Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“ MUHAMMADIYAH SEBAGAI GEREKAN PENDIDIKAN “


( Dosen Pengampuh : Nurhayati S.Pd.I.,M.Pd.I )

( Mata Kuliah AIK III )


OLEH :
KELOMPOK VII
WA ODE EVIYANTI ( 032101389 )
YAYU RASMUN ( 032101007 )
AGUS FAHYADDIN ( 032101231 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

TA 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapakan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul ‘’Muhammadiyah
Sebagai Gerakan Pendidikan‘’ ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa
sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusun makalah
dapat dibuat dangan sebaiknya-baiknya. Saya menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengaharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Penyusun memohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak


kesalahan dan kekurangan karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa
yaitu Allah SWT. Dan kekurangan pasti milik kita sebagai sebagai manusia.
Semoga makalah ini dapat bermanfat bagi kita semuanya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A...Latar belakang...........................................................................................1
B...Rumusan Masalah.....................................................................................2
C...Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHSAN........................................................................................3
A...Faktor yang melatarbelakangi gerekan Muhammadiyah dibidang
pendidikan.................................................................................................3
B...Cita – cita pendidikan Muhammadiyah.....................................................4
C...Bentuk – bentuk dan model pendidikan Muhammadiyah.........................6
D...Pemikiran dan praksis pendidikan Muhammadiyah..................................7
E.. .Tantangan dan revitalisasi pendidikan Muhammadiyah...........................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................20
A...Kesimpulan................................................................................................20
B...Saran..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Balakang
Kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia sangat dipengaruhi dan
diwarnaioleh nilai-nilai agama sehingga kehidupan beragama tidak dapat
dipisahkan darikehidupan bangsa Indonesia. Sebagai negara yang berdasarkan
agama, pendidikanagam tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan pendidikan
nasional. Umat beragama beserta lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia
merupakan potensi besardan sebagai modal dasar dalam pembangunan mental
spiritual bangsa dan merupakan potensi nasional untuk pembangunan fisik materil
bangsa Indonesia.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak
yangharus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil
suatukelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-
cita) untukmaju, sejahtera dan bahagia.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar
dan berkualitas, individu – individu yag beradab akan terbentuk dan akhirnya
memunculkan kehidupan social yang bermoral. Pendidikan jangan hanya
dipandang sebagai sesuatu kewajiban. Tetapi juga harus pandai merencanakan,
mengorganisir, mengemas, melaksanakan serta mngevaliasi dan menindak lanjuti
seara bersinegri dan berkesinambungan.
Hubungan pendidikan islam dengan pendidikan nasioanl tidak dapat
dipisahkan,karena keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Suatu sistem
pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat manusia pada
umumnya daneksistensi bangsa Indonesia khususnya dalam hubungan masa lalu,
masa kini dankemungkinan perkembangan masa depan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhamadiyah di bidang
Pendidikan ?
2. Cita-cita Pendidikan Muhamadiyah ?
3. Bentuk-bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah ?
4. Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah ?
5. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah ?

C. Tujuan
1. Untuk Memahami Faktor yang melatarbelakangi Gerakan Muhamadiyah
di bidang Pendidikan.
2. Untuk memahami Cita - cita Pendidikan Muhamadiyah. 
3. Untuk memahami Bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah.4.
4. Untuk memahami Pemi kiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah.
5. Untuk memahami Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor yang melatarbelakangi gerakan Muhammadiyah dibidang


Pendidikan
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan islam yang mempelopori
pendidikan Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya
Muhammadiyahmenurut Mukti Ali ialah ketidak efektifan lembaga pendidikan
agama pada waktu penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah memelopori
pembaruan dengan jalanmelakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam. Saat
kolonial Belanda menjajah bumi nusantara. Pendidikan Islam telah tersebar luas
dalam wujud "pondok pesantren", dimana islam diajarkan di
mushollalanggarmasjid. Sistem yang digunakanseperti sistem sorogan,
bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah sistem pendidikanclimana secara
perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab . danmengartikan kemudian
sang santri . santri hanya mendengarkan penjelasan darisemasa itu hanya
berorientasi pada hafalan sang kyai.
Sistem pendidikan teks semata, sehingga tidak merangsang santri untuk
berdiskusi. Cabang ilmu agama yang diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah
Hadist,Fiqih dan Usul Fiqih, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu
Bahasa Arab.Ini berlangsung hingga awal abad ke-20.Dalam sekolah Belanda
para murid tidakdiperkenalkan pendidikan Islam sehingga menjadikan cara
berfikir dan tingkah lakumereka banyak yang menyimpang dari ajaran
Islam.Melihat kenyataan ini K.HAhmad Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk
memperbaharui pendidikan bagiumat Islam.Pembaharuan yang dimaksud meliputi
dua segi, yaitu segi cita-cita dansegi teknik. Segi cita-cita adalah untuk
membentuk manusia muslim yang berakaqulkarimah, alim, luas pandangan dan
paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan agama Islam. Sedang dari Segi teknik adalah lebih banyak berhubungan
dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan modern.

3
Kini pendidikan Muhammadiyah telah berkembang pesat dengan
segalakesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak kalah
berat.PendidikanMuhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan
gerakan Muhammadiyahdan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah.

B. Cita cita pendidikan Muhammadiyah


Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia-
manusia baru yang mampu tampil sebagai "ulama-intelek" atau "intelek-ulama",
yaituseorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat
jasmani danrohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan
tersebut, KyaiDahlan melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran
agama di sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah- sekolah
sendiri di manaagama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua
tindakan itu sekarangsudah menjadi fenomena umum; yang pertama sudah
diakomodir negara dan yangkedua sudah banyak dilakukan oleh yayasan
pendidikan Islam lain. Namun, ide KyaiDahlan tentang model pendidikan
integralistik yang mampu melahirkan muslimulama-intelek masih terus dalam
proses pencarian. Sistem pendidikan integralistikinilah sebenarnya warisan yang
musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteksruang d waktu, masalah teknik
pendidikan bisa berubah sesuai dengan perkembangilmu pendidikan atau
psikologi perkembangan.Dalam rangka menjarr kelangsungansekolahan yang ia
dirikan maka atas saran murid-muridnya K' Dahlan akhirnyamendirikan
persyarikatan Muhammadiyah tahun 1912. Meto pembelajaran
yangdikembangkan Kyai Dahlan bercorak kontekstual melaI proses penyadaran.
Contohklasik adalah ketika Kyai menjelaskan surat al-Ma'i kepada santri-
santrinya secara berulang-ulang sampai santri itu menyadz bahwa surat itu
menganjurkan supaya kitamemperhatikan dan menolong fal miskin, dan harus
mengamalkan isinya. Setelahsantri-santri itu mengamalk. perintah itu baru diganti
surat berikutnya. Ada semangatyang me dikembangkan oleh pendidikan
Muhammadiyah, yaitu bagaima merumuskan sistem pendidikan ala Al - ma'un
sebagai mana dipraktekkan KH Ahmad Dahlan.

4
Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampumemproduksi
ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik
disimak.Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia
ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok
pesantren karenadi dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan
sistem pengajaran mengikuti sistem madrasahsekolah, jelasnya madrasahsekolah
dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama
Islam yang terbaik.Dalam semangat yang sama belakangan ini sekolah-sekolah
Islam tengah berpacumenuju peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model
pendidikan terbaru adalahfull day schoot, sekolah sampai sore hari, tidak
terkecuali di lingkunganMuhammadiyah.Satu dekade terakhir ini virus sekolah
unggul benar-benarmenjangkiti seluruh warga Muhammadiyah.Lembaga
pendidikan Muhammadiyah mulaiTaman Kanak- kanak (TI) hingga Perguruan
Tinggi (PT) berpacu dan berlomba-lomba untuli.
Apabila Muhammadiyah benar-benar mau membangunsekolahuniversitas
unggul maka harus ada keberaruan untuk merumuskan bagaimanalandasan
filosofis pendidikannya sehingga dapat meletakkan secara tegas bagaimana posisi
lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah dihadapan pendidikannasional, dan
kedudukannya yang strategis sebagai pengembangan ilmu pengetahuandan
teknologi, serta fungsinya sebagai wahana dakwah Islamiyah. orientasi filosofisini
jelas sangat membingungkan; apa harus mengikuti arus pendidikan nasional
yangsejauh ini kebijakannya belum menuju pada garis yang jelas karena setiap
gantimenteri musti ganti kebijakan. Kalau memang memilih pada pengembangan
iptekmaka harus ada keberanian memilih arah yang berbeda dengan kebijakan
pemerintah. Model pondok gontor bisa dijadikan alternatif, dengan bahasa
dankebebasan berpikir terbukti mampu mengantarkan peserta didik menjadi
manusia-manusia yang unggul. Filsafat pendidikan memanifestasikan
Pandangan kedepan tentang generasi yang akan dimunculkan. Filsafat
yangdianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama Islam,
makasebagai konsekuensinya logika, Muhammadiyah berusaha dan
selanjutnyamelandaskan filsafat pendidikan Muhammadiyah atas prinsip-prinsip

