Anda di halaman 1dari 21

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KLASIK

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Sejarah
Pendidikan Islam yang diampu oleh Bapak Drs. Anas Salahudin, M.Pd.

Disusun Oleh :
Suci Amalia (1212090179)
Suri Meinisa (1212090180)
Ujang Arribat Sabila (1212090186)
Yeni (1212090190)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan waktunya. Shalawat serta salam juga tidak lupa penulis curahkan kepada
Nabi Muhammad Saw. Beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa kita pada
zaman yang terang benderang ini. Semoga kita selalu ada dalam syafa’at-Nya. Aamiin.
Adapun judul makalah ini adalah Pendidikan Islam pada Masa Klasik. Tujuan
makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur Mata Kuliah Sejarah
Pendidikan Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Pendidikan Islam pada Masa Klasik. Penulis menyampaikan terima kasih kepada
Bapak Drs. Anas Salahudin, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam yang telah memberikan tugas sehingga menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang sedang ditekuni. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
pembuatan makalah ini.
Selain itu, penulis menyadari makalah yang disusun ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik atau masukan yang membangun baik
guna kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat
memberikan manfaat baik itu bagi penulis sendiri, pembaca dan bagi pihak yang lainnya.

Bandung, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latang Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan ....................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3


A. Konsep Pendidikan Islam Klasik................................................................... 3
B. Orientasi dan Tujuan Pendidikan Islam Klasik ............................................. 4
C. Sistem dan Metode Pendidikan Islam Klasik ................................................ 4
D. Guru pada Masa Klasik ................................................................................. 5
E. Peran Lembaga Pendidikan Islam Klasik dalam Mencetak Ulama ............... 7
F. Perkembangan Kurikulum Pendidikan Islam Klasik..................................... 9
G. Lembaga Pendidikan Islam pada Masa Klasik .............................................. 13
H. Tokoh-Tokoh Pemikiran Islam Klasik .......................................................... 15

BAB III PENUTUPAN ............................................................................................. 17


A. Kesimpulan .................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam klasik pertama kali muncul pada masa Nabi
Muhammad. Pendidikan Islam pada masa itu diturunkan melalui hadits berupa
Wahyu dan Al-Qur'an. Al-Qur'an masih digunakan hingga saat ini tidak hanya
sebagai pedoman bagi pendidikan Islam, tetapi juga dalam bidang ilmu lain
seperti astronomi dan kedokteran. Saat itu, hanya ada dua pusat pendidikan di
Mekkah dan Madinah, dan setelah kematian Nabi Muhammad, rekan-rekannya
melanjutkan misi dakwah dan pengajaran Islam yaitu Khulafaur rasyidin. Saat itu
pusat-pusat pendidikan Islam tersebar tidak hanya di Mekkah dan Madinah, tetapi
juga di Basrah, Kufah (Iran), Damaskus, Palestina dan Mesir. Setelah
perkembangan Islam yang pesat, pusat kota inilah yang pulih di bawah dinasti
Umayyah dari dinasti Abbasiyah pada akhir periode Khulafaur rasyidin dan
berkembang pesat hingga saat ini.
B. Rumusan
1. Bagaiman konsep pendidikan Islam klasik?
2. Apa saja orientasi dan tujuan pendidikan Islam klasik?
3. Bagaimana sistem dan metode pendidikan Islam klasik?
4. Bagaimana peran guru pada masa klasik?
5. Bagaimana peran lembaga pendidikan Islam klasik dalam mencetak ulama?
6. Bagaimana perkembangan pendidikan Islam klasik?
7. Lembaga apa saja yang terdapat dalam pendidikan Islam klasik?
8. Siapa saja tokoh-tokoh pemikiran pendidikan Islam klasik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam klasik
2. Untuk mengetahui orientasi dan tujuan pendidikan Islam klasik
3. Untuk mengetahui sistem dan metode pendidikan Islam klasik
4. Untuk mengetahui peran guru pada masa klasik
5. Untuk mengetahui peran lembaga pendidikan Islam klasik dalam mencetak
ulama

1
6. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan Islam klasik
7. Untuk mengetahui lembaga yang terdapat dalam pendidikan Islam klasik
8. Untuk mengetahui tokoh-tokoh pemikiran pendidikan Islam klasik

