Anda di halaman 1dari 14

KARYA ILMIAH

PEMIKIRAN PENDIDIKAN

Karya ilmiah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan UAS


mahasiswa mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:
Nur Aziz Asmuni,.S,ag,S,pd,Mpd

Oleh:
Nur Elsa Choiru Ummah

PROGRAM PENDIDIKANAGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat


dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu merampungkan salah
satu tugas yang berbentuk makalah sebagai salah satu persyaratan untuk
memenuhi pesyaratan UAS mahasiswa mata kuliah Bahasa Indonesia.
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang Pemikiran Pendidikan
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari sumbangsih para orang-orang
terdekat penulis, karena itu dengan tulus penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia Univesitas sunan giri
surabaya yang telah membimbing kami dalam menjelaskan gambaran tentang
materi karya ilmiah yang kami tulis.
2. Para pegawai perpustakaan Univesitas sunan giri surabaya yang telah
memberikan kami kesempatan untuk berkunjung di perpustakaan sebagai
daftar buku rujukan.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan karya ilmiah ini,
namun tidak mustahil dalam karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan. Hal itu dikarenakan kelemahan dan keterbatasan kemampuan penulis
semata.
Saran dan kritik yang konstruktif tetap kami harapkan. Akhirnya semoga
karya ilmiah ini membawa manfaat tidak hanya bagi penulis, namun juga bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
.
Surabaya,15 Januari,2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN............................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................2

C. Tujuan.................................................................................................2

BAB III: PEMBAHASAN...........................................................................4

A. Pemikiran Klasik................................................................................4

B. Pemikiran Baru...................................................................................4

C. Pengaruh Pemikiran Baru...................................................................5

D. Tokoh Pendidikan...............................................................................6

BAB III: PENUTUP.....................................................................................10

A. Kesimpulan.........................................................................................10

B. Tujuan.................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah menunjukkan perkembangan kegiatan kependidikan pada masa


klasik islam telah membawa islam sebagai jembatan pengembangan keilmuan dari
keilmuan klasik ke keilmuan modern. Akan tetapi generasi umat islam seterusnya
tidak mewarisi semangat ilmiah yang dimiliki para pendahulunya. Akibatnya
prestasi yang telah diraih berpindah tangan ke barat, karena ternyata mereka mau
mempelajari dan meniru tradisi keilmuwan yang dimiliki oleh umat islam masa
klasik dan mampu mengembangkannya lebih lanjut.1
Kesadaran terhadap kemunduran keilmuan dunia islam sebenarnya telah
cukup lama tumbuh dikalangan umat islam. Akan tetapi program kebangkitan
kembali tersebut seolah masih berada pada taraf keinginan . Oleh karena itu
disana- sini kita melihat pendidikan umat islam masih berada pada kondisi yang
memprihatinkan. Oleh karena itu upaya untuk menggairahkan semagat keilmuan
dikalangan umat islam masih harus terus dilakukan. Dalam kerangka pemikiran
Fazlur Rahman, ia hanya menekankan kepada aspek historisme dan filosofis.2

Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi modern


sekarang ini tidak hanya menuntut adanya uatu cara - cara ekspresi yang popular
dengan bahasa pikiran yang praktis dan statis akan tetapi setiap pemimpin ,
pemikir dan ahli - ahli agama harus senantiasa dalam keadaan siap dengan ilmu
pengetahuan yang up to date.3
B. Rumusan Masalah

1
Swendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2004, hlm
7.
2
Amin Abdullah, Eskatologi Al-Ghazali dan Fazlur Rahman, Yogyakarta: Futuh Printika, 2004,
hlm 15.
3
Ahmad Taufiq, Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam, Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2005, hlm 2.

1
1. Bagaimana Pemikiran Pendidikan Masa Klasik?

