Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“ MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN “


( Dosen Pengampuh : Nurhayati S.Pd.I.,M.Pd.I )

( Mata Kuliah AIK III )


OLEH :
KELOMPOK VII
WA ODE EVIYANTI ( 032101389 )
YAYU RASMUN ( 032101007 )
AGUS FAHYADDIN ( 032101231 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

TA 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapakan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul ‘’Muhammadiyah
Sebagai Gerakan Pendidikan‘’ ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa
sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusun makalah
dapat dibuat dangan sebaiknya-baiknya. Saya menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengaharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Penyusun memohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak


kesalahan dan kekurangan karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa
yaitu Allah SWT. Dan kekurangan pasti milik kita sebagai sebagai manusia.
Semoga makalah ini dapat bermanfat bagi kita semuanya.

Bau bau, 4 Januari 2023

Kelompok VII

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A...Latar belakang...........................................................................................1
B...Rumusan Masalah.....................................................................................2
C...Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHSAN........................................................................................3
A...Faktor yang melatarbelakangi gerekan Muhammadiyah dibidang
pendidikan.................................................................................................3
B...Cita – cita pendidikan Muhammadiyah.....................................................4
C...Bentuk – bentuk dan model pendidikan Muhammadiyah.........................5
D...Pemikiran dan praksis pendidikan Muhammadiyah..................................6
E.. .Tantangan dan revitalisasi pendidikan Muhammadiyah...........................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................20
A...Kesimpulan................................................................................................20
B...Saran..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Balakang
Kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia sangat dipengaruhi dan
diwarnai oleh nilai-nilai agama sehingga kehidupan beragama tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai negara yang berdasarkan
agama, pendidikan agam tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan
pendidikan nasional. Umat beragama beserta lembaga-lembaga keagamaan di
Indonesia merupakan potensi besar dan sebagai modal dasar dalam pembangunan
mental spiritual bangsa dan merupakan potensi nasional untuk pembangunan fisik
materil bangsa Indonesia.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak
yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil
suatukelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-
cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar
dan berkualitas, individu – individu yag beradab akan terbentuk dan akhirnya
memunculkan kehidupan social yang bermoral. Pendidikan jangan hanya
dipandang sebagai sesuatu kewajiban. Tetapi juga harus pandai merencanakan,
mengorganisir, mengemas, melaksanakan serta mngevaliasi dan menindak lanjuti
seara bersinegri dan berkesinambungan.
Hubungan pendidikan islam dengan pendidikan nasioanl tidak dapat
dipisahkan,karena keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Suatu sistem
pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat manusia pada
umumnya daneksistensi bangsa Indonesia khususnya dalam hubungan masa lalu,
masa kini dankemungkinan perkembangan masa depan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhamadiyah di bidang
Pendidikan ?
2. Cita-cita Pendidikan Muhamadiyah ?
3. Bentuk-bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah ?
4. Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah ?
5. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah ?

C. Tujuan
1. Untuk Memahami Faktor yang melatarbelakangi Gerakan Muhamadiyah
di bidang Pendidikan.
2. Untuk memahami Cita - cita Pendidikan Muhamadiyah. 
3. Untuk memahami Bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah.4.
4. Untuk memahami Pemi kiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah.
5. Untuk memahami Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor yang melatarbelakangi gerakan Muhammadiyah dibidang