5
filsafat yangdiyakini dan dianutnya. Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma'ruf
nahi mungkar,Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan
dakwahnya denganmenanamkan khazanah pengetahuan melaluijalur
pendidikan.Secara umum dapatdipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan
Muhammadiyah yang tetapdipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata
pelajaran AIK/lsmuba disemua lembaga pendidikan (formal) milik
Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salahsatu upaya Muhammadiyah agar setiap
individu senantiasa menyadari bahwa ia diciptakan oleh Allah semata-mata untuk
berbakti kepada-Nya. Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan
sistem pendidikan modern.

C. Bentuk bentuk dan model pendidikan Muhammadiyah


Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat
jalur pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:
1. Tipe MualliminMualimat Yogyakarta (pondok pesantren)
2. Tipe madrasahDepag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
3.Tipe sekolah Diknas; TK, SD, SMP, SMA SMK, Universitas
STPoliteknikAkademi
4. Madrasah Diniyah, dan lain-lain
Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yangingin
dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan
dalamMuhammadiyah, untuk mencetak peserta didik lulusan sekolah
Muhammadiyah,sebagai beriku.
1)Memiliki jiwa Tauhid yang murni
2 Beribadah hanya kepada Allah
4)Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
5)Memiliki akhlaq yang mulia
6)Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
7)Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama
8).Bentuk dan Model pendidikan muhammadi

6
, menurut KH. Ahmad Dahlan, hendaknya diarahkan pada usaha membentuk
manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, luas pandangan dan berakhlak Usaha
Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem pendidikan modern,
karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadirahmatan lil-‘alamin,
menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan segenap manusia jika
disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah Allah berfirman: “Wahai
jama’ah jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus (melintasi) pejuru langit
dan bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian tidak akan
sanggup melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”(QS. Ar
-rahman/55:33).
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
1.Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang beragama
Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
2.Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didikdapat
tersentuh dan sekaligus mengamalkannya, dan.
3.Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan dilembaga
pendidikan Muhammadiyah

D. Pemikiran dan Praksis pendidikan Muhammadiyah


Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari
keprihatinannya terhadapsituasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang
tenggelam dalam kejumudan (stagnasi),kebodohan, serta keterbelakangan.
Kondisi ini semakin diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat
merugikan bangsa Indonesia.
Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah Hampir seluruh
pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari keprihatinannya terhadapsituasi
dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan
(stagnasi),kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi ini semakin diperparah
dengan politik kolonial belanda yang sangat merugikan bangsa
Indonesia.Pemikiran atau ide-ide K.H. Ahmad Dahlan tertuang dalam gerakan
Muhammadiyahyang ia dirikan pada tanggal 18 Nopember 1912. Organisasi ini

7
mempunyai karekter sebagaigerakan sosial keagamaan. Titik tekan perjuangannya
mula-mula adalah pemurnian ajaranIslam dan bidang pendidikan. Muhammadiyah
mempunyai pengaruh yang berakar dalam upaya pemberantasan bid’ah, khurafat
dan tahayul. Ide pembaruannya menyetuh aqidah dan syariat, misalnya tentang
uapcara kematian talqin, upacara perkawinan, kehamilan, sunatan,menziarahi
kuburan yang dikeramatkan, memberikan makanan sesajen kepada pohon-pohon
besar, jembatan, rumah angker dan sebagainya, yang secara terminologi agama
tidak dikenal dalam Islam.
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat
Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah
melalui pendidikan. Memang, Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah menggarap
dunia pendidikan,namun perumusan mengenai tujuan pendidikan yang spesifik
baru disusun pada 1936. Padamulanya tujuan pendidikan ini tampak dari ucapan
K.H. Ahmad Dahlan:“ Dadiji kjai singkemajorean, adja kesel anggonu njambut
gawe kanggo Muhammadiyah”( Jadilah manusia yang maju, jangan pernah lelah
dalam bekerja untuk Muhammadiyah.
Dahlan merasa tidak puas dengan system dan praktik pendidikan yang ada
diIndonesia saat itu, dibuktikan dengan pandangannya mengenai tujuan
pendidikan adalahuntuk menciptakan manusia yang baik budi, luas pandangan,
dan bersedia berjuang untukkemajuan masyarakat. Karena itu Dahlan
merentaskan beberapa pandangannya mengenai pendidikan dalam bentuk
pendidikan model Muhammadiyah khususnya, antara lain :
a. Pendidikan Integralistik
K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action sehingga sudah
padatempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan. Oleh
sebab ituuntuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan Beliau musti
lebih banyakmerujuk pada bagaimana beliau membangun sistem pendidikan.
Namun naskah pidatoterakhir beliau yang berjudul Tali Pengikat Hidup menarik
untuk dicermati karenamenunjukkan secara eksplisit konsen Beliau terhadap
pencerahan akal suci melalui filsafat dan logika. Sedikitnya ada tiga kalimat kunci
yang menggambarkan tingginyaminat Beliau dalam pencerahan akal, yaitu:

8
1. Pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang
dapatdicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan akal sehat
danistiqomah terhadap kebenaran akali dengan di dasari hati yang suci;
2. Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia;
3. Ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia yang
hanyaakan dicapai hanya jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah swt.
PribadiK.H. Ahmad Dahlan adalah pencari kebenaran hakiki yang menangkap apa
yangtersirat dalam tafsir Al-Manaar sehingga meskipun tidak punya latar
belakang pendidikan Barat tapi ia membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas
melalui ajaranIslam sendiri, menyerukan ijtihad dan menolak taqlid.

Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu


memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik
disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di
Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem
pondok pesantren karena di dalamnya diresapi dengansuasana keagamaan,
sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem madrasah/sekolah, jelasnya
madrasah/sekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan
pendidikan agama Islam yang terbaik. Dalam semangat yang sama, belakangan ini
sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju peningkatan mutu pendidikan.
Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day school, sekolah sampai sore
hari, tidak terkecuali dilingkungan Muhammadiyah.

1. Mengadopsi substansi dan metedologi pendidikan modern Belanda dalam


madrasah madrasah pendidikan agama

Yaitu mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh


lembaga pendidikanBelanda. Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap
dan kemudian dengan gagasandan prektek pendidikannya dapat menerapkan
metode pendidikan yang dianggap baru saat ituke dalam sekolah yang
didirikannya dan madrasah-madrasah tradisional. Metode yangditawarkan adalah

9
sintesis antara metode pendidikan modern Barat dengan tradisional. Darisini
tampak bahwa lembaga pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan berbeda
denganlembaga pendidikan yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat ini.
Sebagai contoh, K.H.Ahmad Dahlan mula-mula mendirikan SR di Kauman dan
daerah lainnya di sekitar Yogyakarta, lalu sekolah menengah yang diberi al-Arqa
yang kelak menjadi bibit madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat Muhammadiyah
Yogyakarta. Sebagai catatan, tujuan umum lembaga pendidikan di atas baru
disadari sesudah 24 tahun Muhammadiyah berdiri, tapi Amir Hamzah
menyimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan Muhammadiyahmenurut K.H.
Ahmad Dahlan adalah:

1. Baik budi, alim dalam agama


2. Luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia (umum)
3. Bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya

2. Memberi Muatan Pengajaran Islam pada Sekolah-sekolah Umum Modern


Belanda

Sekolah Muhammadiyah mempertahankan dimensi Islam yang kuat, tetapi


dilakukandengan cara yang berbeda dengan sekolah-sekolah Islam yang lebih
awal dengan gaya pesantrennya yang kental. Dengan contoh metode dan system
pendidikan baru yangdiberikannya. K.H. Ahmad Dahlan juga ingin
memodernisasi sekolah keagamaan tradisional.Untuk meningkatkan kualitas
pendidikan Islam, K.H. Ahmad Dahlan mendirikansekolah Muallimin dan
Muallimat, Muballighin dan Muballighat. Dengan demikiandiharpakan lahirlah
kader-kader Muslim sebagai bagian inti program pembaharuannya yang bisa
menjadi ujung tombak gerakan Muhammadiyah dan membantu menyampaikan
misi-misidan melanjutkannya di masa depan. K.H. Ahmad Dahlan juga bekerja
keras meningkatkanmoral dan posisi kaum perempuan dalam kerangka Islam
sebagai instrument yang efektif dan bermanfaat di dalam organisasinya karena
perempuan merupakan unsur penting berkat bantuan istri dan koleganya sehingga

