Anda di halaman 1dari 6

KAJIAN TEORI

A. MASJID

Pengertian masjid ditinjau dari segi etimologi berasal dari kata “masjid” yang

merupakan kosakata dari bahasa Arab yaitu lafad “sajada” yang memiliki akar kata s-

jd yang bermakna “sujud atau menundukkan kepala hingga dahi menyentuh

tanah”.1Kata masjid merupakan kata jadian dari akar kata aslinya yang merupakan

kata benda “sajdan”. Kata jadian ini berupa isim makan yaitu kata benda yang

menunjukkan tempat. Dengan denikian masjid adalah tempat sujud atau tempat

menundukkan kepala hingga ke tanah sebagai ungkapan ketundukkan penuh kepada

Allah SWT (Usman Ismail, 2001:1). Secara kebahasaan, kata masjid tergolong ke

dalam kategori “sima’i”, sebuah bentuk kata yang harakatnya menyalahi kaidah

gramatika bahasa Arab. Kata masjid semestinya memiliki bacaan “masjad” bukan

“masjid” karena menunjukkan tempat dan mengikuti wazan “maf’alun” bukan

“maf’ilun”( Al-Fiyah Ibn Malik, 1997:132).

Pengertian etimologi tersebut di atas tidak menunjukkan perbedaan signifikan

dengan pengertin terminologi, dimana masjid didefinisikan sebagai tempat shalat

Jum’at dalam konteks ke-Indonesiaan yang memiliki bangunan fisik besar seperti

yang dikenal masyarakat muslim Indonesia. Definisi masjid seperti ini, pada

gilirannya menimbulkan salah persepsi pada sebagian besar masyarakat muslim

Indonesia, sehingga mereka membeda-bedakan antara tempat shalat berbentuk masjid

dengan tempat shalat berbentuk mushalla.

Padahal, keduanya merupakan tempat sujud yang dapat digunakan untuk

shalat lima waktu dan shalat Jum’at. Masjid adalah rumah Allah SWT yang dibangun

sebagai sarana bagi umat Islam untuk mengingat, mensyukuri dan menyembah Allah

1
SWT dengan baik. Selain itu, masjid juga merupakan tempat melaksanakan berbagai

aktifitas amal shaleh, seperti tempat bermusyawarah, pernikahan, benteng dan strategi

perang, mencari solusi permasalahan yang terjadi di tengah-tengah umat dan

sebagainya. Masjid dapat diumpamakan dengan kolam-kolam spritual yang

membersihkan segala bentuk dosa, noda dan bekas-bekas kelengahan seorang hamba

(Yusuf Al-Qaradhawi, 2000:8).

Dengan demikian, masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan

shalat secara berjama’ah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturahmi di

kalangan kaum muslimin. Di masjid pulalah tempat terbaik untuk melangsungkan

shalat jum’at. Masjid merupakan tempat ibadah multi fungsi. Masjid bukanlah tempat

ibadah yang dikhususkan untuk shalat dan I’tikaf semata. Masjid menjadi pusat

kegiatan positif kaum muslimin dan bermanfaat bagi umat. Dari sanalah seharusnya

kaum muslimin merancang masa depannya, baik dari segi din (agama), ekonomi,

politik, sosial, dan seluruh sendi kehidupan, sebagaimana para pendahulunya

memfungsikan masjid secara maksimal.

B. OPTIMALISASI PERAN MASJID

Optimalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari

kata optimal yang artinya terbaik atau tertinggi. Mengoptimalkan berarti menjadikan

paling baik atau paling tinggi, sedangkan optimalisasi adalah proses pengoptimalan

sesuatu menjadi paling baik atau paling tinggi (Tim Penyusun Kamus Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990:682). Jadi optimalisasi adalah sesuatu

atau proses memaksimalkan sesuatu menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.

“Peran” adalah sesuatu yang jadi bagian atau memegang pelaku utama (dalam

terjadinya sesuatu hal atau peristiwa) (Poerwardaminta, 1976:283). Sehingga yang

2
dimaksud istilah Peran Masjid adalah keterlibatan pengurus, pengelola, dan

kepengurusan organisasi masjid dalam upaya menumbuh kembangkan peradaban dan

kesejahteraan manusia.

Sidi Gazalba dalam bukunya Masjid: Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam,

telah menguraikan secara komprehensif tentang peran masjid bagi umat Islam.

Menurutnya, selain masjid sebagai tempat ibadah, ia juga berperan sebagai

penyebaran ilmu pengetahuan, pusat kebudayaan, kegiatan sosial, ekonomi, politik,

seni dan juga filsafat. Bahwa masjid dikatakan berperan dengan baik jika memiliki: 1.

Ruang shalat yang memenuhi persyaratan kesehatan, 2. Ruang-ruang khusus wanita

yang memungkinkan mereka keluar-masuk tanpa bercampur dengan pria, baik

digunakan untuk shalat maupun untuk membina keterampilan mereka, 3. Ruang

pertemuan dan perpustakaan, 4. Ruang poliklinik dan ruang perawatan jenazah, 5.

Ruang bermain, berolahraga, dan berlatih bagi remaja (Gazalba, 1994 : 34).

Dengan melihat peran masjid sebagaimana tersebut di atas, maka

diupayakanlah penataan dan pengelolaan masjid secara baik dan benar dengan

mengoptimalkan fungsi-fungsi manajemen masjid, meskipun para ahli berbeda

pendapat mengenai fungsi-fungsi manajemen, tetapi pada dasarnya pendapat mereka

memuat fungsi: (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) penggerakan, dan (4)

pengontrolan. Seiring dengan pertumbuhan masjid dan tantangan perubahan zaman

yang semakin cepat, pengelolaan masjid menuntut manajemen yang baik. Manajemen

yang baik itu, diperlukan untuk mewujudkan kemakmuran masjid. Kemakmuran

sebuah masjid, tergantung pada bagaimana mengelola dan mendayagunakan masjid

dengan sebaik-baiknya. “Peran” adalah sesuatu yang jadi bagian atau memegang

pelaku utama (dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa) (Poerwardaminta,

1976:283). Sehingga yang dimaksud istilah Peran Masjid adalah keterlibatan

3
pengurus, pengelola, dan kepengurusan organisasi masjid dalam upaya menumbuh

kembangkan peradaban dan kesejahteraan manusia.

Sidi Gazalba dalam bukunya Masjid: Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam,

telah menguraikan secara komprehensif tentang peran masjid bagi umat Islam.

Menurutnya, selain masjid sebagai tempat ibadah, ia juga berperan sebagai

penyebaran ilmu pengetahuan, pusat kebudayaan, kegiatan sosial, ekonomi, politik,

seni dan juga filsafat. Bahwa masjid dikatakan berperan dengan baik jika memiliki: 1.

Ruang shalat yang memenuhi persyaratan kesehatan, 2. Ruang-ruang khusus wanita

yang memungkinkan mereka keluar-masuk tanpa bercampur dengan pria, baik

digunakan untuk shalat maupun untuk membina keterampilan mereka, 3. Ruang

pertemuan dan perpustakaan, 4. Ruang poliklinik dan ruang perawatan jenazah, 5.

Ruang bermain, berolahraga, dan berlatih bagi remaja (Gazalba, 1994 : 34).

Dengan melihat peran masjid sebagaimana tersebut di atas, maka

diupayakanlah penataan dan pengelolaan masjid secara baik dan benar dengan

mengoptimalkan fungsi-fungsi manajemen masjid, meskipun para ahli berbeda

pendapat mengenai fungsi-fungsi manajemen, tetapi pada dasarnya pendapat mereka

memuat fungsi: (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) penggerakan, dan (4)

pengontrolan. Seiring dengan pertumbuhan masjid dan tantangan perubahan zaman

yang semakin cepat, pengelolaan masjid menuntut manajemen yang baik. Manajemen

yang baik itu, diperlukan untuk mewujudkan kemakmuran masjid. Kemakmuran

sebuah masjid, tergantung pada bagaimana mengelola dan mendayagunakan masjid

dengan sebaik-baiknya.

4
C. KUALITAS JAMAAH

Masjid yang makmur, di samping diukur dari ramainya jamaah dan maraknya

kegiatan, juga dari kualitas jamaahnya. Jamaah yang baik dan berkualitas akan lebih

efektif dalam memakmurkan mesjid. Sebab mereka akan berusha meningkatkan

berbagai aktifitas yang menarik sehingga masyarakat datang memakmur masjid,

apabilah kualitas jamaahnya rendah atau pas-pasan, tingkat kemajuan mesjid pun

biasanya jalan di tempat atau bergerak sangat lambat. Untuk memakmurkan masjid itu

yang di perlukan oleh pengurus mesjid yaitu karna adanya kegiatan-kegiatan yang

bermamfaat seperti kajian rutin dan pertemuan antara pengurus masjid dan

masyarakat untuk melakukan musyawarah dalam rangka meningkatkan kualitas

jamaah. Upaya untuk meningkatkan kualitas jamaah di masjid antara lain:

1. Mengatur managemen masjid yang di maksud adalah membuat struktur

ketakmiran mulai dari ketua sampai anggota remas.

2. Takmir di pimpin oleh seorang kiyai yg memang memilikikarisma,pendidikan

agama yg maksimal dan juga di segani sehingg dapat memberikan pengaruh dlm

masyarakat

3. Kerjasama dengan pimpinan masyarakat atau Lurah, Rw dan Ketua Rt agar dapat

membrikan dorongan untuk hadir di masjis dalam sholat jamaah

4. Memberikan fasilitas masjid dan juga menfasilitasi masjid dgn bekerjasama dgn

tokoh masarakat dan jg masyarakat sekitar

5. Memberilan taujihat atau siraman rohani dan risalah ilahiyah...dalam setiap

pertamuan baik dalam acara ataupun kegiatan masyarakat.

6. Mengadakan kegiatan masyarakat yang mengarah kependidikan yang kegiatan

tersebut di selenggaran di masjid.

5
Dengan melihat upaya untuk meningkatkan kualitas jamaah di masjid

sebagaimana tersebut di atas, maka diharapkan bisa menumbuhkan kelekatan dalam

hati untuk selalu hadir dalam sholat 5 waktu, masjid bisa dijadikan masjid layaknya

tempat ibadah yang dicintai masyarakatdan tempat satu-satunya dalam beribadah, bisa

menjadi media silahturahmi dan ukhuwah islamiyah antar umat serta memberikan

ketenangan dan kematangan dalam berfikir, bisa menampakkan kekuatan umat dan

kebersamaan umat islam dan itu semua dimulai dengan semangatnya hadir sholat

dimasjid dan bisa untuk menjadi sarana ibadah dan juga dimanfaatkan untuk belajar

agama , meramaikan masjid frngan berbagai kegiatan keagamaan guna memberikan

kesiapan penerus. Penerus yang selain mapan juga memiliki keimanan, ketakwaan,

dan ilmu agama yang baik.

Anda mungkin juga menyukai