Pendidikan
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan islam yang mempelopori
pendidikan Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah
menurut Mukti Ali ialah ketidak efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu
penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah memelopori pembaruan dengan
jalan melakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam. Saat kolonial Belanda
menjajah bumi nusantara. Pendidikan Islam telah tersebar luas dalam wujud
"pondok pesantren", dimana islam diajarkan di mushollalanggarmasjid. Sistem
yang digunakan seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah
sistem pendidikanclimana secara perorangan menghadap kyai dengan membawa
kitab . dan mengartikan kemudian sang santri . santri hanya mendengarkan
penjelasan darisemasa itu hanya berorientasi pada hafalan sang kyai.
Sistem pendidikan teks semata, sehingga tidak merangsang santri untuk
berdiskusi. Cabang ilmu agama yang diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah
Hadist,Fiqih dan Usul Fiqih, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu
Bahasa Arab.Ini berlangsung hingga awal abad ke-20. Dalam sekolah Belanda
para murid tidak diperkenalkan pendidikan Islam sehingga menjadikan cara
berfikir dan tingkah lakumereka banyak yang menyimpang dari ajaran
Islam.Melihat kenyataan ini K.HAhmad Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk
memperbaharui pendidikan bagiumat Islam.Pembaharuan yang dimaksud meliputi
dua segi, yaitu segi cita-cita dansegi teknik. Segi cita-cita adalah untuk
membentuk manusia muslim yang berakaqulkarimah, alim, luas pandangan dan
paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan agama Islam. Sedang dari Segi teknik adalah lebih banyak berhubungan
dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan modern.
Kini pendidikan Muhammadiyah telah berkembang pesat dengan segala
kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak kalah berat. Pendidikan

3
Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan gerakan
Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah.

B. Cita cita pendidikan Muhammadiyah


Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia-
manusia baru yang mampu tampil sebagai "ulama-intelek" atau "intelek-ulama",
yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat
jasmani danrohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan
tersebut, Kyai Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran
agama di sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah- sekolah
sendiri di mana agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua
tindakan itu sekarang sudah menjadi fenomena umum; yang pertama sudah
diakomodir negara dan yang kedua sudah banyak dilakukan oleh yayasan
pendidikan Islam lain. Dalam rangka menjaga kelangsungan sekolahan yang ia
dirikan maka atas saran murid-muridnya Kyai' Dahlan akhirnya mendirikan
persyarikatan Muhammadiyah tahun 1912.
Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu
memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik
disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di
Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem
pondok pesantren karena di dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan,
sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem madrasah sekolah, jelasnya
madrasah sekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan
pendidikan agama Islam yang terbaik. Dalam semangat yang sama belakangan ini
sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju peningkatan mutu pendidikan.
Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day schoot, sekolah sampai sore
hari, tidak terkecuali di lingkungan Muhammadiyah.
Pandangan kedepan tentang generasi yang akan dimunculkan. Filsafat
yangdianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama Islam,
makasebagai konsekuensinya logika, Muhammadiyah berusaha dan selanjutnya
melandaskan filsafat pendidikan Muhammadiyah atas prinsip-prinsip filsafat yang

4
diyakini dan dianutnya. Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi
mungkar, Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya
dengan menanamkan khazanah pengetahuan melaluijalur pendidikan.Secara
umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah
yang tetap dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata pelajaran
AIK/lsmuba disemua lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah. Hal
tersebut sebagai salah satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa
menyadari bahwa ia diciptakan oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-
Nya. Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem
pendidikan modern.

C. Bentuk bentuk dan model pendidikan Muhammadiyah


Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat
jalur pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:
1. Tipe MualliminMualimat Yogyakarta (pondok pesantren)
2. Tipe madrasahDepag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
3.Tipe sekolah Diknas; TK, SD, SMP, SMA SMK, Universitas
STPoliteknikAkademi
4. Madrasah Diniyah, dan lain-lain
Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yangingin
dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan
dalamMuhammadiyah, untuk mencetak peserta didik lulusan sekolah
Muhammadiyah,sebagai beriku.
1) Memiliki jiwa Tauhid yang murni
2) Beribadah hanya kepada Allah
3) Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
4) Memiliki akhlaq yang mulia
5) Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
6) Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama
7) Bentuk dan Model pendidikan muhammadi

5
Menurut KH. Ahmad Dahlan, hendaknya diarahkan pada usaha
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, luas pandangan dan
berakhlak Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem
pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa
menjadirahmatan lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan
kehidupan segenap manusia jika disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya
adalah Allah berfirman: “Wahai jama’ah jin dan manusia, jika kalian sanggup
menembus (melintasi) pejuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian
tidak akan sanggup melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu
pengetahuan)”(QS. Ar -rahman/55:33).

Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
1.Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang beragama
Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
2.Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didikdapat
tersentuh dan sekaligus mengamalkannya, dan.
3.Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan dilembaga
pendidikan Muhammadiyah

D. Pemikiran dan Praksis pendidikan Muhammadiyah


Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah Hampir seluruh
pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari keprihatinannya terhadapsituasi
dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan
(stagnasi),kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi ini semakin diperparah
dengan politik kolonial belanda yang sangat merugikan bangsa
Indonesia.Pemikiran atau ide-ide K.H. Ahmad Dahlan tertuang dalam gerakan
Muhammadiyah yang ia dirikan pada tanggal 18 Nopember 1912. Organisasi ini
mempunyai karekter sebagai gerakan sosial keagamaan. Titik tekan
perjuangannya mula-mula adalah pemurnian ajaranIslam dan bidang pendidikan.
Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang berakar dalam upaya pemberantasan
bid’ah, khurafat dan tahayul. Ide pembaruannya menyetuh aqidah dan syariat,

6
misalnya tentang uapcara kematian talqin, upacara perkawinan, kehamilan,
sunatan, menziarahi kuburan yang dikeramatkan, memberikan makanan sesajen
kepada pohon-pohon besar, jembatan, rumah angker dan sebagainya, yang secara
terminologi agama tidak dikenal dalam Islam.
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat
Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah
melalui pendidikan. Memang, Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah menggarap
dunia pendidikan,namun perumusan mengenai tujuan pendidikan yang spesifik
baru disusun pada 1936. Padamulanya tujuan pendidikan ini tampak dari ucapan
K.H. Ahmad Dahlan:“ Dadiji kjai singkemajorean, adja kesel anggonu njambut
gawe kanggo Muhammadiyah”( Jadilah manusia yang maju, jangan pernah lelah
dalam bekerja untuk Muhammadiyah.
Dahlan merasa tidak puas dengan system dan praktik pendidikan yang ada
diIndonesia saat itu, dibuktikan dengan pandangannya mengenai tujuan
pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang baik budi, luas pandangan,
dan bersedia berjuang untukkemajuan masyarakat. Karena itu Dahlan
merentaskan beberapa pandangannya mengenai pendidikan dalam bentuk
pendidikan model Muhammadiyah khususnya, antara lain :
a. Pendidikan Integralistik
K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action sehingga sudah
padatempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan. Oleh
sebab ituuntuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan Beliau musti
lebih banyakmerujuk pada bagaimana beliau membangun sistem pendidikan.
Namun naskah pidatoterakhir beliau yang berjudul Tali Pengikat Hidup menarik
untuk dicermati karenamenunjukkan secara eksplisit konsen Beliau terhadap
pencerahan akal suci melalui filsafat dan logika. Sedikitnya ada tiga kalimat kunci
yang menggambarkan tingginyaminat Beliau dalam pencerahan akal, yaitu:
1. Pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang
dapatdicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan akal sehat
dan istiqomah terhadap kebenaran akali dengan di dasari hati yang suci;
2. Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia;

7
3. Ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia yang
hanyaakan dicapai hanya jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah swt.
PribadiK.H. Ahmad Dahlan adalah pencari kebenaran hakiki yang menangkap apa
yangtersirat dalam tafsir Al-Manaar sehingga meskipun tidak punya latar
belakang pendidikan Barat tapi ia membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas
melalui ajaranIslam sendiri, menyerukan ijtihad dan menolak taqlid.

Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu


memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik
disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di
Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem
pondok pesantren karena di dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan,
sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem madrasah/sekolah, jelasnya
madrasah/sekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan
pendidikan agama Islam yang terbaik. Dalam semangat yang sama, belakangan ini
sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju peningkatan mutu pendidikan.
Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day school, sekolah sampai sore
hari, tidak terkecuali dilingkungan Muhammadiyah.

1. Mengadopsi substansi dan metedologi pendidikan modern Belanda dalam


madrasah madrasah pendidikan agama
Yaitu mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh
lembaga pendidikanBelanda. Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap
dan kemudian dengan gagasandan prektek pendidikannya dapat menerapkan
metode pendidikan yang dianggap baru saat ituke dalam sekolah yang
didirikannya dan madrasah-madrasah tradisional. Metode yangditawarkan adalah
sintesis antara metode pendidikan modern Barat dengan tradisional. Darisini
tampak bahwa lembaga pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan berbeda
denganlembaga pendidikan yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat ini.
Amir Hamzah menyimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan Muhammadiyah
menurut K.H. Ahmad Dahlan adalah:

8
1. Baik budi, alim dalam agama
2. Luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia (umum)
3. Bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya

2. Memberi Muatan Pengajaran Islam pada Sekolah-sekolah Umum Modern


Belanda
Sekolah Muhammadiyah mempertahankan dimensi Islam yang kuat, tetapi
dilakukandengan cara yang berbeda dengan sekolah-sekolah Islam yang lebih
awal dengan gaya pesantrennya yang kental. Dengan contoh metode dan system
pendidikan baru yang diberikannya. K.H. Ahmad Dahlan juga ingin
memodernisasi sekolah keagamaan tradisional. Untuk meningkatkan kualitas
pendidikan Islam, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah Muallimin dan
Muallimat, Muballighin dan Muballighat. Dengan demikian diharpakan lahirlah
kader-kader Muslim sebagai bagian inti program pembaharuannya yang bisa
menjadi ujung tombak gerakan Muhammadiyah dan membantu menyampaikan
misi-misi dan melanjutkannya di masa depan. K.H. Ahmad Dahlan juga
membentuk gerakan pramuka Muhammadiyah yang diberi nama Hizbul Watan

E. Tantangan dan Revitalisasi pendidikan Muhammadiyah


 Tantangan Pendidikan Muhammadiyah
Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar, Muhammadiyah
dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan
khazanah pengetahuan melalui jalur pendidikan.
Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan;
a.) Masalah Kualitas Pendidikan
Perkembangan amal usaha Muhammadiyah khususnya dalam bidang
pendidikan yang sangat pesat secara kuantitatif belum diimbangi peningkatan
kualitas yang sepadan, sehingga sampai batas tertentu kurang memiliki daya saing
yang tinggi, serta kurang memberikan sumbangan yang lebih luas dan inovatif
bagi pengembangan kemajuan umat dan bangsa

9
Bahwa amal usaha Muhammadiyah dalam hal kualitas mengalami dua
masalah sekaligus yaitu pertama, terlambatnya pertumbuhan kualitas
dibandingkan dengan penambahan jumlah yang spektakuler, sehingga dalam
beberapa hal kalah bersaingdengan pihak lain. Kedua, tidak meratanya
pengembangan mutu lembaga pendidikan.Dalam sejumlah aspek banyak disoroti
kelemahan amal usaha khususnya di bidang pendidikan yang kurang mampu
menunjukkan daya saing di tingkat nasional apalagiinternasional. Amal usaha
Muhammadiyah tidak mengalami proses inovasi yang meratadan signifikan,
sehingga cenderung berjalan di tempat, kendati beberapa lainnya mulai bangkit
mengembangkan ide-ide dan metode baru dalam peningkatan kualitas
dankeberadaan amal usaha Muhammadiyah.
Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual
pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama
menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini
telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari
keunggulan komparatif (Comperativeadventage) kepada keunggulan kompetitif
(competitive advantage).
Keunggulan komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam,
sementarakeunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas artinya dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan
tersebut, pendidikannasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat
tinggi, karena harus berhadapandengan kekuatan pendidikan global. Hal ini
berkaitan erat dengan kenyataan bahwaglobalisasi justru melahirkan semangat
cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-
sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi
sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality (berkualitas
rendah). Inilah salah satu dari sekian tantangan yang harus dihadapi
Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.

b.) Permasalahan Profesionalisme Guru

10
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses
pembelajaranadalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah
menyediakan berbagairagam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses
pembelajaran, namun posisi gurutidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya
guru merupakan variable penting bagikeberhasilan pendidikan.
Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk
mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang
pintar dan lancar baca tulis yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh
kebanggaan komunitas dan bangsanya. Tetapi segera ditambahkan “guru yang
demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme
yang tinggi, sehingga bisa “di ditiru”
Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha
sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan
di lapangan menunjukkan adanya guru terlebih-lebih guru honorer, yang tidak
berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa
melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada
banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal.
Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah”
bagi pendidikan Muhammadiyah masa kini.
c.) Masalah kebudayaan (alkulturasi)
Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material
maupunmental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu
perkembangankebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat
terhindar dari pengaruhkebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan
timbulnya proses alkulturasiyaitu pertukaran dan saling berbaurnya antara
kebudayaan yang satu dengan yang lainnya. Dari sinilah terdapat tantangan bagi
pendidikan-pendidikan islam yaitu denganadanya alkulturasi tersebut maka akan
mudah masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan,moral dan akhlak anak. Oleh
karena itu hal ini merupakan tantangan bagi pendidikanislam untuk memfilter
budaya-budaya yang negatif yang diakibatkan oleh pengaruh budaya-budaya
barat. (Arifin, 1994:42).

11
d.) Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang
sangatsignifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para
peserta didik.Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari
paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto
menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru,
menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid
berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.
Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, sebagimana telah
kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada kemajuan teknologi sampai
kini, adalah bersifat fasilitatif (memudahkan). Teknologi menawarkan berbagai
kesantaian dan ketenangan yang semangkin beragam.
Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya,
krisismoral. Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa
lainnya, yangmenyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan
narkotika, perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan
berimbas pada perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan,
hamil di luar nikah, penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh
pelajar, malas belajar dantidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.

- Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian.


Di era globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami sebuah
perubahanyang besar disegala sektor. Ini dibuktikan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan danteknologi yang begitu cepat. Dengan kemajuan teknologi dan
informasi seperti televisi,komputer, internet, media cetak dan elektronik
mengakibatkan bangsa Indonesia dapatdengan mudah mengakses informasi baik
dari dalam negeri maupun luar negeri. Selainitu, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga dapat menimbulkankemerosotan norma-norma
dalam kehidupan bermasyarakat, kebobokran akhlak(perilaku), serta bentuk
penyimpangan lainnya yang kini telah merebak dalam masyarakatIndonesia

12
khususnya generasi muda dalam hal ini pelajar atau mahasiswa. Mereka
lebihmementingkan urusan duniawi daripada urusan akhirat.
Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya yang
sangat serius untuk mengatasinya. Salah satu cara mengatasinya adalah melalui
pendidikan, dalam halini pendidikan kemuhammadiyahan. Dengan
kemuhammadiyahan dampak-dampak burukdari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi bisa di minimalisir.
Jadi ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi kehidupan
kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut
menyebabkan bangsa Indonesia melakukan banyak penyimpangan. Di dalam
pendidikan, kemuhammadiyahan adalah salah satu upaya yang diperlukan.
Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk mengeloladan memanage dampak-
dampak buruk yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadi minimalisir.

 Solusi atas tantangan yang di hadapi Muhammadiyah dalam bidang


pendidikan
Menjawab tantangan yang dihadapi Muhammadiyah bahwa Kualitas
lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah belum setara dengan
kuantitasnya yang senantiasa mengalami perkembangan yang spektakuler,
Muhammadiyah perlu melakukanupaya pengesyahan dan penghidupan kembali
Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan dan gerakan pengembangan dan
pengelolaan. Dalam aspek filosofik,Muhammadiyah perlu merumuskan kembali
ide dasar pendidikan muhammadiyahsebagai matra keimanan dan ketaqwaaan
yang tercemin dalam relijiulitas serta akhlaq manusianya. Dalam aspek kebijakan
pengembangan dan pengelolaan, dilakukan dengan penyegaran dan perubahan
orientasi yang meliputi:

 Dari orientasi status ke orientasi kompetensi


 Dari orientasi Input ke output

13
 Dari orientasi kekinian ke orientasi masa depan
 Dari orientasi kuantitatif ke orientasi kualitatif
 Dari orientasi kepemimpinan individu ke orientasi system
 Dari orientasi ketergantungan ke orientasi kemandirian
 Dari orientasi fisik ke orientasi nilai.

Tantangan Muhammadiyah yang kedua dalam bidang pendidikan adalah


masalah berkurangnya profesionalisme guru. Hal ini harus segera ditemukan
solusinya oleh muhammadiyah untuk menghindari dampak negatif terhadap
kualitas peserta didik dengan terus meningkatkan kualitas Sumber daya pendidik
dan terus menanamkan etos keikhlasan kepada para pendidik dalam lembaga
pendidikan Muhammadiyah. Selanjutnya, Muhammadiyah sebagai gerakan
pendidikan juga harus mampu menghadapi perubahan dan arus globalisasi yang
ada terhadap kemungkinan dampak buruk yang bisa dialami peserta didiknya.
Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat maka budaya asing akan dengan mudahnya masuk ke dalam kebudayaan
Indonesia.
Transformasi di bidang pemikiran, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan
usaha-usahalain yang bersifat unggul dan terobosan, Muhammadiyah dituntut
untuk terus berkiprah dengan inovatif. Pembaruan gelombang kedua menjadi
keniscayaan bagi Muhammadiyah dalam memasuki fase itu.

 Revitalisasi pendidikan Muhammadiyah


Dalam Kurikulum ISMUBA Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah DIY
(Dikdasmen PWM DIY, 2012:II), pendidikan Muhammadiyah memiliki empat
fungsi, yaitu: pertama sebagai sarana pendidikan dan pencerdasan, kedua,
pelayanan masyarakat, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan keempat, lahan
kaderisasi. Mengacu pada tujuan pendidikan Muhammadiyah yaitu, pendidikan,
pelayanan, dakwah, dan perkaderan. Paradigma pendidik dalam lembaga
pendidikan Muhammadiyah harus disatukan.

14
Visi misi pendidikan Muhammadiyah harus di internalisasikan. Paradigma
itu membentuk kerangka berfikir dan kesadaran kritis bahwa lembaga pendidikan
Muhammadiyah tidak hanya murni pendidikan dan pelayanan, tetapi ada aspek
penting lain yaitu misi perkaderan dan dakwah yang menjadi kewajiban masing-
masing pendidik di Muhammadiyah untuk melaksanakan misi tersebut. Misi
pendidikan Muhammadiyah tersebut sekaligus menjadi solusi dan respon tentang
keringnya ruh keagamaan dalam pendidikan, Muhammadiyah memiliki ciri khas
yaitu pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Dua hal itu menjadi ciri khas
sekaligus solusi dalam mengisi kekeringan ruh spiritual dalam pendidikan, baik
pada pendidikan dasar dan menengah maupun pada pendidikan tinggi di
Muhammadiyah. AIK yang sudah berjalan pada lembaga Muhammadiyah harus
di vitalkan kembali fungsinya. Sehingga empat peran dan misi pendidikan
Muhammadiyah dapat berjalan seperti yang di cita-citakan.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sejak awal berdiri memiliki
komitmen yang teguh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jalur
pendidikan, hingga saat ini lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah
terus berkembnag dan bertambah baik secara kuantitas maupun kualitas,
walaupun di sisi lain tidak dapat dipungkiiri ada lembaga pendidikan
muhammadiyah yang mengalami keterpuruka bahkan ada yang tutup, hal ini
merupakan dinamika lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah.

B. Saran
Manajemen yang selama ini berlaku di Muammadiyah justru membuat para
perintis lembaga pendidikan di muhammadiyah bersemangat untuk berkompetisi
secara positif, walaupun demikian, menurut hemat penulis manajemen yang
sekarang berlaku membutuhkan evaluasi secara mendalam untuk peningkatan
mutu pendidikan Muhammadiyah secara umum

16
DAFTAR PUSTAKA

Mulkhan, Abdul Munir, Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah.


Jakarta: Bumi Aksara. 1990

Amir Hamzah Wirjosukarto, 1985, Pembaharuan dan Pengajaran Islam. Jembar


Mutiara Offset.
Zubair, Achmad Charris. 2000. Peninggalan Kualitas Penidikan Muhammadiyah.
PP Muhammadiyah: Majelis Tarjih dan Pengambangan Pemikiran Islam.

17

Anda mungkin juga menyukai