BAB II
TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Kelompok 2 :
1. Agustina (G000170119)
2. Rahma Siti Arsinta (G000170124)
3. Mursyida Munashiroh (G000170125)
4. Wahyuningsih (G000170128)
5. Diyah Purnamasari (G000170130)
6. Agha Lusi Junior (G000170131)
7. Galih Dwi Laksono (G000170134)
8. Dhian Rahmawati (G000184105)
9.
2
Mohamad Ali, Transformasi Pendidikan Islam, (Surakarta: Republika 2017), hlm. 33.
dan sebagainya. Ringkasan, ruang lingkup pendidikan Islam mencakup tiga
lingkungan, yaitu: keluarga, masyarakat dan sekolah.
Demikian, pembahasan tentang tranformasi pendidikan Islam dan ruang
lingkup wilayah kajian pendidikan Islam pada bagian ini diawali dengan penjelasan
tentang pengertian pendidikan Islam.
B. Pembahasan
1. Makna Pendidikan Islam
Saat disebut kata “pendidikan Islam” secara otomatis yang terbayang adalah
pendidikan Islam yang secara kasat mata dapat dilihit dan dapat dijumpai seperti
pondok pesantren, madrasah, sekolah islah pengajian ahad pagi, majlis taklim dan lain
sebagainya. Kerumitan dan kompleksitas penyusunan suatu definisi juga dialami
ketika memaknai konsep pendidikan Islam. Oleh karena itu untuk menghindari
kesimpang-siuran dalam pemaknaan pemahaman yang lebih utuh dalam memahami
pendidikan Islam, beberapa pendapat yang mengemuka dikalangan intelektual perlu
didiskusikan lebih lanjut.
Bila konsep pendidikan Islam dalam pengertian sempit ini yang digunakan,
maka lembaga pendidikan Islam dan bentuk sekolah atau perguruan tinggi umum
yang dikelola oleh persyarikatan Muhammadiyah maupun ormas dan yayasan, lain
seperti Al-Azhar tidak termasuk dan tidak dapat dogolongkan ke dalam pendidikan
Islam. Demikianlah, sekolah Muhammadiyah ataupun sekolah Al-Azhar yang secara
kedinasan bernaung dibawah Kementrian Pendidikan Nasional tidak dapat
dimasukkan dalam kategori pendidikan Islam. Pemaknaan pendidikan Islam yang
ditawarkan Dhofier jelas terlalu sempit. Lebih dari itu, secara empirik tidak sesuai lagi
dengan dinamika pendidikan Islam itu sendiri yang telah berkembang sedemikian
rupa melampaui pengertian pendidikan Islam secara tradisional.
4
Mochtar Buchori, Penelitian Pendidikan dan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: IKIP
Muhammadiyah Jakarta, 1994). hlm. 41.
dinamakan pendidikan Islam nonformal, dan tentu saja dapat berlangsung di
lingkungan pendidikan formal, seperti sekolah maupun madrasah.
Demikian, bila dilihat dari sudut pandang lingkungan pendidikan, terdapat tiga
jenis kajian pendidkan Islam, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidkan Islam
formal lebih dikenal dengan pendidikan sekolah atau perguruan tinggi, yaitu praktik
pendidikan yang diatur secara ketat, bertingkat-tingkat atau berjenjang, dan mengikuti
syarat-syarat yang jelas terukur dan ketat.
6
Masalah operasional pendidikan ialah keseluruhan masalah tentang cara
melaksanakan tindak pendidikan, baik di lingkungan pendidikan formal, nonformal,
maupun informal.
Boarding School
A boarding school is a school where some or all pupils study and live during
the school year with their fellow students and possibly teachers and/or
administrators. The word 'boarding' is used in the sense of "bed and board,"
i.e., lodging and meals. Some boarding schools also have day students who
attend the institution by day and return off-campus to their families in the
evenings.9
Sebuah sekolah asrama adalah sebuah sekolah di mana beberapa atau semua
murid belajar dan tinggal selama tahun sekolah dengan siswa sesama mereka
dan mungkin guru dan/ atau administrator. 'Asrama' kata digunakan dalam arti
7
Sistem Full-Day School …/H. Akmal Hawi/75/Istinbath/No.16/Th. XIV/Juni/2015/71-87
8
Sistem Full-Day School …/H. Akmal Hawi/78/Istinbath/No.16/Th. XIV/Juni/2015/71-87
9
MODEL PEMBELAJARAN AL-ISLAM DENGAN SISTEM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah
Jati dan SMP Muhammadiyah Cepu) KABUPATEN BLORA/MUH. MUSIRAN /17-18
"tempat tidur dan papan," yaitu, penginapan dan makan. Beberapa sekolah
asrama mahasiswa juga memiliki hari yang menghadiri institusi siang hari dan
kembali di luar kampus untuk keluarga mereka di malam hari.
10
MODEL PEMBELAJARAN AL-ISLAM DENGAN SISTEM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus di SMP
Muhammadiyah Jati dan SMP Muhammadiyah Cepu) KABUPATEN BLORA/MUH. MUSIRAN /17-18
11
MODEL PEMBELAJARAN AL-ISLAM DENGAN SISTEM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus di SMP
Muhammadiyah Jati dan SMP Muhammadiyah Cepu) KABUPATEN BLORA/MUH. MUSIRAN /19-20
Menurut teori pendidikan ditemukan bahwa belajar 1 jam yang dilakukan 5
kali itu lebih baik dari pada 5 jam dilakukan dalam 1 kali.
Kriteria Boarding School yang Baik
Managemen dari boarding school harus memiliki enam kriteria, yaitu:
a. Tujuan, visi pendidikan di sekolah/madrasah harus jelas dan dimengerti.
b. Peraturan di sekolah/madrasah jelas dimengerti dan konsisten
c. Hubungan antara struktur yang ada (kepala sekolah, tata usaha, guru, murid,
dan orang tua) mempunyai hubungan yang egaliter dan demokratis, namun
memperhatikan tata krama ketimuran dan agama)
d. Struktur organisasi dan personalianya memiliki kriteria yang mapan
mengikuti arus jaman yang baru
e. Tolok ukur sistem evaluasi pendidikannya ada yang disebut sukses
pendidikan atau sukses pembelajaran.
f. Managemen yang baik tidak isolatif namun mempunyai jaringan-jaringan
kerja (networking) yang memadai.12
12
MODEL PEMBELAJARAN AL-ISLAM DENGAN SISTEM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus di SMP
Muhammadiyah Jati dan SMP Muhammadiyah Cepu) KABUPATEN BLORA/MUH. MUSIRAN /20
C. Kesimpulan