Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN, FUNGSI, DAKWAH BIL HAL, PERANAN DAN RUANG

LINGKUP MASJID DAN STANDAR PEMBINAAN MASJID MENURUT


KEPUTUSAN DIRJEN BIMAS ISLAM NOMOR DJ.II/802 TAHUN 2014

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Masjid


Dosen Pengampu: Dedy Susanto, S.Sos.I., MSI

Disusun Oleh:

Hasna Azhari (2101036061)


Mamluatus Shalihah (2101036069)
Aisah Karimatus Sa’diah (2101036071)

MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Perkembangan zaman membuat kita semakin membuka mata dimana
bisa melihat banyak kemajuan dari perkembangan ilmu teknologi. Mulai dari
sepeda, motor hingga mobil listrik kini sudah marak dan tidak asing lagi. Lebih
dari itu bahkan dengan kemajuan yang ada kita bisa mengakses banyak hal
dengan mudah. Tidak menutup kemungkinan bahwa yang lainnya juga ikut
berkembang seperti tempat ibadah, salah satunya masjid.
Betapa banyak masjid-masjid megah yang berdiri kokoh disetiap kota.
Namun mirisnya sangat banyak juga yang hanya berdiri megah namun tidak
ada jamaahnya. Lalu bagaimana pengelolaann masjidnya? Di sini kami akan
membahas mengenai manajemen, fungsi dakwah bil hal, peranan dan ruang
lingkup masjid dan standar pembinaan masjid menurut Bimas Islam Nomor
DJ.II/802 tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana manajemen, fungsi, dakwah bil hal masjid?
2) Apa saja peranan dan fungsi masjid?
3) Bagaimana standar pembinaan yang sesuai menurut Bimas Islam
Nomor DJ.II/802 tahun 2014?
C. Tujuan
1) Mengetahui manajemen, fungsi, dakwah bil hal masjid.
2) Mengetahui peranan dan fungsi masjid.
3) Mengetahui standar pembinaan yang sesuai menurut Bimas Islam
Nomor DJ.II/802 tahun 2014.
4) Menuntaskan tugas kelompok Mata Kuliah Manajemen Masjid.

1
BAB II

Pembahasan

1. Manajemen, Fungsi, Dakwah Bil Hal


A. Pengertian Manajemen Masjid
Manajemen Masjid berasal dari dua kata yaitu manajemen dan Masjid.
Dalam bahasa Inggris, manajemen diartikan sebagai managing, yang berarti
manajemen dapat dikatakan sama dengan pengelolaan, pengorganisasian,
kepengurusan, kepemimpinan dan pembinaan.1 Sedangkan menurut beberapa
ahli kegiatan manajemen dapat diartikan sebagai berikut: M. Manulang
mengartikan pengertian manajemen adalah suatu proses yang di laksanakan
dalam mencapai tujuan tertentu, dengan cara di selenggarakan dan diawasi.2
George R. Terry mengemukakan manajemen merupakan suatu kegiatan dalam
memproses atau menentukan rencana kerja yang didalamnya termasuk
bimbingan dan arahan kepada organisasi agar mengarah kepada tujuan
organisasi yang diinginkan. 3
Berdasarkan urauan di atas, maka pengertian manajemen dapat
diartikan sebagai tindakan pengololaan atau pengurusan beberapa kegiatan
yang melibatkan orang secara personal ataupun kelompok dengan menmakai
beberapa cara tertentu yang sesuai dengan capaian suatu tujuan.
Masjid diambil dari bahasa Arab “sajada, yasjudu, sajdan”. Kata Sajada
yang dapat diartikan sebagai sujud, patuh, dan taat dengan hormat dan ta’dzim.
Untuk menunjukkan suatu tempat, kata sajada diubah bentuknya menjadi
“Masjidun” artinya tempat sujud menyembah Allah Swt. Kemudian secara
terminologi Masjid adalah tempat pusat dari segala kebajikan kepada Allah

1
Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani, 1996), hlm. 32
2
M. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 15
3
George. R. Terry, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hlm. 1

2
Swt. Di dalamnya terdapat dua bentuk kebajikan yang dikemas dalam bentuk
ibadah khusus yaitu shalat fardhu, baik secara sendiri-sendiri ataupun
berjama’ah dan kebaikan yang dikemas dalam bentuk amaliyah sehari-hari
untuk berkomunikasi dan bersilaturahmi dengan sesama jama’ah.
Dari beberapa pengertian manajemen dan masjid yang telah di kemukan
di atas, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa manajemen masjid adalah suatu
upaya dalam proses pengelolaan, aturan, penyelelesaian, pengurusan, atau
arahan suatu kegiatan yang berhubungan dengan nilai keagamaan (ibadah) yang
dilakukan oleh pengurus masjid dan didukung oleh jamaah pada suatu masjid
yang mana masjid tersebut sebagai pusat kegiatan ibadah. Maka pada dasarnya
manajemen masjid merupakan upaya atau tindakan yang di rencanakan dengan
baik oleh umat Islam dalam membentuk amaliah ibadah yang bertempat di
Masjid, supaya mereka mendapatkan pahala yang membawa mereka
memperoleh keridhoan Allah Swt.

