Anda di halaman 1dari 16

MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM DAN EPISTEMOLOGI ILMU

MAKALAH

Diajukan :

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

ETIKA PAI

Dosen Mata Kuliah :

MUSTAKIM, M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. N. SANUSI FAQIH : 2021.080.01.0020


2. M. TAUFIQUR R : 2021.080.01.0068
3. MURYONO : 2021.080.01.0069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DIPONEGORO


TULUNGAGUNG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas curahan


nikmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “ Modernisasi Pendidikan Islam dan
Epistemologi Ilmu” dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Etika PAI.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. H. Sukarji, M,PdI. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
Diponegoro.
2. Sekolah Tinggi Agama Islam Diponegoro yang telah memberikan fasilitas
dalam pembuatan makalah ini.
3. Bapak Mustakim, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Etika PAI.
4. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi makalah ini belum sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari
pembaca. Semoga makalah ini dapat membantu proses pembelajaran
khususnya dalam mata kuliah Etika PAI.

Tulungagung,27 Januari 2024

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ II


DAFTAR ISI ......................................................................................................... III
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II .................................................................... Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN .................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Modernisasi Pendidikan Islam .................... Error! Bookmark not defined.
B. Krisis Epistemologi ................................... 5Error! Bookmark not defined.
BAB III.................................................................................................................... 9
PENUTUP ............................................................................................................... 9
Kesimpulan ......................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

III
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan tentang modernisasi tak akan ada habisnya untuk
dibahas,modernisasi mencakup sebuah mobilisasi pola hidup masyarakat
yang semakin berkembang serta perkembangan ilmu yang semakin maju.
Sebagai makhluk berakal, manusia mempunyai potensi sebagai makhluk
berpengetahuan yangakan berkembang secara dinamis mengikuti
perkembangan usia. Kemampuan besar dari pikiran manusia ialah
perkembangan ilmu pengetahuan.

Pendidikan sebagai sarana untuk menciptakan manusia yang unggul


dankreatif memiliki peranan penting dalam suatu negara. Salah satu tugas
akhir dari pendidikan ialah menciptakanoutput yang mampu bersaing meski
zaman semakin modern seperti sekarang ini tanpa terkecuali pendidkan
islam itu sendiri. Fakta di lapangan, sekolah-sekolah yang memiliki ciri khas
islam kalah bersaing dalam banyak segi dengan sekolah umum. Bahkan
yang lebih ironi lagi,citra dan gengsi pada lembaga pendidikan islam
dipandang sebelah mata dandianggap lebih rendah dibanding dengan
lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh pihak agama lain. Tak dapat
dipungkiri, pendidikan islam memang masih bercorak teologis normatif
tanpa memikirkan kontekstualnya, akibatnya, dalam merespon perubahan
dan kecenderungan masyarakat sekarang dan masyarakat yang akan datang
pendidikan islam sering terlambat dalam merumuskan diri.

Kegelisahan diatas yang menyebabkan munculnya gagasan dan


konsep modernisasi pendidikan islam yang berada dibalik “modernisme”
karena hal tersebut merupakan syarat bagi kebangkitan kaum muslim di era
modern. Maka dari itu, pemikiran dan kelembagaan pendidikan islam

1
2

haruslah di modernisasi agar tidak tertinggal oleh perkembangan teknologi


serta zaman.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Modernisasi Pendidikan Islam ?
2. Apa itu Krisis Epistemologi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Modernisasi Pendidikan Islam.
2. Mengetahui Krisis Epistemologi.

1
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di TengahTantangan
Millenium III , (Jakarta: Kencana Prada Media Group,2012), hlm.30
BAB II
PEMBAHASAN

A. Modernisasi Pendidikan Islam

Pendidikan islam dikenal sebagai pendidikan yang menanamkan pada nilai


aqidah, ibadah, dan akhlaqul karimah. Ciri khas pendidikan islam terlihat dari
landasan tujuannya yaitu berdasarkan al qur’an dan hadits. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka diperlukan langkah dan strategi dengan berbagai aspeknya.

Sekarang kalau penulis meninjau dari beberapa definisi, pendidikan islam


merupakan proses pembentukan individu yang berlandaskan al qur’an dan al
hadits dengan mengamalkan ajaran-ajaran islam yang telah diajarkannya.
Implikasi pendidikan islam adalah bahwa seorang guru harus dapat mendidik
dan membimbing peserta didiknya dengan penuh kasih sayang. Sebagaimana
dinyatakan oleh imam Al Ghozali bahwa seorang guru berfungsi sebagai
penuntun, pembimbing dan pendidik.

Maka ketauhilah bahwa guru harus menjalankan tugasnya, al-Ghazâlî


menganjurkan agar guru mengajar dan membimbing dengan penuh kasih sayang
sebagaimana ia mengajar dan mendidik anaknya sendiri. “Didiklah muridmu dan
perlakukanlah mereka seperti anakmu sendiri”, itulah pesan al-Ghazâlî pada para
guru. Bahkan al-Ghazâlî mengutip Sabda Rasulullah; “Sesungguhnya aku ini
bagimu adalah seumpama seorang ayah bagi anaknya.” (HR. Abû Dawud , al-
Nasâ’i, Ibn Mâjah, Ibn Hibbân dari Abû Hurairah).

Dalam suatu kegiatan/aktivitas tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang itu


sangat bermanfaat dalam mengukur apakah aktivitas itu telah mencapai
keberhasilan atau tidak. Jadi, Dalam proses pendidikan islam telah terumuskan
tujuan-tujuan yang menjadi arah bagi pelaksanaannya. Tujuan pendidikan islam
adalah membentuk kepribadian setiap individu yang berakhlaqul karimah, yakni

3
4

meneladani sifat Rosulullah SAW sebagai suri tauladan yang baik bagi umat di
dunia dsb.

Manusia dimasa sekarang telah menghadapi berbagai tantangan dalam


dunia pendidikan khususnya pada aspek kulturalisasi, dimana budaya barat lebih
mendominasi untuk diikuti daripada budaya islam. Tentunya dalam hal ini
menjadi tugas berat untuk pendidik dalam mengupayakan pendidikan yang
terbaik terutama untuk pendidikan islam. Sebagai respon dari tantangan tersebut
para penggagas pendidikan menciptakan pendidikan modernisasi sebagai upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan islam supaya lebih didominasi. Hal ini
dimunculkan dengan berbagai macam cara dan karakteristiknya.

Modernisasi merupakan pembaruan yang digunakan sebagai proses untuk


memperbaiki keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dalam pendidikan
modernisasi ini sangat efektif jika di implementasikan karena akan
meningkatkan pembelajaran yang inovatif dan kreatif, semangat belajar siswa
bertambah serta rasa keingintahuan dari hal baru akan muncul. Hal ini didukung
oleh pemerintah yang selalu mengupgrade program dan sistem pendidikan
supaya lebih baik2.

Modernisasi pendidikan adalah salah satu pendekatan untuk suatu


penyelesaian jangka panjang atas berbagai persoalan ummat islam saat ini dan
pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, modernisasi pendidikan adalah
suatu yang penting dalam melahirkan suatu peradaban islam yang modern 3.

Modernisasi pendidikan islam harus mengarah pada tujuan pendidikan


islam itu sendiri, yaitu menghasilkan peserta didik yang beribadah pada

2
Penulis: Lailatussa’diyah PAI Aksel F IAINU Tuban, di akses di
https://iainutuban.ac.id/2021/10/30/modernisasi-pendidikan-islam/ pada tanggal 31 Januari 2024
jam 09.28
3
Syed Sajjad Husein dan Syed Ali Ashraf, Menyongsong Keruntuhan Pendidikan Isam, terj.
Rahmani Astuti, Bandung: Gema Risalah Press, 1994, hlm. 6.
5

Tuhannya, meneladani akhlaq Rosulnya serta mengamalkan ilmu agama yang


telah diajarkan oleh pendidiknya. Dalam mewujudkan pendidikan islam yang
modern maka para penggagas pendidikan menciptakan hal baru sebagai
peningkatan minat peserta didik dalam menekuni dunia pendidikan islam tanpa
mengurangi pengetahuan umum dan tidak monoton dalam proses
pembelajarannya.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk peserta didiknya yang
tak lain disesuaikan dengan perkembangan zaman salah satunya adalah
memanfaatkan teknologi. Pendidik memasukkan internet sebagai sarana
pembelajaran untuk memudahkan siswanya dalam menyelesaikan tugas,
disamping itu juga manfaat yang umum dari teknologi tersebut akan menambah
pengetahuan siswa diluar materi pembelajaran. Akan tetapi seorang pendidik
harus mengarahkan siswanya untuk menggunakan teknologi sebaik mungkin
supaya tidak salah dalam menggunakan.

Jika pendidikan islam di zaman dulu yang monoton menggunakan metode


ceramah saja maka dalam modernisasi yang sekarang guru menggunakan
metode pembelajaran yang bervariasi, strategi yang tepat, menggunakan
multimedia, memberi kesempatan untuk melakukan eksperimen sesuai materi
yang disampaikan. Dalam memberikan materi dengan daya kreativitasnya akan
berhasil bagi diri siswa dalam melanjutkan belajar. Penerapan-penerapan ilmu
dengan strategi yang tepat pada penyampaiannya akan melekat kuat pada diri
siswa dan menimbulkan kesan positif sehingga sulit dihilangkan dari benak anak
didik kita.

B. Krisis Epistimologi Ilmu

Implikasi Krisis Epistemologis Ilmu yang berkaitan dengan metode


bagaimana setiap aliran-aliran wilayah ilmu, agama, dan ilmu-ilmu sosial
lainnya dalam upaya penemuan kebenaran ilmiah yang objektif.
6

Mengenai Krisis Epistemologi Ilmu bukan berarti ilmu pengetahuan tidak


bertambah. Justru menumpuk tetapi pada hakikatnya tidak menghasilkan suatu
jawaban permasalahan dalam kebutuhan kehidupan manusia. Krisis terjadi
menurut F. Budi Hardiman karena peralihan keadaan lama ke keadaan yang baru
yang juga belum pasti.

Adapun terjadinya Krisis menurut sejarahnya dimulai pada abad ke 16


hingga pada abad ke 17 yaitu munculnya gerakan pemisahan ilmu-ilmu dari
filsafat alam. Filsafat alam merupakan filsafat sosial dan abad pertengahan yang
membahas konsep manusia. Konsep manusia menurut Socrates dengan
menggunakan metode maieutika. Makanya dalam hal epistimologi ini sudah
dapat dipastikan berdampingan dengan metologisnya. Selanjutnya Metode ini
yakni metode maieutika digunakan untuk menganalisis semua pertanyaan orang-
orang yang menyelusuri hukum-hukum yang sejati. Kemudian disimpulkan
melalui hipotesis dan hasilnya dikembalikan lagi kepada orang-orang yang
bertanya untuk di diskusikan dan dianalisa lagi untuk memperoleh pemahaman
yang lebih dalam atas suatu konsep. Kemudian hasil dari gerakan pemisahan
dari ilmu filsafat yaitu melahirkan ilmu-ilmu sosial.

Menurut konsep Francis Bacon yang beraliran humanisme renaissance


berusaha hidup yang praktis dengan menguasai kekuatan-kekuatan alam melalui
penemuan ilmiah. Penemuan ilmiah ini dengan menggunakan metode induksi
sebagai proses penyisihan atau reduksi yang dengannya segala sifat yang tidak
termasuk sifat tunggal harus ditiadakan. Tujuannya agar setiap penelitian yang
berdasarkan pengamatan dapat menemukan realitas yang objektif yang lepas
dari subjektivisme dan bersifat lebih pasti. Dalam hal metode yang digagas oleh
Bacon tentang pikiran manusia harus berpusat pada rasional namun tidak
menghapus semua filsafat skolastik bahkan memasukkan lex naturalisnya
Thomas Aquinas yang pada saat itu suatu pokok bahasan yang otonom. Artinya
ada pergeseran orientasi proses pemikiran (epistemologis) manusia juga dari
pemikiran naturalisme kearah humanisme renaissance terhadap filsafat sosial
yang lebih luas walaupun tidak keseluruhan baik metode maupun metodologi.
7

Kemudian munculnya gejala krisis epistemologi dan juga metodologi sebagai


era perubahan proses struktur pemikiran dan metode penelitian ilmiah tentang
realitas yang terlepas dari politik dan kekuasaan absolut agama adalah Saint
Simon dan Aguste Comte.

Comte berusaha membuktikan bahwa tatanan hukum sosial tidak berbeda


dalam hal prinsip hukum fisika atau biologi tetapi lebih rumit yang
mengandalkan positivisme dari sains alam. Implikasi perubahan pemikiran
Comte ini yang mengandalkan positivisme dari sains alam yang berorientasi
suatu ilmu tentang manusia otonom, independen yang memiliki metode
tersendiri. Atas perubahan ini menjadi problem ilmu-ilmu sosial dengan ilmu-
ilmu alam seperti ilmu fisika, biologi. Jika kita kaitkan dengan pemikiran Paul
Payerabend yang pragmatis yang menyatakan bahwa ilmu sains, agama, dan
ilmu-ilmu sosial tidak harus mengikuti pemikiran, metodologis, dan metode
ketika akan menentukan suatu objek. Sebab menurutnya tidak ada seorangpun,
atau kelompok ilmuan manapun yang bebas dari pengaruh subyektivitas ketika
akan menentukan suatu obyektivitas. Ideologi, fanatisme, serta latar belakang
dasar pemikiran pasti mempengaruhi di luar dirinya.

Menurutnya objek sains alam adalah benda-benda fisik pada metodenya


sedangkan objek sains sosial kemanusiaan itu bersifat abstrak. Dalam bidang
berpikir manusia telah memiliki kebebasan mengajukan pendapat, argumentasi,
dan mengajukan metode-metode menyelidiki, analisis, serta penentuan realitas
dalam kebenaran yang baru. Paham positivisme logis yang mereduksi manusia
sama dengan material benda yang telah dianggap memenuhi syarat keilmiahan
sebagai valid dan fakta positivis yang di olah melalui metode ilmu-ilmu sosial
menjadi kecemasan bagi kaum pondasionalis Kantian.

Kecemasan Rene Descartes dan juga aliran rasionaliitas lainnya yang


menetapkan kriteria-kriteria pada ilmu pengetahuan sebagaimana analisis
Richard Bernstein, kebenaran kelompok rasionalitas ini sulit menentukan sikap
dasar paradigma sebagai landasan teorinya. Konsep kesejajaran rasionalitas dan
realitas sulit dibuktikan dengan teori verifikasi atau di falsifikasi kelompok
8

positivisme logis. Mereka tidak dapat membuktikan sebuah teori dengan cara
rasional suatu realitas yang obejektif. Baik di uji dengan metode induktif,
deduktif juga dengan abduktif.

Kriteria-kriteria universal ilmiah yang mereka ajukan bertentangan dengan


teori-teori yang berkembang sebagaimana yang di ajukan oleh aliran-aliran
ilmuan yang sudah penulis sebutkan dan jelaskan4.

4
JIIP(Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan) Volume 6, Nomor 4. Di akses di
http://jiip.stkipyapisdompu.ac.id pada tanggal 31 Januari 2023 jam 10.11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Gagasan dan program modernisasi pendidikan Islam mempunyai akarnya


dalam gagasan tentang "modernisme" pemikiran dan insti- tusi Islam secara
keseluruhan. Dengan kata lain, "modernisme" pen- didikan Islam tidak dapat
dipisahkan dengan kebangkitan gagasan program modernisasi Islam. Kerangka
dasar yang berada di balik "modernisme" pemikiran dan kelembagaan Islam
merupakan prasya- rat bagi kebangkitan kaum muslimin di masa modern. Karena
itu, pe- mikiran dan kelembagaan Islam-termasuk pendidikan-haruslah
dimodernisasi, sederhananya diperbarui sesuai "modernitas"; mem- pertahankan
pemikiran kelembagaan Islam "tradisional" hanya mem- perpanjang nestapa
ketidakberdayaan kaum muslimin dalam berha- dapan dengan kemajuan dunia
modern.

Tetapi bagaimanakah sebenarnya hubungan antara "modernisasi" dan


pendidikan, lebih khusus lagi dengan pendidikan Islam di Indone- sia? Modernisasi
yang di Indonesia pada masa Orde Baru lebih dike- nal dengan istilah
"pembangunan" (development)-adalah proses mul- tidimensional yang kompleks.
Pada satu segi pendidikan dipandang sebagai variabel modernisasi.

Dalam konteks ini pendidikan dianggap merupakan prasyarat dan kondisi


yang mutlak bagi masyarakat untuk menjalankan program dan mencapai tujuan
modernisasi atau pem- bangunan. Tanpa pendidikan memadai, sulit bagi
masyarakat mana pun mencapai kemajuan. Karena itu banyak ahli pendidikan
berpan- dangan, "pendidikan merupakan kunci yang membuka pintu ke arah
modernisasi". Tetapi, pada segi lain, pendidikan sering dianggap sebagai objek
modernisasi. Dalam konteks ini, pendidikan di negara-negara yang tengah
menjalankan program modernisasi umumnya dipandang ma- sih terbelakang dalam
berbagai hal, dan karena itulah pendidikan ha- rus diperbarui atau dimodernisasi,
sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulkan kepadanya.

9
10

Pendidikan dalam masyarakat modern atau masyarakat yang te- ngah


bergerak ke arah modern (modernizing) pada dasarnya berfungsi memberikan
kaitan antara peserta didik dan lingkungan sosio-kul- turalnya yang terus berubah.
Dalam banyak hal, pendidikan secara sadar digunakan sebagai instrumen untuk
perubahan dalam sistem politik dan ekonomi.

Sebagaimana disimpulkan Shipman, fungsi pokok pendidikan dalam


masyarakat modern terdiri dari tiga: sosialisasi, pe- nyekolahan (schooling), dan
pendidikan (education). Sebagai lembaga sosialisasi, pendidikan adalah wahana
bagi integrasi peserta didik ke dalam nilai bangsa atau nasional yang dominan.

Adapun dalam hal penyekolahan (schooling), pendidikan mempersiapkan


peserta di- dik untuk menduduki posisi sosial-ekonomi tertentu dan, karena itu,
penyekolahan harus membekali peserta didik dengan kualifikasi pekerjaan dan
profesi yang membuat mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat.

Adapun dalam fungsi ketiga, pendidikan merupakan "education" untuk


menciptakan kelompok elite yang pada gilirannya dapat memberikan sumbangan
besar bagi kelanjutan pro- gram modernisasi.

Untuk mencapai semua tujuan ini, pendidikan dalam proses mo- dernisasi
mengalami perubahan fungsional dan antarsistem. Perubah- an tersebut pada
tingkat konseptual dapat dirumuskan dengan meng- gunakan "pendekatan sistem"
(system approach). Don Adams (1970), yang menggunakan "pendekatan sistem"
ini dalam kajian pendidikan dan modernisasi, menemukan beberapa variabel
berikut yang dapat pula diterapkan dalam agenda modernisasi pendidikan Islam d
Indo- nesia secara keseluruhan.
11
DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di


TengahTantangan Millenium III , (Jakarta: Kencana Prada Media Group,2012),
hlm.30
Penulis: Lailatussa’diyah PAI Aksel F IAINU Tuban, di akses di
https://iainutuban.ac.id/2021/10/30/modernisasi-pendidikan-islam/ pada tanggal
31 Januari 2024 jam 09.28

Syed Sajjad Husein dan Syed Ali Ashraf, Menyongsong Keruntuhan


Pendidikan Isam, terj. Rahmani Astuti, Bandung: Gema Risalah Press, 1994, hlm.
6.

12
13

Anda mungkin juga menyukai