Di susun oleh :
Kelompok IV
MUHAMMAD FAUZI (
AGUS FAHYADDIN (
MUHARNI (
ANNISA (
YOLAN (
Puji syukur penyusun ucapakan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Periodisasi Seni Rupa Anak” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW. Keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusun makalah dapat dibuat dangan
sebaiknya-baiknya. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga kami mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Penyusun memohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfat
bagi kita semuanya.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan seni merupakan saran untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan
pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan
untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif.
Seni merupakan aktivitas permainan. Melalui permainan, kita dapat mendidik anak dan
membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni dapat
digunakan sebagai alat pendidikan. Melalui permainan dalam pendidikan seni anak memiliki
keleluasaan untuk mengembangkan kreativitasnya. Beberapa aspek penting yang perlu
mendapat perhatian dalam pendidikan seni antara lain kesungguhan, kepekaan, daya
produksi, kesadaran berkelompok, dan daya cipta.
Pendidikan seni adalah segala usaha untuk meningkatkan kemampuan kreatif ekspresif
anak didik dalam mewujudkan kegiatan artistiknya berdasrkan aturan-aturan estetika tertentu.
Selain itu, pendidikan seni di SD bertujuan menciptakan cipta rasa keindahan dan
kemampuan mengolah menghargai seni. Jadi melalui seni, kemampuan cipta, rasa dan karsa
anak di olah dan dikembangkan. Selain mengolah cipta, rasa dan karsa seperti yang
diterapkan di atas, pendidikan seni merupakan mengolah berbagai ketrampilan berpikir. Hal
tersebut meliputi ketrampilan kreatif, inovatif, dan kritis. Ketrampilan ini di olah melalui cara
belajar induktif dan deduktif secara seimbang.
Pendidikan Seni Rupa sesungguhnya merupakan istilah yang relatif baru digunakan
dalam dunia persekolahan. Pada mulanya digunakan istilah menggambar. Penggunaan istilah
pengajaran menggambar ini berlangsung cukup lama hingga kemudian diganti dengan istilah
Pendidikan Seni rupa.Materi pelajaran yang diberikan tidak hanya menggambar tetapi juga
beragam bidang seni rupa yang lain seperti mematung, mencetak, menempel dan juga
apresiasi seni. Tujuan pengajaran menggambar di sekolah adalah untuk menjadikan anak
pintar menggambar melalui latihan koordinasi mata dan tangan. Dengan demikian dapat
dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Pendidikan Seni Rupa adalah
mengembangkan keterampilan menggambar, menanamkan kesadaran budaya lokal,
mengembangkan kemampuan apreasiasi seni rupa, menyediakan kesempatan
mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu Seni Rupa, dan
mempromosikan gagasan multikultural.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perkembangan seni rupa anak Sekolah Dasar ?
b. Apa peranan seni rupa anak Sekolah Dasar ?
c. Apa fungsi seni rupa anak Sekolah Dasar ?
d. Bagaimana peran seni sebagai alat pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat
Mengacu pada masalah dan tujuannya, makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Mengembangkan pengetahuan tentang pendidikan seni rupa di SD
2. Bagi penulis, makalah ini sebagai masukan agar diterapkan dalam proses mengajar
seni rupa di SD kelak
BAB II
PEMBAHSAN
Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan karya anak berdasarkan rentang usia yang
relevan dengan teori yang telah kita pelajari. Periodisasi Perkembangan Seni Rupa anak-anak
Periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain dalam: Creative and Mental Growth adalah
(1) Masa mencoreng (scribbling) : 2-4 tahun
(2) Masa Prabagan (preschematic) : 4-7 tahun
(3) Masa Bagan (schematic period) : 7-9 tahun
(4) Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun
(5) Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun
(6) Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun.
Penjelasan periodisasi perkembangan seni rupa anak diatas adalah sebagai berikut:
Materi Objek yang digambarkan anak biasanya berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah
lingkaran yang menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis
sebagai pengganti kedua kaki. Ciri-ciri yang menarik lainnya pada tahap ini yaitu telah
menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia
sekitarnya. Koordinasi tangan lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu
dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang
disenanginya. Penempatan dan ukuran objek bersifat subjektif, didasarkan kepada
kepentingannya. Ini dinamakan dengan “perspektif batin”.
Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk. Gambar
masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah (tampak pada penggambaran pohon di kiri
kanan jalan yang dibuat tegak lurus dengan badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian
kanan rebah ke kanan). Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan
dibuatnya garis pijak (base line). Penafsiran ruang bersifat subjektif, tampak pada gambar
“tembus pandang” (contoh: digambarkan orang makan di ruangan, seakan-akan dinding
terbuat dari kaca). Gejala ini disebut dengan idioplastis (gambar terawang, tembus pandang).
Misalnya gambar sebuah rumah yang seolah-olah terbuat dari kaca bening, hingga seluruh isi
di dalam rumah kelihatan dengan jelas.
karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul, namun
berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan objek dalam lingkungan. Perhatian
kepada objek sudah mulai rinci. Dalam menggambarkan objek, proporsi (perbandingan
ukuran) belum dikuasai sepenuhnya. Pemahaman warna sudah mulai disadari. Penguasan
konsep ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada garis dasar,
melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon. Selain dikenalnya
warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal
pada periode ini. Ada perbedaan kesenangan umum, misalnya: anak laki-laki lebih senang
kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga.
Pada masa naturalisme semu, kemampuan berfikir abstrak serta kesadaran sosialnya makin
berkembang. Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan terhadap karyanya sendiri.