B. Fungsi Masjid
Masjid difungsikan sebagai tempat untuk menyembah dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Masjid juga dapat digunakan untuk
pengembangan kader, tempat bermusyawarah, tempat pembinaan dan tempat
bimbingan umat untuk meningkatkan pengetahuan. Dalam masyarakat yang
selalu mengikuti perkembangan zaman, dinamika masjid saat ini beradaptasi
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain,masjid
bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga tempat umat islam melakukan berbagai
kegiatan ibadah. Karena masjid adalah integritas dan identitas umat islam dan
mencerminkan nilai-nilai islam. Fungsi utama masjid adalah tempat sujud
kepada Allah SWT, tempat shalat, dan tempat beribadah kepada-Nya. Selain
itu ada pendapat lain tentang fungsi masjid diantaranya:
1) Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT.

3
2) Masjid adalah tempat kaum muslimin beri‟tikaf, membersihkan diri, untuk
menumbuhkan kesadaran dan mendapatkan pengalaman batin atau
keagamaan, sehingga mereka selalu menjaga keseimbangan tubuh dan
pikiran dan integritas kepribadian.
3) Masjid adalah forum bagi umat islam untuk membahas masalah umat islam.
4) Masjid adalah tempat dimana umat islam berkonsultasi yang Menyebabkan
kesulitan dan mencari bantuan.
5) Masjid adalah tempat untuk mencapai kemakmuran bersama dan
mempromosikan persatuan serta kerjasama jama’ah.
6) Majelis taklim adalah tempat untuk meningkatkan.kecerdasan Pengetahuan
umat islam.
7) Masjid adalah tempat dimana para pemimpin dibentuk dan dikembangkan.
8) Masjid tempat mengumpulkan, menyimpan, dan berbagai informasi.
9) Masjid sebagai tempat pengaturan dan pengawasan sosial4

C. Dakwah Bil Hal


Bil hal secara bahasa dari bahasa Arab (al-hal) yang artinya tindakan.
Sehingga dakwah Bil Hal dapat diartikan sebagai proses dakwah dengan
keteladanan, dengan perbuatan nyata.5 Maksudnya adalah melakukan dakwah
dengan memberikan contoh secara langsung melalui tindakan-tindakan nyata
yang dapat meningkatkan keimanan manusia dalam segala aspek kehidupan.
Dakwah bil hal ditentukan oleh sikap, perilaku dan kegiatan-kegiatan nyata
yang interaktif, mendekatkan manusia terhadap kebutuhan secara langsung atau
tidak langsung yang dapat memengaruhi kualitas keagamaan.
Kegiatan dakwah bil hal ini sebenarnya telah banyak dilakukan oleh
berbagai organisasi dan lembaga Islam. Akhir-akhir ini, himpunan-himpunan

4
Drs. Mohammad E.Ayub, Manajemen Masjid., (Jakarta: Ganesa Insani Press, 1996) hlm.8
5
Siti Muriah, Metodelogi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), hlm. 75

4
dan kelompok kerja menunjukkan kiprahnya dalam berbagai bentuk kegiatan.
Misalnya, makin banyaknya panti asuhan yang dikelola umat Islam, rumah
sakit dan balai pengobatan Islam, pendidikan kejuruan dan keterampilan yang
diselenggarakan oleh lembaga Islam, semaraknya kegiatan koperasi di
Pesantren, serta majelis taklim. Kesemuanya ini mengisyaratkan bahwa
dakwah bil hal semakin berkembang.
Ayub dalam bukunya yang berjudul “Manjemen Masjid” mengatakan,
bahwa setiap kegiatan dakwah yang bercorak sosial, ekonomi, pendidikan, dan
kesejahteraan sosial, serta peningkatan taraf hidup umat untuk mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup lahir batin merupakan dakwah bil hal atau
dakwah pembangunan.6
Dalam pelaksanaan dakwah bil hal terdapat tiga cara yang dapat
diTempuh, yakni dakwah lewat pembinaan tenaga, lewat pengembangan
institusi dan lewat pengembangan infrastruktur.7 Dakwah bil hal dalam
peranannya menginginkan sasaran dakwah merasakan berbagai nikmat yang
telah disediakan Allah SWT berupa kesehatan dan harta benda yang dimiliki.
Kesehatan dan harta benda yang dimiliki tersebutlah yang nantinya akan
digunakan setiap muslim dalam menjunjung kehidupan
yang baik.
Dakwah bil hal dilakukan dengan berbagai kegiatan yang langsung menyentuh
kepada masyarakat sebagai objeknya, adapun pelaksanaan dakwah bilhal
adalah sebagai berikut:8
1) Pemberian bantuan berupa dana untuk usaha yang produktif.
2) Pemberian bantuan yang bersifat konsumtif

6
Moh. E. Ayub, Muhsin MK dan Ramlan Mardjoned, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), hlm. 10.
7
Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad Syafi’I, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2001), hlm. 161.
8
Rafi'uddin Dkk, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 50.