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidikan Islam Klasik
Pada periode klasik islam mengalami perkembangan dan pengajuan
dengan pesat dalam berbagai bidang pemerintahan kebudayaan dan pendidikan
islam. Pendidikan Islam berkembang dengan pesat sepanjang jaman klasik
telah lahir lembaga pendidikan Islam yang bermacam-macam. Mengingat
periode klasik begitu panjang dan banyak pendidikan Islam dengan berbagai
komponennya. Kemudian telah lahirnya ulama-ulama besar dengan berbagai
disiplin ilmu. Pendidikan Islam telah tumbuh dan berkembang sejalan dengan
adanya dakwah Islam yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Pendidikan Islam memiliki corak dan karakteristik yang berbeda sejalan
dengan perubahan zaman, upaya pembaharuan dalam perjalanan selanjutnya
pendidikan Islam terus mengalami perubahan baik dari segi kurikulum (mata
pelajaran).
Secara eksplisit, pendidikan mempunyai fungsi yang strategis dan
urgen dalam pembentukan suatu bangsa. Untuk menjadikan pendidikan yang
berarti harus menyediakan kurikulum pendidikan yang baik tentunya kepada
peserta didik. Hari ini kurikulum pendidikan di Indonesia dapat kita katakan
sudah berjalan dengan baik, dan langsung dikelola oleh departemen
pendidikan.
Sebagaimana halnya dengan faktor-faktor pendidikan lainnya, maka
kurikulum pun memainkan peranan penting dalam mewujudkan tujuan
pendidikan. Kurikulum mengalami perkembangan mengikuti perkembangan
kebudayaan dan peradaban masyarakat. Dalam perkembangannya, tentu saja
kurikulum mengalami pembaruan dalam isinya, sesuai dengan kebutuhan
masyarakatnya.
Munculnya pendidikan Islam bersamaan dengan lahirnya Islam itu
sendiri. Pendidikan pada awalnya dilakukan dari rumah ke rumah, di masjid-
masjid dan sebagainya. Ini dilakukan dengan peralatan yang sederhana sekali.
Pendidikan Islam sebagai suatu sistem merupakan sistem tersendiri di antara
sistem pendidikan di dunia ini, kendatipun memiliki banyak persamaan.

3
Dikatakan sistem tersendiri karena cakupannya dan kesadarannya terhadap
detak jantung, karsa dan karya manusia.
Dapat di simpulkan bahwa pendidilan islam klasik adalah tempat
terarah untuk menciptakan generasi yang berpedoman al-quran dan sunnah
pada zaman Rosulullah saw.
B. Orientasi dan Tujuan Pendidikan Islam Klasik
Secara umum dapat dikatakan bahwa orientasi pendidikan Islam
bertujuan pada kehidupan Islami. Orientasi pendidikan yang diletakkan oleh
Rasulullah SAW pada awalnya adalah menumbuh kembangkan sistem
kehidupan sosial yang penuh kebijakan dan kemakmuran dengan amal saleh,
juga memeratakan kehidupan ekonomi yang bertumpu pada nilai-nilai moral
tinggi dan berorientasi pada kebutuhan pendidikan yang mengembangkan daya
kreativitas dan pola pikir intelektual. Sementara tujuan pendidikan Islam lebih
mengarah pada pencapaian kebenarann yang bersifat hakiki dan mutlak.
Walaupun pengetahuan itu diberikan secara ilmiah belum tentu dan pasti
kebebenarannya.
C. Sistem dan Metode Pendidikan Islam Klasik
1. Metode menghafal
Hafalan merupakan cara yang harus ditempuh seseorang untuk dapat
menguasai secara utuh berbagai tradisi yang diriwayatkan dari orang Arab
terdahulu melintasi abad demi abad, termasuk dua naskah suci Islam
Alquran dan Sunnah dan ilmu-ilmu keagamaan lainnya. Metode pengajaran
menghafal merupakan ciri umum dari sistem pendidikan Islam klasik.
Metode tersebut dianggap sebagai suatu metode yang lebih efisien dan
efektif untuk menghafal pelajaran. Metode menghafal dilaksanakan dengan
cara guru mendiktekan naskah dan murid menuliskannya. Kemudian murid
membacakannya, dan apabila terjadi kesalahan maka guru membetulkan
dengan penuh santun. Hubungan guru dan murid berlangsung sebagaimana
layaknya orang tua dengan anaknya. Pelajaran berlangsung pada pagi
sampai siang hari.
2. Metode Ceramah, Diskusi, dan Halaqah

