Anda di halaman 1dari 12

PERENCANAAN DESTINASI PARIWISATA ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Destinasi Pariwisata


Islam
Dosen Pengampu: Reni Megawati, M. Sos

Disusun oleh:
1. Senja Arum Puspita (2101036037)
2. Siti Nur Rohmah (2101036043)

MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pariwisata kini telah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat di berbagai
kalangan, bukan hanya untuk kalangan anak muda saja . Dengan itu dalam
penanganannya harus dilakukan dengan tepat dan cepat agar mencapai tujuan
pengembangan sektor destinasi pariwisata yang diinginkan. Pariwisata sangat
membutuhkan suatu perencanaan dalam pengelolaan destinasi pariwisata
tersebut. Dengan timbulnya berbagai permasalahan dalam pengelolaan sektor
pariwisata maka perencanaan penting untuk dilakukan. Perencanaan bertujuan
untuk mengantisipasi konsekuensi yang terjadi dalam pengelolaan sektor
pariwisata. 1
Dampak yang terjadi apabila sektor pariwisata melakukan suatu
perencanaan yang baik tentu akan memberi kemanfaatan dan akan memperkecil
efek yang tidak menguntungkan bagi para wisatawan dan juga sektor pariwisata
tersebut. Oleh karena itu dalam mengembangkan sektor pariwisata perencanaan
harus tepat sasaran baik dari segi ekonomi, sosial budaya, dan lingkungannya.
Selain itu dalam perencanaan akan memaksimalkan perkembangan sektor
pariwisata dari segi kualitas sarana prasarana, memudahkan segala akses dan
dapat bermanfaat juga untuk masyarakat sekitar.2
Seperti halnya dengan permasalahan dalam pengelolaan pariwisata yang
ada di wilayah Gunung Bromo, Jawa Timur . Dalam pengelolaan destinasi
pariwisata tersebut mengalami peningkatan kunjungan wisatawan dari berbagai
wilayah, sehingga menimbulkan akses perjalanan menuju ke lokasi wisata
sehingga mengalami kemacetan. Hal tersebut tentunya mengalami
permasalahan dari setiap tahunnya yang disebabkan dari medan yang di lalui
menuju ke lokasi wisata (akses) dan efek liburan nasional atau liburan panjang

1
Myra P. Gunawan, “Perencanaan Pariwisata”, vol. 9, No. 7, (1993), hlm. 5.
2
Eren Dea Ajeng Inggil Santosa, Choirul Shaleh, Minto Hadi, ”Pengembangan Objek
Pariwisata Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Ekonomi Lokal (Studi Kasus Objek Wisata Banyu
Biru di Kabupaten Pasuruan)”, Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol. 3, No. 1, hlm. 89.

1
(weekend). Oleh sebab itu hal tersebut terjadi dikarenakan kurangnya
perencanaan yang baik dalam mengelola destinasi pariwisata.3

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses penyusunan perencanaan destinasi pariwisata?
2. Bagaimana pendekatan perencanaan destinasi pariwisata?
3. Kenapa efektivitas perencanaan destinasi pariwisata perlu dilakukan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses penyusunan perencanaan destinasi pariwisata
2. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan perencanaan dalam suatu
destinasi pariwisata
3. Untuk mengetahui apa saja efektivitas perencanaan dalam destinasi
pariwisata

3
Tri Rahmawati dkk, “Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kawasan Hinterland
Gunung Bromo Jawa Timur”, Jurnal An-Situ Mujanah, vol. 01, No. 01, (2016), hlm. 36.

2
PEMBAHASAN

A. Proses Penyusunan Perencanaan Destinasi Pariwisata


1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah pertama yang dilakukan sebagain
persiapan sebelum memulai suatu kegiatan. Perencanaan pada dasarnya
adalah gagasan atau ide atau angan-angan yang ditentukan saat ini untuk
dilakukan di masa yang akan datang.4 Berikut ini beberapa definisi
perencanaan menurut para ahli sebagai berikut:
a. George R. Terry (1975)
Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta,
membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan
masa datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-
kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil
tertentu.
b. Henry Fayol
Perencanaan merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan
organisasi dan penentuan strategi kebijaksanaan proyek, program,
prosedur, metode, sistem anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan.
c. Harold Koontz dan Cyril O'Donnel
Perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan
dengan memilih tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan. prosedur-
prosedur, program-program dari alternatif-alternatif yang ada.
d. Drs. Ulbert Silalahi, M.A
Perencanaan merupakan kegiatan menetapkan tujuan serta
merumuskan dan mengatur pendayagunaan manusia, informasi,
finansial, metode dan waktu untuk memaksimalisasikan efisiensi dan
efektivitas pencapaian tujuan.

4
Sri Rejeki dan Gunadi Dwi Hantoro, “Perencanaan dan Pengelolaan Perjalanan
Pariwisata”, (Bandung: Rekayasa Sains, 2020), hlm. 54.

3
e. Abdulrachman (1973)
Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta-fakta dan
atau perkiraan yang mendekat (estimate) sebagai persiapan untuk
melaksanakan tindakan-tindakan kemudian.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan perencanaan adalah
kegiatan yang ditentukan saat ini untuk dilakukan di masa yang akan datang
untuk mencapai suatu tujuan.
2. Tujuan Perencanaan
Perencanaan termasuk fungsi manajemen yang utama karena
menentukan dasar untuk semua hal yang dilakukan manajer ketika
mengelola, memimpin, dan mengendalikan. Dua aspek penting dalam
perencanaan yaitu tujuan dan perencanaan.
Tujuan (sasaran) adalah hasil yang diinginkan atau target.5 Hal ini
memandu keputusan manajemen dan membentuk kriteria terhadap hasil
kerja yang diukur karena ini tujuan sering disebut dasar perencanaan. Ketika
manajer melakukan perencanaan mereka mengembangkan tujuan dan
rencana. Rencana adalah dokumen yang menentukan kerangka bagaimana
tujuan itu akan terpenuhi. Rencana biasanya meliputi alokasi sumber daya,
jadwal, dan tindakan lain yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Adapun langkah-langkah dalam penetapan tujuan antara lain sebagai
berikut:
a. Mereview misi atau tujuan organisasi
b. Mengevaluasi sumber daya yang tersedia
c. Menentukan tujuan secara individu atau dengan masukan dari pihak lain
d. Menulis tujuan dan mengomunikasikan kepada semua yang perlu tahu
e. Mereview hasil dan apakah tujuan telah tercapai.6
3. Proses Penyusunan Perencanaan Destinasi Pariwisata

5
Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, “Manajemen”, (Semarang: Erlangga, 2010), hlm.
192.
6
Ibid, hlm. 198.

4
Dalam menyusun perencanaan pariwisata harus didasari oleh kajian
yang cermat mengenai kebijakan yang sesuai dan spesifik wilayah.
Perencanaan pariwisata memerlukan berbagai proses tahapan-tahapan
diantara sebagai berikut:

Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa tahapan perencanaan


pariwisata yaitu sebagai berikut:
a. Penentuan tujuan perencanaan pembangunan pariwisata
b. Pengumpulan data dan analisis data yang diperoleh dari berbagai
sumber seperti data potensial dan data aktual
c. Koordinasi disini dilakukan sebagai upaya identifikasi pemecahan
masalah dalam proses perencanaan untuk menentukan program dan
kegiatan prioritas.
d. Penyusunan rencana program dan kegiatan. Dalam tahap ini disusun
perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan dan di sesuaikan dengan
acuan atas dasar perencanaan pembangunan pariwisata
e. Pelaksanaan Program dan kegiatan
f. Monitoring dan evaluasi.7

7
Zulfiandri Kurniawan, Abdul Juli Andi Gani, dan Mochamad Makmur, “Perencanaan
Pembangunan Pariwisata Dalam Rangka Meningkatkan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Kutai
Kartanegara (Studi Di Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara)” Dia Jurnal Administrasi
Publik, Vol. 15, No. (2), (Desember 2017), hlm. 43.

5
B. Pendekatan Perencanaan Destinasi Pariwisata
Pendekatan dalam proses perencanaan terbagi menjadi empat pendekatan,
yaitu pendekatan dorongan atau penggerakan (boosterism), pendekatan dengan
orientasi ekonomi dan industri (economic, industry-oriented approach),
pendekatan fisik dan spasial (a physical/spatial approach), dan pendekatan
dengan orientasi ke masyarakat (a community-oriented approach). Dalam
pengembangan pariwisata biasanya akan mendapati isu atau tantangan saat
melakukan proses pengembangan pariwisata, dengan adanya empat pendekatan
tersebut maka dapat dijadikan acuan untuk menganalisis situasi berdasarkan
pada prinsip dan pendekatan tersebut.8
Pendekatan dorongan atau penggerakan (boosterism) memiliki pandangan
bahwa pariwisata dapat memberikan kemanfaatan kepada masyarakat, dengan
manfaat tersebut dapat dipandang sebagai dorongan dilakukannya perencanaan
pariwisata. Dalam pendekatan ini cenderung tidak melibatkan masyarakat
setempat dalam pembuatan atau pengambilan kebijakan dalam proses
perencanaan pengembangan sektor pariwisata.
Pendekatan dengan orientasi ekonomi dan industri (economic, industry-
oriented approach) memiliki pandangan dalam perkembangan ekonomi dan
suatu destinasi pariwisata yang menjadi tujuan utamanya. Sasaran dalam
pendekatan ini adalah dampak ekonomi atau pendapatan ekonomi dari sektor
pariwisata tersebut, dalam pendekatan ini juga menekankan pentingnya
peningkatan pendapatan masyarakat sekitar dengan adanya lowongan kerja
pada destinasi pariwisata tersebut.
Pendekatan fisik dan spasial (a physical/spatial approach) dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berdasarkan pada aspek ekologis atau pelestarian
lingkungan. Dalam pendekatan ini memandang bahwa perencanaan pariwisata
juga harus memperhatikan prinsip pola ruang dan juga lingkungan fisik suatu
destinasi pariwisata. Pendekatan ini juga berupaya agar meminimalkan dampak
negatif dari aktivitas perencanaan pariwisata yang tentunya terkhusus pada

8
Amirullah dkk ,“Kepariwisataan”, Jurnal An-Ahmad Ab, vol. 10, No. 02 (2016), hlm.
54.

6
lingkungan fisik suatu destinasi pariwisata. Dalam pendekatan ini perencanaan
pariwisata harus memastikan bahwa pengunjung tidak merusak lingkungan
fisik suatu destinasi pariwisata, dan perencanaan harus mampu melihat daya
dukung lingkungan dan masyarakat serta dampak negatif atau permasalahan
yang akan dihadapi ke depan sebelum terjadi kegagalan dalam perencanaan
tersebut.
Pendekatan dengan orientasi ke masyarakat (a community-oriented
approach), tentunya dalam pendekatan ini lebih cenderung pada peran
masyarakat dalam suatu destinasi. Hall dan page berpandangan bahwa
pendekatan ini menjadikan masyarakat sebagai aktor utama dalam perencanaan
pengembangan suatu destinasi pariwisata. Untuk saat ini pendekatan berbasis
masyarakat mungkin sulit untuk diimplementasikan dalam perencanaan
pengembangan destinasi pariwisata. Faktor utama dari kesulitan tersebut yaitu
terletak pada peran pemerintah dan juga masyarakat yang jurang memahami
kebijakan perencanaan suatu destinasi tersebut.9
Menurut pendapat lain menyebutkan bahwa ada lima pendekatan yang
pertama yaitu pendekatan yang berkesinambungan dalam pendekatan ini
pariwisata dipandang sebagai suatu proses yang berlangsung terus-menerus
dengan di mungkinkan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan
berdasarkan hasil monitoring dan umpan balik (feedback) dalam kerangka
pemeliharaan tujuan dasar dan kebijakan pengembangan pariwisata. Yang
kedua yaitu Pendekatan sistem (Systems approach), dalam pendekatan ini
berorientasi pada sistem yang saling berkaitan dan direncanakan dengan analisis
sistem. Yang ketiga yaitu Pendekatan komprehensif (Comprehensive
approach), dalam pendekatan ini sangat berkaitan dengan pendekatan sistem,
seluruh aspek pengembangan pariwisata, termasuk unsur-unsur institusional,
implikasi sosial ekonomi dan lingkungan dianalisis dan direncanakan secara
komprehensif. Yang keempat yaitu Pendekatan yang terintegrasi (Integrated

9
Amirullah dkk ,“Kepariwisataan”, Jurnal An-Ahmad Ab, vol. 10, No. 02 (2016), hlm.
55-56.

7
approach), dalam pendekatan ini juga sangat berkaitan dengan pendekatan
sistem dan komprehensif dimana pariwisata direncanakan dan dikembangkan
sebagai suatu sistem terintegrasi, baik antar unsur di dalam sistem itu sendiri
maupun dengan rencana dan pola-pola pembangunan secara keseluruhan. Yang
kelima yaitu pendekatan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan (Environmental andsustainable developmentapproach), dalam
pendekatan ini pariwisata direncanakan, dikembangkan, dan dikelola
sedemikian rupa yang bersumber daya alam (natural resources) dan budaya
yang tidak habis atau menurun, akan tetapi sangat terpelihara sebagai sumber
daya yang hidup dan dapat digunakan secara terus-menerus di masa depan.10

C. Efektivitas Perencanaan Destinasi Pariwisata


Robbins dan Barnwell mendefinisikan efektivitas organisasi merupakan
tingkatan pencapaian jangka pendek dan jangka panjangnya pilihan yang
mencakup konstituensi strategis, kepentingan diri dari evaluator dan tahap umur
suatu organisasi.11 Terdapat empat pendekatan dalam mengukur efektivitas
suatu organisasi yaitu:
1. The Goal-Attainment Approach
Dalam suatu organisasi efektivitas organisasi dinilai pasa
pencapaian akhir atau tujuan. Organisasi diasumsi juga sebagai sesuatu
yang rasional dalam pencarian tujuan intensitas lembaga usaha. Penilaian
efektivitas organisasi ditetapkan untuk meraih tujuan, contohnya yaitu
pencapaian keuntungan dengan kualitas tertentu. Syarat dalam pencapaian
tujuan pengukuran efektivitas organisasi adalah harus memiliki tujuan akhir
kemudian di identifikasi dengan jelas dan mudah dipahami. Serta kemajuan
ketika menuju tujuan harus dapat diukur.
2. The System Approach

10
Fitri Mawardani, Pendekatan dan Perencanaan Pariwisata (2019),
http://fitrimawardani.blog.unesa.ac.id/pendekatan-dan-perencanaan-pariwisata#
11
An-Yoan Colina, “Perencanaan Dalam Pengembangan Wisata Daerah Di Kabupaten
Katingan”, vol. 6, No. 1, (2016), hlm. 47.

8
Dalam pengorganisasian ini mengakuisi input, dan mengikut
sertakan proses perubahan dan menghasilkan output. Dalam pendekatan ini
lebih menekankan dalam kemampuan organisasi untuk memperoleh
sumberdaya, Pendekatan sistem untuk efektivitas organisasi dibuat dari
subbagian yang saling berhubungan. Jika salah satu bagian ini kurang dari
pencapaian, maka hal itu akan berpengaruh negatif terhadap seluruh sistem.
Faktor -faktor dalam sistem pengorganisasian, seperti:
a) Hubungan dengan lingkungan untuk memastikan keberlangsungan
penerimaan input dan menguntungkan output
b) Fleksibilitas untuk menghadapi perubahan lingkungan
c) Efisiensi, dimana organisasi mengubah input menjadi output
d) Kejelasan komunikasi internal
e) Tingkat konflik antarkelompok dan tingkat kepuasan kerja karyawan
3. The Strategic-Constituencies Approach
Pendekatan ini mengusulkan bahwa organisasi yang efektif adalah
organisasi yang memenuhi salah satu tuntutan konstituen dalam lingkungan
yang mendukung keberadaannya. Pendekatan ini hampir sama dengan
pendekatan sistem, namun berbeda dalam penekanannya. Keduanya saling
mempertimbangkan dan saling ketergantungan. Pendekatan ini berasumsi
bahwa untuk tetap ada dalam suatu lingkungan, dimana kebutuhan
menempatkan dengan berbagai konstituen penting dan sebagai hasilnya,
organisasi menjadi arena politik dimana hak karyawan bersaing atas
pengendalian sumberdaya dalam rangka memenuhi kebutuhan lingkungan.
4. The Balanced Scorecard Approach
Organisasi dapat menjadi bagian yang sulit dipahami karena adanya
hubungan yang kompleks dengan kegiatan dan interaksi dengan jumlah
yang besar dan akan mengakibatkan kesulitan untuk membuat analisis suatu
organisasi dengan mudah. Dalam pendekatan ini menggunakan identifikasi
dan mengukur wilayah penting untuk suatu usaha.12

12
An-Yoan Colina, “Perencanaan Dalam Pengembangan Wisata Daerah Di Kabupaten
Katingan”, vol. 6, No. 1, (2016), hlm. 47-48

9
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan adalah kegiatan yang ditentukan saat ini untuk dilakukan di
masa yang akan datang untuk mencapai suatu tujuan. Perencanaan pariwisata
memerlukan berbagai proses tahapan-tahapan diantara sebagai berikut:
Penentuan tujuan, Pengumpulan data dan analisi, Koordinasi, Penyusunan
rencana, Pelaksanaan program dan kegiatan, dan monitoring dan evaluasi.
Pendekatan dalam proses perencanaan terbagi menjadi empat pendekatan,
yaitu pendekatan dorongan atau penggerakan (boosterism), pendekatan dengan
orientasi ekonomi dan industri (economic, industry-oriented approach),
pendekatan fisik dan spasial (a physical/spatial approach), dan pendekatan
dengan orientasi ke masyarakat (a community-oriented approach).
Efektivitas organisasi merupakan tingkatan pencapaian jangka pendek dan
jangka panjangnya pilihan yang mencakup konstituensi strategis, kepentingan
diri dari evaluator dan tahap umur suatu organisasi. Terdapat empat pendekatan
dalam mengukur efektivitas suatu organisasi yaitu The Goal-Attainment
Approach, The System Approach, The Strategic-Constituencies Approach, The
Balanced Scorecard Approach.

10
DAFTAR PUSTAKA

Colina, Y. (2016). Perencanaan dalam pengembangan wisata daerah di kabupaten


katingan. Reformasi, 6(1).
Coulter, S. P. (2010). Manajemen. Semarang: Erlangga.
Fitri Mawardani, Pendekatan dan Perencanaan Pariwisata (2019),
http://fitrimawardani.blog.unesa.ac.id/pendekatan-dan-perencanaan-
pariwisata#
Gunawan, Myra P. (1993). “Perencanaan Pariwisata”, vol. 9, No. 7.
Hantoro, S. R. (2020). Perencanaan dan Pengelolaan Perjalanan Pariwisata.
Bandung: Rekayasa Sains.
Junaid, I. (2014). Perencanaan Strategis Pariwisata Budaya: Mekanisme Menuju
Pariwisata Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Pariwisata, 19(1), 13-26.
Kurniawan, Z., Gani, A. J. A., & Makmur, M. (2017). Perencanaan Pembangunan
Pariwisata Dalam Rangka Meningkatkan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten
Kutai Kartanegara (Studi Di Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai
Kartanegara). Dia Jurnal Administrasi Publik, 15(2), 37-47.
Mujanah, S., Ratnawati, T., & Andayani, S. (2016). Strategi pengembangan desa
wisata di kawasan hinterland Gunung Bromo Jawa Timur. JHP17: Jurnal
Hasil Penelitian, 1(01).
Santosa, E. D. A. I., Shaleh, C., & Hadi, M. (2015). Pengembangan Objek
Pariwisata Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Ekonomi Lokal. Jurnal
Administrasi Publik, 3(1).
Suardana, I. W. (2013). Analisis kebijakan pengembangan pariwisata. In Seminar
Nasional: Unud.

11

Anda mungkin juga menyukai