5
3) Silaturrahim ke tempat-tempat yayasan yatim piatu, yayasan anak Cacat,
yayasan tuna wisma, yayasan panti jompo, tuna karya, tempat lokalisasi,
lembaga pemasyarakatan dan lain-lain
4) Pengabdian kepada masyarakat seperti: pembuatan jalan atau jembatan,
pembuatan sumur umum dan WC umum, praktik home industri, kebersihan
lingkungan rumah dan tempat ibadah dan lain-lain

Pada dasarnya dakwah bil hal juga menggunakan pendekatan yang sama
seperti model dakwah bil lisan, yakni dengan cara memberikan rasa aman, tidak
memberatkan dan yang terpenting adalah pembimbingan kedalam jalan yang
diridhoi-Nya. Selanjutnya adalah dengan cara menasehati dan berdiskusi. Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125.

َّ‫ِي اَحْ َس ُۗنُ اِن‬ َ ‫ا ُ ْد ُع ا ِٰلى َس ِبي ِْل َر ِّب‬


َ ‫ك ِب ْالح ِْك َم ِة َو ْال َم ْوعِ َظ ِة ْال َح َس َن ِة َو َجاد ِْل ُه ْم ِبالَّتِيْ ه‬
‫ض َّل َعنْ َس ِب ْيلِهٖ َوه َُو اَعْ لَ ُم ِب ْال ُم ْه َت ِدي َْن‬
َ ْ‫ك ه َُو اَعْ لَ ُم ِب َمن‬ َ ‫َر َّب‬
“Ajaklah manusia kejalan tuhanmu dengan bijaksana dan tuturkata yang baik
serta berdebatlah dengan mereka dengan apa yang paling baik; sesungguhnya
tuhanmu paling mengetahui orang yang sesat dari jalan-Nya dan paling
mengetahui orang-orang yang dapat petunujuk”9

2. Peranan dan Ruang Lingkup Masjid


A. Peranan Masjid
Peranan masjid harus menyeluruh bukan hanya sekadar pusat ibadah
semata-mata. Masjid boleh dibangunkan sebagai pusat kegiatan wanita, remaja
dan kanak-kanak. Oleh itu, program-program masjid harus bersikap realistis,
pembangun jasmani ummah serta dapat memupuk hubungan baik antara

9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya: Juz 1-30, (Jakarta: PT. Kumudasmoro
Grafindo), hlm. 282.

6
masyarakat dengan pihak masjid. Beberapa fungsi dan peranan masjid antara
lain :
1) Ibadah (hablumminallah)
Menurut jumhur ulama ibadah adalah

‫ضاهُ َق ْوالً كا َ َن إَ ْو فِعْ الً َجلِ ًًّيا كا َ َن إَ ْو‬ َ ‫ْال ِع َبا َدةُ ه‬
َ ْ‫ِى اِسْ ٌم َجا ِم ٌع لِ َما ُي ِح ُّب ُه هللا ُ َو َير‬
‫َخ ِف ًًّيا َتعْ ظِ ْيمًا لَ ُه َو َطلَبًا لِ َث َو ِاب ِه‬
Artinya:
Ibadah itu nama yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diriḑai
Allah, baik berupa perkataan dan perbuatan, baik terang-terangan maupun
yang tersembunyi, dalam rangka mengagungkan-Nya dan mengharapkan
imbalan (pahala) dari-Nya.
Fungsi dan peran Masjid yang pertama dan utama adalah sebagai tempat
shalat. Shalat memiliki makna “menghubungkan”, yaitu menghubungkan diri
dengan Allah.
2) Sosial Kemasyarakatan (Hablumminannas)
Sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan.
jika dilihat dari asal katanya, social berasa dari kata “socius” yang berarti
segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan secara
bersama-sama Seiring dengan kemajuan zaman dan perubahan-perubahan
yang sangat cepatnya, maka hal ini mempengaruhi suasana dan kondisi
masyarakat muslim. Termasuk perubahan dalam mengembangkan fungsi dan
10
peranan masjid yang ada di lingkungan kita. Salah satu fungsi dan peran
masjid yang masih penting untuk tetap di pertahankan hingga kini adalah
dalam bidang sosial kemasyarakatan.
Masjid juga difungsikan sebagai tempat mengumumkan hal-hal yang
penting berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sosial kemasyarakatan sekitar.

10
Hanafie, Syahruddin. h. 349

7
Karena pada dasarnya masjid yang didirikan secara bersama dan untuk
kepunyaan serta kepentingan bersama. Sekalipun masjid tersebut didirikan
secara individu, tetapi masjid tersebut tetaplah difungsikan untuk tujuan
bersama. Masjid mempunyai posisi yang sangat vital dalam memberikan
solusi bagi permasalahan sosial di masyarakat apabila benar-benar dijalankan
sesuai dengan fungsinya. Fungsi masjid sejatinya akan berjala dengan baik
apabila ada program-program yang dirancang sebagai solusi bagi
permasalahan sosial yang ada. Seperti yang sudah ada pada masjid
Baiturrahma Semarang dimana telah disahkan oleh Wapres didampingi
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono,
Wakil Gubernur Jateng mengenai berbagai kegiatan untuk memakmurkan
masjid seperti Studi Hadits, Konsultasi Keluarga Sakinah, konsultasi dan
pemeriksaan kesehatan ringan dengan menghadirkan dokter jaga,
11
bekerjasama dengan berbagai rumah sakit yang ada di Semarang. Dengan
demikian masjid akan lebih semarak dan mendatangkan kemanfaatan dan
keberkahan bagi jamaah dan masyarakat pada umumnya. Selain itu Masjid
Biturrahman sendiri memiliki program Santunan dan Kepedulian,
Optimalisasi pelayanan ambulance gratis.
3) Ekonomi
Berawal dari keyakinan bahwa masjid adalah merupakan pembentuk
peradaban masyarakat Islam yang didasarkan atas prinsip keutamaan dan
tauhid, masjid menjadi sarana yang dapat melaksanakan dari apa yang
menjadi kebutuhan masyarakat sekitarnya. Hubungan masjid dengan
kegiatan ekonomi tidak hanya hubungan tempat mengkaji gagasan-gagasan
tentang ekonomi saja, tetapi sebagai lingkungan tempat transaksi tindakan
ekonomi pada khususnya disekitar masjid. Contohnya masjid Baiturrahman

11
https://www.wapresri.go.id/wapres-minta-masjid-baiturrahman-semarang-jadi-pusat-pembinaan-
masyarakat-sekitar/ diakses tanggal 17 Februari 2023

8
yang mengadakan program LAZIZBA pada bulan Ramadhan yaitu tradisi
yang tak pernah ketinggalan ialah pembagian takjil dan buka puasa bersama
yang disiapkan Masjid untuk menyambut musafir serta jemaah. Hal ini juga
diagendakan rutin satu bulan penuh oleh Masjid Raya Baiturrahman
Semarang, 300-350 paket diperuntukan bagi jemaah. tetapi yang
diprioritaskan ialah jemaah yang sebelumnya mengikuti tadarus menjelang
berbuka puasa.
4) Pendidikan
Masjid sebagai tempat pendidikan nonformal, juga berfungsi membina
manusia menjadi insan beriman, bertakwa, berilmu, beramal shaleh,
berakhlak dan menjadi warga yang baik serta bertanggung jawab. Untuk
meningkatkan fungsi masjid dibidang pendidikan ini memerlukan waktu
yang lama, sebab pendidikan adalah proses yang berlanjut dan berulang-
12
ulang. Karena fungsi pendidikan mempunyai peranan yang penting untuk
meningkatkan kualitas jama’ah dan menyiapkan generasi muda untuk
meneruskan serta mengembangkan ajaran Islam, maka masjid sebagai media
pendidikan massa terhadap jama‟ahnya perlu dipelihara dan ditingkatkan.
Pada Masjid Baiturrahman telah diadakan kegiatan pendidikan formal
dan nonformal. Pada kegiatan formal diantaranya yaitu telah membangun
fasilitas pendidikan dari Taman Kanak-Kanak(TK), Sekolah Dasar (SD),
hingga Sekolah Menengah Pertama(SMP). Semua lembaga Pendidikan
tersebut diberi nama Hj. Isriati. Hj. Isriati adalah istri dari Gubernur Jawa
Tengah Moenadi. Kegiatan pembelajaran di sekolah, baik formal maupun
non-formal bertujuan untuk mencerdaskan dan menggali potensi setiap
individu, sehingga dapat mengantarkan murid-muridnya untuk mengikuti
kegiatan dan lomba di luar sekolah. Dengan begitu nama sekolah semakin
dikenal oleh masyarakat luas dengan prestasi-prestasinya. Semua bangunan

12
Hanafie, Syahruddin, h. 350

9
TK, SD, SMP Hj. Isriati yang menjadi satu dalam Kawasan Masjid Raya
Baiturrahman, telah mewarnai kehidupan Pendidikan Islam di Kota
Semarang.
5) Dakwah
Masjid merupakan pusat dakwah yang selalu menyelenggarakan
kegiatan- kegiatan rutin seperti pengajian, ceramah-ceramah agama, dan
kuliah subuh. Kegiatan semacam ini bagi para jama’ah dianggap sangat
penting karena forum inilah mereka mengadakan internalisasi tentang nilai-
nilai dan norma-norma agama yang sangat berguna untuk pedoman hidup
ditengah-tengah masyarakat secara luas atau ungkapan lain bahwa melalui
13
pengajian, sebenarnya masjid telah menjalankan fungsi sosial. Beberapa
contoh kegiatan dakwah yang ada pada Masjid Baiturrahman yaitu
menetapkan petugas khatib dan imam yang di ambil oleh pengurus Masjid
Raya Baiturrahman Semarang merupakan seorang khatib dan imam yang
cukup termashur, baik dari orang akademisi, seorang ustadz maupun kyai
yang memiliki kerempilan khutbah dan ceramah, Menyebar luaskan naskah
khutbah dalam bentuk bulletin, Amalan Ramadhan diantaranya mengadakan
kegiatan Tadarus al-Qur’an bersama para HUFADZ (Penghafal al Qur’an)
Setiap malam selama Ramadhan bakda Shalat Tarawih, sampai dengan
selesai di Ruang Shalat Utama Masjid Raya Baiturrahman Semarang, dan
memperingati Hari Besar Islam.
6) Politik
Masjid juga memiliki fungsi dan peran sebagai tempat pemerintahan, di
dalam masjidlah, nabi Muhammad saw, melakukan diskusi-diskusi
pemerintahan dengan para sahabatnya, di masjidlah dilakukan diskusi siasat
perang, perdamaian, dan lain sebagainya. Segala hal duniawi yang di
diskusikan di dalam masjid akan tunduk dan taat akan aturan-aturan Allah,

13
O Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Antara, 1971), h. 148

10
yang artinya tidak akan terjadi penyelewengan dari syariat Allah dalam
mengambil keputusannya.
7) Kesehatan
Masjid berfungsi sebagai balai pengobatan, pada masa Rasulullah,
masjid di jadikan balai pengobatan bagi seluruh pejuang-pejuang yang
mengalami luka setelah berperang. Setiap sisi ruangan/bagian masjid selalu
di manfaatkan oleh rasulullah untuk segala hal aktifitas duniawi
(hablumminannas). Jika masjid memiliki balai pengobatan seperti klinik atau
rumah sakit, maka masyarakat yang membutuhkan akan sangat terbantu
dalam pengobatannya. Dan masjid juga tidak sepi setiap harinya.

B. Ruang Lingkup Masjid


1) Eksistensi Masjid
Di saat Islam masih pada perkembangan awal ke berbagai pelosok
negeri, ketika umat Islam menetap di suatu daerah yang baru, maka salah satu
sarana untuk kepentingan umum dan orang banyak yang mereka buat adalah
masjid. Jadi masjid bukan hanya sebagai tempat beribadah saja, akan tetapi
tempat berlindung bagi khalayak banyak.
Pada era millenial seperti saat sekarang ini, tentunya fungsi masjid
mengalami perubahan dari keberfungsian masjid pada zaman Rasulullah.
14
Akan tetapi, masih tetap ada hubungannya dengan apa yang Rasulullah
lakukan dengan pengikutnya di masjid. Hanya saja, zaman yang tidak lagi
adanya persoalan perperangan dan hal lainnya, menjadikan keberfungsian
masjid sebagai tempat beribadah dan kegiatan-kegiatan keagamaan dalam
aspek pembaruan. Selanjutnya, di era millenial sekarang masjid juga diisi
dengan kegiatan-kegiatan pendidikan berlatar belakang pendidikan ke-

14
https://text-id.123dok.com/document/1y967jvly-ruang-lingkup-masjid-1-eksistensi-masjid-
dinamika-masjid.html diakses tanggal 17 Februari 2023

11
Islaman. Ratarata masjid sudah memiliki TPA (Taman Pendidikan al-Quran),
Taman Kanak kanak Islam, perpustakaan masjid, pesantren ramadhan, SD
Islam bahkan ada masjid yang memiliki Universitas Islam. Lalu juga ada unit
pengumpul shadaqah di beberapa masjid serta wadah sebagai tempat berinfak
bagi masyarakat. Masjid sebagai Pelengkap Tidak sedikit masjid diadakan
sekadar pelengkap dalam suatu lingkungan. Misalnya, di pabrik-pabrik,
kantor, perusahaan, pasar, terminal, kampus, atau di tempat rekreasi. 15
2) Dinamika Masjid
Keadaan masjid menggambarkan keadaan umat islam. Makmur atau
sepinya masjid sangat bergantung pada mereka. Dinamika sebuah masjid
amat ditentukan oleh factor objektif umat islam disekitarnya, umat islam
yang dinamis akan menjadikan masjidnya dinamis.
a. Suara Adzan
Alunan suara adzan dari puncak puncak masjid menunjukan
adanya dinamika pada tempat ibadah itu. Pengumandangan suara adzan
menunjukan di masjid ada kehidupan dan tidak pernah sepi dari
kegiatanibadah kepada Alloh. Dari sebuah masjid yang tidak
memperdengarkan suara adzan mudah dipastikan bahwa ditempat
ibadah itu tidak ada dinamika, sepi. Jika begitu keadaannya tidak ada
artinya masjid itu dibangun, oleh karena itu suara adzan hendaklah
senantiasa dikumandangkan dari masjid pada waktu waktu sholat agar
jamaah senantiasa dating meramaikan dan memakmurkan masjid.
b. Sholat Berjamaah
Masjid adalah tempat sholat berjamaah. Banyaknya jamaaah
yang melaksanakan sholat berjamaah menunjukan masjid itu ramai dan
Makmur. Sholat berjamaah juga menandakan adanya dinamika masjid.

15
Hasil Kerja Sama ICMI Orsat Cempaka Putih Fokkus Babinrohis Pusat dan Yayasan Kado Anak
Muslim, Pedoman Manajemen Masjid, 11-12.

12
Tanpa adanya kegiatan sholat jamaah, shaf shaf masjid masjid bukan
saja akan sepi dari jamaah melainkan juga dapat berubah fungsinya.
c. Suara Ayat ayat Suci
Suara ayat ayat suci Al Qur’an yang senantiasa terdengar di
masjid merupakan salah satu ciri ciri dinamika masjid. Kelanggengan
kegiatan seperti ini menjadikan masjid sebagai tempat suci semakin
terpelihara kesuciannya.
3) Problematika Masjid
Masjid tidak luput dari berbagai problematika, baik menyangkut
pengurus, kegiatan, maupun yang berkenaan dengan jamaah. Jika
problematika ini dibiarkan berlarut larut, kemajuan dan kemakmuran masjid
bisa terhambat, fungsi masjid tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya,
sehingga masjid tidak ada bedanya dengan banngunan biasa.16
a. Pengurus tertutup
Pengurus dengan corak kepemimpinan tertutup biasanya tidak
peduli terhadap aspirasi jamaanya, mereka menganggap diri lebih tau
dan bersikap masa bodoh atas usul dan pendapat. Apabila pengurus
berwatak seperti ini, cukup riskan mengharapkan masjid yang maju dan
Makmur sesuai dengan fungsinya.
b. Jamaah Pasif
Jamaah yang pasif juga salah satu faktor penghambat kemajuan
dan kemakmuran masjid. Pembangunan masjid akan sangat tersendat
sendat apabila jamaahnya enggan turun tangan, keberatan
mengeluarkan Sebagian kecil rezekinya untuk sumbangan, atau malas
menghadiri kegiatan yang direncanakan oleh pihak pengelola masjid.
c. Berpihak pada Satu Golongan atau Paham

16
071211011_Bab2.pdf (walisongo.ac.id) diakses pada tanggal 17/02/23

13
Pengurus masjid yang dalam melaksanakan tugas pembangunan
atau kegiatan pelaksanaan ibadah melihat satu golongan , menolak sikap
paham atau golongan yang kebetulan tidak sehaluan, itu beberapa sebab
dari hilangnya kegairahan kegiatan masjid. Seharusnya seorang
pengurus justru harus berangkat dari kesadaran dan pemahaman bahwa
jamaahnya beraneka ragam.
d. Kegiatan Kurang
Memfu ngsikan masjid semata mata sebagai tempat ibadah
sholat jum’at saja tidak lain hanya berniatan meramaikan masjid hanya
satu minggu sekali. Masjid seperti ini masih dinamakan masjid, tetapi
sungguh jauh dari status maju apalagi Makmur. Agar program program
tersusun dan terlaksana adanya suntikan.
e. Tempat Wudhu Kotor
Kurangnya Pemeliharaan mengakibatkan masjid kotor dan
rusak. Bila tempat wudhu dan wc nya kurang dirawat dan dibersihkan,
dari situ akan menyebabkan bau yang menyengat. Banyak masjid yang
mengabaikan kebersihan dua tempat rawan itu, dimana bau tersebut
sangat mengganggu jorang orang yang sedang beribadah, dan citra
masjid lama kealamaan adan menjadi negative.17
4) Mengatasi Problematika Masjid
Setiap problematika masjid yang muncul perlu diatasi sesuai dengan
keadaan dan kemampuan pengurus, jamaah masjid. Tentunya tidak
semuanya dapat diatasi , tetapi niscaya ada yang dapat ditangani dengan baik
dengan mendahulukan yang lebih patut. Teknik pemecahan masalah pada
umumnya manjur dengan cara bertahap, meski pendekatan secara berjenjang
ini agak memakan waktu, sasaran terpenting adalah suksesnya mencapai
tujuan.

17
Problema Manajemen Masjid, Pikiran Rakyat, Edisi 23 Oktober 2005

14
a. Musyawarah
Wahana musyawarah ini tidak hanya dilakukan Ketika
menghadapi problematika masjid saja, tetapi diperlukan dalam hal
menyangkut kegiatan kegiatan masjid. Berbagai kegiatan masjid akan
berjalan dengan baik dan lancer apabila di msyawarahkan dan
dilaksanakan secara bersama sama.
b. Keterbukaan
Keterbukaan bukan saja akan menumbuhkan kepercayaan
jamaah terhadap pengurus, melainkan juga akan mendorong
terlaksananya kegiatan dengan baik dan hubungan kerja sama yang
elok antara pengurus dan jamaah.18 Dengan attitude seperti ini mereka
memiliki kekuatan untuk menggerakkan jamaahnya, jamaahpun akan
merasa ikhlas menyumbangkan pemikiran, ikut berbagai kegiatan,
terlibat dalam mengatasi problematika masjid. Interaksi yang
demikian yang akan memajukan dan memakmurkan masjid.
c. Kerja Sama
Syarat untuk memelihara keterbukaan adalah suasana
demokratif atau musyawarah. Pengurus dan jamaah memiliki rasa
tanggung jawab yang besar serta munyadari tanggung jawab mereka
sebagai muslim yang diperintah oleh Alloh untuk memakmurkan
masjid tentu tidak tinggal diam Ketika masjid dililit masalah.
5) Memelihara Citra Masjid
Emeliharaan dan pelestarian citra masjid terpikul sepenuhnya di Pundak
umat islam. Baik sebagai pribadi maupun komunitas. Memelihara citra
masjid tidak terbatas pada fisik bangunannya saja, tetapi juga menyangkut
akan gairah kegiatannya. Dalam konteks ini, factor penentunya tak lain dari
sumber daya manusia, yakni pengurus dan jamaahnya.

18
Permana, Paradigma Manajemen Masjid Perlu Diubah, Suara Merdeka, Edisi 23 Maret 2005.

15
a. Akhlak Pengurus
Kualitas kepemimpinan dan kemampuan managerial saja tidak
cukup. Persyaratan lain yag harus terdapat dalam dirinya adalah akhlak
yang terpuji. Sebbab, sebagai panutan banyak orang, akhlak inilah yang
menumbuhkan penghargaan dan kepercayaan jamaah.19
b. Akhlak Jamaah
Tidak hanya pengurusnya saja, jamaahpun perlu memiliki
akhlak yang baik dan mulia. Contohnya Ketika seorang jamaah mencuri
sandal dimasjid walaupun si pelaku bukan jamaah tetap dimasjid itu,
tetap disitu perbuatannya telah merusak citra masjid, masjid terkesan
merupakan tempat ibadah yang tidak aman.
c. Kebersihan Masjid
Masjid yang bersih akan menciptakan suasana nyaman bagi
jamaah yang beribadah. Begitu pula sebaliknya, jika masjid kotor akan
sngat mengganggu ke khusuan beribadah dan tentu akan merusak citra
masjid tersebut sebagai tempat suci dantempat beribadah.
d. Pelaksanaan Ibadah
Pelaksanaan ibadah dimasjid harus disesuaikan dengan aturan
yang telah digariskan dalam agama islam, tetapi apabila prakteknya
melenceng dari garis ketentuan maka pelaksanaan ibadah dimasjid
menjadi acak acakan. Shaf yang rapat dan lurus, imam yang mengerti
akan adab berjamaah akan menghasilkan sholat yang tertib dan khusuk.
Jadi semua pihak wajib memelihara tata tertib beribadah dalam masjid
sesuai dengan tutntunan ajaran islam.

19
Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, cet. Ke-2 Yogyakarta: Pustaka Pe1ajar, 1994.
h. 132

16
3. Standar Pembinaan Masjid Menurut Keputusan Dirjen BIMAS Islam No.
DJ.II/802 Tahun 2014
Standar Pembinaan Manajemen Masjid adalah batasan atau parameter
kualifikasi Pembinaan dan pengelolaan manajemen Masjid berdasarkan tipologi
dan perkembangannya, ditinjau dari aspek idarah (manajemen), imarah (kegiatan
memakmurkan), dan riayah (pemeliharaan dan pengadaan fasilitas).
Idarah adalah kegiatan pengelolaan yang menyangkut perencanaan,
pengorganisasian, pengadministrasian, keuangan, pengawasan dan pelaporan.
Imarah adalah kegiatan memakmurkan masjid seperti peribadatan, pendidikan,
kegiatan sosial dan peringatan hari besar Islam. Ri'ayah adalah kegiatan
pemeliharaan bangunan, peralatan, lingkungan, kebersihan, keindahan dan
keamanan Masjid termasuk penentuan arah kiblat.
Standar Pembinaan Manajemen Masjid bertujuan untuk memberikan
pedoman tentang pembinaan dan pengelolaan masjid dibidang idarah, imarah, dan
riayah kepada aparatur pembina kemasjidan maupun pengurus masjid dalam
rangka meningkatkan kualitas pembinaan dan bimbingan untuk terwujudnya
kemakmuran masjid dan kehidupan umat Islam yang moderat, rukun dan toleran
baik di pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun kecamatan dan desa.

A. Pembinaan Idarah
1) Masjid berfungsi sebagai tempat ibadah shalat, tempat mengayomi dan
membina umat sekitarnya secara aktif. Fungsi masjid sangat luas, maka
perlu adanya idarah (pengelolaan).
2) Idarah ialah kegiatan mengembangkan dan mengatur kerjasama dari banyak
orang guna mencapai suatu tujuan tertentu.
3) Tujuan idarah masjid ialah agar lebih mampu mengembangkan kegiatan,
makin dicintai jamaah dan berhasil membina dakwah di
lingkungannya.Termasuk dalam pengertian idarah ialah, perencanaan,
pengorganisasian, pengadministrasian, keuangan dan pengawasan.

17
B. Pembinaan Imarah
Kegiatan Imarah meliputi :
1) Kegiatan Peribadatan;
2) Majlis Taklim;
3) Remaja Masjid;
4) Perpustakaan;
5) Taman Kanak-Kanak;
6) Madrasah Diniyah;\
7) Pembinaan Ibadah Sosial;
8) Peringatan HBI dan Hari Besar Nasional;
9) Pembinaan Wanita;
10) Koperasi;
11) Kesehatan.
C. Pembinaan Ri’ayah
1) Ri'ayah bertujuan untuk memelihara masjid dari segi bangunan, keindahan
dan kebersihan. Dengan adanya pembinaan ri'ayah masjid, masjid sebagai
baitullah (rumah Allah) yang suci dan mulia akan nampak bersih, cerah dan
Indah, sehingga dapat memberikan daya tarik, rasa nyaman dan
menyenangkan bagi siapa saja yang memandang, memasuki dan beribadah
di dalamnya.
2) Pemeliharaan bangunan masjid meliputi antara lain:
a. Bentuk Bangunan/Arsitektur;
b. Pemeliharaan dari kerusakan;
c. Pemeliharaan kebersihan20

20
SK Dirjen BIMAS Islam No. DJ.II/802 Tahun 2014

18
BAB III

Penutup

Kesimpulan

Manajemen masjid adalah suatu upaya dalam proses pengelolaan, aturan,


penyelelesaian, pengurusan, atau arahan suatu kegiatan yang berhubungan dengan nilai
keagamaan (ibadah) yang dilakukan oleh pengurus masjid dan didukung oleh jamaah
pada suatu masjid yang mana masjid tersebut sebagai pusat kegiatan ibadah. Maka pada
dasarnya manajemen masjid merupakan upaya atau tindakan yang di rencanakan
dengan baik oleh umat Islam dalam membentuk amaliah ibadah yang bertempat di
Masjid, supaya mereka mendapatkan pahala yang membawa mereka memperoleh
keridhoan Allah Swt.

Masjid difungsikan sebagai tempat untuk menyembah dan mendekatkan diri


kepada Allah SWT. Masjid juga dapat digunakan untuk pengembangan kader, tempat
bermusyawarah, tempat pembinaan dan tempat bimbingan umat untuk meningkatkan
pengetahuan. Dalam pelaksanaan dakwah bil hal terdapat tiga cara yang dapat
diTempuh, yakni dakwah lewat pembinaan tenaga, lewat pengembangan institusi dan
lewat pengembangan infrastruktur.

Peranan dan fungsi masjid sendiri lebih luas dari yang kita ketahui diantaranya,
ibadah, sosial kemasyarakatan, ekonomi, pendidikan, dakwah, politik, kesehatan.
Untuk ruang lingkupnya terdiri dari eksistensi masjid, dinamika masjid, problematika
masjid dan cara mengatasinya, dan memelihara citra masjid.

Standar Pembinaan Manajemen Masjid adalah batasan atau parameter


kualifikasi Pembinaan dan pengelolaan manajemen Masjid berdasarkan tipologi dan
perkembangannya, ditinjau dari aspek idarah (manajemen), imarah (kegiatan
memakmurkan), dan riayah (pemeliharaan dan pengadaan fasilitas).

19
DAFTAR PUSTAKA

Ayub, Moh. E. 1996. Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani)


Ayub, Moh. E, Muhsin MK dan Ramlan Mardjoned. 2001. Manajemen Masjid,
(Jakarta: Gema Insani Press)
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya: Juz 1-30, (Jakarta: PT.
Kumudasmoro Grafindo)
Gazalba, O Sidi.1971. Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka
Antara)
Kuntowijoyo. 1994. Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, cet. Ke-2 Yogyakarta:
Pustaka Pe1ajar
Manulang, M. 2004. Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia)
Mahendrawati, Nanih dan Agus Ahmad Syafi’I. 2001. Pengembangan Masyarakat
Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya)
Muriah, Siti. 2000. Metodelogi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka)
Permana, Paradigma Manajemen Masjid Perlu Diubah, Suara Merdeka, Edisi 23
Maret 2005.
Problema Manajemen Masjid, Pikiran Rakyat, Edisi 23 Oktober 2005
Rafi'uddin Dkk. 2001. Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001)
SK Dirjen BIMAS Islam No. DJ.II/802 Tahun 2014

Terry,George. R. 1999. Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara)


https://www.wapresri.go.id/wapres-minta-masjid-baiturrahman-semarang-jadi-pusat-
pembinaan-masyarakat-sekitar/
https://text-id.123dok.com/document/1y967jvly-ruang-lingkup-masjid-1-eksistensi-
masjid-dinamika-masjid.html
071211011_Bab2.pdf (walisongo.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai