Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN PESANTREN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Sejarah Pendidikan Islam


Dosen Pengampu : Dr. Amirudin,S.Pd.I.,M.P.d

Disusun oleh :
Maulia Zulfatli ( 222410112)
Junia Aprita ( 222410108)
Nur Ihsandi (222410162)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Sejarah
Pendidikan Islam dengan “PERKEMBANGAN PESANTREN” yang diajukan sebagai
tugas kelompok mata kuliah dengan dosen pengampu Dr. Amirudin,S.Pd.I.,M.P.d

Atas terselesainya makalah ini penulis mengucapakan terimakasih kepada teman-


teman yang telah banyak memberi dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah
ini.

Pekanbaru, Desember 2023

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................1
C. Tujuan Permasalahan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
A. Asal mula Pesantren di Indonesia..................................................................3
B. Perkembangan Pesantren di Indonesia...........................................................4
C. Tipologi Pesantren.........................................................................................5
D. Metode Dan Teknik Pembelajaran Dipesantren.............................................6
E. Kurikulum Dan Materi Pembelajaran Pesantren............................................7
F. Fungsi Dan Tujuan Pesantren........................................................................7
BAB III PENUTUP..................................................................................................9
A. Kesimpulan ...................................................................................................9
B. Saran ..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah perkembangan pesantren di Indonesia terus berkembang sejalan
dengan perkembangan zaman di negara-negara yang mayoritas Islam, khususnya di
Indonesia sendiri. Di mana pesantren ini oleh para ulama Indonesia selalu menjadi
kajian-kajian yang menarik dalam menghasilkan generasi-generasi yang Islami, yang
mampu menghadapi perubahan sosial.
Perkembangan pesantren ini sudah tentu memerlukan proses pengkajian atas
berbagai hal yang bersangkutan dengan keilmuan Islam itu sendiri maupun msalah
keilmuan lain yang berhubungan dengannnya. Demikian pula halnya dengan
kemajuan pesantren yang harus mendapatkan perhatian khusus dari para pendirinya.
Pengembangannya selalu disesuaikan dengan situasi kondisi masyarakat Indonesia
yang semakin hari semakin maju, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik yang
memerlukan ketentuan dan ketetapan hukum agar tidak saling berbenturan antara satu
dengan yang lainnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Di Indonesia, belakangan ini penelitian sejarah pesantren mulai dirasakan
penting, khususnya perkembangan dan peranannya bagi masyarakat di sekitarnya.
Paling tidak, karena perubahan pertumbuhan dan perkembangan pesantren
menunjukan pada suatu dinamika pemikiran keagamaan itu sendiri dan
menggambarkan pola agama dengan perkembangan sosial budaya masyarakat.
Dimana hal tersebut merupakan persoalan yang tidak pernah usai dimanapun dan
kapanpun, terutama masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam yang
sedang mengalami modernisasi. Evolusi historikal dari perkembangan pesantren.
secara sungguh-sungguh telah menyediakan lapangan ijtihad bagi para pemikir Islam
di Indonesia. Sebab, lembaga pesantren ini sebenarnya sudah ada sejak masa
kekuasaan Hindu-Budha, sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan
lembaga pendidikan yang sudah ada. Tentunya ini tidak berarti mengecilkan peranan
Islam dalam mempelopori pendidikan di Indinesia
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Awal mula Pesantren di Indonesia?
2. Bagaimanakah Perkembangan Pesantren di Indonesia?
3. Apa ituTipologi Pesantren?
4. Bagamainakah Metode Dan Teknik Pembelajaran Dipesantren?

1
5. Bagaimanakah Kurikulum Dan Materi Pembelajaran Pesantren?
6. Apakah Fungsi Dan Tujuan Pesantren?

C. Tujuan Permasalahan
1. Mengetahui awal mula pesantren di Indonesia
2. Mengetahui perkembangan pesantren di Indonesia
3. Mengetahui Tipologi Pesantren
4. Mengetahui Metode dan teknik pembelajaran dipesantren
5. Mengetahui kurikulum dan materi pembelajaran pesantren
6. Mengetahui fungsi dan tujuan pesantren

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal Mula Pesantren di Indonesia
Dalam catatan Munculnya sejarah, Berdirinya pondok pesantren bermula dari seorang
kiyai yang menetap (bermukim) disuatu tempat. Kemudian datanglah santri yang ingin
belajar kepadanya dan di luar. Turut pula bermukim di tempat itu. Sedangkan biaya
kehidupan dan pendidikan disediakan bersama-sama oleh para santri dengan dukungan
masyarakat di sekitarnya. Hal ini memungkinkan kehidupan pesantren bisa berjalan stabil
tanpa dipengaruhi oleh gejolak ekonomi di luar . Pondok Pesantren dikenal di Indonesia sejak
zaman Walisongo. Karena itu Pondok pesantren adalah salah satu tempat berlangsungnya
intraksi antara guru dan murid, kiyai dan santri dalam intensitas yang relatif dalam rangka
mentransfer ilmu-ilmu keislaman dan pengalaman.8 Ketika itu Sunan Ampel mendirikan
sebuah padepokan di Ampel Surabaya dan menjadikannya pusat pendidikan di Jawa. Para
santri yang berasal dari pulau Jawa datang untuk menuntut ilmu agama. Bahkan di antara
para santri ada yang berasal dari Gowa dan Tallo, Sulawesi.
Dikatakan Pesantren Ampel yang didirikan oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim,
merupakan cikal bakal berdirinya pesantren-pesantren di Tanah Air sebab para santri setelah
menyelesaikan studinya merasa berkewajiban mengamalkan ilmunya di daerahnya masing-
masing. Maka didirikanlah pondok-pondok pesantren dengan mengikuti pada apa yang
mereka dapatkan di Pesantren Ampel. Sejarahnya, misalnya Pesantren Giri di Gresik bersama
institusi sejenis di Samudra Pasai telah menjadi pusat penyebaran ke-Islaman dan peradaban
ke berbagai wilayah Nusantara. Pesantren Ampel Denta menjadi tempat para wali yang mana
kemudian dikenal dengan sebutan wali songo atau sembilan wali menempa diri. Dari
pesantren Giri, santri asal Minang, Datuk ri Bandang, membawa peradaban Islam ke
Makassar dan Indonesia bagian Timur lainnya. lalu melahirkan Syekh Yusuf, ulama besar
dan tokoh pergerakan bangsa. Mulai dari Makassar, Banten, Srilanka hingga Afrika Selatan.
Di lihat dari sejarahnya, pesantren memiliki usia yang sama tuanya dengan Islam di
Indonesia. Syaikh Maulana Malik Ibrahim dapat dikatakan sebagai peletak dasar-dasar
pendidikan pesantren di Indonesi. Pesantren pada masa awal pendiriannya merupakan media
untuk menyebarkan Islam dan karenanya memiliki peran besar dalam perubahan social
masyarakat Indonesia.
Pada masa awal perkembangan Islam di Nusantara, perhatian pemerintah kerajaan
Islam terhadap berkembangnya pendidikan Islam cukup besar. Namun pada masa VOC
maupun pemerintahan Hindia Belanda kondisi ini berubah. Masyarakat Islam yang taat

3
seakan-akan diasingkan. Para ulama dijauhkan dari masyarakat karena dianggap membawa
potensi terjadinya “kerusuhan”. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan pemerintah kolonial
terhadap jamaah haji. Pemerintah mempersulit keberangkatan para jamaah haji Nusantara
dengan berbagai kebijakan dan berusaha mencegah mereka pulang ke tanah airnya. Pada
akhirnya Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam cenderung menyingkir dari pengaruh-
pengaruh pemerintah. Dari posisi pendiriannyapun nampak bahwa pesantren menjauh dari
pusat pemerintahan. Dari sinilah pesantren kemudian berjuang untuk mempertahankan diri
secara mandiri. Pesantren terbentuk melalui proses yang panjang. Diawali dengan
pembentukan kepemimpinan dalam masyarakat. Seorang Kyai sebagai pemimpin pesantren
tidaklah muncul dengan begitu saja. Kepemimpinan Kyai muncul setelah adanya pengakuan
dari masyarakat. Kyai menjadi pemimpin informal di kalangan rakyat karena dianggap
memiliki keutamaan ilmu. Maka Kyai menjadi rujukan dan tempat bertanya, tidak saja
mengenai agama tetapi juga mengenai maslaha-masalah sosial kemasyarakatan. Hal ini
pulalah yang kemudian menciptakan budaya ketundukan dan ketaatan santri dan masyarakat
terhadap pesantren. Dari terbentuknya kepemimpinan Kyai, yang menjadi rujukan
masyarakat sebuah sistem pendidikan masyarakat terbentuk. Masyarakat menjadikan Kyai
sebagai guru dan belajar apa saja yang dikuasainya. Fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam
proses pembelajaran adalah apa saja yang ada di sekitarnya. Pada tahapan awal pembentukan
pesantren, umumnya masjid menjadi pusat pendidikan bagi masyarakat.
B. Perkembangan pesantren di Indonesia
Modernisasi pendidikan Islam di Indonesia, yang berkaitan erat dengan pertumbuhan
gagasan modernisasi Islam di kawasan ini, mempengaruhi dinamika keilmuan dilingkungan
pesantren. Bahkan sejumlah pesantren bergerak lebih maju lagi. Berkaitan dengan gagasan
tentang “kemandirian” santri telah menyelesaikan pendidikan mereka di pesantren, beberapa
pesantren memperkenalkan semacam kegiatan atau latihan keterampilan dalam sistem
pendidikan mereka. Bentuk, sistem dan metode pesantren di Indonesia dapat dibagi kepada
dua periodisasi; Pertama, Ampel (salaf) yang mencerminkan kesederhanaan secara
komprehensif. Kedua, Periode Gontor yang mencerminkan kemodernan dalam sistem,
metode dan fisik bangunan. Periodisasi ini tidak menafikan adanya pesantren sebelum
munculnya Ampel dan Gontor. Sebelum Ampel muncul, telah berdiri pesantren yang dibina
oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim.
Demikian juga halnya dengan Gontor, sebelumnya telah ada yang justru menjadi cikal
bakal Gontor- pesantren Tawalib, Sumatera. Pembagian di atas didasarkan pada besarnya
pengaruh kedua aliran dalam sejarah kepesantrenan di Indonesia. Sifat kemodernan Gontor

4
tidak hanya terletak pada bentuk penyampaian materi yang menyerupai sistem sekolah atau
perkuliahan di perguruan tinggi, tapi juga pada gaya hidup. Hal ini tercermin dari pakaian
santri dan gurunya yang mengenakan celana dan dasi. Berbeda dengan aliran Ampel yang
sarungan dan sorogan. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat para Kyai salaf menekankan
perasaan anti kolonial pada setiap santri dan masyarakat, hingga timbul fatwa bahwa
memakai celana dan dasi hukumnya haram berdasarkan sebuah hadist yang berbunyi:
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum (golongan), maka dia termasuk golongan itu”.
Dalam hal ini, Gontor telah berani melangkah maju menuju perubahan yang saat itu masih
dianggap tabu. Namun demikian bukan tidak beralasan. Penggunaan dasi dan celana yang
diterapkan Gontor adalah untuk mendobrak mitos bahwa santri selalu terkebelakang dan
ketinggalan zaman. Prinsip ini tercermin dengan masuknya materi bahasa inggris menjadi
pelajaran utama setelah bahasa Arab dan agama, dengan tujuan agar santri dapat Beberapa
reformasi dalam sistem pendidikan pesantren yang dilakukan Gontor antara lain dapat
disimpulkan pada beberapa hal. Di antaranya: tidak bermazdhab, penerapan organisasi,
sistem kepimimpinan sang Kyai yang tdak mengenal sistem waris dan keturunan,
memasukkan materi umum dan bahasa Inggris, tidak mengenal bahasa daerah, penggunaan
bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dan percakapan, olah raga dengan segala
cabangnya dan lain-lain. Oleh karena itu Gontor mempunayi empat prinsip, yaitu: berbudi
tinggi, berbadan sehat, berpikiran bebas dan berpengetahuan luas.

C. Tipologi Pesantren
Arifin mengklasifikasi pesantren menjadi empat macam, yakni: (a) pesantren salaf
(tradisional), yaitu pesantren yang hanya memberikan materi agama kepada para santrinya.
Tujuan pokok dari pesantren ini adalah mencetak kader-kader dai yang akan menyebarkan
Islam di tengah masyarakat. Pada pesantren ini, santri hanya dididik dengan ilmu-ilmu agama
dan tidak diperkenankan mengikuti pendidikan formal. Kalaupun ilmu-ilmu itu diberikan,
maka hal itu hanya sebatas pada ilmu yang berhubungan dengan keterampilan hidup; (b)
pesantren ribath, yakni pesantren yang mengombinasikan pemberian materi agama dengan
materi umum. Biasanya selain tempat pengajian, pada pesantren ini juga disediakan
pendidikan formal yang dapat ditempuh oleh para santrinya. Tujuan pokok dari pesantren ini,
selain untuk mempersiapkan kader dai juga memberikan peluang kepada para santrinya untuk
mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan demikian, diharapkan akan
mengisi posisi-posisi strategis, baik dalam pemerintahan dan di tengah- tengah masyarakat;
(c) pesantren khalaf (modern), yakni pesantren yang didesain dengan kurikulum yang disusun

5
secara baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Disebut khalafi, karena adanya berbagai
perubahan yang dilakukan baik pada metode maupun materi pembelajaran. Para santri tidak
hanya diberikan materi agama dan umum, tetapi juga berbagai materi yang berkaitan dengan
skill atau vocational (keterampilan); (d) pesantren jami'i (asrama pelajar dan mahasiswa),
yakni pesantren yang memberikan pengajaran kepada pelajar atau mahasiswa sebagai
suplemen bagi mereka. Dalam perspektif pesantren ini, keberhasilan santri dalam belajar di
sekolah formal lebih diutamakan. Oleh karena itu, materi dan waktu pembelajaran di
pesantren disesuaikan dengan luangnya waktu pembelajaran di sekolah formal.

D. Metode Dan Teknik Pembelajaran


Secara umum metode pembelajaran yang digunakan di pesantren di antaranya adalah
sorogan, bandongan (wetonan), musyawarah (mudzakarah), hafalan, dan lalaran. Ada juga
metode lain yang kerap digunakan di pesantren, yakni metode demonstrasi dan riyadlah.
1) Sorogan, yakni metode belajar individu di mana seorang santri berhadapan langsung
dengan kiai atau guru. Teknisnya, seorang santri membaca materi yang telah
disampaikan kiai. Selanjutnya kiai membetulkan kesalahan yang dilakukan oleh santri
tersebut mengikuti kiai membaca dan menjelaskan berbagai kitab.
2) Bandongan (Wetonan), yakni metode pembelajaran kelompok dan bersifat klasikal,
artinya seluruh santri untuk kelas-kelas tertentu.
3) musyawarah/mudzakarah, yakni metode pembelajaran berupa diskusi pelbagai
masalah yang ditemukan oleh para santri. Metode ini digunakan untuk mengolah
argumentasi para santri dalam menyikapi masalah yang dihadapi.
4) Hafalan, yakni metode untuk menghafal berbagai kitab yang diwajibkan kepada para
santri. Dalam praktiknya, metode hafalan merupakan kegiatan kolektif yang diawasi
oleh kiai.
5) Lalaran, yakni metode pengulangan materi yang dilakukan oleh seorang santri secara
mandiri. Materi yang diulang merupakan materi yang telah dibahas di dalam sorogan
maupun bandongan, untuk memperkuat penguasaan materi.
6) Metode demonstrasi atau praktik ibadah, yakni metode pembelajaran yang dilakukan
dengan cara memperagakan kemampuan pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan
secara perseorangan atau tertentu yang dilakukan secara perseorangan atau kelompok
di bawah petunjuk dan bimbingan ustaz.

6
7) Metode riyadlah merupakan metode pembelajaran yang menekankan aspek olah batin
untuk mencapai kesucian hati para santri dengan berbagai cara berdasarkan petunjuk
dan bimbingan kiai.
Metode-metode di atas, diaplikasikan dengan berbagai teknik pembelajaran, antara lain
sebagai berikut:
a. Teladan (uswah), yakni teknik pembelajaran dengan memberi contoh nyata kepada
santri. Teknik ini hampir sama dengan teknik demonstrasi, tapi cakupannya lebih luas,
yakni terletak pada semua sisi kehidupan dari seorang kiai atau guru.
b. Pembiasaan (adat), yakni teknik pembelajaran dengan memupuk kebiasaan kepada
seorang santri untuk melakukan hal-hal tertentu. Teknik ini dimaksudkan untuk
internalisasi kristalisasi materi ajar ke dalam diri santri.

E. Kurikulum Dan Materi Pembelajaran Pesantren


Secara umum, kurikulum pondok pesantren dapat dipilah menjadi dua, yakni
kurikulum studi keagamaan dan kurikulum studi umum. Dalam pondok pesantren
tradisional, ada pemisahan antara kurikulum pesantren dan kurikulum sekolah dan/ atau
madrasah. Kurikulum pesantren merupakan kurikulum khas pesantren berupa ilmu-ilmu
keagamaan yang terdiri dari sembilan bidang ilmu, yakni: tauhid, fikih, ushul fikih, tafsir,
hadis, tasawuf, nahwu/saraf, dan akhlak serta sirah (sejarah) nabi. Sementara kurikulum
sekolah merupakan kurikulum yang berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud), jika pesantren tersebut memiliki sekolah semisal SMP dan SMU.
Selanjutnya jika pesantren memiliki madrasah semisal Tsanawiyah dan Aliyah, maka
ia menggunakan kurikulum yang berasal dari Kementerian Agama (Kemenag). Sementara
dalam pesantren modern, pada umumnya menggunakan kurikulum terpadu, yakni tidak
memisahkan antara kurikulum pesantren yang berupa kurikulum studi keagamaan dan
kurikulum sekolah/ madrasah yang berupa studi umum.
Untuk meningkatkan kemampuan santri di bidang-bidang tertentu, selain materi-
materi agama, diajarkan juga materi keterampilan khusus yang disesuaikan dengan tujuan
dan orientasi pesantren, seperti yang dilaksanakan Pesantren Gontor dengan materi
muhadlarah (ceramah), bahasa Arab, dan Inggris.
F. Fungsi Dan Tujuan Pesantren
Fungsi pesantren itu ada tiga, yakni fungsi keagamaan, fungsi kemasyarakatan, dan
fungsi pendidikan. Ketiga fungsi ini masih berlangsung hingga sekarang. Ada juga yang
menilai fungsi utama pesantren adalah fungsi pendidikan untuk mencetak ahli- ahli agama,

7
namun ternyata fungsi itu dipandang belum sempurna karena tuntutan masyarakat
menginginkan lebih dari itu, karena itu sejak tahun 1970-an pesantren juga didorong untuk
memperluas fungsinya dari fungsi pendidikan ke fungsi pengembangan masyarakat.
Sementara dari sisi peran, pesantren memiliki tiga peran utama dalam masyarakat
Indonesia, yaitu: (1) sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu Islam tradisional; (2)
sebagai penjaga dan pemelihara keberlangsungan Islam tradisional, dan (3) sebagai pusat
reproduksi ulama. Di samping itu, pesantren juga berfungsi sebagai wadah pencerdasan
kehidupan bangsa melalui pendidikan yang dilaksanakannya.
Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengem- bangkan kepribadian
Muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia,
bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi
kawula atau abdi masyarakat tetapi rasul, yaitu menjadi pelayan masyarakat sebagai- mana
kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti Sunnah Nabi), mampu berdiri sendiri, bebas, dan
teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat di
tengah-tengah masyarakat (Izz al-Islâm wa al-Muslimîn) dan mencintai ilmu dalam rangka
mengembangkan kepribadian manusia. Pesantren yang diasuh para wali (Sunan Ampel,
Sunan Giri maupun Sunan Gunung Jati) jelas bertujuan mencetak ulama agar Islam di Jawa
khususnya bisa berkembang dengan lancar. Demikian pula misi pesantren yang timbul
kemudian adalah untuk mengembangkan umat Islam melalui pengkaderan ulama. Survei
Nazaruddin dkk. melaporkan bahwa pada awal perkembangannya, tujuan pesantren ialah
untuk mengembangkan agama Islam (terutama kaum mudanya), untuk lebih memahami
ajaran-ajaran agama Islam, terutama dalam bidang fiqh, bahasa Arab, tafsir, hadits, dan
tasawuf.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kata Pesantren lebih dikenal dengan sebutan pondok, istilah pondok berasal dari
kata Arab funduq, yang berarti pesangrahan atau penginapan bagi para musafir. ada
juga yang menyebutkan bahwa pesantren mengandung makna ke-Islaman sekaligus
keaslian (indigenous) Indonesia. Kata “pesantren” mengandung pengertian sebagai
tempat para santri atau murid pesantren, sedangkan kata “santri” diduga berasal dari
istilah sansekerta “sastri” yang berarti “melek huruf”, atau dari bahasa Jawa “cantrik”
yang berarti orang yang mengikuti gurunya kemanapun pergi. Selain itu juga
menyebutkan bahwa Kata pesantren yang berasal dari akar kata santri dengan awalan
"Pe" dan akhiran "an" berarti tempat tinggal para santri. Para ahli berpendapat bahwa
istilah santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti Guru mengaji, dari sini kita
memahami bahwa pesantren setidaknya memiliki tiga unsur, yakni; Santri, Kyai dan
Asrama. Sehingga dengan demikian dari asal kata, maka dapat kita ambil benang
merah mengenai pengertian pesantren secara istilah yakni, pesantren merupakan
sebuah lembaga pendidikan islam yang menampung sejumalah santri maupun
santriwati dalam rangka mempelajari ilmu-ilmu agama di bawah bimbingan seorang
kyai.
2. Sejarah munculnya pesantren awalnya berasal dari kebudayaan Hindu Budha yang
di bawah dari india, seiring masuknya Islam dan banyaknya masyarakat yang
menganut agama Islam kemudian mengalami penetrasi proses penyelenggaraan
pendidikan yang dilakukan oleh agama Hindu Budha, diadopsi dan dijadikan sebagai
sistem pendidikan islam yang baru. Selain itu menurut catatan sejarah, Pondok
Pesantren dikenal di Indonesia sejak zaman Walisongo. Ketika itu Sunan Ampel
mendirikan sebuah padepokan di Ampel Surabaya dan menjadikannya pusat
pendidikan di Jawa. Para santri yang berasal dari pulau Jawa datang untuk menuntut

9
ilmu agama. Bahkan di antara para santri ada yang berasal dari Gowa dan Tallo,
Sulawesi. Di katakan Pesantren Ampel yang didirikan oleh Syaikh Maulana Malik
Ibrahim, merupakan cikal bakal berdirinya pesantren-pesantren di Tanah Air sebab
para santri setelah menyelesaikan studinya merasa berkewajiban mengamalkan
ilmunya di daerahnya masing-masing. Maka didirikanlah pondok-pondok pesantren
dengan mengikuti pada apa yang mereka dapatkan di Pesantren Ampel. Pesantren
Ampel Denta menjadi tempat para wali yang mana kemudian dikenal dengan sebutan
wali songo atau sembilan wali menempa diri. Dari pesantren Giri, santri asal Minang,
Datuk ri Bandang, membawa peradaban Islam ke Makassar dan Indonesia bagian
Timur lainnya. Makassar lalu melahirkan Syekh Yusuf, ulama besar dan tokoh
pergerakan bangsa. Mulai dari Makassar, Banten, Srilanka hingga Afrika Selatan
3. Seiring dengan perkembangan zaman, pesantrenpun menjadi pusat pendidikan yang
banyak diminati oleh masyarakat selain karena pesantern menawarkan sistem
pendidikan yang serba sederhana juga karena pesantren banyak memberikan manfaat
yang banyak bagi masyarakat, dan disebabkan zaman karena itulah maka pesantern
mulai mengalami perkembangan yang pesat, sehingga dibagi menjadi dua
periodesisasi; Periode Ampel (salaf) yang mencerminkan kesederhanaan secara
komprehensif. Kedua, Periode Gontor yang mencerminkan kemodernan dalam sistem,
metode dan fisik bangunan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun guna
memperbaiki dan meningkatkan kualitas makalah. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA
Herman, H. (2013). Sejarah Pesantren di Indonesia. Al-TA'DIB: Jurnal Kajian Ilmu
Kependidikan, 6(2), 145-158.
Muchaddam, Achmad. (2015). Pendidikan Pesantren. PUBLICA INDTITUTE. Jakarta
Takdir, M. (2018). Modernisasi kurikulum pesantren. IRCiSoD.
M. (2015). Masa depan pesantren: telaah atas model kepemimpinan dan manajemen
pesantren salaf. Indonesia: Penerbit & distribusi, LKiS.
Hasan, M. (2015). Perkembangan Pendidikan Pesantren di Indonesia. TADRIS: Jurnal
Pendidikan Islam, 10(1), 55-73.
Maesaroh, N., & Achdiani, Y. (2017). Tugas Dan Fungsi Pesantren Di Era
Modern. Sosietas, 7(1).

11

Anda mungkin juga menyukai