4
Dalam metode Ceramah Guru menyampaikan materi kepada semua
mahasiswa dengan diulang-ulang sehingga mahasiswa hafal terhadap apa
yang dikatakannya. Pada metode ini, terbagi menjadi dua cara metode dikte
(al-imla) dan metode pengajuan kepada guru (al qira'at ala al syaikh aw al-
'ardi).
Dalam metode diskusi (al-munadzarah) merupakan metode khas
dari pendidikan Islam klasik. Metode ini digunakan untuk menguji
argumentasi argumentasi yang diajukan sehingga dapat teruji.
Metode lain yang lebih terkenal adalah halaqah yaitu seorang guru
yang berhadapan dengan murid-murid secara setengah melingkar untuk
mengajar. Materi pelajaran yang dibacakan oleh guru dan kemudian
dilanjutkan dengan berdiskusi untuk pendalaman ilmu. Ini merupakan
pengalaman pendidikan yang khas dalam Islam dikenal dengan nama
halaqoh yang arti harfiahnya sebuah perkumpulan yang melingkar.
Lingkaran tersebut dibentuk menurut tingkatnya semakin tinggi tingkat
seseorang pelajar atau pelajar pengunjung maka ia duduk paling dekat
dengan gurunya.
D. Guru pada Masa Klasik
1. Kompetensi Mengajar Guru pada Masa Klasik
Menurut Mas'ud Khasan Abdul Qohar (1990:129) kompetensi
adalah kekuasaan, wewenang atau hak yang didasarkan pada peraturan
tertentu. Menurut Al-Qosqosamdi bahwa syarat untuk menjadi guru pada
masa klasik di Mesir secara umum dapat digolongkan ke dalam dua syarat
yaitu syarat fisik dan syarat psikis. Syarat fisik meliputi: bentuk tubuh yang
bagus, manis muka, lebar dada, bermuka bersih. Sedangkan syarat psikis
meliputi: berakal sehat, hatinya beradab, tajam pemahamannya, adil
terhadap siswa, bersifat perwira, sabar dan tidak mudah marah, bila
berbicara menggambarkan keluasan ilmunya, perkataannya jelas, mudah
dipahami, dapat memilih perkataan yang baik dan mulia, menjauhi
perbuatan yang tidak terpuji.

5
Menurut Abdurrahman Al-Nahrawi (1989) menyarankan agar guru
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik ia harus memiliki sifat-sifat
sebagai berikut.
a. Tingkah laku dan pola pikir guru bersifat Rabbani (taat, mengabdi, dan
mengikuti syariat allah),
b. Guru harus ikhlas
c. Guru harus sabar dalam mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan
kepada anak-anak
d. Guru jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya
e. Guru senantiasa membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan dan harus
meningkatkan kualitas dirinya
f. Guru mampu menggunakan berbagai metode mengajar secara
bervariasi dan mampu memilih metode sesuai dengan kebutuhan anak
g. Guru mampu mengelola siswa
h. Guru mempelajari kehidupan psikis anak selaras dengan tingkat usia
perkembangannya sehingga ia dapat memperlakukan siswa sesuai
dengan kemampuan akal dan kesiapan psikis mereka
i. Guru tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang
mempengaruhi perkembangan jiwa anak
j. Guru bersikap adil kepada semua anak didiknya, tidak membedakan
antara satu dengan yang lainnya.
2. Pranata Sosial dan Guru
Menurut Al jahiz (dalam Zianuddin Alavi, 1998:69) menyatakan
guru dapat diklasifikasikan ke dalam tiga golongan.
a. Guru-guru yang mengajar sekolah kanak-kanak (Mu'allim al-kutub)
Para guru sekolah kanak-kanak mempunyai status sosial yang rendah.
Hal ini disebabkan oleh kualitas keilmuan mereka yang dangkal dan
kurang berbobot. Sehingga mereka dituduh menyebabkan lahirnya
kesan yang kurang baik terhadap profesi guru. Namun tidak semua
Mualim Al kutub ceroboh dan Bodoh Ada sebagian di antara mereka
yang ahli dalam bidang sastra, ahli khat dan fuqaha'. Mereka merupakan
golongan guru Mualim Al qutub yang dihormati dan dihargai seperti Al

6
hajaja, al kumait, Abdul Hamid Al Katib, atha' bin abi rabah, dan lain-
lain.
b. Para guru yang mengajar para putra mahkota (muaddib)
Para muaddib memiliki status sosial yang tinggi bahkan tidak sedikit
para ulama yang mendapat kesempatan untuk menjadi muaddib. Hal ini
disebabkan karena untuk menjadi guru yang mengajar para putra
mahkota harus memiliki syarat diantaranya yaitu Alim, berakhlak mulia
dan dikenal masyarakat. Beberapa para muaddib yang terkenal adalah
Al-dhohhak ibnu muzahhim amir asl-sya'bi.
c. Para guru yang memberikan pelajaran di masjid-masjid dan sekolah-
sekolah
Menurut Mahmud Yunus (1990:128) guru-guru dalam golongan ini
telah beruntung mendapat Kehormatan dan penghargaan yang tinggi di
hadapan masyarakat. Hal ini disebabkan penguasaan mereka terhadap
ilmu pengetahuan yang begitu mendalam dan berkualitas titik diantara
mereka adalah guru ilmu syariat, ilmu bahasa, ilmu pasti, dan
sebagainya.
3. Peranan guru dalam kehidupan masyarakat
Menurut Hasan Hafidz (1959:72) secara umum peran guru
dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai murabbi dan penggerak masyarakat.
Sebagai Murabbi mempunyai tanggung jawab menjaga kepribadian anak
dan mengembangkan Segala potensi yang dimilikinya. Sementara sebagai
penggerak masyarakat Ia mempunyai kewajiban untuk memberikan layanan
kepada masyarakat dengan baik membangkitkan dan mengangkatnya ke
peradaban yang lebih maju.
E. Peran Lembaga Pendidikan Islam Klasik dalam Mencetak Ulama
1. Pengertian Ulama
Ulama adalah orang yang memiliki pengetahuan ilmu agama dan
ilmu pengetahuan umum yang dengan pengetahuannya mempunyai rasa
takut dan tunduk kepada Allah. Kata ulama itu sendiri merupakan bentuk
jamak dari alim, yang berarti yang memiliki pengetahuan.

7
Pada masa sahabat, tidak ada pemisah antara orang yang memiliki
pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum. Pada umumnya para
sahabat Nabi memiliki pengetahuan agama sekaligus pengetahuan umum,
juga pelaku politik praktis. Baru pada masa Bani Umayyah dan sesudahnya
istilah ulama lebih dipersempit lagi pada pembidangan ilmu-ilmu agama,
misalnya ahli fiqih disebut fuqaha, ahli hadits disebut muhadditsin, ahli
tafsir disebut mufassir, ahli kalam disebut mutakallim, dan seterusnya.
Sementara orang yang memiliki ilmu pengetahuan umum tidak lagi disebut
ulama, tetapi disebut ilmuwan sesuai dengan bidangnya masing-masing,
seperti Al-Khawarizmi disebut sebagai ilmuwan matematika, Al-Biruni
disebut sebagai ilmuwan fisika, dan Jabir Al-Hayyan disebut sebagai
ilmuwan kimia. Mereka disebut ulama apabila mereka juga memiliki
pengetahuan agama, seperti Ibnu Rusyd, di samping sebagai ulama fiqih
juga ahli dalam bidang kedokteran.
2. Lembaga Pendidikan Islam pada Masa Klasik
Lembaga pendidikan islam memiliki peranan yang sangat penting
dalam rangka transformasi ilmu pengetahuan diantaranya lembaga yang
mencetak ulama besar pada masa klasik adalah:
a. Al-Shuffah
Ketika Nabi Saw, pindah ke Madinah, pekerjaan pertama kali yang
beliau lakukan adalah membangun masjid. Pada salah satu bagian masjid itu
beliau pergunakan secara khusus untuk mengajar para sahabat. Ruangan itu
dikenal dengan sebutan “al-Shuffah”. Menurut Prof. Muhammad Mustafa
Azami yang dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan bahwa pendidikan al-
shuffah merupakan perguruan tinggi yang pertama kali dalam islam, karena
nabi Muhammad sebagai staf pengajar sedangkan para mahasiswanya
adalah para sahabat beliau.
Bidang-bidang studi yang diajarkan di al-shuffah adalah Alquran,
tajwid, dan semua ilmu ke Islaman di samping membaca dan menulis. Dan
tujuan utama al-shuffah adalah mensucikan hati dan menerangi jiwa,
sehingga mereka dapat meningkatkan diri dari tingkatan iman ke tingkatan
ihsan. Di samping itu, perguruan tinggi al-shuffah memiliki banyak alumni

8
di antaranya: Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Mas’ud, dan
Abdullah bin Amr bin Ash.
b. Al-Azhar
Al-Azhar sebagai bukti historis monumental dan produk peradaban
Islam yang tetap eksis sampai sekarang merupakan lembaga tertua di dunia
islam. Serta sebagai pelopor kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Pada awalnya al-Azhar bukan sebagai perguruan tinggi, tetapi
al-Azhar merupakan sebuah masjid yang oleh khalifah Fatimiah dijadikan
sebagai pusat untuk menyebarkan dakwah mereka. Pada masa itu pula
dibangun gedung atau istana khalifah yang oleh khalifah Fatimiah dijadikan
sebagai pusat untuk menyebarkan dakwah mereka. Pada masa itu pula
dibangun gedung atau istana khalifah yang berfungsi sebagai tempat untuk
mengkoordinir dakwah dan membantu penyebar luasannya. Adapun para
alumni dari Universitas al-Azhar di antaranya: Syaikh Imam Muhammad
Al-Khuraisy, Syaikh Imam Ibrahim Al-Barmawi, dan Syaikh Imam
Muhammad Al-Maraghi.
c. Madrasah Nizhamiyah
Madrasah Nizhamiyah merupakan satu institusi pendidikan Islam
yang tersebar di seluruh wilayah kekuasaan Saljuk. Dalam Perjalanannya
ternyata keberadaan Madrasah Nizhamiyah tetap eksis dalam waktu yang
lama. Hal ini dikarenakan keterlibatan wazir Nizhamul Mulk sangat besar
dengan memberikan beberapa fasilitas yang memadai, seperti dana yang
cukup besar, guru-guru yang profesional, dan perpustakaan lengkap memuat
lebih dari 6.000 jilid buku. Madrasah Nizhamiyah berkembang sangat cepat
dengan menyelenggarakan sistem pendidikan yang maju dan paling modern
di zamannya serta memiliki jaringan sekolah yang menyebar di seluruh
wilayah Islami. Diantara alumni madrasah Nizhamiyah yang sangat terkenal
dan mengajar di almamaternya adalah: Al-Ghazali dan Al-Juwaini.
F. Perkembangan Kurikulum Pendidikan Islam Klasik
1. Kurikulum Pendidikan Islam Di Masa Nabi Muhammad SAW (611-
632 M./12 SH.-11 H)

