, 1984),
889.
Depag, Kebijakan Departemen Agama dalam Peningkatan Mutu Madrasah di Indonesia (Jakarta:
Ditjen Penais Departemen Agama, 2008), 45.
Rouf, Muhammad. "Memahami Tipologi Pesantren dan Madrasah sebagai Lembaga Pendidikan
Islam Indonesia." Tadarus 5.1 (2016): 68-92.
Journal Article
Adnan, N., Pendidikan, W., Indonesia, I., Praset, A., Pendiidkan, K., Lama, O., Dampaknya, D.,
Madrasah, T., & Syarif Kholili, M. (n.d.). MENGENAL HAKIKAT DAN MISI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI INDONESIA Related papers.
Drajat, Manpan. "Sejarah Madrasah di Indonesia." Al-Afkar, Journal for Islamic Studies 1.1
(2018): 192-206.
Masykur, Mohammad Rizqillah. "Sejarah Perkembangan Madrasah Di Indonesia." Jurnal Al-
Makrifat Vol 3.2 (2018).
Pratama, Yoga Anjas. "Integrasi pendidikan madrasah dalam sistem pendidikan nasional (Studi
kebijakan pendidikan madrasah di Indonesia)." Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 10.1
(2019): 95-112.