10
terbentuklah Aisyiah . di tempat-tempat tertentu,dibukalah masjid-masjid khusus
bagi kaum perempuan, seseuatu yang jarang ditemukan di Negara-negara Islam
lain bahkan hingga saat ini. K.H. Ahmad Dahlan juga membentukgerakan
pramuka Muhammadiyah yang diberi nama Hizbul Watan

E. Tantangan dan Revitalisasi pendidikan Muhammadiyah


 Tantangan Pendidikan Muhammadiyah
Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar, Muhammadiyah
dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan
khazanah pengetahuan melalui jalur pendidikan.

Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan;


a.) Masalah Kualitas Pendidikan
Perkembangan amal usaha Muhammadiyah khususnya dalam bidang
pendidikanyang sangat pesat secara kuantitatif belum diimbangi peningkatan
kualitas yang sepadan,sehingga sampai batas tertentu kurang memiliki daya saing
yang tinggi, serta kurangmemberikan sumbangan yang lebih luas dan inovatif
bagi pengembangan kemajuan umat dan bangsa
Bahwa amal usaha Muhammadiyah dalam hal kualitas mengalami dua
masalah sekaligus yaitu pertama, terlambatnya pertumbuhan kualitas
dibandingkan dengan penambahan jumlah yang spektakuler, sehingga dalam
beberapa hal kalah bersaingdengan pihak lain. Kedua, tidak meratanya
pengembangan mutu lembaga pendidikan.Dalam sejumlah aspek banyak disoroti
kelemahan amal usaha khususnya di bidang pendidikan yang kurang mampu
menunjukkan daya saing di tingkat nasional apalagiinternasional. Amal usaha
Muhammadiyah tidak mengalami proses inovasi yang meratadan signifikan,
sehingga cenderung berjalan di tempat, kendati beberapa lainnya mulai bangkit
mengembangkan ide-ide dan metode baru dalam peningkatan kualitas
dankeberadaan amal usaha Muhammadiyah.

11
Kedepan diperlukan peningkatan kualitas yang lebih inovatif, sehingga
amal usahaMuhammadiyah khususnya bidang pendidikan dapat lebih unggul serta
mampumengemban misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah.
Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual
pendidikan.Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama
menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini
telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari
keunggulan komparatif (Comperativeadventage) kepada keunggulan kompetitif
(competitive advantage).
Keunggulan komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam,
sementarakeunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas artinya dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan
tersebut, pendidikannasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat
tinggi, karena harus berhadapandengan kekuatan pendidikan global. Hal ini
berkaitan erat dengan kenyataan bahwaglobalisasi justru melahirkan semangat
cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-
sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi
sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality (berkualitas
rendah). Inilah salah satu dari sekian tantangan yang harus
dihadapiMuhammadiyah dalam bidang pendidikan.

b.) Permasalahan Profesionalisme Guru


Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses
pembelajaranadalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah
menyediakan berbagairagam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses
pembelajaran, namun posisi gurutidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya
guru merupakan variable penting bagikeberhasilan pendidikan.
Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk
mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang
pintar dan lancar baca tulisyang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh
kebanggaan komunitas dan bangsanya”.Tetapi segera ditambahkan: “guru yang

12
demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme
yang tinggi, sehingga bisa “di ditiru”
Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha
sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan
dilapanganmenunjukkan adanya guru terlebih-lebih guru honorer, yang tidak
berasal dari pendidikanguru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa
melalui system seleksi profesi.Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada
banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal.
Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah”
bagi pendidikan Muhammadiyah masa kini.
c.) Masalah kebudayaan (alkulturasi)
Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material
maupunmental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu
perkembangankebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat
terhindar dari pengaruhkebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan
timbulnya proses alkulturasiyaitu pertukaran dan saling berbaurnya antara
kebudayaan yang satu dengan yang lainnya. Dari sinilah terdapat tantangan bagi
pendidikan-pendidikan islam yaitu denganadanya alkulturasi tersebut maka akan
mudah masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan,moral dan akhlak anak. Oleh
karena itu hal ini merupakan tantangan bagi pendidikanislam untuk memfilter
budaya-budaya yang negatif yang diakibatkan oleh pengaruh budaya-budaya
barat. (Arifin, 1994:42).
d.) Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang
sangatsignifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para
peserta didik.Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari
paradigma pembelajarantradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto
menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru,
menggunakan media tunggal, berlangsungsecara terisolasi, interaksi guru-murid
berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.

13
Dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari
modeltradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek
pembelajaranlebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari
pembelajaran baru. Halini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya
professionalisme guru.
e.) Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sebagimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada
kemajuan teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif (memudahkan).
Teknologi menawarkan berbagai kesantaian dan ketenangan yang semangkin
beragam.
Dampak negatif dari teknologi moderen telah mulai menampakan diri di
depan matakita, yang pada prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual / jiwa
yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilannya.
Pengaruh negatif dari teknologielektronik dan informatika dapat melemahkan
fungsi-fungsi kejiwaan lainya sepertikecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan
perasaan (emosi) diperlemah kemampuanaktualnya dengan alat-alat teknologi-
elektronis dan informatika seperti Komputer, fotocopy dan sebagainya.
(Arifin,1991,hal: 9 )
Alat alat diatas dalam dunia pendidikan memang memiliki dua dampak
yaitu dampak positif dan juga dampak negatif. Misalnya pada pelajaran bahasa
asing anak didik tidaklagi harus mencari terjemah kata-kata asing dari kamus, tapi
sudah bisa lewat komputer penerjemah atau hanya mengcopy lewat internet. Nah
dari sinilah nampak jelas bahwa pengaruh teknologi dan informasi memiliki
dampak positif dan negatif.
Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya,
krisismoral. Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa
lainnya, yangmenyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan
narkotika, perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan
berimbas pada perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan,
hamil di luar nikah, penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh
pelajar, malas belajar dantidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.

14
- Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian.
Di era globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami sebuah
perubahanyang besar disegala sektor. Ini dibuktikan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan danteknologi yang begitu cepat. Dengan kemajuan teknologi dan
informasi seperti televisi,komputer, internet, media cetak dan elektronik
mengakibatkan bangsa Indonesia dapatdengan mudah mengakses informasi baik
dari dalam negeri maupun luar negeri. Selainitu, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga dapat menimbulkankemerosotan norma-norma
dalam kehidupan bermasyarakat, kebobokran akhlak(perilaku), serta bentuk
penyimpangan lainnya yang kini telah merebak dalam masyarakatIndonesia
khususnya generasi muda dalam hal ini pelajar atau mahasiswa. Mereka
lebihmementingkan urusan duniawi daripada urusan akhirat.
Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya yang
sangat seriusuntuk mengatasinya. Salah satu cara mengatasinya adalah melalui
pendidikan, dalam halini pendidikan kemuhammadiyahan. Dengan
kemuhammadiyahan dampak-dampak burukdari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi bisa di minimalisir.
Jadi ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi kehidupan
kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut
menyebabkan bangsa Indonesiamelakukan banyak penyimpangan. Di dalam
pendidikan, kemuhammadiyahan adalahsalah satu upaya yang diperlukan.
Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk mengeloladan memanage dampak-
dampak buruk yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadi minimalisir.
Solusi atas tantangan yang di hadapi Muhammadiyah dalam bidang
pendidikan
Menjawab tantangan yang dihadapi muhammadiyah dalam bidang
pendidikan sepertiyang disebutkan diatas, Achmad Charis Zubai Sekretaris II
Majelis Tarjih danPengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah periode
1995-2000 mengemukakan bahwa kendatipun jumlah umat islam mayoritas

15
(88,2%) di Indonesia namun kualitasnyacukup memprihatinkan dibanding umat
lain. Karena beberapa fakor seperti tidakmencerminkan homogenitas dalam
kualitas tetapi heterogenitas baik dalam kualitas,intensitas, maupun paham-paham
dan persepsi keagamaannya. Selain itu, rendahnyakualitas sumber daya umzt
islam juga melatarbelakangi mengapa umat islam tidakmemiliki peran yang
setaraf dengan kuantitasnya.
Menjawab tantangan yang dihadapi Muhammadiyah bahwa Kualitas
lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah belum setara dengan
kuantitasnya yangsenantiasa mengalami perkembangan yang spektakuler,
Muhammadiyah perlu melakukanupaya pengesyahan dan penghidupan kembali
Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan dan gerakan pengembangan dan
pengelolaan. Dalam aspek filosofik,Muhammadiyah perlu merumuskan kembali
ide dasar pendidikan muhammadiyahsebagai matra keimanan dan ketaqwaaan
yang tercemin dalam relijiulitas serta akhlaqmanusianya. Dalam aspek kebijakan
pengembangan dan pengelolaan, dilakukan dengan penyegaran dan perubahan
orientasi yang meliputi:

 Dari orientasi status ke orientasi kompetensi


 Dari orientasi Input ke output
 Dari orientasi kekinian ke orientasi masa depan
 Dari orientasi kuantitatif ke orientasi kualitatif
 Dari orientasi kepemimpinan individu ke orientasi system
 Dari orientasi ketergantungan ke orientasi kemandirian
 Dari orientasi fisik ke orientasi nilai
Disamping itu perencanaan dan pengelolaan muhammadiyah perlu
dikembangkandengan wawasn keunggulan dengan memacu kreativitas disegala
bidang seperti iptek,kewirausahaan, seni, dan sebagainya. Sehingga dapat
meningkatkan daya saing umat dan bangsa dalam percaturan nasional dan bangsa.
Menjawab tantangan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun yang
berkaitan dengan sejauh mana sekolah-sekolah Muhammadiyah mampu

16
mengaktualisasikan misinya sebagai sekolah islam ditengah perubahan dan
globalisasi.Sehingga diperlukan proses belajar yang sejalan dengan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa siswa
menyadari kebesaran Alloh Swt.Itu semua barangkali dapat digunakan sebagi
prinsip moral dan peningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah bagi
pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
Tantangan Muhammadiyah yang kedua dalam bidang pendidikan adalah
masalah berkurangnya profesionalisme guru. Hal ini harus segera ditemukan
solusinya olehmuhammadiyah untuk menghindari dampak negatif terhadap
kualitas peserta didikdengan terus meningkatkan kualitas Sumber daya pendidik
dan terus menanamkan etoskeikhlasan kepada para pendidik dalam lembaga
pendidikan Muhammadiyah.
Selanjutnya, Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan juga harus
mampumenghadapi perubahan dan arus globalisasi yang ada terhadap
kemungkinan dampak buruk yang bisa dialami peserta didiknya. Dengan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat maka budaya
asing akan denganmudahnya masuk ke dalam kebudayaan Indonesia.
Dengan pandangan Islam yang berkemajuan, sumberdaya manusia yang
berkualitas,kepercayaan masyarakat yang cukup tinggi, pengalaman sosial yang
panjang, dan modalsosial yang luar biasa Muhammadiyah akan mampu menjadi
kekuatan pencerahan dinegeri ini. Kini dalam memasuki perjalanan abad kedua
tuntutannya ialah bagaimanasegenap anggota terutama kader pimpinan
Muhammadiyah, memanfaatkan danmemobilisasi seluruh potensi dan sistem
gerakannya untuk tampil menjadi gerakan Islammodern yang unggul di segala
lapangan kehidupan salah satunya adalah untuk terusmelakukan pengembangan
dan perbaikan dalam bidang pendidikan.
Transformasi di bidang pemikiran, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan
usaha-usahalain yang bersifat unggul dan terobosan, Muhammadiyah dituntut
untuk terus berkiprahdengan inovatif. Pembaruan gelombang kedua menjadi
keniscayaan bagi Muhammadiyahdalam memasuki fase itu.

17
 Revitalisasi pendidikan Muhammadiyah
Sutrisno (2008: 2-3) menjelaskan bahwa dampak berkembangnya dikotomi
keilmuantelah melahirkan system Islam yang mandul dan tidak berdaya.
PendidikanMuhammadiyah selalu merespon perkembangan zaman. Kesadaran
akan keringnyaIslamic value dan dikotomi ilmu dalam pendidikan menjadi
sorotan Muhammadiyah.Banyaknya amal usaha dalam bidang pendidikan
menuntut pembaharuan pendidikanMuhammadiyah yang lebih objektif, dalam arti
mampu menyatu dalam kehidupan sosialmasyarakat. Mohamad. Ali (2010: XIX)
menjelaskan, jika pada tahun 1990anmadrasah mengalami modernisasi, pada
kurun tersebut sekolah mengalami gejalaspiritualisasi. Modernisasi bersifat top-
down, sebaliknya spiritualisasi sekolah bersifat bottom-up. Spiritualisasi sekolah
dipelopori Pendidikan Muhammadiyah yangmenerapkan system pembaharuan
dalam pendidikan.
Konsep pendidikan Muhammadiyah yang integrative-interkonektif
mengajarkankeilmuan Agama dan umum sekaligus, menjadi ciri khas pendidikan
Muhammadiyah.Ciri khas ini yang akan menjadi icon pendidikan
Muhammadiyah, sekaligus menjadioase dalam kekeringan ruh spiritual dalam
pendidikan. Dalam Kurikulum ISMUBAMajelis Pendidikan Dasar dan Menengah
DIY (Dikdasmen PWM DIY, 2012:II), pendidikan Muhammadiyah memiliki
empat fungsi, yaitu: pertama sebagai sarana pendidikan dan pencerdasan, kedua,
pelayanan masyarakat, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan keempat, lahan
kaderisasi. Dengan adanya fungsi-fungsi tersebut,sekolah dan madrasah
Muhammadiyah didesain dan diorientasikan untukmemberikan pelayanan dan
peningkatan kualitas lulusan yang unggul dalamkepribadian, keagamaan,
keilmuan, keterampilan, berkarya seni-budaya dan berdayasaing tinggi, baik di
tingkal lokal, nasional maupun global. Mengacu pada tujuan pendidikan
Muhammadiyah yaitu, pendidikan, pelayanan, dakwah, dan perkaderan.Paradigma
pendidik dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah harus disatukan.
Visi misi pendidikan Muhammadiyah harus di internalisasikan. Paradigma
itumembentuk kerangka berfikir dan kesadaran kritis bahwa lembaga

18
pendidikanMuhammadiyah tidak hanya murni pendidikan dan pelayanan, tetapi
ada aspek pentinglain yaitu misi perkaderan dan dakwah yang menjadi kewajiban
masing-masing pendidikdi Muhammadiyah untuk melaksanakan misi tersebut.
Misi pendidikan Muhammadiyahtersebut sekaligus menjadi solusi dan respon
tentang keringnya ruh keagamaan dalam pendidikan, Muhammadiyah memiliki
ciri khas yaitu pendidikan al-Islam danKemuhammadiyahan. Dua hal itu menjadi
ciri khas sekaligus solusi dalam mengisikekeringan ruh spiritual dalam
pendidikan, baik pada pendidikan dasar dan menengahmaupun pada pendidikan
tinggi di Muhammadiyah. semua AUM pendidikan harusmelaksanakan
pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai fondasi pendidikan.AIK
yang sudah berjalan pada lembaga Muhammadiyah harus di vitalkan
kembalifungsinya. Sehingga empat peran dan misi pendidikan Muhammadiyah
dapat berjalanseperti yang di cita-citakan

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sejak awal berdiri memiliki
komitmen yang teguh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jalur
pendidikan, hingga saat ini lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah
terus berkembnag dan bertambah baik secara kuantitas maupun kualitas,
walaupun di sisi lain tidak dapat dipungkiiri ada lembaga pendidikan
muhammadiyah yang mengalami keterpuruka bahkan ada yang tutup, hal ini
merupakan dinamika lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah.

B. Saran
Manajemen yang selama ini berlaku di Muammadiyah justru membuat para
perintis lembaga pendidikan di muhammadiyah bersemangat untuk berkompetisi
secara positif, walaupun demikian, menurut hemat penulis manajemen yang
sekarang berlaku membutuhkan evaluasi secara mendalam untuk peningkatan
mutu pendidikan Muhammadiyah secara umum

20
DAFTAR PUSTAKA

Mulkhan, Abdul Munir, Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah.


Jakarta: Bumi Aksara. 1990

Amir Hamzah Wirjosukarto, 1985, Pembaharuan dan Pengajaran Islam. Jembar


Mutiara Offset.
Zubair, Achmad Charris. 2000. Peninggalan Kualitas Penidikan Muhammadiyah.
PP Muhammadiyah: Majelis Tarjih dan Pengambangan Pemikiran Islam.

21
22
23
24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai