Anda di halaman 1dari 10

DINAMIKA DAN

PROBLEMATIKA LEMBAGA
PENDIDIKAN
Muhammad Fajar 15010104032
Ajeng Wurhanyuatin 15010104073
Lembaga Pendidikan Islam
lembaga pendidikan adalah suatu tempat dimana proses
pendidikan bersama dengan proses kebudayaan
berlangsung. lembaga pendidikan juga didefinisikan
sebagai badan usaha yang bertanggung jawab dan
bergerak di bidang pendidikan. Jadi Lembaga pendidikan
Islam ialah suatu bentuk organisasi yang diadakan untuk
mengembangkan lembaga-lembaga Islam yang baik, yang
permanen, maupun yang berubah-ubah dan mempunyai
struktur tersendiri yang dapat mengikat individu yang
berada dalam naungannya, sehingga lembaga ini
mempunyai kekuatan hukum tersendiri.
Dinamika Lembaga Pendidikan Islam
Pesantren.
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat
sehari-hari.
Pesantren di Indonesia tumbuh dan berkembang sangat pesat.
Berdasarkan laporan pemerintah kolonial belanda pada abad ke-19 di
Jawa terdapat tidak kurang dari 1853 buah dengan jumlah santri tidak
kurang dari 16500 orang. Dari jumlahnya tersebut belum termasuk
pesantren-pesantren yang berkembang di luar Jawa terutama
Sumatera dan Kalimantan.
Secara Historis pesantren merupakan lembaga pendidikan non formal
swasta murni yang tidak mengajarkan ilmu umum. Seluruh program
pendidikan disusun sendiri dan pada awalnya bebas dari ketentuan
formal. Program pendidikannya mengandung proses pendidikan
formal dan in formal yang berjalan sepanjang hari dibawah
pengawasan kiyai.
Madrasah
Madrasah merupakan isim makan dari kata darasa dalam bahasa arab,
yang berarti tempat duduk untuk belajar atau popular dengan sekolah.
Kelahiran madrasah ini tidak terlepas dari ketidakpuasan terhadap sistem
pesantren yang semata-mata menitikberatkan agama, dilain pihak sistem
pendidikan umum justru ketika itu tidak menghiraukan agama.
latar belakang kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam,
meliputi:
a. Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan
Islam
b. Usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren ke arah suatu
sistem pendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya untuk
memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum
c. Adanya sikap mental pada sebagian golongan umat islam, khususnya
santri yang terpukau pada barat sebagai sistem pendidikan mereka
d. Sebagai upaya untuk menjembatani antara sistem pendidikan
tradisional yang dilaksanakan oleh pesantren dan sistem pendidikan
modern dari hasil akulturasi.
Kurikulum madrasah dan sekolah-sekolah agama masih
mempertahankan agama sebagai mata pelajaran pokok.
Walaupun dengan presentase yang berbeda. Kriteria yang di
tetapkan oleh Menteri Agama untuk Madrasah-madrasah yang
berada didalam wewenangnya adalah harus memberikan
pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok, paling
sedikit 6 jam seminggu.
Pengetahuan umum yang diajarkan di Madrasah adalah:
a) Membaca dan menulis (huruf latin) bahasa indonesia.
b) Berhitung.
c) Ilmu bumi.
d) Sejarah indonesia dan dunia.
e) Olah raga dan kesehatan
Majelis Talim.
Majelis Taklim merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang
bersifat non formal, yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan
mulia, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan
jamaahnya serta memberantas kebodohan umat Islam.
Dari sejarah kelahirannya, majlis taklim merupakan lembaga pendidikan
tertua dalam Islam, sebab sudah dilaksanakan sejak zaman rasulullah
SAW. Meskipun tidak disebut dengan majlis taklim, namun pengajian Nabi
Muhammad SAW yang berlangsung secara sembunyi-sembunyi di rumah
Arqam bin Abil Arqam dapat dianggap sebagai majlis taklim dalam
konteks pengertian sekarang.Dengan demikian, menurut pengalaman
historis, sistem majlis taklim telah berlangsung sejak awal penyebaran
Islam di Saudi arabia, kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia
Islam di Asia, Afrika dan Indonesia pada khususnya sampai sekarang.
Institut Agama islam Negeri (IAIN)
Pendidikan Islam sudah menjalani masa yang cukup panjang dimana ia
mengalami perkembangan dan pasang surut historis. Kelahiran Institut Agama
islam Negeri tidak lain karena usaha gigih ummat islam, yang mayoritas di
Indonesia ini, dalam usaha mengembangkan pendidikan Islam yang lengkap, yang
dimulai dari sistem pendidikan pesantren yang sederhana sampai ke tingkat
perguruan tinggi.
Studi di lembaga ini berlangsung selama 3-4 tahun hingga mencapai gelar
Sarjana, ditambah dua tahun lagi untuk mencapai gelar semacam sarjana, dan
setelah menulis Tesis berhak mendapatkan gelar Doktor. Untuk kurikulum yang
diajarkan kebanyakan mengambil atau mencontoh seperti yang dilakukan oleh
Universitas Al Azhar Kairo.
IAIN dengan cepat berkembang menjadi sebuah Institut dengan 4 Fakultas, yang
pada tiap fakultasnya kuliah selama 3 tahun, dan dapat dilengkapi dengan
spesialisasi selama dua tahun. Ke empat fakultas tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Fakultas Ushuluddin
b) Fakultas Syariah
c) Fakultas tarbiyah
d) Fakultas Adab atau Ilmu Kemanusiaan.
PROBLEMATIKA DALAM LEMBAGA
PENDIDIKAN ISLAM
Adanya dikotomi dalam sistem pendidikan islam
Walaupun hal ini merupakan masalah klasik, tetapi cukup aktual untuk
menyikapinya. Selama ini selalu saja terjadi pemisahan antara ilmu agama (sains
agama) dengan ilmu umum (sains rasional) dan itu ditempatkan pada posisi
dualism- antagonis. Ditambah lagi dengan kenyataan adanya ketakutan bahwa
sains rasional akan membawa masyarakat muslim tercabut dari akar agamanya
karena ada anggapan bahwa sains rasional berasal dari hegemoni non-muslim.
Paradigma Berpikir
permasalahan yang dihadapi lembaga pendidikan Islam adalah tidak jelasnya
paradigma pendidikan Islam akibat bercampurnya paradigma ideologis dan
paradigma ilmiah yang kemudian melahirkan paradigma ideologis-ilmiah. Selama
ini yang berlaku bahwa proses pengembangan lembaga pendidikan Islam
termasuk dalam hal penyusunan kurikulum nampak memperkuat paradigma
pendidikan tersebut. Sakralisasi terhadap sebagian ilmu yang dianggap sebagai
ilmu-ilmu ke-Islaman
sistem pendidikan Islam juga terjebak pada pemahaman doktrinal tersebut.
Bentuk pengajaran yang dilaksanakan sering menggambarkan bahwa ilmu-ilmu
yang pada asalnya merupakan nalar Islami yang diilhami oleh para pemikir
monumental Islam masa lampau kemudian dianggap sebagai nalar teologis yang
kecenderungannya dikeramatkan, menjadi sejarah dan tidak boleh dikritisi.

Hubungan Pendidikan Islam Dengan Dunia Kerja


Mempertanyakan relevansi antara keduanya sangat diperlukan mengingat
perkembangan kehidupan masyarakat yang begitu cepat. Era teknologi-industri
yang menempatkan semua sistem sosial dalam parameter ekonomi tidak boleh
membawa pengaruh pada orientasi pendidikan termasuk pendidikan Islam.
Sistem dan praktek pendidikan akhirnya dipandang sebagai signifikansi nilai
ekonomis, sehingga industrialisasi dan ekonomisasi bukan sekedar pilihan, tapi
dianggap sebagai keharusan sejarah.
Dari sinilah permasalahan-permasalahan besar itu muncul. Pendidikan semakin
didominasi kepentingan ekonomi. Pada kasus Indonesia, program link and match
merupakan bukti bahwa sistem dan praktek pendidikan diharapkan dapat
dijadikan produk ekonomi sehingga muncul anggapan yang memposisikan dunia
pendidikan identik dengan dunia kerja, atau jalan untuk mendapatkan lapangan
kerja. Anggapan tersebut sungguh tidak adil. Sebab keberanjakan pendidikan dari
dunia kerja jauh lebih lamban dari kemajuan-kemajuan yang dicapai sektor
industri.
Gejala pragmatis ini dapat ditemui dari praktek
pendidikan dimana pendidikan disalahtafsirkan hanya
sebagai penghasil kertas (ijazah). Praktek pendidikan
semacam ini membuat manusia akan menempuh segala
cara dan memanipulasi pendidikan untuk mendapatkan
secarik kertas tersebut. Dengan oreintasi pragmatisme
pendidikan seperti inilah para pelaku memasuki dunia
pasar kerja.

Anda mungkin juga menyukai