Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BAB II
TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Kelompok 2 :

1. Agustina (G000170119)
2. Rahma Siti Arsinta (G000170124)
3. Mursyida Munashiroh (G000170125)
4. Wahyuningsih (G000170128)
5. Diyah Purnamasari (G000170130)
6. Agha Lusi Junior (G000170131)
7. Galih Dwi Laksono (G000170134)
8. Dhian Rahmawati (G000184105)
9.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Pendahuluan
Ketika memotret proses transformasi pendidikan Islam di Indonesia dalam
kurun modern, yang terentang dalam periode 1900-1970, para pengkaji Islam maupun
pendidikan Islam menekankan pada proses perubahan kelembagaan dan sistem
pendidikan mulai dari pesantren, madrasah, dan sekolah. 1 Pedoman tersebu benar
adanya. Akan tetapi, hasil pemotretan pendidikan Islam 1970-an itu sudah tidak
relevan lagi bila digunakan untuk membaca dan memahami realita sosial pendidikan
Islam kontemporer. Hal itu terjadi karena, pasca 1970-an telah terjadi bebrapa
perubahan mendasar dalam kelembagaan dan sistem pendidikan Islam, yang ditandai
dengan kemunculan bentuk-bentuk baru lembaga pendidikan Islam. Oleh karen itu,
diperlukan pemotretan kembali terhadap situasi pendidikan Islam di Indonesia.
Benih-benih perubahan pendidikan Islam di Indonesia mulai tumbuh pada era
1990-an, dan terus terkristalisasi saat memasuki milenium ketiga, yaitu era tahun
2000-an Wujud perubahan itu termanifestasi dengan munculnya wajah baru
kelembagaan pendidikan Islam yang dikenal dengan fullday school (sekolah sehari
penuh) dan boarding school (sekolas berasrama).2 Secara sepintas sulit membedakan
antara sekolah bersama dengan bentuk pendidikan Islam tradisional yang telah
dikenal sebelumnya, yaitu pesantren. Namun bila ditelaah lebih seksama,
sebagaimana dijelaskan dibawah, sesungguhnya terdapat perbedaan mendasar baik
pada bentuk maupun pada isi pendidikan. Perubahan-peruban ini menunjukkan bahwa
pendidikan Islam bergerak dinamis searah dengan arus perubahan sosial dan
kebutuhan pendidikan masyarakat. Pendidikan Islam merupakan suatu potret yang
terus berubah, dan terus bertranformasi diri seiring dinamika masyarakat.
Apa yang dilukiskan di atas, tentang tranformasi dan pengayaan bentuk-
bentuk kelembagaan, mulai dari pesantren, sekolah, dan full school, baru
menampilkan satu dimendsi pendidikan Islam, yakni lingkungan pendidikan Islam
formal , pendidikan islam juga bisa berlangsung secara informal pada lingkungan
keluaraga muslim yang berupaya menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak-anaknya
sejak dini. Di luar kedua lingkungan itu, pendidikan Islam juga dapat berlangsung di
masyarakat atau komunitas islam secara non-formal melalui pengajian, remaja masjid

2
Mohamad Ali, Transformasi Pendidikan Islam, (Surakarta: Republika 2017), hlm. 33.
dan sebagainya. Ringkasan, ruang lingkup pendidikan Islam mencakup tiga
lingkungan, yaitu: keluarga, masyarakat dan sekolah.
Demikian, pembahasan tentang tranformasi pendidikan Islam dan ruang
lingkup wilayah kajian pendidikan Islam pada bagian ini diawali dengan penjelasan
tentang pengertian pendidikan Islam.

B. Pembahasan
1. Makna Pendidikan Islam

Saat disebut kata “pendidikan Islam” secara otomatis yang terbayang adalah
pendidikan Islam yang secara kasat mata dapat dilihit dan dapat dijumpai seperti
pondok pesantren, madrasah, sekolah islah pengajian ahad pagi, majlis taklim dan lain
sebagainya. Kerumitan dan kompleksitas penyusunan suatu definisi juga dialami
ketika memaknai konsep pendidikan Islam. Oleh karena itu untuk menghindari
kesimpang-siuran dalam pemaknaan pemahaman yang lebih utuh dalam memahami
pendidikan Islam, beberapa pendapat yang mengemuka dikalangan intelektual perlu
didiskusikan lebih lanjut.

Seorang antropolog yang mencurahkan perhatian pada penelitian tentang


pesantren tradisional, Zamakhsari Dhofier, berpandangan bahwa Islam ialah lembaga
pendidikan dalam bentuk formal yang menjadi basis upaya pelestarian dan pengkajian
kembali tradisi ke-islaman serta menjadi tulang punggung penyangga tradisi tersebut,
dan serta secara sosiologis dapat diterima sebagai fokus struktur masyarakat islam.3

Brangkat dari pengertian tersebut, maka ketika dia menguraikan pendidikan


islam ruang lingkupnya terbatas pada lembaga pendiidkan islam yang bernaung di
bawah Kementrian Agama, yaitu pesantren dan madrasah, ataupun Perguruan Tinggi
Agama Islam.