2. Bagaimana Pemikiran Pendidikan Baru?

3. Apa saja Pengaruh Pemikiran Baru Tentang Pendidikan Di Indonesia?

4. Siapa Tokoh Pendidikan Di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pemikiran Pendidikan Klasik.

2. Untuk Mengetahui Pemikiran Pendidikan Baru.

3. Untuk Mengetahui Pengaruh Pemikiran Baru Di Indonesia.

4. Untuk Mengetahui Tokoh Pendidikan Di Indonesia.

2
BAB II

PENDAHULUAN

A. Pemikiran Klasik

Zaman modem klasik, Fazlur Rahman maksudkan adalah paruh kedua


abad ke-19 hingga sekitar pertengahan abad ke -20 M. Pada era ini muncul lima
orang modernisme muslim terkemuka untuk merumuskan dan merinci sikap islam
terhadap sains dan penyelidikan yang bebas terhadap alam. Mereka itu ialah
Sayyid Ahmad Khan dan Sayyid Al-Amir dari India, Jamaluddin Al-Afgani,
Namik Kemal dari Turki dan Syeikh Muhammad Abduh. Kelima tokoh ini, yang
hidup sezaman dengan penuh semangat menyuarakan penggalakan sains dan
penanaman semangat ilmiah barat, walaupun diantara mereka hanya Nanik Kemal
saja yang benar-benar pernah belajar dibarat (mempelajari hukum dan ekonomi).
Di Turki, karena ulama’ begitu sengit menentang perubahan, maka pada
tahun-tahun pertengahan atau akhir abad ke-19 dibuatlah jembatan antara
pendidikan dasar dan pendidikan tinggi, dalam bentuk rushdiye, atau sekolah-
sekolah menengah, yang juga tentu saja mengandung pelajaran agama dalam
kurikulumnya.
Menyinggung sekilas tentang Indonesia, hingga kira-kira tahun 1900
pendidikan islam di Indonesia disebarkan melalui sekolah-sekolah (pengajian-
pengajian) Al-Qur’an, dan pesantren-pesantren, pesantren-pesantren ini kalibernya
lebih rendah daripada madrasah-madrasah dan akademi-akademi terkemudian,
berwatak tradisionalis, dan mendidik santri-santri, yaitu siswa-siswa yang
mengetahui pengetahuan agama yang akan menjadikan mereka kompeten untuk
memberikan fatwa-fatwa (pendapat otoritatif mengenai masalah-masalah agama)
dan menjadi fungsioner-fungsioner dimasjid.
Pesantren-pesantren tersebut mungkin sekali mutunya sebanding dengan
madrasah-madrasah kecil di anak benua India sekarang ini, tetapi lebih stabil dan
swasembada secara organisasional dalam hal bahwa mereka biasanya didirikan
diluar desa, disatukan dengan tanah pertanian dimana para siswa dan guru-guru
(yang tinggal disitu) semua bekerja bersama-sama untuk menunjang lembaga

3
tersebut.
Pada kira-kira tahun 1900 pengaruh intelektual dari timur tengah mulai
masuk ke Indonesia. Haji-haji Indonesia yang bermukim di makkah dan madinah,
dan guru-guru yang lain mengajar beberapa tahun dikota-kota suci tersebut,
pulang kembali ke Indonesia dan mendirikan pesantren-pesantren dan madrasah-
madrasah tinggi yang baru.

B. Pemikiran Baru

Periode ini dimulai pertengahan abad ke-20, terutama karena


kemerdekaan negeri-negeri muslim dari politik hegemoni Barat umumnya terjadi
masa ini.
Barangkali perkembangan yang paling spektakuler dalam pendidikan
islam pada era ini adalah yang terjadi diturki. Di mana setelah seperempat abad
pelarangan total yang resmi, pendidikan islam bangkit kembali semata-mata atas
dorongan masyarakat.
Adapun mengenai Indonesia, umumnya adalah dalam perbincangan-
perbincangan umum tentang islam, apalagi dalam pembahasan bidang-bidang
khusus seperti hukum dan pendidikan islam, Indonesia sangat di abaikan ,
walaupun negeri ini umum bahwa Indonesia adalah kawasan Islam yang berada di
luar arus pemikiran intelektual. Namun akhir-akhir ini telah terjadi kegiatan
intelektual Islam tingkat tinggi di Indonesia.
Pada tahun 1960 di Jakarta dan Yogyakarta didirikan IAIN, yang
menghasilkan sarjana-sarjana ilmu keislaman. Kemudian diperbanyak pendirian
IAIN-IAIN dibeberapa kota lainnya. Kurikulum yang dipakai tampaknya
mengikuti pola empat fakultas Al- Azhar, teologi (usuluddin), syari’ah atau
hukum islam, pendidikan (tarbiyah), dan adab atau humanika islam, dengan
penekanan khusus bahasa arab. Namun madrasah-madrasah dan pesantren-
pesantren lama terus berlanjut.
Banyak lembaga tinggi islam di Indonesia, dengan benar telah
menekankan pelajaran bahasa arab, dan banyak mahasiswa dan sarjana Indonesia

4
bisa berbicara secara lancar dengan bahasa arab klasik.4
Lebih lanjut lagi Fazlur Rahman menulis bahwa intelektualisme islam
adalah pertumbuhan suatu pemikiran Islam yang asli dan memadai, yang harus
memberikan kriteria untuk menilai keberhasilan dan kegagalan sebuah system
pendidikan islam. Pembaca juga akan tercengang oleh keasyikan saya membahas
metode yang tepat untuk menafsirkan Al - qur’an.5
Adapun proses yang di usulkan Fazlur Rahman dalam penafsiran Al-
qur’an itu adalah suatu gerakan ganda, yakni dari situasi sekarang ke masa Al-
quran diturunkan, dan kembali lagi kemasa kini.6

C. Pengaruh Pemikiran Baru Tentang Pendidikan Di Indonesia

Telah dikemukakan bahwa gerakan baru dalam pendidikan tersebut


berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, namun dasar-dasar
pikirannya tentulah menjangkau semua segi dari pendidikan, baik aspek
konseptual maupun operasional. Oleh sebab itu, mungkin saja gerakan-gerakan itu
tidak diadopsi seutuhnya di suatu masyarakat atau negara tertentu, namun asas
pokoknya menjiwai kebijakan-kebjakan pendidikan dalam masyarakat atau negara
itu. Sebagai contoh yang telah dikemukakan pada setiap paparan tentang gerakan
itu untuk Indonesia, seperti muatan lokal dalam kurikulum untuk mendekatkan
peserta didik dengan lingkungannya, berkembangnya sekolah kejuruan,
pemupukan semangat kerja sama multidisiplin dalam menghadapi masalah, dan
sebagainya. Akhirnya, perlu ditekankan lagi bahwa kajian tentang pemikiran-
pemikiran pendidikan pada masa lalu akan sangat bermanfaat untuk memperluas
pemahaman tentang seluk-beluk pendidikan, serta memupuk wawasan historis dari
setiap tenaga kependidikan.7

4
Abduh Khaliq, Pemikiran Pendidikan Islam, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah Walisongo Dengan
Pustaka Pelajar, 1999 hlm 224.
5
Fazlur Rahman, Islam Dan Modernity, Transformation of an Intelectual Tradition, Chicago dan
London: The University of Chicago press, 1984 hlm 1.
6
Fazlur Rahman, Islam Dan Modernity,hlm 5.
7
Amanudin, Pengantar Ilmu Pendidikan, Penerbit: Unpan Press, 2019 hlm 81.

5
Kedua hal itu sangat penting karena setiap keputusan dan tindakan di bidang
pendidikan, termasuk di bidang pembelajaran, akan membawa dampak bukan
hanya pada masa kini, tetapi juga masa depan. Oleh karena itu, setiap
keputusan dan tindakan itu harus dapat dipertanggugjawabkan secara
profesional. Sebagai contoh, beberapa tahun terakhir ini telah terjadi polemik
tentang peran pokok pendidikan (terutama jalur sekolah) yakni tentang
masalah relevansi tentang dunia kerja (siap pakai), apakah tekanan pada
pembudayaan manusia yang menyadari harkat dan martabatnya, ataukah
memberi bekal keterampilan untuk memasuki dunia kerja. Kedua hal itu
tentulah sama pentingnya dalam membangun sumber daya manusia Indonesia
yang bermutu.
D. Tokoh Pendidikan Yang Berpengaruh Di Indonesia

1. Zaman Penjajahan Belanda Dan Jepang8

a. Ki Hajar Dewantara

Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi


yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian
menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para
peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain,
yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai
model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau
pengajar. Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna
sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik
atau Sang Hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang
keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial
kemasyarakatan. Sebagai pendidik yang merupakan perantara Tuhan maka
guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu
menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan.
Guru yang efektif memiliki keunggulan dalam mengajar fasilitator
dalam hubungan relasi dan komunikasi dengan peserta didik dan anggota

8
Suyitno, Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia, Sekolah Pasca Sarjana UPI: Tidak di Terbitkan 2009.
6
komunitas sekolah dan juga relasi dan komunikasinya dengan pihak lain
seperti orang tua, komite sekolah dan pihak terkait. Segi administrasi
sebagai guru dan sikap profesionalitasnya. Sikap-sikap profesional itu
meliputi antara lain: keinginan untuk memperbaiki diri dan keinginan
untuk mengikuti perkembangan zaman. Maka penting pula membangun
suatu etos kerja yang positif yaitu: menjunjung tinggi pekerjaan menjaga
harga diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan keinginan untuk melayani
masyarakat. Dalam kaitan dengan ini penting juga
performance/penampilan seorang profesional: secara fisik, intelektual,
relasi sosial, kepribadian, nilai-nilai dan kerohanian serta mampu menjadi
motivator. Singkatnya perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang
profesional, produktif dan kolaboratif demi pemanusiaan secara utuh setiap
peserta didik.
Di sinilah relevansi pemikiran Ki Hajar Dewantara di bidang
pendidikan: mencerdaskan kehidupan bangsa hanya mungkin diwujudkan
dengan pendidikan yang memerdekakan dan membentuk karakter
kemanusian yang cerdas dan beradab. Oleh karena itu, konseps pendidikan
Ki Hajar Dewantara dapat menjadi salah satu solusi membangun kembali
pendidikan dan kebudayaan nasional yang telah diporak- porandakan oleh
kepentingan kekuasan dan neoliberalisme.

b. R.A Kartini

Peran R.A Kartini dalam memajukan pendidikan di Indonesia


merupakan salah satu contoh kontribusi wanita dalam sejarah. Kartini
mendobrak kondisi yang memprihatinkan tersebut dengan membangun
sekolah khusus wanita. Selain itu beliau juga mendirikan perpustakaan
bagi anak-anak. Kartini dalam memajukan pendidikan Indonesia tertuang
dalam karya nya Door Duisternis Tot Licht, yang diartikan sebagai habis
gelap terbitlah terang.
Kartini telah membawa banyak perubahan dan kemajuan dalam
pendidikan Indonesia. Kartini mengajarkan bahwa seorang wanita harus
mempunyai pemikiran jauh ke depan. Di mata Kartini pendidikan adalah

7
hal penting. Pendidikan akan mampu mengangkat derajat dan martabat
bangsa. Kartini konsisten mengemukakan pentingnya pendidikan yang
mengasah budi pekerti, atau yang kita kenal sebagai pendidikan karakter
pada masa sekarang.
Kartini mengatakan bahwa pendidikan itu janganlah hanya akal
saja yang dipertajam, tetapi budi pekerti pun harus dipertinggi. Sekolah
diperlukan dalam memajukan pendidikan. Pendidikan di sekolah juga
harus dibarengi dengan pendidikan di keluarga. Untuk para guru di
sekolah, kartini berharap guru tidak hanya mengajar semata, tetapi juga
harus menjadi pendidik.
Bagi Kartini mendidik perempuan merupakan kunci peradaban,
karena perempuan yang akan mendidik anak-anak (generasi muda). Beliau
juga memiliki pemikiran tentang kebijakan pendidikan, dimana pemerintah
berkewajiban meningkatkan kesadaran budi perempuan, mendidik
perempuan, memberi pelajaran perempuan, dan menjadikan perempuan
sebagai ibu dan pendidik yang cakap dan cerdas. Namun Kartini juga tidak
lantas membatasi pendidikan yang normatif, beliau memberi kebebasan
kepada siswa untuk berpikir dan mengutarakan pendapat. Bahan bacaan
menjadi gagasan kartini juga, karena bahan bacaan atau yang sekarang ini
kita artikan sebagai sumber belajar merupakan alat pendidikan yang
diharapkan banyak mendatangkan kebajikan. Anak-anak hendaknya diberi
bahan bacaan yang mengasyikkan, bukan karangan kering yang semata-
mata ilmiah.

2. Zaman Pengaruh Islam

a. Kh. Ahmad Dahlan

Muhammadiyah tidak tertarik untuk mendirikan pesantren, karena


pada saat itu pesantren cenderung mengisolasi diri. Sekolah-sekolah yang
diselenggarakan Muhammadiyah ada yang bercorak sekolah umum
seperti sekolah yang diselenggarakan pemerintah Belanda, dan ada
sekolah- sekolah khusus keislaman.

8
Alasan yang melatarbelakangi sebab-sebab munculnya gagasan
modernisasi K.H Ahmad Dahlan dalam pendidikan Islam, yaitu karena
lembaga pendidikan barat yang cenderung sekuler dengan menjadikan
murid sekedar bisa menjadi pegawai pemerintah, serta lemahnya lembaga
pendidikan yang dimiliki umat Islam yang belum mampu menyiapkan
generasi yang sesuai dengan tuntutan pada zaman itu. Di dalam
pendidikan dan pengajaran agama islam KH Ahmad Dahlan
menanamkan keyakinan dan faham tentang Islam yang utuh. Penerapan
gagasan modernisasi pendidikannya telah membawa hasil yang tak
ternilai. Sumbangan pemikiranya yaitu dengan usaha-usaha yang
direalisasikan melalui:9
1) Memasukkan pelajaran agama Islam ke dalam lembaga pendidikan
milik kolonial Belanda.
2) Penerapan sistem dan mengadopsi metode pendidikan Barat dalam
lembaga pendidikan Islam.
3) Memadukan antara pelajaran agama dengan pelajaran umum.

9
Yaqob Goldif Malatuny, Jornal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan,2010 hlm 98.
9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap tokoh pemikir pendidikan pada masanya memiliki hasil pemikiran


yang berpengaruh atau berimplikasi dalam dunia pendidikan dunia, khususnya
pendidikan Indonesia. Buah pemikiran setiap tokoh pendidikan dipengaruhi oleh
ideolog, filsafat yang dianutnya pada masa itu, atau kondisi pemerintahan dalam
negara. Hal ini berimplikasi pada pelaksanaan pemikiran-pemikiran tokoh
pendidikan tersebut, baik secara ontologism, aksiologis, maupun
epistimologisnya.
Tokoh pendidikan di Indonesia memberikan sumbangsih pemikirannya
dari mulai masa Hindu Budha, bahkan sampai sekarang. Secara filosofis,
pemikiran- pemikiran tokoh pendidikan Indonesia dipengaruhi oleh ideologi
Pancasila sebagai ideologi Negara.
Selain itu, latar belakang historis dan aliran agama juga mempengaruhi
pemikiran tokoh pendidikan. Misalnya, tokoh Kartini pada masa sebelum
kemerdekaan yang memperjuangkan hak perempuan dan pendidikan berdasarkan
budi pekerti. Tokoh K.H. Ahmad Dahlan yang menganut pemikiran pendidikan
berdasarkan akhlak dan budi pekerti menjadi salah satu bukti hasil pemikiran yang
dipengaruhi aliran agama tertentu.

B. Saran

Setitik harapan dari kami sebagai penyusun kepada semua pihak baik
pengkoreksi maupun pembaca untuk memberikan kritik dan saran kepada kami.
Karena karya ilmiah yang kami susun ini masih terlihat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk
memperbaiki kekurangan yang ada dalam karya ilmiah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Amin. Eskatologi Al - Ghazali dan Fazlur Rahman. Yogyakarta: Futuh


Printika. 2004.

Amanudin, Pengantar Ilmu Pendidikan. Penerbit: Unpan Press, 2019 hlm 81.
Malatuny Yaqob Goldif. Jornal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan,2010.

Kholiq Abduh. Pemikiran Pendidikan Islam. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah


Walisongo dengan Pustaka Pelajar. 1999.

Rahman Fazlur. Islam dan Modernity. Transformation of an Intelectual Tradition,


Chicago dan London: The University of Chicago Press. 1984.

Suwendi. Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Rajagrafindo


Persada. 2004.

Suyitno. Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia. Sekolah Pasca Sarjana UPI: Tidak di


Terbitkan 2009.
Taufik Ahmad. Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam. Jakarta: PT.
Rajagrafindo. 2005.

11

Anda mungkin juga menyukai