DISUSUN OLEH
KELOMPOK TIGA:
FAKULTAS EKONOMI
2022
KATA PENGANTAR
1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Muhammadiyah sebagai gerakan
pendidikan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
Kesimpulan...........................................................................................................................22
Saran.....................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia sangat dipengaruhi dan diwarnai
oleh nilai-nilai agama sehingga kehidupan beragama tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai negara yang berdasarkan agama, pendidikan
agam tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Umat
beragama beserta lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia merupakan potensi besar
dan sebagai modal dasar dalam pembangunan mental spiritual bangsa dan merupakan
potensi nasional untuk pembangunan fisik materil bangsa Indonesia.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu
kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk
maju, sejahtera dan bahagia.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan
berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya
memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Pendidikan jangan hanya dipandang
sebagai suatu kewajiban. Tetapi juga harus pandai merencanakan, mengorganisir,
mengemas, melaksanakan serta mengevaluasi dan menindaklanjuti secara bersinergi
dan berkeseimbangan.
Hubungan pendidikan islam dengan pendidikan nasioanl tidak dapat dipisahkan,
karena keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Suatu sistem pendidikan
nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat manusia pada umumnya dan
eksistensi bangsa Indonesia khususnya dalam hubungan masa lalu, masa kini dan
kemungkinan perkembangan masa depan.
4
B. Rumusan Masalah
1. Faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhamadiyah di bidang Pendidikan ?
2. Cita-cita Pendidikan Muhamadiyah ?
3. Bentuk-bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah ?
4. Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah ?
5. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Kini pendidikan Muhammadiyah telah berkembang pesat dengan segala
kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak kalah berat.Pendidikan
Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan gerakan Muhammadiyah
dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah.
7
Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu
memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak.
Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang
paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena
di dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran
mengikuti sistem madrasahsekolah, jelasnya madrasahsekolah dalam pondok
pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik.
Dalam semangat yang sama belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu
menuju peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah
full day schoot, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan
Muhammadiyah.Satu dekade terakhir ini virus sekolah unggul benar-benar
menjangkiti seluruh warga Muhammadiyah.Lembaga pendidikan Muhammadiyah
mulai Taman Kanak- kanak (TI() hingga Perguruan Tinggi (PT) berpacu dan
berlomba-lomba untuli
8
Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan
menanamkan khazanah pengetahuan melaluijalur pendidikan.Secara umum dapat
dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tetap
dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba di
semua lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah
satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia
diciptakan oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-Nya.Usaha
Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem pendidikan modern
PoliteknikAkademi
9
Pendidikan, menurut KH. Ahmad Dahlan, hendaknya diarahkan pada usaha
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, luas pandangan dan
berakhlak Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem
pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi
rahmatan lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan
segenap manusia jika disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah Allah
berfirman: “Wahai jama’ah jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus
(melintasi) pejuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian tidak akan
sanggup melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”(QS. Ar-
rahman/55:33).
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
10
rumah angker dan sebagainya, yang secara terminologi agama tidak dikenal dalam
Islam.
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam
dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui
pendidikan. Memang, Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah menggarap dunia
pendidikan, namun perumusan mengenai tujuan pendidikan yang spesifik baru
disusun pada 1936. Pada mulanya tujuan pendidikan ini tampak dari ucapan K.H.
Ahmad Dahlan: “ Dadiji kjai sing kemajorean, adja kesel anggonu njambut gawe
kanggo Muhammadiyah”( Jadilah manusia yang maju, jangan pernah lelah dalam
bekerja untuk Muhammadiyah).
Dahlan merasa tidak puas dengan system dan praktik pendidikan yang ada di
Indonesia saat itu, dibuktikan dengan pandangannya mengenai tujuan pendidikan
adalah untuk menciptakan manusia yang baik budi, luas pandangan, dan bersedia
berjuang untuk kemajuan masyarakat. Karena itu Dahlan merentaskan beberapa
pandangannya mengenai pendidikan dalam bentuk pendidikan model Muhammadiyah
khususnya, antara lain:
A. Pendidikan Integralistik
K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action sehingga sudah
pada tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan.
Oleh sebab itu untuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan Beliau
musti lebih banyak merujuk pada bagaimana beliau membangun sistem
pendidikan. Namun naskah pidato terakhir beliau yang berjudul Tali Pengikat
Hidup menarik untuk dicermati karena menunjukkan secara eksplisit konsen
Beliau terhadap pencerahan akal suci melalui filsafat dan logika. Sedikitnya ada
tiga kalimat kunci yang menggambarkan tingginya minat Beliau dalam
pencerahan akal, yaitu:
11
2. Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia;
3. Ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia yang
hanya akan dicapai hanya jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah
swt. Pribadi K.H. Ahmad Dahlan adalah pencari kebenaran hakiki yang
menangkap apa yang tersirat dalam tafsir Al-Manaar sehingga meskipun
tidak punya latar belakang pendidikan Barat tapi ia membuka lebar-lebar
gerbang rasionalitas melalui ajaran Islam sendiri, menyerukan ijtihad dan
menolak taqlid.
12
yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat ini. Sebagai contoh, K.H. Ahmad Dahlan
mula-mula mendirikan SR di Kauman dan daerah lainnya di sekitar Yogyakarta, lalu
sekolah menengah yang diberi nama al-Qism al-Arqa yang kelak menjadi bibit
madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta. Sebagai catatan,
tujuan umum lembaga pendidikan di atas baru disadari sesudah 24 tahun
Muhammadiyah berdiri, tapi Amir Hamzah menyimpulkan bahwa tujuan umum
pendidikan Muhammadiyah menurut K.H. Ahmad Dahlan adalah:
13
5. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah
Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar, Muhammadiyah dituntut
untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan khazanah
pengetahuan melalui jalur pendidikan.
14
paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif
(Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage).
Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah
kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan
lancar baca tulis yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan
komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian
tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi,
sehingga bisa “di ditiru”
Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha
sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan
dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih-lebih guru honorer, yang tidak
berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa
melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada
banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal.
15
Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah”
bagi pendidikan Muhammadiyah masa kini.
16
Teknologi menawarkan berbagai kesantaian dan ketenangan yang semangkin
beragam.
Dampak negatif dari teknologi moderen telah mulai menampakan diri di depan
mata kita, yang pada prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual / jiwa yang
sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilannya. Pengaruh
negatif dari teknologi elektronik dan informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi
kejiwaan lainya seperti kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan
(emosi) diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis
dan informatika seperti Komputer, foto copy dan sebagainya.(Arifin,1991,hal: 9 )
Alat-alat diatas dalam dunia pendidikan memang memiliki dua dampak yaitu
dampak positif dan juga dampak negatif. Misalnya pada pelajaran bahasa asing
anak didik tidak lagi harus mencari terjemah kata-kata asing dari kamus, tapi
sudah bisa lewat komputer penerjemah atau hanya mengcopy lewat internet. Nah
dari sinilah nampak jelas bahwa pengaruh teknologi dan informasi memiliki
dampak positif dan negatif
17
dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga dapat menimbulkan kemerosotan norma-norma
dalam kehidupan bermasyarakat, kebobokran akhlak (perilaku), serta bentuk
penyimpangan lainnya yang kini telah merebak dalam masyarakat Indonesia
khususnya generasi muda dalam hal ini pelajar atau mahasiswa. Mereka lebih
mementingkan urusan duniawi daripada urusan akhirat.
Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya yang sangat
serius untuk mengatasinya. Salah satu cara mengatasinya adalah melalui
pendidikan, dalam hal ini pendidikan kemuhammadiyahan. Dengan
kemuhammadiyahan dampak-dampak buruk dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi bisa di minimalisir.
Jadi ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi kehidupan kita, baik itu
dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut menyebabkan bangsa
Indonesia melakukan banyak penyimpangan. Di dalam pendidikan,
kemuhammadiyahan adalah salah satu upaya yang diperlukan.
Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk mengelola dan memanage dampak-
dampak buruk yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadi minimalisir.
18
Menjawab tantangan yang dihadapi Muhammadiyah bahwa Kualitas lembaga
pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah belum setara dengan kuantitasnya yang
senantiasa mengalami perkembangan yang spektakuler, Muhammadiyah perlu
melakukan upaya pengesyahan dan penghidupan kembali Muhammadiyah sebagai
gerakan pendidikan dan gerakan pengembangan dan pengelolaan. Dalam aspek
filosofik, Muhammadiyah perlu merumuskan kembali ide dasar pendidikan
muhammadiyah sebagai matra keimanan dan ketaqwaaan yang tercemin dalam
relijiulitas serta akhlaq manusianya. Dalam aspek kebijakan pengembangan dan
pengelolaan, dilakukan dengan penyegaran dan perubahan orientasi yang
meliputi :
Menjawab tantangan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun yang
berkaitan dengan sejauh mana sekolah-sekolah Muhammadiyah mampu
mengaktualisasikan misinya sebagai sekolah islam ditengah perubahan dan
globalisasi. Sehingga diperlukan proses belajar yang sejalan dengan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa siswa
menyadari kebesaran Alloh Swt. Itu semua barangkali dapat digunakan sebagi
19
prinsip moral dan peningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah bagi
pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
20
akan keringnya Islamic value dan dikotomi ilmu dalam pendidikan menjadi
sorotan Muhammadiyah. Banyaknya amal usaha dalam bidang pendidikan
menuntut pembaharuan pendidikan Muhammadiyah yang lebih objektif, dalam
arti mampu menyatu dalam kehidupan sosial masyarakat. Mohamad. Ali (2010:
XIX) menjelaskan, jika pada tahun 1990an madrasah mengalami
modernisasi, pada kurun tersebut sekolah mengalami gejala spiritualisasi.
Modernisasi bersifat top-down, sebaliknya spiritualisasi sekolah bersifat
bottom-up. Spiritualisasi sekolah dipelopori Pendidikan Muhammadiyah yang
menerapkan system pembaharuan dalam pendidikan.
Konsep pendidikan Muhammadiyah yang integrative-interkonektif
mengajarkan keilmuan Agama dan umum sekaligus, menjadi ciri khas
pendidikan Muhammadiyah. Ciri khas ini yang akan menjadi icon
pendidikan Muhammadiyah, sekaligus menjadi oase dalam kekeringan ruh
spiritual dalam pendidikan. Dalam Kurikulum ISMUBA Majelis Pendidikan
Dasar dan Menengah DIY (Dikdasmen PWM DIY, 2012:II), pendidikan
Muhammadiyah memiliki empat fungsi, yaitu: pertama sebagai sarana pendidikan
dan pencerdasan, kedua, pelayanan masyarakat, dakwah amar ma’ruf nahi
munkar dan keempat, lahan kaderisasi. Dengan adanya fungsi-fungsi tersebut,
sekolah dan madrasah Muhammadiyah didesain dan diorientasikan untuk
memberikan pelayanan dan peningkatan kualitas lulusan yang unggul dalam
kepribadian, keagamaan, keilmuan, keterampilan, berkarya seni-budaya dan
berdaya saing tinggi, baik di tingkal lokal, nasional maupun global. Mengacu pada
tujuan pendidikan Muhammadiyah yaitu, pendidikan, pelayanan, dakwah, dan
perkaderan. Paradigma pendidik dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah
harus disatukan.
Visi-misi pendidikan Muhammadiyah harus di internalisasikan. Paradigma
itu membentuk kerangka berfikir dan kesadaran kritis bahwa lembaga
pendidikan Muhammadiyah tidak hanya murni pendidikan dan pelayanan, tetapi
ada aspek penting lain yaitu misi perkaderan dan dakwah yang menjadi kewajiban
masing-masing pendidik di Muhammadiyah untuk melaksanakan misi tersebut.
Misi pendidikan Muhammadiyah tersebut sekaligus menjadi solusi dan respon
tentang keringnya ruh keagamaan dalam pendidikan, Muhammadiyah
memiliki ciri khas yaitu pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Dua hal
21
itu menjadi ciri khas sekaligus solusi dalam mengisi kekeringan ruh spiritual
dalam pendidikan, baik pada pendidikan dasar dan menengah maupun pada
pendidikan tinggi di Muhammadiyah. semua AUM pendidikan harus
melaksanakan pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai fondasi
pendidikan. AIK yang sudah berjalan pada lembaga Muhammadiyah harus di
vitalkan kembali fungsinya. Sehingga empat peran dan misi pendidikan
Muhammadiyah dapat berjalan seperti yang di cita-citakan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sejak awal berdiri memiliki komitmen yang
teguh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jalur pendidikan, hingga saat ini
22
lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah terus berkembang dan bertambah baik
secara kuantitas maupun kualitas, walaupun di sisi lain tidak dapat dipungkiri ada lembaga
pendidikan Muhammadiyah yang mengalami keterpurukan bahkan ada yang tutup, hal ini
merupakan dinamika lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah.
Manajemen yang selama ini berlaku di Muhammadiyah justru membuat para perintis
lembaga pendidikan di Muhammadiyah bersemangat untuk berkompetisi secara positif,
walaupun demikian, menurut hemat penulis manajemen yang sekarang berlaku membutuhkan
evaluasi secara mendalam untuk peningkatan mutu pendidikan Muhammadiyah secara
umum.
DAFTAR PUSTAKA
Mulkhan, Abdul Munir. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah. Jakarta: Bumi
Aksara.1990.
23
Amir Hamzah Wirjosukarto, 1985, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam, Jember:
Mutiara Offset.
24