PEMIKIRAN PENDIDIKAN
Dosen Pengampu:
Nur Aziz Asmuni,.S,ag,S,pd,Mpd
Oleh:
Nur Elsa Choiru Ummah
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
A. Pemikiran Klasik................................................................................4
B. Pemikiran Baru...................................................................................4
D. Tokoh Pendidikan...............................................................................6
A. Kesimpulan.........................................................................................10
B. Tujuan.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Swendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2004, hlm
7.
2
Amin Abdullah, Eskatologi Al-Ghazali dan Fazlur Rahman, Yogyakarta: Futuh Printika, 2004,
hlm 15.
3
Ahmad Taufiq, Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam, Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2005, hlm 2.
1
1. Bagaimana Pemikiran Pendidikan Masa Klasik?
C. Tujuan
2
BAB II
PENDAHULUAN
A. Pemikiran Klasik
3
tersebut.
Pada kira-kira tahun 1900 pengaruh intelektual dari timur tengah mulai
masuk ke Indonesia. Haji-haji Indonesia yang bermukim di makkah dan madinah,
dan guru-guru yang lain mengajar beberapa tahun dikota-kota suci tersebut,
pulang kembali ke Indonesia dan mendirikan pesantren-pesantren dan madrasah-
madrasah tinggi yang baru.
B. Pemikiran Baru
4
bisa berbicara secara lancar dengan bahasa arab klasik.4
Lebih lanjut lagi Fazlur Rahman menulis bahwa intelektualisme islam
adalah pertumbuhan suatu pemikiran Islam yang asli dan memadai, yang harus
memberikan kriteria untuk menilai keberhasilan dan kegagalan sebuah system
pendidikan islam. Pembaca juga akan tercengang oleh keasyikan saya membahas
metode yang tepat untuk menafsirkan Al - qur’an.5
Adapun proses yang di usulkan Fazlur Rahman dalam penafsiran Al-
qur’an itu adalah suatu gerakan ganda, yakni dari situasi sekarang ke masa Al-
quran diturunkan, dan kembali lagi kemasa kini.6
4
Abduh Khaliq, Pemikiran Pendidikan Islam, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah Walisongo Dengan
Pustaka Pelajar, 1999 hlm 224.
5
Fazlur Rahman, Islam Dan Modernity, Transformation of an Intelectual Tradition, Chicago dan
London: The University of Chicago press, 1984 hlm 1.
6
Fazlur Rahman, Islam Dan Modernity,hlm 5.
7
Amanudin, Pengantar Ilmu Pendidikan, Penerbit: Unpan Press, 2019 hlm 81.
5
Kedua hal itu sangat penting karena setiap keputusan dan tindakan di bidang
pendidikan, termasuk di bidang pembelajaran, akan membawa dampak bukan
hanya pada masa kini, tetapi juga masa depan. Oleh karena itu, setiap
keputusan dan tindakan itu harus dapat dipertanggugjawabkan secara
profesional. Sebagai contoh, beberapa tahun terakhir ini telah terjadi polemik
tentang peran pokok pendidikan (terutama jalur sekolah) yakni tentang
masalah relevansi tentang dunia kerja (siap pakai), apakah tekanan pada
pembudayaan manusia yang menyadari harkat dan martabatnya, ataukah
memberi bekal keterampilan untuk memasuki dunia kerja. Kedua hal itu
tentulah sama pentingnya dalam membangun sumber daya manusia Indonesia
yang bermutu.
D. Tokoh Pendidikan Yang Berpengaruh Di Indonesia
a. Ki Hajar Dewantara
8
Suyitno, Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia, Sekolah Pasca Sarjana UPI: Tidak di Terbitkan 2009.
6
komunitas sekolah dan juga relasi dan komunikasinya dengan pihak lain
seperti orang tua, komite sekolah dan pihak terkait. Segi administrasi
sebagai guru dan sikap profesionalitasnya. Sikap-sikap profesional itu
meliputi antara lain: keinginan untuk memperbaiki diri dan keinginan
untuk mengikuti perkembangan zaman. Maka penting pula membangun
suatu etos kerja yang positif yaitu: menjunjung tinggi pekerjaan menjaga
harga diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan keinginan untuk melayani
masyarakat. Dalam kaitan dengan ini penting juga
performance/penampilan seorang profesional: secara fisik, intelektual,
relasi sosial, kepribadian, nilai-nilai dan kerohanian serta mampu menjadi
motivator. Singkatnya perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang
profesional, produktif dan kolaboratif demi pemanusiaan secara utuh setiap
peserta didik.
Di sinilah relevansi pemikiran Ki Hajar Dewantara di bidang
pendidikan: mencerdaskan kehidupan bangsa hanya mungkin diwujudkan
dengan pendidikan yang memerdekakan dan membentuk karakter
kemanusian yang cerdas dan beradab. Oleh karena itu, konseps pendidikan
Ki Hajar Dewantara dapat menjadi salah satu solusi membangun kembali
pendidikan dan kebudayaan nasional yang telah diporak- porandakan oleh
kepentingan kekuasan dan neoliberalisme.
b. R.A Kartini
7
hal penting. Pendidikan akan mampu mengangkat derajat dan martabat
bangsa. Kartini konsisten mengemukakan pentingnya pendidikan yang
mengasah budi pekerti, atau yang kita kenal sebagai pendidikan karakter
pada masa sekarang.
Kartini mengatakan bahwa pendidikan itu janganlah hanya akal
saja yang dipertajam, tetapi budi pekerti pun harus dipertinggi. Sekolah
diperlukan dalam memajukan pendidikan. Pendidikan di sekolah juga
harus dibarengi dengan pendidikan di keluarga. Untuk para guru di
sekolah, kartini berharap guru tidak hanya mengajar semata, tetapi juga
harus menjadi pendidik.
Bagi Kartini mendidik perempuan merupakan kunci peradaban,
karena perempuan yang akan mendidik anak-anak (generasi muda). Beliau
juga memiliki pemikiran tentang kebijakan pendidikan, dimana pemerintah
berkewajiban meningkatkan kesadaran budi perempuan, mendidik
perempuan, memberi pelajaran perempuan, dan menjadikan perempuan
sebagai ibu dan pendidik yang cakap dan cerdas. Namun Kartini juga tidak
lantas membatasi pendidikan yang normatif, beliau memberi kebebasan
kepada siswa untuk berpikir dan mengutarakan pendapat. Bahan bacaan
menjadi gagasan kartini juga, karena bahan bacaan atau yang sekarang ini
kita artikan sebagai sumber belajar merupakan alat pendidikan yang
diharapkan banyak mendatangkan kebajikan. Anak-anak hendaknya diberi
bahan bacaan yang mengasyikkan, bukan karangan kering yang semata-
mata ilmiah.
8
Alasan yang melatarbelakangi sebab-sebab munculnya gagasan
modernisasi K.H Ahmad Dahlan dalam pendidikan Islam, yaitu karena
lembaga pendidikan barat yang cenderung sekuler dengan menjadikan
murid sekedar bisa menjadi pegawai pemerintah, serta lemahnya lembaga
pendidikan yang dimiliki umat Islam yang belum mampu menyiapkan
generasi yang sesuai dengan tuntutan pada zaman itu. Di dalam
pendidikan dan pengajaran agama islam KH Ahmad Dahlan
menanamkan keyakinan dan faham tentang Islam yang utuh. Penerapan
gagasan modernisasi pendidikannya telah membawa hasil yang tak
ternilai. Sumbangan pemikiranya yaitu dengan usaha-usaha yang
direalisasikan melalui:9
1) Memasukkan pelajaran agama Islam ke dalam lembaga pendidikan
milik kolonial Belanda.
2) Penerapan sistem dan mengadopsi metode pendidikan Barat dalam
lembaga pendidikan Islam.
3) Memadukan antara pelajaran agama dengan pelajaran umum.
9
Yaqob Goldif Malatuny, Jornal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan,2010 hlm 98.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Setitik harapan dari kami sebagai penyusun kepada semua pihak baik
pengkoreksi maupun pembaca untuk memberikan kritik dan saran kepada kami.
Karena karya ilmiah yang kami susun ini masih terlihat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk
memperbaiki kekurangan yang ada dalam karya ilmiah ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Amanudin, Pengantar Ilmu Pendidikan. Penerbit: Unpan Press, 2019 hlm 81.
Malatuny Yaqob Goldif. Jornal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan,2010.
11