Pengamatan kepada objek lebih rinci.
Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Perbedaan tipe individual
makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa
senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi
tanpa bimbingan. Dalam hal ini peranan guru banyak menentukan, terutama dalam
meyakinkan bahwa keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung terus dalam
kehidupan.
Keberhasilan karya gambar buatan anak ditentukan oleh orisinalitas gambar yang
sesuai dengan dunia anak-anak menurut perkembangan usianya. Berdasarkan bentuk, dikenal
beberapa tipe gambar, yakni tipe visual, tipe haptik, dan tipe campuran. Gambar anak tipe
visual, hasil menggambar mirip dengan obyek aslinya. Gambar anak tipe haptik, obyek yang
digambar hanya yang menarik minat atau perasaannya, hasilnya berupa gambar yang tidak
mirip dengan obyek aslinya. Kebanyakan gambar anak-anak berupa campuran yakni dengan
ciri-ciri visual dan haptik.
1. Fungsi Individual
Manusia terdiri dari unsur fisik dan psikis. Salah satu unsur psikis adalah emosi.
Maka fungsi individual ini dibagi menjadi fungsi fisik dan fungsi emosi.
a. Fisik, yang berhubungan dengan fisik, seperti : busana, perabot rumah, alat
transportasi dan sebagainya.
b. Emosional, dipenuhi melalui seni murni, baik dari senimannya maupun dari
pengamatan atau konsumennya. Contoh: lukisan, patung, film, dan sabagainya.
2. Fungsi Sosial
Fungsi sosial Fungsi sosial merupakan suatu fungsi seni yang bermanfaat sebagai
pemenuhan kebutuhan sosial suatu individu. Terdapat beberapa macam fungsi seni sebagai
fungsi sosial, yaitu sebagai berikut :
a. Fungsi Rekreasi
b. Fungsi Komuniskasi
c. Fungsi Rohani
d. Fungsi Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas diartikan sebagai suatu kondisi tertentu yang
memungkinkan terjadinya transformasi dan kegiatan sehingga mengakibatkan seseorang
mengalami suatu kondisi tertentu yang lebih maju. Dlam sebuah pertunjukan seni, orang
sering mendapatkan pendidikan secara tidak langsung karena di dalam setiap karya seni pasti
ada pesan atau makna yang disampaikan. Disadari atau tidak, rangsangan-rangsangan yang
ditimbulkan oleh seni merupakan alat pendidikan bagi seseorang. Seni bermanfaat untuk
membimbing dan mendidik mental dan tingkah laku seseorang supaya berubah kepada
kondisi yang lebih baik dan maju dari sebelumnya. Disinilah seni harus disadari
mnumbuhkan nilai estetika dan etika kepada peserta didik.
e. Fungsi Artistik
Dalam hal ini seni lebih berfungsi sebagai media ekspresi seniman dalam menyajikan
karyanya tidak untuk hal yang komersil, seperti musik kontemporer, tari kontemporer, dan
seni rupa kontenporer (seni hanya pertunjukan yang tidak bisa dinikmati pendengar atau
pengunjung hanya bisa dinikmati oleh para seniman dan komunitasnya.
f. Fungsi Guna
Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan kegunaannya kecuali sebagai media
ekspresi (karya seni murni) atau pun dalam proses penciptaan mempertimbangkan aspek
kegunaannya seperti perlengkapan atau peralatan rumah tangga yang berasal dari gerabah
ataupun rotan.
g. Fungsi Kesehatan
Seni sebagai fungsi kesehatan seperti pengobatan penderita gangguan physic ataupun
medis distimulasi melalui terapi musik (disesuaikan dengan latar belakang pasien). Terbukti
musik telah mampu digunakan untuk menyembuhkan penyandang autisme, gangguan
psikologis, trauma pada suatu kejadian, dsb. Pada tahun 1999 Siegel menyatakan bahwa
musik klasik menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan dapat merangsang sistem
limbic jaringan neuron otak dan gamelan menurut Gregorian dapat mempertajam pikiran.
Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan
untuk mendidik anak menjadi kreatif. Pendidikan seni rupa adalah mengembangkan
keterampilan menggambar, menanamkan kesadaran budaya lokal, mengembangkan
kemampuan apresiasi seni rupa, menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri,
mengembangkan kemampuan apresiasi seni rupa, menyediakan kesempatan mengaktualisasi
diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu seni rupa, dan mempromosikan gagasan
multikultural.
A. Kesimpulan
Pendidikan seni rupa merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak dalam
bentuk gambar. Pada tahap perkembangan peserta didik terdapat tahap-tahapan anak dalam
mengggambar, yaitu pada masa Coreng-Moreng, masa pra bagan, masa bagan, dan masa
realism, masa naturalisme semu, periode penentuan. Tujuan pendidikan seni rupa bukan
untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif.
Karena peranan seni rupa sangat penting baik bagi anak usia dini, guru dan sekolah. Seni
merupakan aktifitas permainan, melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina
kreativitasnya sedini mungkin.
B. Saran
Pendidikan seni rupa amatlah penting dalam suatu pembelajaran untuk menegtahui
perkembangan peserta didik dalam penerapan pembelajaran Seni Rupa Sekolah Dasar,
dengan bakat dan kreativitas anak kita dapat memahami dan menilai karakteristik
kemampuan siswa dalam membuat gambar. Oleh karena itu pendidikan seni rupa perlu
ditananmkan pada anak sejak usia dini, agar bakat yang dimiliki anak dapat dikembangkan
sesuai dengan minat dan kreativitas yang dimiliki anak.