Bila kita memakai pengertian pendiidkan Islam yang ditawarkan Dhofier,


maka sekolah islam yang didirikan organisasai islam seperti Muhammadiyah tidak
bisa digolongkan sebagai lembaga pendiidkan Islam. Demikian pula untuk tingkat
perguruan tinggi, Sekolah Tinggi/Institut/Universitas meskipun milik yayasan Islam
seperti Universitas Islam Indonesia (UII) kalau payungnya Kementrian Risetdan
Pendidikan Tinggi tidak dapat digolongkan perguruan tinggi Islam. Ringkasnya,
3
dalam pandangan Dhofier pendidikan Islam mengacu pada lembaga pendiidkan
keagamaan pengelolaannya di bawah naungan Kementrian Agama.

Bila konsep pendidikan Islam dalam pengertian sempit ini yang digunakan,
maka lembaga pendidikan Islam dan bentuk sekolah atau perguruan tinggi umum
yang dikelola oleh persyarikatan Muhammadiyah maupun ormas dan yayasan, lain
seperti Al-Azhar tidak termasuk dan tidak dapat dogolongkan ke dalam pendidikan
Islam. Demikianlah, sekolah Muhammadiyah ataupun sekolah Al-Azhar yang secara
kedinasan bernaung dibawah Kementrian Pendidikan Nasional tidak dapat
dimasukkan dalam kategori pendidikan Islam. Pemaknaan pendidikan Islam yang
ditawarkan Dhofier jelas terlalu sempit. Lebih dari itu, secara empirik tidak sesuai lagi
dengan dinamika pendidikan Islam itu sendiri yang telah berkembang sedemikian
rupa melampaui pengertian pendidikan Islam secara tradisional.

Seorang pagagoq kenamaan Indonesia yang pernah menjadi rektor IKIP


Muhammadiyah Jakarta (sekarang berubah menjadi UHAMKA), Mochtar Buchori,
mengajukan definisi pendidikan Islam sebagai: 1). Segenap kegitan yang dilakukan
seorang atau suatu lembaga untuk menanamkan nilai0nilai Islam dalam diri siswa. 2).
Keseluruhan lembaga-lembaga pendidikan yang mendasarkan segenap program dan
kegitan pendidikannya atas pandangan serta nilai-nilai Islam. 4 Definisa pendidikan
Islam menurut Buchori jauh lebih luas dibandingkan Dhofier. Dlam pandangan
Buchori, pendidikan Islam mencakupp kegiatan dan lembaga pendidikan yang
mendasarkan kegiatan atas dasar nilai-nilai Islam dan bertujuan untuk menanamkan
nilai-nilai Islam.

2. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Pembahasan mengenai ruang lingkup pendidikan Islam tidak hanya terbatas


pada kegiatan pendidikan formal, seperti di sekolah, madrasah ataupun perguruan
tinggi. Ruang lingkup pendikan islam juga meliputi pengajian Ahad Pagi, aktivitas
majelis taklim, kegiatan remaja masjid bahkan juga mencakup pendidikan kegamaan
dalam keluarga yang dilakukan oleh kedua orang tua atau di tempat kerja.
Ringkasnya, pendidikan islam berlangsung di lingkungan keluarga ataupun tempat
kerja dinamakan pendidikan Islam informal, pendidikan di lingkungan masyarakat

4
Mochtar Buchori, Penelitian Pendidikan dan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: IKIP
Muhammadiyah Jakarta, 1994). hlm. 41.
dinamakan pendidikan Islam nonformal, dan tentu saja dapat berlangsung di
lingkungan pendidikan formal, seperti sekolah maupun madrasah.

Demikian, bila dilihat dari sudut pandang lingkungan pendidikan, terdapat tiga
jenis kajian pendidkan Islam, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidkan Islam
formal lebih dikenal dengan pendidikan sekolah atau perguruan tinggi, yaitu praktik
pendidikan yang diatur secara ketat, bertingkat-tingkat atau berjenjang, dan mengikuti
syarat-syarat yang jelas terukur dan ketat.

Pendidkan Islam nonformal ialah pendidikan luar sekolah yang programnya


berfikir praktis, fleksibel dan tidak mengikuti peraturan-peraturan yang ketat, dan
peserta didiknya bisa beragam, bisa dilakukan di Tman Pendidkan Al-Quran (TPQ),
Pengajian, aktivitas remaja masjid (IRMAS) dan lain sebagianya. Pendidkan Islam
informal ialah pendidikan yang diperoleh seoramg dari pengalaman sehari-hari
dengan sadar atau tidak sadar, sejak sesseorang itu lahir sampai meninggal dunia, bisa
berlangsung dalam keluar, kehidupan sehari-hari ataupun di tempat kerja.5

Demikian dilihat dari lingkungan pendidikan, ruang lingkup kajian pendidikan


Islam dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: informal, formal, dan nonformal. Di
samping perspektif lingkungan pendidikan, ruang lingkup kajian pendidikan Islam
juga bisa dilihat dari problematika atau permasalahan yang dihadapi. Secara garis
besar problematika pendidikan dapat diklasifikasikan menjadai tiga permasalahn
yaitu: fondasinal (landasan), struktural (kelembagaan), dan operasional (praktik).6

Masalah-masalah fondasional ialah seluruh permasalahn yang mendasari


segenap praktik pendidikan yang dilakukan kelembagaan yang dibangun, contohnya:
perbincangan tentang konsep-konsep filsafat, sosiaologi, psikologi, dan antropologi
yang bisa dijadikan kerangka dalam memahami praktik kelmbagaan pendidikan
Islam.

Masalah struktur lembaga pendidikan adalah keseluruhan masalah yang


berhubungan dengan struktur lembaga yang kita pergunakan untuk melaksanakan
tindakan pendidikan. Masalah kelembagaan pendidikan islam bukan hanya pada
pendidikan formal seperti masalah perjenjangan sekolah, tetapi juga bentuk
kelembagaan informal maupun nonformal.
5

6
Masalah operasional pendidikan ialah keseluruhan masalah tentang cara
melaksanakan tindak pendidikan, baik di lingkungan pendidikan formal, nonformal,
maupun informal.

3. Struktur Internal Pendidikan Islam

Dilihat dari segi program kelembagaan dan praktik-praktik pendidikan yang


dilaksanakan struktuk pendidikan Islam di Indonesia dapat dibedakan menjadai empat
jenis lembaga, yaitu: pendidikan pondok pesantren, pendidikan madrasah, pendidikan
umum yang bernafaskan islam, dan Pelajaran Agama Islam (PAI).

a. Pendidikan Pondok Pesantren ialah pendidikan Islam yang


diselenggarakan secara tradisional, bertolok pada pengajaran quran dan
hadist dan merancang segala pendidikannya untuk mengajarkan pada
siswa cara hidup sebagai way of life (jalan hidup).
b. Pendidikan madrasah ialah pendidikan islam yang diselenggarakan
lembaga-lembaga model barat, yang menggunakan metode pengajaran
klasikal, dan berusaha menanamkan Islam sebagai landasan hidup.
c. Pendidikan umum yang bernafas islam, ialah pendidikan islam yang
dilkukan melalui pengembangan suasana pendidikan yang bernafaskan
islam di lembaga pendidikan yang menyelengarakan yang bersifat umum.
d. Pelajaran Agama Islam (PAI) yang diselenggarakan di lembaga pendidkan
umum sebagai suatu mata pelajaran atau mata kuliah.
4. Wajah Baru Sekolah Islam: Fullday School dan Boarding School
 Fullday School : full-day school, merupakan kata yang berasal
dari bahasa Inggris yang terdiri dari tiga (3) kata, yaitu full-day-school.
Secara perkata dapat diartikan full yaitu penuh, day yaitu hari dan
school yaitu sekolah. Apabila digabungkan maka berarti ”sehari penuh”, dapat
juga diartikan “sistem pembelajaran sepanjang hari” atau “pendidikan di
sekolah lebih lama”. Sistem full-day school
juga mempunyai pengertian waktu pembelajaran hingga sore hari. Yang pada
intinya konsep full-day school ini dalam pengertian yang
sebenarnya, ditandai oleh waktu belajar yang lebih lama daripada
sekolah-sekolah konvensional serta interaksi antara peserta didik dan pengaruh
gurunya lebih intensif.7
Tujuan dan Manfaat dari Sistem Full-Day School
Tujuan dari sistem full-day
school ini, antara lain:
1. Membangun sikap disiplin dalam belajar
2. Menghasilkan pribadi yang unggul secara intelektual dan moral
3. Anak mendapatkan pendidikan umum yang antisipatif terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan.
4. Anak memperoleh pendidikan keislaman secara layak dan
proporsional
5. Menginginkan anak-anak memiliki sains, teknologi dan agama agar
hidupnya seimbang.
Sedangkan manfaat dari sistem full-day school, antara lain:
1. Pengaruh negatif dari luar sekolah dapat diminimalisir
2. Anak-anak jelas akan medapatkan metode pembelajaran yang
bervariasi dan lain daripada sekolah dengan program reguler.
3. Orang tua tidak merasa khawatir, karena anak-anak mereka berada
seharian di sekolah yang berarti ada mengawasi mereka para guru dan
sebagian waktu anak untuk belajar.8

 Boarding School
A boarding school is a school where some or all pupils study and live during
the school year with their fellow students and possibly teachers and/or
administrators. The word 'boarding' is used in the sense of "bed and board,"
i.e., lodging and meals. Some boarding schools also have day students who
attend the institution by day and return off-campus to their families in the
evenings.9
Sebuah sekolah asrama adalah sebuah sekolah di mana beberapa atau semua
murid belajar dan tinggal selama tahun sekolah dengan siswa sesama mereka
dan mungkin guru dan/ atau administrator. 'Asrama' kata digunakan dalam arti

7
Sistem Full-Day School …/H. Akmal Hawi/75/Istinbath/No.16/Th. XIV/Juni/2015/71-87
8
Sistem Full-Day School …/H. Akmal Hawi/78/Istinbath/No.16/Th. XIV/Juni/2015/71-87
9
MODEL PEMBELAJARAN AL-ISLAM DENGAN SISTEM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah
Jati dan SMP Muhammadiyah Cepu) KABUPATEN BLORA/MUH. MUSIRAN /17-18
"tempat tidur dan papan," yaitu, penginapan dan makan. Beberapa sekolah
asrama mahasiswa juga memiliki hari yang menghadiri institusi siang hari dan
kembali di luar kampus untuk keluarga mereka di malam hari.

Boarding school sebagai tempat yang menyatu dengan sekolah ataupun


madrasah pada lembaga pendidikan Islam. Sistem boarding school merupakan
salah satu karakteristik dasar sistem pendidikan pesantren, yang dikenal
sebagai sistem santri mukim. Sistem pendidikan ini menggunakan sistem
menginap bagi siswa sebagaimana santri di pesantren. Pendidikan pesantren
telah diadopsi ke dalam sistem pendidikan nasional.10
Tujuan Boarding School
Tujuan dari boarding school biasanya mengacu kepada visi misi sekolah atau
madrasah sebagai pelaksana pendidikan. Visi sekolah/madrasah yang
membedakan boarding school dengan pesantren, pesantren itu nyantri dari
mulai ilmu pengetahuannya sampai sikapnya yang harus sikap santri. Ada pula
boarding school yang memiliki visi demikian. Yang paling populer sekarang
ini orang mencoba mencari jalan tengah, pesantren digabung dengan teknologi
moderen sedang yang moderen digabung dengan agama untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Islam
sebagimana pendapat Muhammad Munir :
Artinya : Dan di antara tujuan pendidikan Islam adalah menjadikan nyata
kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.11
Manfaat Boarding School
Ada beberapa manfaat dilaksanakannya sistem boarding school diantaranya,
sistem ini membawa banyak keuntungan :
a. Pengasuh mampu melakukan pemantauan secara leluasa hampir setiap saat.
Terdapat perilaku santri yang terkait dengan upaya pengembangan intelektual
maupun kepribadiannya.
b. Adanya proses pembelajaran dengan frekuensi yang tinggi dapat
memperkokoh pengetahuan yang diterimanya.

10
MODEL PEMBELAJARAN AL-ISLAM DENGAN SISTEM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus di SMP
Muhammadiyah Jati dan SMP Muhammadiyah Cepu) KABUPATEN BLORA/MUH. MUSIRAN /17-18
11
MODEL PEMBELAJARAN AL-ISLAM DENGAN SISTEM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus di SMP
Muhammadiyah Jati dan SMP Muhammadiyah Cepu) KABUPATEN BLORA/MUH. MUSIRAN /19-20
Menurut teori pendidikan ditemukan bahwa belajar 1 jam yang dilakukan 5
kali itu lebih baik dari pada 5 jam dilakukan dalam 1 kali.
Kriteria Boarding School yang Baik
Managemen dari boarding school harus memiliki enam kriteria, yaitu:
a. Tujuan, visi pendidikan di sekolah/madrasah harus jelas dan dimengerti.
b. Peraturan di sekolah/madrasah jelas dimengerti dan konsisten
c. Hubungan antara struktur yang ada (kepala sekolah, tata usaha, guru, murid,
dan orang tua) mempunyai hubungan yang egaliter dan demokratis, namun
memperhatikan tata krama ketimuran dan agama)
d. Struktur organisasi dan personalianya memiliki kriteria yang mapan
mengikuti arus jaman yang baru
e. Tolok ukur sistem evaluasi pendidikannya ada yang disebut sukses
pendidikan atau sukses pembelajaran.
f. Managemen yang baik tidak isolatif namun mempunyai jaringan-jaringan
kerja (networking) yang memadai.12

12
MODEL PEMBELAJARAN AL-ISLAM DENGAN SISTEM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus di SMP
Muhammadiyah Jati dan SMP Muhammadiyah Cepu) KABUPATEN BLORA/MUH. MUSIRAN /20
C. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai