Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Problem dan Solusi Dakwah Pada Masyarakat Pedesaan


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Sosiologi Dakwah
Dosen Pengampu: Ahmad Faqih

Disusun oleh:

1. Putri Rara Dea Nandra (2101036028)


2. Aldika Aprianto (210106063)
3. Faizal Mirza Perdana (2101036042)

MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah mengenai “ Problem

dan Solusi Dakwah Pada Masyarakat Pedesaan”


Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sosiologi Dakwah. Semoga makalah ini dapat memberikan nilai tambah dan
bermanfaat bagi kami dan pembaca. Masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan dalam menyelesaikan tugas makalah ini kami berharap saran dan kritik
untuk membangun makalah menjadi lebih baik.
Akhirnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu
yang selama ini telah memberi banyak arahan dan ilmu,semoga menjadi bekal
bagi penulis.

Semarang, 22 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Problematika Dakwah di Masyarakat Perdesaan .......................................... 3
2.2 Solusi dan Metode Pengembangan Dakwah Pada Masyarakat Pedesaan. .... 7
BAB III.................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 13
3.2 Saran............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dakwah merupakan salah satu titik pusat dalam perluasan agama, karena
agama sangat bergantung pada gerak dinamis dari aktifitas dakwah yang berjalan
terus-menerus tanpa akhir. Tanpa kegiatan dakwah, agama akan mengalami
kemunduran serta kelumpuhan dalam perkembangannya. Itulah sebabnya, dakwah
mempunyai peran penting dalam penyebaran agama Islam. Secara ilmu agama,
dakwah merupakan kewajiban tugas umat Islam. Kemudian secara ilmu
kemasyarakatan, kegiatan dakwah dalam bentuk apapun konteksnya akan
dibutuhkan oleh umat manusia dalam rangka membangun dan menciptakan
kesalehan individual maupun kesalehan sosial yaitu pribadi yang memiliki sifat
kasih sayang terhadap sesamanya dan membangun tatanan masyarakat madani
yang kehidupannya dilandasi oleh kebenaran tauhid tanpa membedakan derajat
semangat persaudaraan yang tinggi, kesadaran akan arti pentingnya kesejahteraan
bersama, serta menegakkan keadilan ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
Dalam perkembangan dakwah masalah dalam dakwah sudah menjadi menu
sehari-hari bagi pendakwah, tidak dapat dipungkiri, penyebaran agama Islam pada
zaman sekarang adalah pewujudan dari orang-orang sebelum kita. Selain itu dapat
diprediksi bahwa misi dakwah tidaklah selalu ringan, melainkan akan semakin
berat dan hebat bahkan semakin kompleks. Sementara itu problematika dakwah
dari tahun-ketahun sangat beragam. Setiap tahunnya memiliki tantangan yang
berbeda-beda. Problematika yang dimaksud disini adalah segala hambatan yang
mengganggu keberhasilan proses dakwah.
Di Indonesia sebagian besar ummat Islam tinggal di wilayah pedesaan.
Lebih kurang 80% hidup dan bertempat tinggal di pedesaan. Ditinjau dari segi
demografi maka desa merupakan “gudang” man power yang perlu digali dan
dimobilisasi untuk pembangunan. Membangun pedesaan berarti meningkatkan
taraf hidup masyarakat pedesaan (A. Surjadi 1989: 22). Karena penduduk
Indonesia mayoritas 80% tinggal di desa, maka pembangunan masyarakat desa

1
mutlak perlu. Pembangunan yang didasarkan atas swdaya dan gotong royong
masyarakat. Bahwa segala sesuatu yang diusahakan, di dalam pelaksanaannya
harus diselenggarakan dengan tenaga kesanggupan sendiri (Sutomo.S
Honggowongso, Brosur) Dakwah adalah merupakan sebuah kegiatan yang dapat
berperan dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang tinggal di
pedesaan.1
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka tulisan ini membahas
tentang bagaimana Problematika Dakwah di Masyarakat Pedesaan, serta Solusi
dan Metode Pengembangan Dakwah Pada Masyarakat Pedesaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Problematika Dakwah di Masyarakat Pedesaan
2. Solusi dan Metode Pengembangan Dakwah Pada Masyarakat Pedesaan.

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui Problematika Dakwah di Masyarakat Perdesaan
3. Untuk mengetahui Solusi dan Metode Pengembangan Dakwah Pada
Masyarakat Pedesaan.

Sukardi, A. (2015). DAKWAH PADA MASYARAKAT PEDESAAN (SUATU TINJAUAN


SOSIOLOGIS). AL- Munzir vol.8. no 2, 132.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Problematika Dakwah di Masyarakat Perdesaan


Problematika berasal dari kata problem, artinya masalah atau persoalan.
Jadi problematika adalah hal yang menimbulkan masalah atau hal yang belum
2
dapat dipecahkan. Pengertian yang dimaksud adalah kegiatan yang telah
dilakukan yang mendapat masalah dan belum dapat diselesaikan.
Dalampengertian lainnya problematika adalah suatu kesenjangan antara harapan
dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat diperlukan atau
dengan kata lain dapat mengurangi kesenjangan 3 itu. dalam kamus besar bahasa
indonesia, problematika diartikan sama dengan permasalahan.4
Pengertian problematika dakwah menurut istilah adalah permasalahan
yang muncul dalam menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu, dengan proses
yang ditangani oleh para pengembang dakwah. dakwahdapat dimaksudkan adalah
kesenjangan antara cita ideal dakwah dengan realitas empirik.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya problematika
dakwah bukanlah semata-mata disebabkan karena program dakwah tidak
terlaksana sama sekali akan tetapi, meskipun program tersebut. Problematika
dakwah yang muncul dalam realitas perjalanan dalam gerakan dakwah pada
umumnya dapat dibedakan dalam 2 (dua) macam yaitu problematika internal dan
problematika eksternal.
Pertama.
1. Problematika dakwah internal dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok
besar yaitu pertama pada proses dakwah adanya hubungan erat antara
kelemahan pemahaman konsep-konsep agama sebagai substansi dakwah
oleh para dai, metode-metode yang dipakai dan kualitas dai itu sendiri.

2
Kementrian Pendidikan Nasional, Kamus BesarBahasa Indonesia (Jakarta Balai Pustaka, 2005)
h. 896
3
Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islami, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983), hal. 65.
4
Kementrian Pendidikan dan KebudayaanRI.Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta:Balai
Pusataka, 1990) h. 70

3
Kedua, pada dataran kelembagaan dakwah yang kurang kalau tidak mau
dikatakan tidak profesional dalam aspek menejementalnya.
2. Problematika eksternal adalah problematika lajunya perubahan sosial yang
disebabkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang berperan sebagai
“prima kausalitas”. Iptek sebagai tantangan telah menunujukkan secara
pasti adanya perubahan besar dalam berfikir (deduktif-induktif) dan
bergesernya mitos-mitos lama menuju wawasan baru. Perubahan pola pikir
ini lebih mementingkan aspek rasionalitas sebagai dewa baru ketimbang
asepek budaya ekspresif sebagai gejala utama dalam menyikapi gejala-
gejala kemanusiaan dan peradaban. Kosekuensi dari progrefisme budaya
ini muncul persoalan, yaitu Sinkritisme baru dalam agama dan munculnya
arus informasi dan globalisasi yang melintasi batas pengendalian yang
merupakan masalah yang pelik dan penting. Problematika eksternal juga
datang dari suatu ke adaan yang merintangi gerakan dakwah yang datang
dari faktor luar. Faktor struktur politik baik nasional maupun internasional
terjadi indenpendensi sistem, yang mau tidak mau dakwah Islam juga akan
terkena dampaknya. Problematika ekstrenal kedua adalah melajunya sains
dan teknologi yang begitu cepat dan telah menggusur hampir seluruh
potensi rohaniah manusia, karena apa yang telah diramal sains dan
teknologi dirasakan begitu cepat dan benar, bahkan sampai dalam kawasan
determnistik. Sebagaimana diketahui, sejak munculnya sains dan
teknologi, etika moral menjadi tersisihkan yang semua sesungguhnya
adalah bidang garap dakwah islam menjadi etika keras, miral yang rakus
dan materialistik, yang pada akhirnya menjerumuskan manusia pada
kedangkalan hidup.
Wilayah perdesaan memiliki karakteristik yang berbeda dengan perkotaan,
baik dari segi jumlah penduduk, adat istiadat, tradisi dan budaya yang
melingkupinya. Satu desa dengan desa lainnya pun memiliki ciri khas dan

4
karakter yang berbeda pula. Namun, menurut Jamaludin pada umumnya desa
memiliki karakteristik sebagai berikut:5
1. Umumnya warga perdesaan hidup dalam situasi kemiskinan dengan mata
pencaharian sangat bergantung pada kondisi geografis wilayahnya, semisal
usaha tani, nelayan, ternak, kerajinan tangan dan pedagang kecil.
2. Dalam kehidupan sehari-hari masih memegang teguh tradisi, nilai- nilai
dan adat istiadat secara turun-temurun untuk memelihara kelangsungan
hidup dan lingkungan.
3. Secara psikologis, masyarakat desa cenderung memiliki sifat konservatif
dan ortodoks, fatalis, dan suka curiga terhadap orang luar. Kendati
demikian, masyarakat desa dapat bersikap hemat, cermat, dan
menghormati orang lain yang terkadang sulit ditemukan di perkotaan.
4. Kehidupan dan mata pencaharian di desa sangat erat hubungannya dengan
alam.
5. Pada umumnya anggota keluarga mengambbil peran dalam kegiatan
bertani dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda.
6. Masyarakat desa sangat terikat dengan lingkungan dan nilai-nilai yang
dianutnya.
7. Terbangunnya kekerabatan yang sangat kuat, pola kehidupan dan
masyarakat yang saling bergantung, sehingga berkembang nilai- nilai
gotong royong, kerja sama, perasaan sepenanggungan, dan tolong-
menolong.
8. Hidup di desa banyak berkaitan dengan tradisi, nilai, norma adat yang
telah berkembang secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya, sehingga masyarakat desa cenderung dicap stagnan.
9. Keterbukaan dan keterlibatan yang sangat erat dengan permasalahan
rohani sangat kental.
10. Ada sebagian masyarakat yang sangat meyakini nilai-nilai yang bersifat
mistis sehingga tidak menerima hal-hal yang bersifat rasional dan kurang
kritis.

5
Adon Nasrullah Jamaludin, Sosiologi Perdesaaan, hlm. 25-26.

5
Masyarakat perdesaan khususnya para orang tua memegang peranan
penting dalam mengambil keputusan dan kebijakan. Warga akan selalu meminta
nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Kesukarannya adalah para golongan tua itu memiliki pandangan yang didasarkan
pada tradisi yang kuat sehingga sukar untuk mengadakan perubahan-perubahan
yang nyata. Pengendalian sosial masyarakat terasa sangat kuat sehingga
perkembangan jiwa individu sangat sukar untuk dilaksanakan. Itulah sebabnya
mengapa sulit sekali mengubah jalan pikiran yang sosial ke arah jalan pikiran
yang ekonomis.
Masyarakat perdesaan mempunyai sifat yang kaku tetapi sangatlah ramah
dan biasanya adat dan kepercayaan masyarakat sekitar yang menyebabkan
masyarakat perdesaan masih kaku, namun asalkan tidak melanggar hukum adat
dan kepercayaan maka masyarakat perdesaan adalah masyarakat yang ramah.
Pada hakikatnya, masyarakat perdesaan adalah masyarakat pendukung seperti
sebagai petani yang menyiapkan bahan pangan, sebagai pekerjaan yang biasanya
hanya bersifat pendukung tetapi terlepas dari itu masyarakat perdesaan banyak
juga yang sudah berpikir maju dan keluar dari hakikat itu. 6Karakteristik dan ciri
khas masyarakat perdesaan tersebut menjadi tantangan dan sekaligus menjadi
bahan pemikiran bagi para pendakwah untuk memikirkan metode yang tepat
untuk mengembangkan dan memberdayakan masyarakat ke arah yang lebih
berkualitas dan bermartabat. Memberdayakan masyarakat dengan aset yang
dimiliki tidak semudah yang dibayangkan. Diperlukan keseriusan, ketelatenan dan
kesabaran dalam memberikan pengarahan dan masukan. Para pendakwah mesti
mengidentifikasi permasalahan yang timbul dan dialami oleh para warga
perdesaan untuk kemudian mencarikan solusi yang tepat secara bermusyawarah
dengan para warga.
Pada zaman Nabi saw., problematika dakwah dihadapkan pada akulturasi
budaya dan kondisi masyarakat yang telah memeluk agama selain agama Islam,
bahkan berbagai perubahan sebagai akibat banyaknya ummat Islam yang hijrah ke

6
Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2016), hlm.
226.

6
Madinah sekaligus merubah sistem ekonomi, sosial budaya dan bahkan status
sosial. Sepeninggal Nabi saw. problematika dakwah tetap muncul ke permukaan.
Adanya sebagian umat Islam yang enggan mengaplikasikan ajaran agama yang
diterima, misalnya tidak mengeluarkan zakat, ini termasuk problematika yang tak
terbantahkan. Di masa-masa berikutnya, perpecahan umat Islam dengan berbagai
aliran yang berdampak pada renggangnya solidaritas dan ukhuwah Islāmiyah, ini
juga merupakan problematika abadi yang dihadapi oleh umat Islam sepanjang
sejarahnya. Untuk zaman modern ini, problematika dakwah dihadang oleh
kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin mempermantap
terjadinya globalisasi dalam segala bidang kehidupan. Mengingat dakwah Islam
selalu berhadapan dengan kompleksitas kehidupan yang senantiasa berubah dari
waktu ke waktu, maka penyebab problematika dapat bersumber dari dai yang
tidak memiliki pemahaman yang mendalam mengenai ilmu dakwah, mad‟u atau
sasaran dakwah yang bersifat kritis, metode dakwah yang tidak sesuai dengan
kondisi mad‟u, kurangnya media penyalur pesan yang sampai kepada mad‟u,
materi yang tidak sesuai dengan kebutuhan mad’u (sasaran dakwah). Tidak ada
bekas (aśar) yang ditinggalkan dalam pikiran, sikap, dan tingkah laku audiens.
2.2 Solusi dan Metode Pengembangan Dakwah Pada Masyarakat Pedesaan.
Metode dakwah pada masyarakat desa dimaksudkan adalah alat- alat
petugas dalam bekerja untuk mempengaruhi orang-orang desa agar menjadi
tertarik perhatiannya dan kemudian mempunyai pengalaman- pengalaman yang
berhasil di dalam memecahkan masalah-masalah mereka melalui usaha-usaha
mereka sendiri dengan menggunakan petunjuk dan sumber-sumber teknis
pemerintah. Sebelum petugas dakwah menggunakan metode dakwah dengan
efisien, mereka harus mengetahui metode apa yang tepat untuk digunakan, kedua
mengetahui kapan mempergunakan masing-masing metode. Sebelum menentukan
dan menggunakan metode dakwah, maka terlebih dahulu petugas dakwah harus
menyelidiki terlebih dahulu masyarakat yang kita akan hadapi terutama pada
karakter masyarakat pedesaan. Berdasarkan ciri dan karakter masyarakat pedesaan

7
tersebut di atas, dapat dirumuskan beberapa model metode pengembangan
dakwah di masyarakat pedesaan, yaitu sebagai berikut:7
1. Metode Kontak langsung
Maksud metode ini adalah kontak langsung (direck contact),
hubungan yang langsung berhadapan (face to face relation) dengan orang-
orang desa secara individual maupun dalam kelompok. Hal ini sesuai
dengan firman Allah di dalam surat al-Hudjurat ayat 13:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu berasal dari laki-laki
dan perempuan (bapak dan ibu), dan kami jadikan kamu bebangsa-bangsa
(bermacam-macam ummat) supaya kamu berkenal-kenalan antara satu
sama lain, sesungguhnya orang yang termulia di antara kamu pada sisi
Allah ialah orang yang lebih taqwa.
Kontak langsung ini dilaksanakan agar dapat menimbulkan minat
penduduk desa terhadap problem-problem desa yang baru dan menjadikan
mereka berfikir bahwa adalah hal yang baik bila mereka mulai mencoba
mengerjakan emecahannya. Tujuan yang ingin dicapai dalam
mempergunakan metode ini adalah: pertama, menemukan kepada siapa
orang-orang desa menganggap pemimpin serta apa alasan dan tujuannya.
Kedua, bertujuan untuk menjelaskan program pembangunan masyarakat
yang digariskan oleh pemerintah. Ketiga, ia bertujuan menemukan minat
orang-orang desa. Keempat, bertujuan belajar dari orang-orang desa apa
yang mereka anggap sebagai masalah-masalahnya dan bagaimana
perhatian mereka untuk mengatasinya
2. Metode Demontrasi
Secara sederhana dapat diartikan bahwa metode demonstrasi
adalah metode yang dilakukan dengan cara memperlihatkan suatu contoh,
baik berupa benda, peristiwa, perbuatan dan sebagainya. Artinya suatu
metode dakwah, di mana seorang da’i memperlihatkan sesuatu atau
mementaskan sesuatu terhadap sasarannya (massa), dalam rangka

7
Muhyiddin H. Yasep, Agus Ahmad Safei. Metode Pengembangan Dakwah. Pustaka Setia,
Bandung. Cet. I 2002

8
mencapai tujuan dakwah yang ia inginkan. Rasulullah saw seringkali
menggunakan metode demonstrasi ini. Sebagaimana sebuah riwayat
(hadits) yang menerangkan bahwa Rasulullah saw, pernah diajar oleh
Jibril as, tentang sembahyang dengan metode demonstrasi atau dengan
menampilkan contoh kaifiyah sholat kepada Rasululah. Oleh karena itu,
Rasulullah mengambil tauladan Jibril untuk mengajarkan shalat kepada
sahabat-sahabatnya, Hal ini tergambar pada hadits Rasulullah saw.:
“Shalatlah kamu sekalian seperti apa yang sedang lakukan.” Pada surat Al-
Ahzab ayat 21: “Sesungguhnya adalah bagi kami pada Rasulullah itu
contoh tauladan yang baik, (yaitu) bagi siapa yang ada mempunyai
harapan kepada Allah sebanyak-banyaknya (TQS. Al-Ahzab: 21)”.
Berdasarkan kedua dalil di atas maka jelaslah metode demonstrasi dalam
dakwah perlu dipelajari dan dijadikan bekal dakwah bagi para muballigh masa
kini dan sangat relevan untuk diterapkan pada masyarakat pedesaan. Metode
demonstrasi ini dianggap metode yang paling penting dan ampuh di dalam
merobah praktek-praktek tradisional orang desa yang dalam beberapa hal
mengenai demonstrasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Dari sudut pandangan para muballigh hubungan kerja yang terus menerus
dengan orang-orang desa adalah sangat penting bagi berhasilnya saran-
saran yang dikemukakan petugas dakwah, karena yang ditunjukkan dalam
metode demonstrasi ini adalah hasil.
2) Metode demonstrasi dapat memperkuat penerimaan dan keyakinan, karena
apa yang didemonstrasikan adalah hasilnya.
3) Para petugas dakwah bekerja sama dengan penduduk secara intensif dalam
melaksanakan demonstrasi. Dalam kerja sama itulah akan menemukan
perbaikan dan penesuaia yang diperlukan sebelum memutuskan
rekomendasi agar semua penduduk mengadopsi hasil dari hasil kerja sama
tersebut
4) Bila petugas dakwah bekerja prosesnya secara step by step dengan
beberapa orang desa dalam mengorganisir dan melaksanakan apa yang
direkomendasikan, mereka akan mengetahui langkah-langkah program

9
pendidikan yang harus diselenggarakan sebagai bimbingan kepada
masyarakat dalam penerimaan rekomendasi.
Sebagaimana prinsip-prinsip penggunaan sesuatu metode, ada faktor-
faktor yang harus diperhatikan yaitu ciri-ciri khusus masing- masing metode
antara lain kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan metode demonstrasi:
a) metode ini memungkinkan massa (obyek dakwah) dapat menghayati
dengan sepenuh hatinya tentang hal-hal baru yang menjadikan simulusnya.
b) Lebih memusatkan perhatian massa kepada persoalan yang sedang
dibahas.
c) mempunyai kesan relatif awet dibanding dengan tanpa demonstrasi
d) dengan metode demonstrasi ini dimungkinkan pula akan mengurangi
kesalah-pahaman, atau masalah-masalah yang mungkin timbul dilubuk
sanubari massa secara tidak langsung bisa terjawab.
e) dapat mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan dari
keseluruhan persoalan yang dibahas, sebab massa menghayati langsung
terhadap persoalan yang dibahas, baik berupa contoh, model, gambar dan
sebagainya.
Kelemahan metode demonstrasi:
a) metode demonstrasi memerlukan waktu persiapan yang banyak dan
memerlukan banyak pemikiran.
b) tidak wajar bila alat (media) tidak dapat diamati seksama.
c) tidak sema hal dapat didemonstrasikan.
d) kurang efektif menggunakan metode demonstrasi, bila alat (media) kurang
memadai dengan kebutuhan atau tujuan
e) memerlukan keahlian khusus bagi para subyek atau da’i (Asmuni Syukir,
1983: 148-149).
3. Bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin desa
Dewasa ini dakwah tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus
ada kerja sama dengan pemerintah atau pemimpin-pemimpin desa. Kerja
sama yang dimaksudkan adalah pemerintah atau pemimpin-pemimpin

10
desa, ulama dan orang tua serta tokoh masyarakat dalam mengatasi
kemungkaran-kemungkaran yang terjadi di desa atau yang akan terjadi.
4. Mengunjungi Rumah
Metode ini biasa disebut dengan metode silaturrahmi atau home
visit. Metode ini sering juga digunakan oleh agama-agama lain. Metode
mengunjungi rumah sangat efektif untuk dilaksanakan dalam rangka
mengembangkan maupun membina ummat Islam pada masyarakat
pedesaan. Bila ditelaah metode ini banyak memiliki berbagai kelebihan, di
antaranya:
a) Metode ini pada hakekatnya mengadakan silaturrahmi atau
menyambung tali persaudaraan. Dalam silaturrahmi mengandung
beberapa hikmah diantaranya menambah dan menguatkan tali
persaudaraan, kadang-kadang bisa membicarakan masalah ekonomi
(pembicaraan rezeki), tukar menukar pengalaman. Bahkan Rasulullah
saw, pernah menegaskan bahwa hikmah silaturrahmi adalah: “Barang
siapa ingin murah rezekinya dan panjang umurna, makahendaklah
mempererat tali hubungan silaturrahmi (HR. Al- Bukhari)”.
b) Silaturrahmi adalah suatu kewajiban ummat Islam, sehingga metode
dakwah, sehingga metode dakwah ini di samping merupakan aktivitas
dakwah, sekaligus melaksanakan kewajiban.
c) Mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan biaya banyak.
Metode silaturrahmi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a) Atas undangan tuan rumah; cara ini biasanya tuan rumah sudah
memeluk agama Islam, namun mereka secara sadar berminat untuk
memperdalam keislamannya sehingga harus memenggil da’i untuk
memberikan pelajaran lebih lanjut. Biasa juga pihak yang mengundang
merangkaikannya dengan acara-acara tertentu, seprti syukuran, arisan,
paguyuban yang kebetulan dilaksanakan di rumahnya. Dengan kata
lain cara ini bersifat pembinaan umat Islam.
b) Atas kehendak da’i. Cara ini bersifat pengembangan ummat Islam
yaitu dilakukan apabila obyek dakwah belum memeluk agama Islam

11
dan diajak –melalui penjelasan dan argumentasi– agar mereka secara
sadar mau memeluk agama Islam.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebagian besar umat Islam tinggal di pedesaan yang merupakan “gudang”
man power yang perlu digali dan mobilisasi untuk pembangunan.
Membangun pedesaan berarti meningkatkan taraf berpikir masyarakat dari
yang rendah ke yang lebih tinggi, sekaligus sebagai upaya meningkatkan
taraf hidup masyarakat pedesaan ke arah yang lebih baik.
2. Problematika dakwah yang terjadi pada pedesaan dipicu dari lajunya
perubahan sosial yang disebabkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berperan sebagai “prima kausalitas”, serta kuatnya kepercayaan adat
istiadat dan tradisi, serta budaya yang dianut merupakan suatu tantangan
yang besar bagi pendakwah untuk meluruskannya, hal ini diperlukan
metode dalam berdakwah.
3. Metode pengembangan dakwah di masyarakat pedesaan yang dapat
dilakukan adalah: menggunakan pendekatan bahasa struktur dan kultur
yang relevan dengan masyarakat pedesaan, yakni sederhana, mudah
dipahami, dan sesuai dengan kebutuhan, melalui pendekatan dan
kerjasama dengan pemerintah atau pemimpin-pemimpin desa (tokoh
panutan), metode demontrasi, metode kontak langsung (face to face
relations), kunjungan ke rumah (home visit) membantu dan mencari solusi
dari problem yang dihadapi masyarakat desa, baik sosial, budaya, dan
ekonomi yang sedang dihadapi.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan
ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.
Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Dan kami

13
juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Muhyiddin H. Yasep, A. A. (2002). Metode Pengembangan Dakwah. Bandung:


Pustaka Setia Cet. I.

Sukardi, A. (2015). DAKWAH PADA MASYARAKAT PEDESAAN (SUATU


TINJAUAN SOSIOLOGIS). AL- Munzir vol.8. no 2, 132.

Syamsuddin. (2016). Pengantar Sosiologi Dakwah hlm. 226. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Syukir. (1983). Dasar-dasar Strategi Dakwah Islami. surabaya: Al- Ikhlas.

Kementrian Pendidikan Nasional, Kamus BesarBahasa Indonesia (Jakarta Balai


Pustaka, 2005) h.

Kementrian Pendidikan dan KebudayaanRI.Kamus Besar Bahasa


Indonesia(Jakarta:Balai Pusataka, 1990) h. 70

15

Anda mungkin juga menyukai