9
Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad merupakan prototype
yang terus menerus dikembangkan umat Islam untuk kepentingan
pendidikan pada zamannya. Nabi Muhammad sebagai seorang yang
diangkat sebagai pengajar atau pendidik (mu’allim). Disamping itu beliau
diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan pesan-pesan Allah yang
terkandung dalam al-Qur’an. Dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad
adalah pengajar atau pendidik muslim pertama.
Pada masa ini pendidikan Islam diartikan pembudayaan ajaran Islam
yaitu memasukkan ajaran-ajaran Islam dan menjadikannya sebagai unsur
budaya bangsa Arab dan menyatu kedalamnya. Dengan pembudayaan
ajaran Islam ke dalam sistem dan lingkungan budaya bangsa arab tersebut,
maka terbentuklah sistem budaya Islam dalam lingkungan budaya bangsa
Arab. Dalam proses pembudayaan ajaan Islam ke dalam lingkungan budaya
bangsa Arab berlangsung dengan beberapa cara. Ada kalanya Islam
mendatangkan sesuatu ajaran bersifat memperkaya dan melengkapi unsur
budaya yang telah ada dengan menambahkan yang baru. Ada kalanya Islam
mendatangkan ajaran yang sifatnya bertentang sama sekali dengan unsur
budaya yang telah ada sebelumnya yang sudah menjadi adat istiadat. Ada
kalanya Islam mendatangkan ajarannya bersifat meluruskan kembali nilai-
nilai yang sudah ada yang praktiknya sudah menyimpang dari ajaran
aslinya.
2. Kurikulum Pendidikan Islam Di Masa Khulafaur Rasyidin (632-661
M./12-41 H.)
Setelah Rasulullah wafat, maka pemerintah Islam dipegang secara
bergantian oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin affan, dan Ali
ibn Abi Thalib. Sistem pendidikan Islam pada masa khulafa al-Rasyidin
dilakukan secara mandiri, tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa
khalifah Umar ibn Khattab yang turut campur dalam menambahkan
kurikulum di lembaga kuttab. Para sahabat yang memiliki pengetahuan
keagamaan membuka majlis pendidikan masing-masing
Pada lembaga pendidikan kuttab dan masjid tingkat menengah,
metode pengajaran dilakukan secara seorang demi seorang–mungkin dalam

10
tradisi pesantren, metode itu biasa disebut sorogan, sedangkan pendidikan
di masjid tingkat tinggi dilakukan dalam salah satu halaqah (lingkaran)
artinya proses pembelajaran dilaksanankan dimana murid-murid melingkari
gurunya.
Pada masa khalifah Usman kedudukan peradaban Islam tidak jauh
berbeda demikian juga pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa
sebelumnya. Para sahabat diperbolehkan dan diberi kelonggaran
meninggalkan Madinah untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang dimiliki.
Dengan tersebarnya sahabat-sahabat besar keberbagai daerah meringankan
umat Islam untuk belajar sehingga pusat pendidikan pada masa Khulafa al-
Rasyidin tidak hanya di Madinah, tetapi juga menyebar di berbagai kota,
seperti kota Makkah dan Madinah (Hijaz), kota Bashrah dan Kufah (Irak),
kota Damsyik dan Palestina (Syam), dan kota Fistat (Mesir). Di pusat-pusat
daerah inilah, pendidikan Islam berkembang secara cepat.
3. Kurikulum Pendidikan Islam di Masa Dinasti Umayyah (41-132 H. /
661-750 M.)
Dengan berakhirnya masa Khulafaur Rasyidin maka mulailah
kekuasaan Bani Umayyah. Pendidikan Islam pada masa Dinasti Umayyah
ini hampir sama dengan pendidikan pada masa Khulafa al-Rasyidin. Ada
dinamika tersendiri yang menjadi karakteristik pendidikan Islam masa ini,
yakni dibukanya wacana kalam yang berkembang ditengah-tengah
masyarakat. Sebagaimana dipahami dari konstruksi sejarah bani Umayyah
yang bersamaan dengan kelahirannya hadir pula tentang polemik tentang
orang yang berbuat dosa besar, wacana kalam tidak dapat dihindari dari
perbincangan kesehariannya, meskipun wacana ini dilatarbelakangi oleh
faktor-faktor politis.
Kurikulum masa Dinasti Bani Umayyah ini terbagi menjadi dua,
diantaranya: Pertama, Kurikulum pendidikan khusus yang meliputi:
Menulis dan membaca, Al-Qur'an dan Hadits, Bahasa Arab dan syair-syair
yang baik, Sejarah bangsa Arab dan peperangannya, Pelajaran keterampilan
menggunakan senjata, menunggang kuda, dan kepemimpinan berperang.

11
Kedua, Kurikulum pendidikan umum meliputi: Al-Qur'an, menulis, puisi,
prosa, tata bahasa sebagai alat bantu memahamj Al-Qur'an, dan kaligrafi.
4. Kurikulum Pendidikan Islam di Masa Dinasti Abasiyah (132-656
H./750-1258 M.)
Pada masa Dinasti Bani Abasiyah sudah muncul lembaga-lembaga
pendidikan yang di buat oleh pemerintah, antara lain: Lembaga pendidikan
dasar (al-kuttab), lembaga pendidikan masjid (al-masjid), al-hawanit al-
waraqin, tempat tinggal para sarjana (manazil al-‘ulama), sanggar seni dan
sastra (al-shalunat al-adabiyah), perpustakaan (dawr al-kutub wa dawr al-
‘ilm), dan lembaga pendidikan sekolah (al-madrasah).
Semua ‘institusi’ itu memiliki karakteristik tersendiri dan kajiannya
masing-masing. Secara umum, seluruh lembaga pendidikan itu dapat
diklasifikasikan menjadi tiga tingkat. Pertama, tingkat rendah yang terdiri
dari kuttab, rumah, toko, dan istana. Kedua, tingkat menengah yang
mencakup masjid, sanggar seni, dan ilmu pengetahuan, sebagai lanjutan
pelajaran di kuttab. Ketiga, tingkat perguruan tinggi yang meliputi masjid,
madrasah, dan perpustakaan, seperti Bait al-Hikmah di Baghdad dan Dar al-
‘ulum di Kairo.

Kurikulum yang diajarkan pada pendidikan dasar meliputi materi pelajaran:


1. Membaca dan menghafal Al-Quran, 2. Pokok-pokok agama Islam seperti
wudhu, shalat, dan saum, 3. Menulis, 4. Tarikh, 5. Membaca dan menghafal
syair, 6. Berhitung, dan 7. Dasar-dasar nahwu dan sharof.
Kurikulum pendidikan tinggi lebih menunjukkan adanya
keberagaman, namun secara umum lembaga pendidikan tinggi mempunyai
dua fakultas. Pertama, fakultas Agama dan Sastra. Fakultas ini mempelajari
Tafsir, Hadits, Fiqih/ Ushul Fiqih, Nahwu/Sharf, Balaghah, Bahasa dan
Sastra Arab. Kedua, Fakultas Ilmu-Ilmu Hikmah atau Filsafat. Fakultas ini
mempelajari Mantiq, Ilmu Alam, dan Kimia, musik, ilmu-ilmu eksakta,
ilmu ukur, Ilmu Falak, Ilmu Teologi, ilmu hewan, ilmu nabati, dan Ilmu
Kedokteran.
5. Kurikulum Pendidikan Islam Klasik

12
Pada masa klasik, pakar pendidikan Islam menggunakan kata al
maddah untuk pengertian kurikulum. Karena pada masa itu kurikulum lebih
identik dengan serangkaian mata pelajaran yang harus diberikan pada siswa
dalam tingkat tertentu. Sejalan dengan perjalanan waktu, pengertian
kurikulum mulai berkembang dan cakupannya lebih luas, yaitu mencakup
segala aspek yang memengaruhi pribadi siswa.
Pada masa Islam Klasik ada dua lembaga pendidikan Islam formal
yang menonjol, yaitu Kuttab dan madrasah.
1. Kurikulum Kuttab
Sejarah pendidikan Islam mencatat ada dua jenis Kuttab pada zaman
awal Islam. Kuttab jenis pertama adalah Kuttab yang lahir masa pra-Islam
tapi terus berlanjut setelah masa Islam. Kuttab ini mengajarkan tulis baca
dengan teks dasar puisi-puisi Arab, dan dengan sebagian besar gurunya
orang-orang nonmuslim. Kuttab jenis kedua adalah Kuttab yang berfungsi
sebagai tempat pengajaran Al-Quran dan prinsip-prinsip Islam lainnya.
Pengajaran Al-Quran pada Kuttab jenis kedua baru dimulai setelah qurro"
(ahli baca) dan huffazh (penghatal) Al-Quran telah banyak.
2. Kurikulum Madrasah
Madrasah dianggap sebagai titik awal menuju pendidikan Islam
formal, karena berbeda dengan lembaga masjid merupakan lembaga yang
didirikan dengan fungsi utamanya untuk tempat kegiatan belajar. Makdisi
(ahli Fiqih) menyatakan bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan tinggi
hukum, dengan beberapa kajian tambahan.
G. Lembaga Pendidikan Islam pada Masa Klasik
1. Kuttab
Kuttab terbagi menjadi dua bentuk, yaitu : a. Kuttab berfungsi
sebagai tempat pendidikan yang berfokus pada membaca dan menulis. b.
Kuttab merupakan tempat pendidikan yang mengajarkan Al-Qur’an dan
dasar-dasar keagamaan
2. Pendidikan di Istana
Pembelajaran ini dilaksanakan di istana kerajaan. Pelajaran yang
diberikan sama seperti di kuttab, hanya ditambah dengan ilmu-ilmu sosial

13
dan kebudayaan. Munculnya pendidikan di istana ini untuk anak-anak para
pejabat.
3. Masjid
Merupakan tempat pertama dalam mempelajari ilmu agama yang
baru lahir dasar-dasarnya, hukum-hukum dan tujuannya, yaitu semenjak
berdirinya masjid di zaman Rasulullah SAW.
4. Rumah-Rumah Ulama
Karena banyaknya para murid yang berdatangan kerumah-rumah
ulama dari tempat yang jauh untuk meninba ilmu kepada guru yang
bersangkutan. Para ulama yang mengajarkan ilmu di rumahnya yaitu, ibnu
sina, al-ghazali, ali ibnu Muhammad al-fasihi, ya’kub bin killis, wazir
khalifah al-aziz billah alfatimy.
5. Shuffah
Biasanya tempat ini menyediakan pemondokan bagi pendatang baru
yang tergolong miskin.
6. Majelis / kesusastraan
Majelis atau kesusastraan yaitu sanggar seni dan sastra. Menurut
Harun Nasution (Nizar, 2009:118) bahwa majelis sudah muncul pada masa
Bani Umayyah.
7. Madrasah
Memiliki peran penting sebagai institusi belajar umat islam selama
pertumbuhan dan perekembangannya. Istilah madrasah merupakan
transformasi dari masjid ke madrasah.
8. Perpustakaan
Perpustakaan disini tidak hanya sebagai tempat membaca, tetapi
juga tempat membahas dan belajar halaqah seperti di masjid.
9. Al-Ribath
Ribath merupakan kegiatan kaum shufi yang ingin menjauhkan diri
dari kehidupan duniawi dan berfokus hanya untuk beribadah kepada Allah
SWT.
10. Al-Zawiyah

14
Merupakan tempat berlangsungnya pengajian-pengajian yang
mempelajari dan membahas dalil-dalil naqliyah jug aqliyah yang berkaitan
dengan aspek agama.
11. Toko-Toko Kitab
Para pedagang pemilik toko kitab ini bukanlah semata-mata
berdagang untuk mendapatkan keuntungan finansial semata, tetapi juga
supaya mereka dapat membaca dan mengkaji buku-buku tersebut.
12. Bimaristan
Merupakan tempat berobat dan merawat orang sakit sekaligus
berfungsi sebagai tempat melakukan magang dan penelitian calon dokter.
13. Badi’ah
Memiliki arti dusun badui padang sahara yang didalamnya memiliki
Bahasa arab fasih dan murni sesuai dengan kaidah Bahasa arab.
14. Dar al-‘ilm
Berkumpulnya para ahli fiqih, astronom, dokter, ahli nahwu dan
Bahasa untuk mengadakan penelitian ilmiah.
H. Tokoh-Tokoh Pemikiran Pendidikan Islam Klasik
1. Al-ghazali
Memiliki nama lengkap Abdu hamid Muhammad bin Muhammad
al-ghazali at-thusi asy-syafi’i. lahir pada tahun 450 H di thus provinsi
khurasan, Persia. Wafat pada 14 jumadil akhir tahun 550 H. pemikiran Al-
ghazali tentang pendidikan adalah hati, karena hati merupakan esensi dari
manusia. Tujuan pendidikan menurut Al-ghazali terbagi 3, yaitu
membentuk manusia yang sempurna dengan mendekatkan diri kepada Allah
SWT, mengantarkan siswa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat,
membentuk akhlak.
2. Ibnu Sina
Memiliki nama lengkap Abdu al-husayn bin Abdullah. Lahir pada
tahun 370 H di afshana. Tujuan pendidikan menurut ibnu sina harus
diarahkan pada perkembangan potensi yang dimiliki seseorang kearah
perkembangan yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual, dan
budi pekerti.

15
3. Ibnu Miskawaih
Memiliki nama lengkap Abdu ali ahmad bin Muhammad bin yakub
ibnu miskawaih. Lahir pada 330 H di kota Ray, dan wafat pada tahun 421
H. menurut ibnu miskawaih tujuan pendidikan manusia dapat mencapai
tujuannya yaitu kebaikan, kebahagiaan, dan kesempurnaan. Materi
pendidikan yang digunakan mengenai kewajiban syariat sehingga peserta
didik terbiasa melakukannya, materi yang berhubungan dengan akhlak,
meningkatkan ilmu lainya.
4. Ibnu Khaldun
Memiliki nama lengkap Abdullah Abdurrahman abu zyad bin
Muhammad ibnu Khaldun. Lahir di thunisia pada bulan Ramadhan 732 H.
menurutnya, tujuan pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada
akal untuk lebih giat dalam melakukan aktivitas. Tujuan pendidikan
menurut ibnu Khaldun adalah meningkatkan kecerdasan manusia dan
kemampuan berfikir.
5. Ibnu Taimiyah
Memiliki nama lengkap Taqiyuddin ahmad nim abd al- halim bin
taimiyah. Lahir di kota harran, tepatnya di syiria pada 10 Rabiul awal 661
H, dan wafat di damaskus pada tahun 728 H. tujuan pendidikan menurutnya
yaitu terbentuknya pribadi muslim yang baik, yaitu berfikir, merasa, dan
bekerja pada berbagai lapangan kehidupan setiap saat, sejalan dengan yang
diperintahkan pada Al-qur’an dan Hadist.

16
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Menurut harun Nasution pendidikan islam dibagi menjadi tiga,
diantaranya: Periode klasik pada tahun 650-1250 M, periode pertengahan pada
tahun 1250-1800 M, dan periode modern pada tahun 1800 sampai sekarang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa orientasi pendidikan Islam bertujuan
pada kehidupan Islami. Dan tujuan pendidikan Islam lebih mengarah pada
pencapaian kebenarann yang bersifat hakiki dan mutlak. Walaupun pengetahuan
itu diberikan secara ilmiah belum tentu dan pasti kebebenarannya. Sistem dan
metode pendidikan Islam klasik terdapat dua cara, yaitu metode menghafal, dan
metode ceramah, diskusi, dan halaqah.
Menurut Hasan Hafidz (1959:72) secara umum peran guru dibedakan
menjadi dua, yaitu sebagai murabbi dan penggerak masyarakat. Ulama
merupakan bentuk jamak dari alim, yang berarti yang memiliki pengetahuan.
Lembaga pendidikan Islam pada masa klasik terbagi menjadi tiga, diantaranya:
Al-Shuffah, Al-Azhar, dan Madrasah Nizhamiyah.
Perkembangan kurikulum pendidikan Islam klasik itu ada lima kurikulum,
yakni: Kurikulum pendidikan Islam masa Nabi Muhammad SAW (611-632 M
atau 12 SH-11 H), kurikulum pendidikan Islam masa Khulafaur Rasyidin (632-
661 M atau 12-41 H), kurikulum pendidikan Islam masa Dinasti Umayyah (661-
750 M atau 41-132 H), kurikulum pendidikan Islam masa Dinasti Abasiyyah
(750-1258 M atau 132-656 H), dan Kurikulum pendidikan Islam klasik.
Lembaga Pendidikan Islam Klasik ada 14, seperti: Kuttab, Pendidikan di
Istana, Masjid, Rumah-rumah Ulama, Shuffah, Majelis, Madrasah, Perpustakaan,
Al-Ribath, Al-Zawiyah, Toko-toko Kitab, Bimaristan, Badi'ah, dan Dar al-'ilm.
Sedangkan tokoh-tokoh pemikiran pendidikan Islam klasik, yaitu Al-Ghazali,
Ibnu Sina, Ibnu Miskawaih, Ibnu Khaldun, dan Ibnu Taimiyah.

17
DAFTAR PUSTAKA
Salahudin, Anas dkk. 2019. Sejarah Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset.
Zuhairini, dkk. 2010. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara
Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.
Badriah, Laelatul. "KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM MASA KLASIK."
LITERASI, Volume VI, No. 2 Desember (2015).
Kadir, A. A. "PARTISIPASI ULAMA DALAM PENDIDIKAN ISLAM DAN
PANDANGANNYA TENTANG PENYELENGGARAAN MADRASAH DI
INDONESIA DEWASA INI." Jurnal "Al-Qalam" No.XVII Tahun XII Edisi
Januan-Juni (2006).
Fathurrahman. "LEMBAGA PENDIDIKAN DASAR DALAM SEJARAH ISLAM
PERIODE KLASIK." eL-Muhbib Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan
Dasar. ISSN 2614-1051 Volume 2 Nomor 2 Desember (2018).
Mulyani, E. S. (2017). SISWA DAN GURU PADA MASA ISLAM KLASIK.
SAINTIFIKA ISLAMICA: Jurnal Kajian Keislaman, 2(01), 105-112.
Solihin, M. (2017). Kurikulum Pendidikan Islam Klasik. Nizham Journal of Islamic
Studies, 1(2), 166-173.
Lubis, R. (2022). Kurikulum Dan Metode Pendidikan Islam Klasik. Journal Millia
Islamia, 1(1), 28-35.
.

18

Anda mungkin juga menyukai