Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL SKRIPSI

STRATEGI MANAJEMEN MASJID BAITUR RAHMAN DALAM


MENGEMBANGKAN SYI’AR ISLAM DI DESA KARANG
ANYAR KECAMATAN MUARA PADANG KABUPATEN
BANYUASIN

Oleh :
Burlian Elfin
NIM: 1930504054

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN PATAH PALEMBANG
TAHUN 1443 H/2022
PROPOSAL SKRIPSI

STERATEGI MANAJEMEN MASJID BAITUR RAHMAN DALAM


MENGEMBANGKAN SYI’AR ISLAM DI DESA KARANG ANYAR
KECAMATAN MUARA PADANG KABUPATEN BANYUASIN

A. Latar Belakang Masalah

Syi’ar yang berasal dari bahasa arab syu’ur yang memilki makna suatu
rasa yang masuk dalam konteks ibadah dalam pemahaman islam seperti halnya
syi’ar dalam ibadah sholat yang di mulai terdengarnya suara azan, kemudian
besiap menuju masjid dan mengambil air wudhu serta melakukan sholat secara
berjamaah. Syi’ar – syi’ar yang semacam itulah yang selalu menjadikan umat
islam yakin dalam melakukan Ibadah yang di printahkan oleh Allah dan dapat
meningkatkan rasa takwanya sebagaimana firman allah dalam Q.S al-Hajj : 32
yang artinya “ Dan barang siapa yang mengunakan syi’ar-syi’ar Allah, maka
sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan “ . Islam adalah agama yang sempurna
di atas muka bumi, dari hal yang terkecil dan hal yang terbesar yang di atur dalam
Al-Qur’an, termasuk tentang mensejahterakan Rumah Allah S.W.T ( masjid ).
Masjid adalah tempat beribadah umat islam, pada zaman rasulullah S.A.W.
masjid bukan hanya sebagai tempat beribadah, masjid juga di fungsikan sebagai
tempat menuntut ilmu, tempat pertemuan, tempat bermusyawarah, tempat
perlindungan, tempat kegiatan social, tempat pengobatan orang sakit, tempat
beribadah dan tempat penerangan serta madrasah ilmu.1

Masjid tidak hanya menjadi pusat pribadatan dan muamalah akan tetapi
masjid juga sebagai tempat untuk melakukan suatu kegiatan yang membawa
kemaslahatan, kesejahteraan hidup baik itu hidup didunia maupun kehidupan di
akhirat nanti hal ini yang di bekali dengan adanya ceramah agama islam, diskusi
tentang ajaran islam, pelatihan da’I, social, ekonomi, dan budaya, yang pada
1
Ahmad Yanni, Panduan Memakmurkan Masjid,Tarbiyatuna, ( Jakarta, 1999 ), h.13 - 21
1
intinya suatu bangunan masjid yang di gunakan untuk suatu kepentingan agama
islam yang sesuai dengan aturan-aturan agama islam yang bepedoman pada AL-
Qur’an dan Hadits. Syi’ar Islam merupakan suatu hal yang penting dalam
kehidupan umat islam sehingga syi’ ar islam harus di jaga di kalangan umat islam
karena hal itu merupakan eksistensi islam dan kaum muslim.

Masjid merupakan tempat yang sengat mulia dan jika berada di dalamnya
tentu akan merasalan suatu kebahagiaan. Dari masjid orang – orang dapat belajar
mengenai berbagai sendi kehidupan memalui tentang agama, urusan social,
sampai persoalan pendidikan. Masjid bermakna rumah Allah S.W.T yang di
bangun agar umat mengingat, mensyukuri, dan menyembahnya dengan baik.2
Sebagai temapat beribadah masjid juga menjadi pusat kegiatan umat muslim yang
sangat bermanfaat bagi masyarakat, tidak hanya itu ketika suatu masjid yang si
gunakan untuk berbagai kegiatan tentunya masjid sudah menyediakan fasilitas
yang dapat di gunakan untuk kepentingan para pengurus masjid dan jamaa’ah
masjid baik itu dari kalangan orang tua maupun remaja terutama hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan ibadah. Awtiap kegiatan yang di landasi dengan niat
untuk belajar yang mensyi’arkan ajaran agama allah maka kegiatan tersebut
dinilai pahala oleh Allah S.W.T. Kegiatan kegiatan yang positif seperti adanya
pengajian mingguan maupun bulanan yang tujuannya untuk mengajak para
jama’ah, remaja dan masyarakat sangat bermanfaat bagi nagi mereka yang minim
pemahaman terhadap ajaran agama islam. Di suatu sisi masyarakat yang masih
percaya dengan supranatural butuh proses untuk menerima suatu kebenaran yang
di sampaikan melalui, pengajian, dan kegiatan – kegiatan keagamaan. Dengan
demikian masjid menjadi suatu wadah untuk menyampaikan kebenaran dengan
maksud dan tujuan agar masyarakat yang masih percaya kepada hal-hal yang
bertentangan dengan masalah keyakinan dan kebenaran yang berdasarkan AL-

2
Yusuf Al-Qaradhawi, Al-Dhawarbit al – Syari’iyah II Binai al-masajidid, di terjemahkan
oleh Abdul Hsyyie al-katani ( Cet I, Jakarta: Gema Instansi Press,2000),h.7
2
Qur’an dan Hadits. Dengan adanya kegiatan tersebut secara perlahan mereka
mengetahui dan memahami ajaran islam secara benar.

Fungsi masjid sangat penting bagi kehidupan manusia selain untuk


beribadah kepada allah masjid juga di fungsikan sebagai tempat musyawarah hal
ini yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang kerap terjadi di
kalangan masyarakat. Dengan ini pengurus masjid akan sadar pentingan
kepengurusan masjid yang memilik strategi manajemen yang baik sehingga
masjid menjadi sumber pengetahuan dan manjadi hal penting dalam prubahan
kepercyaan masyarakat.

sekitar agar mereka dapat memahamai Syiar agama islam juga merupakan
suatu hal yang sangat berguna dalam penyebaran agama islam di berbagai
wilayah. Untuk menentukan suatu pencapaian dalam kegiatan dakwah ke suatu
daerah ke daerah lain, tentunya kegiatan syiar harus di lakukan secara terus
menerus agar wilayah wilayah pelosok daerah juga mendapatkan pengajaran
tentang agama islam sehingga masyarakat di desa juga merasakan indahnya nilai-
nilai islam. Islam juga mengajarkan kepada manusia untuk menyampaikan suatu
kebaiakan hal inilah mendorong kegiatan syiar di masjid-masjid harus di
laksanakan semaksimal mungkin guna memberikan pengetahuan serta
pembelajaran kepada masyarakat terhadap ajaran agama islam. Sebagaimana
hadits yang di riwayatkan oleh imam muslim:

”Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya, hadits dari


sahabat Uqbah bin 'Amr bin Tsa'labah radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menunjuki kepada
kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).

Dari hadits tersebut seseorang yang menunjukkan kepada kebaikan ia akan


mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakan kebaikan itu tanpa
3
mengurangi pahalanya sedikitpun, dengan demikian kegiatan syiar agama islam
merupakan suatu hal yang pokok yang harus kita aplikasikan dalam setiap
lembaga. Suatu kegiatan syiar dilakukan dengan baik pada suatu masjid tentu
akan membawa kebaikan bagi para jamaah. Hal ini tentulah tidak lepas dari
orang-orang yang peduli terhadap perkembangan agama islam, dalam
menyampaikan syiar kepada masyarakat tentunya di butuhkan seorang yang ahli
dan faham terhadap ajaran agama islam baik itu dari penyampaian yang mudah di
fahami dari setiap kalangan dan masjid sebagai wadah untuk menyampaikan
kebenran tersebut yang tujuannya untuk meminimalisir kepercayaan masyarakat
terhadap supranatural. Kini kesadaran jamaah masjid akan pentingnya
kepengurusan masjid dalam memakmurkan masjid sedemikian besar. Hal ini
karena, manakalah masjid hendak di fungsikan sebagai pusat pembinaan umat,
sudah tidak mungkin lagi kepengurusan masjid di tangani oleh satu atau dua
orang. Diperlukan tenaga kepengurusan yang jumlahnya cukup dan kualitas yang
memadai.

Personil jamaah masjid itu harusnya melakukan kerja sama ( amal jama’I )
yang baik agar terwujud kemakmuran masjid yang diidam-idamkan dab terbina
jamaahnya hingga menjelma menjadi masyarakat yang islami.3 Untuk
menghidupkan fungsi masjid yang sebenarnya, banyak upaya-upaya yang di
lakukan oleh pengurus masjid agar kegiatan-kegiatan jamaah terarah dan
terorganisir dengan rapi. Dengan upaya ini dapat mengoptimalkan kegiatan
jamaah yang mampu mengali potensi peran masjid menjadi lebih baik sehingga
masjid menjadi lebih makmur dan kegiatan jamaah berjalan dengan baik, jamaah
semakin banyak dan ramai karena jamaah merasa puas dengan program dan
kepengurusan masjid serta fasilitas yang di sediakan. Oleh karena itu, menjadi
kewajiban bagi setiap pengurus masjid yang memiliki suatu strategi manajemen
dakwah yang tujuannya untuk mengembangkan syiar islam agar masyarakat
3
Ahmad Yani, panduan memakmurkan masjid , (Jakarta : Khairun Ummah, 1999 ), h.131-
132
4
mengetahui dan memahami ajaran agama islam. Keterkaitan antara meningkatkan
kuantitas jamaah dan pengurus masjid, pengurus masjid yang berkualitas akan
melahirkan jamaah yang berkualitas, pengurus masjid yang berkualitas yang
mampu memimpin dan membina jamaah menjadi berkualitas dan dapat
meningkatkan jumlah jamaah. Maka dari itu, jamaah dan pengurus masjid perlu
bekerja sama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan
kuantitas jamaah.4 Dalam hal ini di perlukan strategi dari kepengurusan masjid
yang mempu memakmurkan dan mengembangkan syiar islam dengan cara
pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan, prencanaan,
dan pengorganisasian. Maka peran masjid sangatlah penting sebagai pusat
peradaban umat islam yang memberikan dampak positif bagi perkembangan syiar
islam di kalangan masyarakat pedesaan.

Dengan melihat pemarsalahan yang terjadi peneliti tertarik untuk meneliti


sterategi manajemen masjid dalam mengembangkan syi’ar islam, yang mana
dapat kita ketahui masjid merupakan salah satu tempat yang paling strategis
dalam melakukan syiar agama islam. Kemakmuran masjid menjadi salah satu
simbol kejayaan dan kebangkitan umat islam hal ini yang melatar belakangi
penulis untuk melakukan penelitian skripsi mengenai judul permasalahan “
Sterategi Manajemen Masjid Baitur Rahman Dalam Mengembangkan Syi’Ar
Islam Di Desa Karang Anyar Kec. Muara Padang Kab. Banyuasin.

B. Rumusan Masalah
Denagan melihat latar belakang masalah yang telah di uraikan
sebelumnya maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

4
Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid, ( Cet I : Jakarta : Gema Insani Press, 1996 ), h. 128
5
a. Bagaimana Strategi Manajemen Masjid Baitur Rahman Dalam
Mengembangkan Syi’ar Islam Di Desa Karang Anyar Kec. Muara Padang
Kab. Banyuasin ?
C. Tujuan Penelitia
Berkaitan Dengan permasalahan yang telah di rumuskan di atas, maka
dalam penelitian ini di tetapkan beberapa tujuan penelitian, antara laina
a. Untuk Mengetahui Sterategi Manajemen Masjid Baitur Rahman Dalam
Mengembangkan Syi’ar Islam Di Desa Karang Anyar Kec. Muara Padang
Kab. Banyuasin.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini dapat di jadikan refrensi bagi universitas islam
negeri raden fatah Palembang untuk mengembangan wawasan dan
pengetahuan yang berkaitan dengan sterategi manajemen masjid baitur
rahman dalam mengembangkan syi’ar islam di Desa Karang Anyar kaec.
Muara Padang kab. Banyuasin.
2. Kegunaan Praktis
a. Untuk desa karang anyar supaya hasil dari penelitian ini dapat
membantu memberikan wawasan tentang sterategi manajemen masjid
baitur rahman dalam mengembangkan syi’ar islam di desa karang
anyar kec. Muara padang kab. Banyuasin dan juga hasil dari penelitian
ini dapat membantu memecahkan persoalan yang terjadi di masyarakat
baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
b. Untuk prodi manajemen dakwah semoga bisa memberikan tambahan
wawasan terkhusus bagi sterategi manajemen masjid baitur rahman,
serta bisa menjadi acuan bagi adik-adik jurusan manajemen dakwah
guna untuk mencari refrensi terkait dengan hal ini.
E. Tinjauan Pustaka

6
Berdasarkan hasil penelusuran peneliti guna untuk mencega agar tidak
terjadi kesamaan dalam penulisan dengan peneliti lain, maka peneliti
mencantumkan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian
penulis yaitu:
1. Penelitian Terdahulu
Kajian dalam bentuk skripsi karya Ramadhana Ikhsan yang berjudul
“Manajemen Masjid Raya Dalam Pengembangan Dakwah Islam Di
Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat “ kajian ini memberikan informasi
kepada peneliti terhadap pengembangan dakwah islam melalui melalui
pengajian- pengajian rutin, pengajian khusus remaja masjid, tabligh akbar,
majelis taklim, jum’atan, peringatan hari besar Islam, dan pengajian khusus
bulan Ramadhan. Dakwah tersebut disampaikan dengan cara bil-lisan dan bil-
kitabah oleh ustadz- ustadz yang yang telah dipilih pengurus Badan kenaziran
Masjid untuk mengisinya. Supaya kegiatan diatas tidak saling berbenturan
maka pengurus menjadwalkan5 semua kegiatan dakwah tersebut kedalam
jadwal-jadwal kegiatan. dan yang belum memiliki jadwal pengurus
melakukan komunikasi melalui handphone kepada ustadz untuk mengisi pada
hari yang telah ditentukan. Melalui pengajian rutin kami para pengurus Masjid
Raya Pangkalan Berandan terkhusus bidang imarah selalu memantau
perkembangan yang terjadi di masyarakat sehingga dengan adanya ustadz
pengajian dan isu yang berkembang di masyarakat, kami meminta materi
kepada al-ustadz supaya pembahasan pada pengajian tersebut lebih berfokus
untuk menjelaskan tetapi tidak untuk memecah belah umat. Sehingga
wawasan jamaah terbuka dan pengetahuan jamaah bertambah terhadap isu-isu
yang berkembang dan mengerti untuk menghadapi secara syariat Islam.
Kajian dalam bentuk skripsi karya Bandar Robi Attamimi yang
berjudul “ Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan Di Dkm Masjid

5
Ramadhana Ikhsan “ Manajemen masjid raya dalam pengembangan dakwah islam di
pangkalan berandan kabupaten langkat “, hlm. 59-60
7
Baitul Makmur Srengseng Sawah-Jakarta Selatan” hasil dari penelitian ini
yaitu mengenalkan syariat islam kepada para remaja, mempererat tali
silaturahmi antar remaja dengan warga sekitar, menjalin kedekatan untuk
mencintai Islam secara keseluruhan, mengasah serta menyalurkan kreatifitas
para remaja dengan hal hal keagamaan yang sangat positif, menumbuhkan
jiwa sosial remaja serta menanam ajaran islam serta sebagai sarana promosi
kegiatan masjid. mengembangkan kegiatan keagamaan terhadap remaja
dengan cara Pembinaan remaja melalui masjid, Meningkatkan kualitas dan
kuantitas remaja masjid, Melakukan Intensitas Hubungan Antara Ta‟mir
(DKM) Dan Remaja Masjid serta Memelihara Sikap Dan prilaku aktivis
remaja masjid, dan mengenali apa saja jenis jenis kegiatan keagamaan yang
perlu dikembang.6
Penelitian dalam bentuk skripsi karya Anisa Hanna Sanjani yang
berjudul “ Strategi Dakwah Oleh Pengurus Masjid Upaya Memakmurkan
Masjid Jami’ Al-Anwar Teluk Betung Bandar Lampung “ Hasil dari
penelitian ini membahas tentang pengaturan tentang pelaksanaan fungsi
masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat pembangunan umat
dan kebudayaan Islam seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Idarah
meliputipendidikan aqidah Islamiyah, pembinaan akhlakul karimah,
penerangan ajaran Islam secara teratur menyangkut: a. Pembinaan ukhuwah
islamiyah dan persatuan umat. b. Melahirkan fikrul islamiyah dan kebudayaan
Islam. c. Mempertinggi mutu ke-Islaman dalam diri pribadi dan masyarakat.
Dalam kaitannya strategi dakwah pengurus masjid jami’Al-Anwar dibidang
ini yang telah dipaparkan pada bab III sebelumnya pengurus terus berupa
untuk memberikan yang terbaik kepada jamaah masjid jami’ Al- Anwar,
dengan mengadakan berbagai kajian ilmu agama seperti fiqih, aqidah,
tafsif ,hadits dan lain-lain. Kemudian strategi dibidang Idarah binail ruhiyini

6
Bandar Robi Attamimi “ Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan Di Dkm Masjid
Baitul Makmur Srengseng Sawah-Jakarta Selatan”, hlm.43-59
8
juga pengurus telah melakukan kegiatan seperti peringatan hari besar islam
seperti maulid nabi, isra’ mi’raj dan tahun baru Islam, kegiatan tersebut
biasanya di undanglah da’i yang terkenal guna untuk menarik para jama’ah
untuk dapat hadir dan mengikuti apa yang disampaikan oleh par da’i.7
Penelitian dalam bentuk skripsi karya Windi Aulia yang berjudul “
strategi pemberdayaan masyarakat berbasis masjid di desa pulau gambar
kecamatan serba jadi kabupaten serdang bedagai “ hasil dari karya ini yaitu
memberdayakan berbagai masyarakat yang berbasis masjid dan berbagai
aspek kehidupan yang mana tujuanya untuk mencapai kehidupan yang
sejahtera.8
Penelitan dalam bentuk skripsi karya rahmadani yang berjudul “
strategi manajemen masjid dalam mewujudkan masyarakat religious di masjid
besar limbung kecamatan bajeng kabupaten goa “ adapun hasil dari karya ini
yaitu Penelitian ini mengkaji secara khusus tentang strategi manajemen yang
digunakan dalam menarik jamaah masjid dan mayarakat untuk menjadikan
problem social dan agama dalam masyarakat melalui penerapan strategi
manjemen.9
2. Landasan Teori
Sebagai landasan dasar dalam penelitian ini, penulis mengunakan
konsep-konsep teori yang berhubungan dengan Sterategi Manajemen Masjid
Baitur Rahman Dalam Mengembangkan Syi’ar Islam Di Desa Karang Anyar
Kec. Muara Padan Kab Banyuasin.
a. Pengertian Strategi
Ditinjau dari segi etimologi kata startegi berasal dari bahasa Yunani
yaitu strategos yang artinya suatu usaha agar mencapai kemenangan pada
7
Anisa Hanna Sanjani “ Strategi Dakwah Oleh Pengurus Masjid Upaya Memakmurkan
Masjid Jami’ Al-Anwar Teluk Betung Bandar Lampung “, hlm.73-74
8
Windi Aulia “ strategi pemberdayaan masyarakat berbasis masjid di desa pulau gambar
kecamatan serba jadi kabupaten serdang bedagai “ hlm. 42
9
Rahmadani“ strategi manajemen masjid dalam mewujudkan masyarakat religious di masjid
besar limbung kecamatan bajeng kabupaten goa “hlm.52
9
suatu pertempuran. strategi mulanya digunakan pada lingkungan militer,
namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang memiliki esensi
yang relatif.10Secara umum pengertian strategi adalah suatu rencana tentang
cara-cara pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk
meningkatkan efektivitas dan efesiensi dari suatu sasaran kegiatan. Strategi
dapat dipahami sebagai sistem pakar itu adalah tubuh pengetahuan dan
seperangkat teknik yang diterima secara luas dan telah melakuka perjalanan
diluar kota. Menurut bussines dictionary strategi merupakan metode atau
rencana yang dipilih untuk membawa masa depan yang diinginkan, seperti
pencapaian tujuan atau solusi untuk sebuah masalah.11
b. Tahapan-Tahapan Strategi
1) Perumusan
a) Menjelaskan tahap pertama dari faktor yang mencakup analisis
lingkungan eksternal maupun internal melalui penetapan visi dan
misinya perencanaan dan tujuan strategi.
b) Perumusan strategi merupakan penyusanan langkah-langkah ke
depan yang dimaksudkan untuk membangun tujuan serta
merancang strategi untuk mencapai costumer value terbaik.12
Dengan adanya tahapan strategi perusahaan dapat menentukan
pola dan langkah-langkah dalam menentukan sasaran membuat
kebijakan dan memotivasi karyawan dan mengalokasikan
sumberdaya, mengembangkan budaya, sitem informasi dan
menghubungkan kompensasi untuk karyawan dengan organisasi.
sehingga tujuan organisasi dapat terwujud dengan baik.
Perumusan trategi yang baik memberikan dampak positif bagi

10
Haudi, Strategi Pembelajaran, (Sumatera Barat: Insan Cendikia Mandiri, 2021) Hlm.1
11
Surtina, Bimbingan Dan Konseling, (Yogyakarta : Cv Budi Utama. 2021) Hlm 108
12
Bambang Haryadi, Strategi Manajemen, (Malang: Bayumedia Pubhlising, 2005), h. 5
10
lembaga sehingga mengurangi tingkat kegagalan dan mencapai
tujuan dan visi misi organisasi
2) Pelaksanaan
a) Setelah tahap perumusan selesai maka berikutnya adalah tahap
yang krusial yakni pelaksaan atau eksekusi.
b) Pelaksaan strategi dilakukan dengan membangun struktur,
pengembangan program dan prosedur pelaksaan. Tingkat
keberhasilan strategi akan di tentukan oleh kerjasama dan
solidaritas dan alokasi sumber daya dan kebijakan yang tepat,
guna memperhatikan situasi dan kondisi untuk mencapai
keberhasilan.13 Dalam strategi memilki dua konsep yaitu
perumusan atau rancangan awal dan pelaksanaan atau tahap
eksekusi jadi apa yang dirumuskan dilaksakan dengan cara
kerjasama dan mengalokasikan sumberdaya, dan mengikuti
kebijakan yang tepat serta memahami situasi dan kondisi di sekitar
sehingga bisa mencapai keberhasilan organisasi.
c. Konsep Esensi Strategi
1) Makna pentingnya strategi
Strategi sudah menjadi perbincangan yang sangat umum dan
mendefinisikan strategi sesuai dengan kepentingan perusahaan atau
organisasi dalam mencapai tujuan yakni sekumpulan tindakan yang
dirancang untuk menyesuaikan antara kompetensi lembaga dan tuntunan
eksternal pada satu hasil karya. Adapun keharusan untuk menyusun
strategi adalah untuk mencapai tujuan baik pada jangka menengah
maupun jangka panjang, strategi akan menjamin lembaga dapat bertahan
atau berkembang pada masa yang akan datang. 14Dengan demikian
hadirnya strategi sebagai teknik dalam mengelola dan merancang dalam

13
Bambang Haryadi, Strategi Manajemen, h. 7.
14
Rachat, Manajemen Strategik, h. 2
11
sebuah program lembaga sehingga apa yang menjadi tujuan lembaga bisa
tercapai. Karena strategi sifatnya yang tidak mutlak dan statis sehingga
strategi dapat menyesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan sehingga
manajemen dan strategi bisa dipandukan dalam sebuah lembaga dalam
menjalankan program dan mengurangi kemungkinan-kemungkinan yang
tidak dibutuhkan.
2) Konsep strategi
Strategi dideskripsikan secara umum yang akan dituju suatu
lembaga untuk mencapai tujuannya. Perusahaan akan mencocokan
kompetensi dengan peluang, selanjutnya strategi yang digunakan untuk
mengevaluasi keunggulan dan kelemahan sehubungan dengan ancaman
yang ada di lingkungan kemudian memutuskan strategi untuk
menyesuaikan antara kompetensi inti lembaga dan peluang
lingkungan.15Strategi dapat ditemukan pada dua tingkatan yaitu pertama,
strategi untuk organisasi keseluruhan. Kedua, strategi untuk unit dalam
bisnis organisasi. Dalam tahapan ini yang sering digunakan oleh
perusahaan ataupun organisasi dengan memahami strategi sebagai tahapan
yang sangat penting bagi sebuah organisasi dalam merancang maupun
bertindak secara profesional guna untuk menyesuaikan antara kompetensi
dengan tuntutan hasil karya hasil karya dengan melihat peluang yang
sesuai dengan lingkungan yang dimiliki sehingga sasaran organisasi
terwujud.

d. Manajemen Masjid
1) Pengertian Manajemen Masjid
Manajemen dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan dengan
penggunaan sumberdaya secara efektif untuk mencapai sasaran.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
15
Rachat, Manajemen Strategik, h. 8
12
Pengaturan yang dilakukan melaui proses dan diatur berdasarkan aturan
dari fungsi-fungsi manjemen dan juga manajemen merupakan sebuah
proses utuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.16 Dalam bahasa Arab
manajemen diistilahkan dengan an-nizam, at-tahzim, imarah merupakan
tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan menempatkan segala sesuatu
pada tempatnya.
Pengertian tersebut dalam skala aktivitas adalah menerbitkan,
mengatur dan berpikir yang dilakukan oleh seseorang. Sehingga ia mampu
mengemukakan menata dan menerapkan segala sesuatu yang ada di
sekitarnya, mengetahui prinsipnya serta menjadikan hidup selaras dan
serasi dengan yang lainnya.17 Dengan demikian manajemen bisa dikatakan
sebagai sistem cara mengatur, mengelola, merancang dan menata dalam
menjalankan program suatu lembaga atau perusahaan sehingga berjalan
dengan baik sehingga apa yang menjadi visi dan misi organisasi berjalan
dengan baik (tepat sasaran).

2) Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen yakni perencanaan pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan.
a) Planing (perencanaan)

16
Malayu s.p. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2007), h. 1.
17
M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta; Kencana 2006), h. 6.
13
Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di
masa yang akan datang serta penentuan strategi dan taktik yang tepat
untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.
b) Organizing (pengorganisasian)
Proses yang menyangkut bagaimana taktik dan strategi yang
dirumuskan dalam perencanaan yang didesain dalam sebuah struktur yang
tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif dan
bisa memastikan bahwa semuapihak dalam organisasi bisa bekerja secara
efektif dan efesien dalam mencapai tujuan.
c) Aktualing (pelaksanaan)
Merupakan proses agar menerapkan program bisa dijalankan oleh
seluruh pihak tersebut dalam menjalankan tanggung jawabnya dengan
penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
d) Controling ( pengendalian)
Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh kegiatan yang
telah dirancang dari awal bisa berjalan dengan target yang diharapkan.18
Dari keempat fungsi manajemen di atas semuanya saling mengikat satu
sama lain sehingga melahirkan tujuan serta tujuan organisasi yang baik.
Dalam membuat program dalam organisasi harus diawali dengan
perencanaan yang matang setelah itu pembagian kerja (organizing)
sehingga kerja organisasi menjadi terarah serta aktualisasi atau tahap
eksekusi kerja biasannya tahap ini lebih ke team work (kerja tim) atau
pembagian defisi dalam merancang program organisasi setelah itu
pengawasan untuk mengontorol apakah program terlaksa sesuai dengan
yang direncanakan atau tidak.
3) Prinsip-Prinsip Manajemen Masjid
Beberapa prinsip manajemen dapat dikemukakan sebagai berikut:

18
Erni Tisnawati dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana, 2008),
h. 8.
14
a) Pembagian kerja secara tuntas (division of works).
Pembagian kerja merupakan sesuatu yang penting karena
karyawan harus disesuaikan dengan keahlian dan kemampuan masing-
masing karyawan sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan akan berjalan
efektif dan evisien. Dalam implementasinya pembagian kerja harus
bersifat rasional dan objektif. Bukan bersifat emosional dan subjektif
yang didasari suka atau tidak suka.
b) Kesatuan perintah (unity of command).
Untuk melaksakan perintah maka harus memperhatikan prinsip
kesatuan perintah hal ini dikarenakan akan menimbulkan kebingungan
dalam hal tanggung jawab. Dalam pelaksaannya seorang karyawan
harus tau kepada siapa ia bertanggung jawab sesuai dengan wewenang
yang didapatnya.
c) Displin (unity of command).
Disiplin dalam manajemen aedalah sebuah keharusan disiplin
merupakan rasa patuh dan taat seorang karyawan terhadap pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya. Wewenang sangat erat kaitannya
apabila wewenang tidak berjalan dengan baik, maka disiplin tidak akan
berlaku. Maka dari itu pemegang wewenag dan bawahan harus
memegang erat disiplin sehingga saling mengetahui hak dan tanggung
jawab.
d) Kesatuan pengarahan (unity of direction).
Kesatuan pengarahan berkaitan dengan pembagian kerja,
kesatuan kerja berkaitan dengan kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan
kerja adanya dua perintah bisa saja terjadi sehingga menimbulkan
kebingungan pada karyawan. Perlu adanya alur yang jelas untuk
mendapatkan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan kepada siapa

15
ia harus mengetahui batas wewenang serta tanggung jawabnya
sehingga tidak menimbulkan kesalahan.19
e) Adanya wewenang dan tanggung jawab(authority).
Wewenang dan tanggung jawab harus seimbang, dalam sebuah
organisasi, setiap karyawan akan diberikan wewenang untuk
melaksakan pekerjaan dan setiap wewenang tersebut akan diikuti oleh
sebuah pertanggung jawaban. Setiap pekerjaan harus diiringi dengan
pertanggung jawaban yang sesuai dengan wewenang.
f) Kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi (subordination
of individual interest to generation interest).
Dalam sebuah organisasi setiap karyawan harus mementingkan
organisasi di atas kepentingan pribadi. Hal ini dilakukan agar kegiatan
organisasi berjalan dengan lancar sehingga tujuan dapat tercapai.
g) Pemberian rangsangan kerja (renumeration).
Pemberian gaji bagi para pegawai merupakan kompensasi yang
menentukan terjadinya kelancaran dalam bekerja. Karyawan yang
diliputi kecemasan akan gaji sulit bekonsentrasi terhadap tugas serta
kewajibannya sehingga tidak sempurna dalam bekerja oleh sebab itu,
dalam prinsip pengajian harus dipertimbangkan bagaimana agar
karyawan dapat bekerja dengan tenang tanpa diliputi kecemasan.
h) Sentralisasi sebagian dari kekuasaan (centralitation)
Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung
jawab dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir ada yang
memegang wewenang tertinggi dengan kata lain disebut sebagai
manajer. Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk
manggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari
kesimpangsiuran wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan ini juga
tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang.
19
Syam’un dan Hamriani, Manajemen Dakwah , (Makassar: Alauddin Press 2011), h. 45.
16
i) Garis wewenang jelas batasnya (line of authority).
Garis wewenang harus jelas batasnya sehingga dapat
menciptakan suatu tanggung jawab dalam sebuah kegiatan. Dan
pemusatan tanggung jawab akan menimbulkan keselarasan tugas.
j) Tatanan yang baik (order).
Dalam melaksanakan pekerjaan ketertiban merupakan syarat
utama karena pada dasarnya tidak ada karyawan yang bisa bekerja
dalam situasi kacau. Ketertiban dalam pekerjaan hanya dapat terwujud
apabila seluruh karyawan dari atasan sampai bawahan mempunyai
kedisplinan yang tinggi. Ketertiban dan kedisiplinan dalam organisasi
sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan.
k) Stabilitas anggotanya, jiwa kelompok yang tinggi harus dijaga
(stability of tenurof personal).
Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga
sebaik-baiknya agar segala perkerjaan berjalan dengan lancar.
Kestabilan karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik
dan adanya ketertiban dalam kegiatan. Manusia sebagai makluk sosial
yang berbudaya memiliki keinginan perasaan dan pikiran apabila
keinginan tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran kacau
menimbulkan goncangan dalam bekerja.20 Dari beberapa prinsip diatas
merupakan semua langkah yang harus ada dalam diri seorang
karyawan orgaisasi maupun pimpinan lembaga sehingga bisa
menciptakan kerjasama dan mencapai tujuan yang direncanakan.
e. Masjid
1) Pengertian Masjid
Istilah masjid berasal dari bahasa Arab yaitu sajada, yasjudu, yang
berarti sujud, sehingga dengan sujud ditambahkan kata mim menjadi

20
Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, (Cet. III; Jakarta:PT Rineka Cipta,
1994), h. 60.
17
merupakan isim makan (kata untuk menunjukan tempat) istilah masjid
digunakan sebagai nama bagi tempat ibadah umat Islam. 21Masjid dapat
juga diartikan sebagai tempat dimana saja untuk melaksanakan sholat
bagi umat Islam, bagi umat Islam masjid memiliki makna yang luas
bukan saja sebagai tempat yang digunakan sebagai ibadah saja akan tetapi
sebagai tempat untuk membina umat.22 Masjid dapat pula berarti dahi,
kedua tangan, lutut dan kaki ke bumi yang dinamai sujud. Oleh karena itu
bentuk syariat yang nyata dari makna-makna di atas bahwa tempat di
mana umat Islam sujud disitulah Masjid. Sementara dalam pengertian
sehari-hari merupakan bangunan tempat sholat kaum muslimin yang
mengandung makna tunduk dan patuh hakekat Masjid adalah tempat
melakukan segala aktifitas yang mengandung makna patuh kepada Allah
semata.Adapun Masjid pertama yang dibangun dalam Islam pada masa
Nabi saw adalah Masjid Quba, Masjid tersebut dibangun oleh Rasulullah
saw ketika beliau singgah di tempat itu (dusun Quba) selama empat hari.
Setelah beliau berhasil lolos dari pengejaran orang-orang Quraisy yang
bermaksud membunuhnya. Masjid itulah yang disebutkan dalam AL-QS
AT-Taubah ayat 180.
ُّ K‫وْ ٍم اَ َح‬KKَ‫ِّس َعلَى التَّ ْق ٰوى ِم ْن اَ َّو ِل ي‬
‫ ِه‬K‫ ۗ ِه فِ ْي‬K‫وْ َم فِ ْي‬KKُ‫ق اَ ْن تَق‬ ِ ‫اَل تَقُ ْم فِ ْي ِه اَبَد ًۗا لَ َمس‬
َ ‫ْج ٌد اُس‬
‫ِر َجال‬
‫ا َوهّٰللا ُ يُ ِحبُّ ْال ُمطَّه ِِّريْن‬Kۗ ْ‫يُّ ِحبُّوْ نَ اَ ْن يَّتَطَهَّرُو‬
Artinya “Janganlah engkau melaksanakan salat dalam masjid
itu selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa,
sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan salat di

21
Wahyusin G, Sejarah dan Fungsi Masjid: Tinjauan Tentang Masjid Jami 1604 Palopo, h.
13.
22
W.J.S. Poerdawaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, CV Sientrama, 1983), h.
213.

18
dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan
diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih”.23
Ayat ini turun berkenaan dengan dibangunya masjid pertama
yang dibangun oleh nabi Muhammad saw, walaupun masjid ini ada
perbedaan pendapat dari ulama yaitu yang dimaksud dengan masjid
dalam ayat ini masjid Quba atau masjid Dirar. Beberapa masyarakat
Madinah setelah mencela para pendiri masjid dan mencela fungsi
bangunan yang mereka namai masjid itu Allah memuji bangunan yang
dibangun oleh Rasul-Nya Nabi Muhammad serta memuji jamaah
masjid itu. Janganlah engkau berdiri apa lagi shalat di dalamnya yakni
dalam masjid yang dibangun orang-orang munafik untuk selama-
lamanya. Sesungguhnya masjid yang dibangun atas dasar taqwa, yakni
ketulusan dan ketaatan kepada Allah, Pada jaman dahulu para kaum
musyrikin mencela dan meghina para pendiri Masjid dan fungsi
bangunan yang berdiri tersebut yang dinamai oleh nabi Muhammad
sebagai Masjid Quba, Allah memuji Masjid tersebut yang dibangun
oleh nabi saw dan memuji para jamaahnya dan melarang orang
munafik berdiri dan sholat di dalamnya selama-lamanya. Yang lebih
patut baginya yaitu orang mukmin yang membangunnya dengan dasar
ketakwaan dan kaum mukmin yang lebih berhak atasnya dan membuat
kegiatan apa saja di dalamnya.
Masjid sejatinya merupakan penyatu umat muslim dan tidak
membuat perpecahan di dalamnya yang menyebabkan Islam menjadi
terpecah belah sebagimana yang dijelaskan oleh ayat di atas dan
hendaknya Masjid dibangun agak berjauhan sehingga mengurangi
perpecahan di antara umat Islam.24 sebagaimana pada zaman nabi ada

23
Kementerian Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Cet. I; Jakarta: Halim, 2013), h. 205.
24
M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,Vol. V,(Cet.
I; Jakarta, Lentera Hati, 2009,) h. 248-24
19
Masjid yang dibakar karena sebagai sumber perpecahanyakni masjid
Quba dan masjid Dirar.Memahami Masjid secara universal, berarti
juga memahaminya sebagai instrumen sosial masyarakat yang tidak
dapat dipisahkan oleh masyarakat Islam itu sendiri, melaui
pemahaman ini, muncul keyakinan bahwa Masjid menjadi pusat dan
sumberdaya umat Islam. Melalui Masjid dapat membuat sistem
masyarakat yang ideal yang dicita-citakan oleh Islam.
Melalui Masjid kaderisasi generasi muda dapat dilakukan lewat
proses yang bersifat berkesinambungan untuk mencapai kemajuan
melalui Masjid umat Islam dapat mempertahankan nilai-nilai yang
menjadi kebudayaan umat Islam. Dan lebih penting lagi melalui
Masjid bisa membangun masyarakat yang sejahtera sehingga
memberdayakan, mencerahkan, dan membebaskan mereka dari
keterbelakangan. 25
Hadirnya Masjid seyogyanya bisa memberikan
tempat yang bisa menyatukan umat Islam dalam kehidupan
masyarakat bukan memecah belah umat, hadirnya Masjid di tengah
masyarakat dapat memberikan solusi untuk memecahkan problem
sosial dan melahirkan generasi yang mencerdaskan masyarat berawal
dari Masjid dan menjauhkan dari keterbelakangan, Masjid bisa
diartikan sebagai pusat perdaban, sebagimana pada masa nabi dan
sahabat Masjid sebagai sarana pendidikan dan majlis tarbiyah dalam
membiana umatnya.
2) Fungsi Masjid
Jika diamati secara seksama jumlah Masjid di Indonesia cukup
banyak dan berbagai macam kegiatan yang dilakukan mulai dari

25
Muhamadiyyah Amin, Aktualisasi Fungsi dan Peran Masjid al- Markaz: Pencerahan
Berdasarkan Spiritual dan Pencerdasan Intelektual, Merekentruksi Fungsi Masjid, Bimas Islam, No. I,
1427 H., h. 8-9.
20
kegiatan yang sifatnya keagamaan hingga kegiatan yang bersifat sosial
dilakukan di Masjid. Adapun fungsi Masjid antara lain:
a) Tempat Untuk Melakukan Ibadah
Sesuai dengan namanya Masjid sebagai tempat sujud
merupakan tempat yang dianggap sakral maupun suci yang digunakan
sebagai tempat ibadah bagi umat Islam baik ibadah sholat maupun
ibadah yang lain.
b) Tempat Untuk Melakukan Kegiataan Keagamaan
Pendidikan keagamaan banyak dilakukan Masjid-Masjid jika
masyarakat di sekitar Masjid belum memiliki lembaga pendidikan
yang secara khusus. Di Masjidsering dilakukan kegiatan pengajian
untuk para remaja seperti tarbiyah (halaqoh), tahsin al-Quran, majelis
taklim dan lain sebagainya. Dibeberapa Masjid besar umumnya
menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan masyarakat secara
umummisalnya, tablik akbar, pelatihan, mengadakan berbagai macam
lomba dan berbagai kegiatan umum lainnya yang sifatnya menyentuh
langsung untuk masyarakat.Memang sangat disayangkan untuk
sekarang ini beberapa Masjid tidak lagibanyak digunakan oleh para
remaja untuk membuat kegiatan dan semacamnya karena sudah
banyak dari mereka terpengaruh oleh budaya barat yang sekuler dan
tidak berpihak pada umat Islam.
c) Tempat Musyawarah Kaum Muslimin
Pada jaman Nabi Muhammad saw Masjid difungsikan untuk
membahas masalah sosial yang sedang menjadi perhatian bagi
masyarakat pada waktu itu. Dan sekarang juga demikian masyarakat
lebih memberdayakan masyarakat untuk melakukan rapat maupun
musyawarah dan lain sebagainya untuk menghidupkan suasana
Masjid.

21
d) Tempat Konsultasi Kaum Muslimin
Masjid juga sering dijadikan sebagai tempat konsultasi dalam
menghadapi permasalahan-permasalahan, seperti masalah ekonomi,
budaya dan politik. Tidak mengherankan jika suatu Masjid memiliki
yayasan lembaga konsultasi psikologi, esehatan, bisnis dan keluarga,
Masjid harus bisa membawa kesejukan masa depan masyarakat yang
lebih cerah sebagai lembaga amal dan pemecahan prolematika sosial.
e) Tempat Kegiatan Remaja Islam
Pada beberapa Masjid terdapat kegiatan remaja Masjid dengan
kegiatan yang bersifat keagamaan, sosial dan keilmuan melalui
bimbingan pengurus Masjid namundemikian, belum sepenuhnya
dimanfaatkan oleh para remaja Masjid secara optimal misalnya dengan
membentuk kelompok diskusi, olahragah, studi klub dan lain
sebagainya.
f) Tempat Pengelolaan Sedekah Infak Dan Zakat (ZIS)
Masalah infak, zakat dan sedekah umat Islam Indonesia
memiliki potensi yang sangat besar dalam hala ini, akan tetapi belum
mendapat perhatian yang serius, sudah selayaknya infak, zakat dan
sedekah bisa dikembangkan dalam investasi yang menguntungkan
serta kegiatan yang produktif sehingga mampu membantu para fakir
miskin, sehingga akan secara langsung menggerakkan ekonomi umat
dan berarti membuka lapangan bagi Masjid untuk beramal saleh
dengan cara melakukan sedekah dan zakat maupun infak yang
dilakukan di Masjid sebagai pusat sentralnya.

3) Aspek-Aspek Yang Berkaitan Dengan Masjid Antara Lain


a) Aspek Bangunan

22
merupakan salah satu prinsip yang dapat membedakan
bangunan Islam secara umum. Sedangkan secara khusus adalah
tersediannya unsur keindahan, agar membuat bangunan enak
dipandang, menyejukan hati serta menyenagkan jamaah sebagai daya
tarik tersendiri.
b) Aspek Tujuan
Allah berfirman dalam QS. al-Taubah/9:107
‫صادًا‬َ ْ‫ض َرارًا َو ُك ْفرًا َوتَ ْف ِري ۢقًا بَ ْينَ ٱ ْل ُمْؤ ِمنِينَ َوِإر‬ ِ ‫وا َم ْس ِجدًا‬ ۟ ‫َوٱلَّ ِذينَ ٱتَّ َخ ُذ‬

ْ ‫ٓا ِإاَّل ٱ ْلح‬KKَ‫ب ٱهَّلل َ َو َرسُولَهُۥ ِمن قَ ْب ُل ۚ َولَيَحْ لِفُ َّن ِإ ْن َأ َر ْدن‬
‫هَ ُد‬K ‫ن َٰى ۖ َوٱهَّلل ُ يَ ْش‬K ‫ُس‬ َ ‫لِّ َم ْن َحا َر‬
‫ِإنَّهُ ْم لَ ٰ َك ِذبُون‬
Artinya: Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-
orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan
(pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah
belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-
orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu.
Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain
kebaikan". Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu
adalah pendusta (dalam sumpahnya).26
Ayat ini dan ayat menyangkut tentang upaya kelompok kaum
munafikin membangun masid antara lain untuk menyabut kehadiran
seorang yang bernama Abu Amir al-Rahib. Para kaum munafikin
membangun masjid bagi para pendukung Abu Amir dan mereka juga
membangun masjid untuk menyambut bani amir bin auf sehingga
membangun masjid tandingan dan sama-sama mengundang rasul
untuk sholat di sana dan turunlah ayat ini maka rasul memerintahkan
untuk membakar bahwa dijadikan tempat pembuangan sampah dan

26
Kementerian Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, 205
23
bangkai binatang.27 Adapun ayat ini turun yakni menjelaskan bahwa
tujuan mendirikan Masjid adalah tujuan taqwa dan kemudharatan
untuk menyatukan umat bukan sebagai pemecahan belah umat. dalam
mendirikan sebuah Masjid perlu perhatian maksud dari unsur
pendiriannya di zaman nabi terbukti adanya Masjid sebagai tujuan
membina umat.
c) Aspek Kegiatan
aspek ini merupakan cerminan pada lingkup lembaga Masjid
itu sendiri. Dan lembaga-lembaga itu harus jelas transparan
peremcanaannya dan tujuan yang ingin dicapai, serta organisasinya
agar memiliki pengaruh bagi pembinaan umat.
4) Memakmurkan Masjid
Memakmur masjid merupakan upaya membangun,
memperbaiki, mendiami,menetapi, menghidupkan, mengabdi,
mengormati dan memelihara semua yang berkaitan dengan
kepentingan masjid baik pada aspek fisik dan non fisik. 28 Dalam hal
memakmurkan masjid yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
sebuah lembaga organisasi masjid bisa memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi orang yang datang ke masjid baik datang sholat
maupun kegiatan lainnya lewat sarana dan prasarana masjid yang telah
di persiapkan, masjid dikatakan makmur bukan dilihat dari segi bentuk
bangunannya yang mewah dan bukan pula dengan barang-barangnya
yang mahal akan tetapi ketika masjid bisa memberikan kenyamanan,
ketenangan dan keamana inilah yang dikatakan masjid yang makmur.
Memakmurkan masjid Sebaimana dalam firman Allah QS. al-
Taubah/18.

27
M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, h. 246.
28
Muhammad Arifin Ilham, dkk., Cinta Masjid, Berkah Negeriku, (Jakarta: Cicero
Pubhlishing, 2010), h. 67
24
َ ‫وةَ َولَ ْم يَ ْخ‬KK
‫ش‬ ٰ ‫صلَ ٰوةَ َو َءاتَى ٱل َّز َك‬ َّ ‫اخ ِر َوَأقَا َم ٱل‬ ِ ‫ِإنَّ َما يَ ْع ُم ُر َم ٰ َس ِج َد ٱهَّلل ِ َم ْن َءا َمنَ بِٱهَّلل ِ َوٱ ْليَوْ ِم ٱلْ َء‬
۟ ُ‫ِإاَّل ٱهَّلل َ ۖ فَ َع َس ٰ ٓى ُأ ۟و ٰلَِٓئكَ َأن يَ ُكون‬
َ‫وا ِمنَ ٱ ْل ُم ْهتَ ِدين‬
Terjemahannya : Hanya yang memakmurkan masjid-masjid
Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak
takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-
orang yang diharapkan termasuk golongan orang- orang yang
mendapat petunjuk.29
Dalam ayat ini menegaskan tentang orang-orang yang
memakmurkan masjid ialah orang-orang yang beriman kepada Allah
dan hari kemudian serta mereka senangtiasa melaksanakan sholat,
puasa dan zakat itulah yang mendapatkan petunjuk dari Allah swt
dalam artian bahwa ketakutan orang yang melaksanakan ibadah, bukan
berarti takut yang bersumber dari naluri semata karena sangat sulit
bagi seseorang untuk menghilangkan segala macam rasa takut kecuali
kepada Allah, ini merupakan sebuah peringkat yang tidak dapat
dicapai kecuali para nabi dan rasul dan manusia-manusia yang dekat
kepada Allah swt.30 Untuk memakmurkan dan menghidupkan masjid
dalam ayat ini dikatakan bahwa memakmurkankan masjid ialah orang
yang senantiasa malaksanakan ibadah sholat dan menunaikan zakat di
Masjid dan tidak takut selain kepada Allah swt. Maka dari itu
memakmurkan masjid melalui dua konsep yang dipaparkan oleh ayat
di atas yaitu konsep lahir dan konsep batin yaitu kegiatan ibadah
sebagai aspek batin, dan yang kedua adalah kegiatan sosial aspek lahir.
5) Upaya Dalam Memakmurkan Masjid Antara Lain
a) Pembangunan
29
Kementerian Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, h. 189
30
M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, h. 44.

25
Dengan memperhatikan aspek fisik masjid sehingga
memberikan sesuatu
yang memiliki nilai estetika tersendiri misalnya, barang yang rusak,
diganti yang baru, memperhatikan kondisi bangunan, kebersihan
masjid, keamanaan menyimpan barang-barang, perpustakaan milik
masjid yang bisa dimanfaatkan untuk mengisi waktu luang dan
menambah wawasan.
b) Ibadah
Masjid sebagai tempat ibadah umat islam seperti sholat fardu
atau lima waktu yaitu sholat, isya, magrib dzuhur dan ashar, masjid
memberikan leluasa bagi umat islam untuk datang menjalankan ibadah
wajibnya di masjid sebagai sarana kebutuhan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan siapapun boleh datang sholat di tempat tersebut tanpa
dikhususkan hanya kepada orang tertentu.
c) Keagamaan
Masjid sebagai tempat untuk menimba ilmu agama misalnya
melalui program TK-TPA, lembaga ZIS, majelis taklim, remaja
masjid, pengajian rutin mapun tablik akbar sebagai sarana untuk
mentansformasi ilmu agama sebagai upaya pengurus masjid dalam
menuntaskan buta aksara al-Quran dan menambah wawasan ilmu
agama sekaligus upaya memakmurkan masjid sebagai tempat ibadah
umat Islam.
Jadi manajemen Masjid adalah upaya yang meliputi segala
tindakan dan kegiatan kaum muslim dalam menempatkan Masjid
sebagai tempat ibadah dan kebudayan dalam rangka membina umat. 31
Sedangkan menurut Moh. E. Ayyub, manajemen Masjid diartikan
dengan mengelola berbagai macam sarana dan prasarana Masjid untuk

31
Ahmad Yani. Panduan Memakmurkan Masjid, (Jakarta: al-Qalam 2009), h .145.
26
merelesasikan fungsi-fungsi Masjid sebagaimana mestinya sehingga
berjalan dengan baik.32
Manajemen Masjid pada umumya dibagi menjadi 2 bagian yakni:
1. Manajemen Fisik
Manajemen ini meliputi kepengurusan Masjid, pengaturan fisik
Masjid, penjagaan kehormatan, kebersihan, ketertiban dan keindahan
Masjid, pengaturan keuangan dan administrasi Masjid pemeliharan
agar Masjid tetap suci terpandang menarik dan bermanfaat bagi umat
dan sebagainya.
2. Manajemen Non Fisik
Manajemen ini meliputi pengaturan pelaksaan fungsi Masjid
sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat pengembangan akhlak
dan kebudayaan Islam lainya dalam manajemen ini sifatnya lebih
menekankan pada aspek moral umat yakni pembinaan. 33Dalam
manajemen non fisik ini biasnya manajemennya diatur dengan
berbagai bentuk yang dikemas dalam bentuk program pendidkan,
kesehatan dan pengajian rutin bagi jamaah Masjid. Dalam kehidupan
sehari-hari Masjid sudah memliki lembaga tersendiri yang mengurus
fisik Masjid biasanya dari sarana dan prasarana, non fisik biasanya
dari segi lembaga pembinaan umat.

f. Pengembangan Syi’ar Islam


1) Pengertian Syi’ar
َّ ‘sya’aair’ (syiar-syiar) adalah bentuk jamak dari
Kata ‫ َعائ ُر‬K‫الش‬
َ ‫ ِع‬K ‫‘ َش‬sya’iirah’ (syiar) artinya ‫‘ العالمة‬al-‘alaamah ‘ (tanda/alamat).
‫ير ٍة‬

32
Moh. E. Ayyub. Manajemen Masjid, h. 7
33
Moh. E. Ayyub, dkk., Manajemen Masjid. H. 33.
27
Segala sesuatu yang dijadikan sebagai tanda dari sekian tanda-tanda
ketaatan kepada Allah adalah merupakan syiar-syiar Allah Ta’ala.
Syiar juga sering kita dengar di setiap saat entah itu suara azan,
cermah dan lain sebagainya. Syiar juga merupakan pokok penting
dalam mengesksistensikan agama islam itu sendiri dengan adanya
syiar maka agama islam akan berkembang dan di kenal oleh seluruh
manusia yang ada di muka bumi.

2) Macam & Bentuk Syiar Islam

Syaikh Dr. Ibrahim bin Muhammad al Huqail menjelaskan ada


empat macam jenis syiar dalam Islam, yaitu:

a) Syiar Yang Berkaitan Dengan Waktu

Syiar yang berkaitan dengan waktu (syiar zamaniyah) adalah


waktu – waktu yang dikhususkan dan dimuliakan oleh Allah Ta’ala.
Diantaranya adalah bulan-bulan haram yang empat yaitu Dzul Qa’dah.
Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab.[ii] Selain itu adalah bulan
Ramadhan dan hari Jumat Allah Ta’ala berfirman:

ُ‫نز َل فِي ِه ْٱلقُرْ َءان‬‫ضانَ ٱلَّ ِذ ٓ ُأ‬


َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
ِ ‫ى‬

”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,


bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran..” [Al
Baqarah: 185]

Allah Ta’ala berfirman tentang bulan haram:

َ ِ‫ض ِم ْنهَآ َأرْ بَ َعةٌ ُح ُر ٌم ۚ ٰ َذل‬


‫ك ٱلدِّينُ ْٱلقَيِّ ُم‬ َ ْ‫ت َوٱَأْلر‬ ِ َ‫ُور ِعن َد ٱهَّلل ِ ْٱثنَا َع َش َر َش ْهرًا فِى ِك ٰت‬
َ َ‫ب ٱهَّلل ِ يَوْ َم خَ ل‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ ِ ‫ِإ َّن ِع َّدةَ ٱل ُّشه‬

28
۟ ‫َظلِ ُم‬
ۚ ‫وا فِي ِه َّن َأنفُ َس ُك ْم‬ ْ ‫فَاَل ت‬

”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua


belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit
dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama
yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan
yang empat itu..” [At-Taubah: 36]

3) Syiar Islam Yang Berupa Ibadah

Syiar Islam ini bisa ibadah berbentuk perkataan maupun


perbuatan. Syiar shalat ‘Id adalah takbir. Syiar Haji adalah talbiyah.
Hal ini sebagaimana dalam hadits Zaid bin Khalid Al Juhani
radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,”Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ك فَ ْليَرْ فَعُوا َأصْ َواتَهُ ْم بِالتَّ ْلبِيَ ِة؛ فَِإنَّهَا‬


َ َ‫ ُمرْ َأصْ َحاب‬،‫ يا محمد‬:‫جاءني ِجب ِْري ُل – عليه ال َّسالَ ُم – فقال‬

ِّ‫من َش َعاِئ ِر ْال َحج‬

”Jibril ‘alaihis salam mendatangiku lalu berkata,’Hai


Muhammad! Suruhlah para sahabatmu untuk meninggikan suaranya
dengan mengucapkan talbiyah. Sesungguhnya talbiyah itu termasuk
syiar-syiar haji.” [Hadits riwayat Ahmad]

Kata ‫( الشعائر‬syiar-syiar) disebut berulang di dalam Al-Quran


sebanyak 5 kali. Semuanya mencakup masalah haji dan manasiknya.
Sebabnya, wallahu a’lam, haji adalah syiar yang paling menonjol
dalam Islam. Manasik yang ada di dalamnya semuanya adalah syiar-
syiar yang nampak dan terbuka. Bahkan seluruh ibadah yang bersifat
lahir berkumpul dalam ibadah haji.
29
5) Urgensi Syiar Dalam Islam

Syiar merupakan hal yang sangat urgen dalam Islam. Paling


tidak ada dua urgensinya, sebagaimana penjelasan Syaikh Dr. Ibrahim
bin Muhammad Al-Huqail:

a. Allah telah menjamin untuk menjaga Islam dari penggantian dan


pengubahan dan menjadikan sebab-sebab syar’i untuk menjaga Islam
adalah dengan syiar-syiar yang menonjol tersebut yang diwarisi umat
ini dari sejak masa Nabi ‫ ﷺ‬hingga sekarang secara praktis (‘amali).

Syiar-syiar itu ada yang bersifat harian yang diulang-ulang


seperti adzan dan shalat berjamaah. Sebagai contoh seorang muslim
yang ketika mendengar jam digital waktu sholat di rumahnya berbunyi
kemudian bersegera untuk berangkat ke masjid. Ini merupakan bentuk
menghidupkan syiar Islam. Diantaranya ada yang bersifat mingguan
yaitu shalat Jumat. Shalat Jumat disyariatkan secara jahriyah meskipun
di siang hari karena ia merupakan syiar yang nampak yang manusia
dalam jumlah besar berkumpul padanya. Ada juga syiar yang bersifat
tahunan yaitu puasa Ramadhan dan zakat fitrah, shalat ‘Idul Fitri dan
‘Idul Adhha serta Haji.

b. Sesungguhnya orang-orang dihukumi berdasarkan syiar-syiar yang


nampak. Siapa yang menampakkan syiar-syiar Islam maka dia
dihukumi sebagai Muslim sedangkan masalah batinnya itu Allah yang
mengurusnya. Hal ini sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,’Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ فَ َذلِكَ ْال ُم ْسلِ ُم الذي له ِذ َّمةُ هللا َو ِذ َّمةُ َرسُولِ ِه‬،‫صاَل تَنَا َوا ْستَ ْقبَ َل قِ ْبلَتَنَا َوَأ َك َل َذبِي َحتَنَا‬
َ ‫َم ْن صلَّى‬

30
”Siapa yang shalat sebagaimana shalat kami, menghadap
kiblat ke kiblat kami, memakan sembelihan kami maka dia seorang
Muslim yang baginya perlindungan Allah dan perlindungan Rasul-
Nya.” [Hadits riwayat Al-Bukhari].

Amal-amal yang disebutkan di dalam hadits di atas merupakan


syiar-syiar yang bersifat zhahir. Para Ulama menyebutkan sebab
mengapa bercampur dengan manusia (al-Khulthah) lebih utama
daripada al-‘uzlah (hidup menyendiri dan menjauh dari masyarakat)
adalah menyaksikan syiar-syiar Islam.

6) Urgensi Mengidupkan Syiar Islam

Sesungguhnya Agama Islam ini tidak akan bertahan kecuali


dengan tetap bertahannya syiar-syiarnya dan menampakkan syiar-syiar
tersebut. Kaum Muslimin memiliki banyak syiar yang harus
dinampakkan yang hal ini tidak dimiliki oleh penganut agama yang
lain.34 Musuh-musuh Islam dari kalangan orang kafir dan munafik
berusaha keras untuk menjadikan syiar-syiar Islam ini menjadi tidak
bernilai di dalam hati kaum Muslimin. Karena tidak ada jalan bagi
mereka untuk memalingkan kaum Muslimin dari agama mereka
kecuali dengan menghapus syiar-syiar mereka, atau mengubahnya atau
mengosongkannya dari makna-makna keimanan sehingga menjadi
sekedar tradisi dan adat yang tidak memiliki pengaruh pada kaum
Muslimin. Syiar seperti ini juga harus tetap dijaga dimanapun berada.
Bahkan ketika bekerja, kita juga dapat menghidupkan syiar Islam.
Yakni dengan menjaga shalat ketika waktu istirahat meskipun sangat
sempit. Dengan demikian menghidupkan syiar-syiar Islam dalam
34
https://pabrikjammasjid.com/menghidupkan-syiar-islam/html, 24 oktober 2022, pukul 07 :
57 Wib
31
masyarakat Muslim itu berarti upaya penting dalam mempertahankan
eksistensi Islam dan kaum Muslimin itu sendiri. Dari sini kita bisa
memahami mengapa sebagian negara Barat hari ini begitu keras dan
gencar membuat aturan hukum yang membatasi simbol-simbol syiar
Islam yang zhahir, diantaranya adalah masalah adzan, masjid, pakaian
muslimah dan yang semacam itu. Cara untuk menghidupkan syiar
Islam adalah dengan menghindari hal-hal yang bisa mematikan syiar
tersebut di antaranya sebagai berikut :

1. Penyebab Matinya Syiar Islam

Selain ada yang dapat menghidupkan syiar, ada pula penyebab


hilangnya syiar Islam. Menurut Syaikh Dr. Ibrahim bin Muhammad al
Huqail, ada dua hal yang bisa menyebabkan ditinggalnya syiar Islam
oleh umat Islam:

2. Melakukan Bid’ah Dalam Agama

Telah mutawatir dari Salaf bahwa siapa yang mengadakan hal-


hal baru dalam agama (bid’ah) berarti telah meninggalkan sunnah.
Bila bid’ah-bid’ah didatangkan maka sunnah akan ditinggalkan hingga
agama ini akan berubah secara keseluruhan. Oleh karenanya, tidak
mengherankan bila banyak nash yang sangat keras melarang bid’ah
dan menyatakan bid’ah itu lebih bahaya dibandingkan maksiat
meskipun bid’ah itu datang dengan tampilan untuk melakukan
pendekatan kepada Allah. Hal ini karena bid’ah itu merupakan
perubahan dalam agama sampai menghapus dan menggantinya.
Sedangkan maksiat tidak sampai seperti itu.
3. Bertasyabbuh (Menyerupai) Umat Beragama Lain

32
Tasyabbuh dengan umat beragama lain berarti menukil agama
mereka dan syiar-syiar mereka sehingga menyaingi syiar-syiar agama
yang benar ini sampai menyirnakannya dan mengganti posisinya.
Demikian pula, banyak nash yang sangat keras dalam masalah
tasyabuh ini sehingga orang yang melakukan tasyabuh itu dianggap
menjadi bagian dari kaum tersebut sebagaimana disebutkan dalam
hadits. Di antara contoh perubahan agama karena tasyabuh adalah
agama orang Quraisy di Makkah. Mereka mewarisi Al-Hanifiah,
agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Hingga suatu kali, Amr bin Luhai
al-Khuza’i melakukan perjalanan ke Syam. Di sana dia melihat
penduduknya beribadah kepada berhala, Hal itu membuatnya takjub

F. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah penentuan tujuan dan arah penelitiannya dan
dalam memilih konsep-konsep yang tepat guna pembentukan hipotesa-
hipotesanya, maka teori itu bukanlah pengetahuan yang sudah pasti, tetapi
harus dianggap sebagai petunjuk analisis dan hasil penelitian yang
dilakukan.35 Arikunto ( 2006 : 107 ) mengatakan, “Kerangka teori merupakan
wadah yang menerangkan variabel ataupokok permasalahan yang terkandung
dalam penelitian.” Teori-teori tersebut digunakan sebagai bahan acuan untuk
pembahasan selanjutnya. Dengan demikian, kerangka teoretis disusun agar
penelitian diyakini kebenarannya. Dengan demikian peneliti mengunakan
teori dalam penelitian ini adalah teori sterategi manajemen masjid untuk
menjawab rumusan masalah penelitian yang membahas Sterategi Manajemen
Masjid Baitur Rahman Dalam Mengembangkan Syi’ar Islam Di Desa Karang
Anyar Kec. Muara Padang Kab. Bnayuasin.

Strategi Manajemen Pengembangan Syi’ar


Tujuan Penelitian
35 Masjid
Solly, penelitian, hal 93
Islam
33
Strategi manajemen Pengembangan syi’ar Tujuan penelitian yaitu
masjid sebagai acuan islam seperti pengajian, mengajak dan
dalam mengembangkan ceramah agama, serta menyampaikan syi’ar
syi’ar islam kepada mamakmurkan masjid islam kepada masyarakat
jama’ah dan masyarakat serta mengkaji hal-hal untuk mempelajarinya
serta memberikan yang berkaitan dengan dan mengamalkan ajaran
pengetahuan tentang agama islam baik itu dari islam dalam kehidupan
ajaran agama islam. segi aqidah,akhlak,ibadah sehari-hari.
dan hablum minannas

H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan penelitian yang di ambil oleh peneliti, maka penelitian ini
membahas tentang strategi manajemen masjid dalam mengembangkan syi’ar
islam, yang tujuannya untuk menyebarkan ajaran islam kepada jamaah masjid dan
masyarakat sekitar. Jika dilihat dari teknik pengumpulan data yang di lakukan,
maka metode penelitian yang di gunakan oleh peneliti yaitu metode kualitatif
deskriptif karena mengambarkan masalah yang ada pada syi’ar islam di masjid
baiturrahman tentunya di kaitkan dengan teori dan lebih sesaui untuk penelitian
yang peneliti ambil. Penelitian kualitatif merupakan riset yang menekankan pada
quality ataupun Perihal terutama sesuatu benda ataupun jasa yang berbentuk
peristiwa, fenomena, serta indikasi sosial adalah arti dibalik peristiwa tersebut
yang bisa dijadikan pelajaran berharga untuk pengembangan konsep teori. Jangan
hingga suatu yang berharga tersebut berlalu bersama waktu tanpa meninggalkan
khasiat36

36
Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Yogjakarta: ArRuzz
Media, 2012), h.25
34
Denzin dan Lincoln, 2005 : 3, dalam Merriam, 2009 : 13). Kualitatif
secara bebas, dapat diartikan bahwa para peneliti pada penelitian kualitatif
mempelajari berbagai hal atau berbagai fenomena di dunia ini dalam
lingkungannya yang alami, dan berusaha mendapatkan pemahaman tentang hal-
hal atau fenomenafenomena tersebut berdasarkan pemaknaan dari orang-orang
yang menjalani atau mengalami hal-hal atau fenomena-fenomena tertsebut37.
Menurut Maleong, Metode Kualitatif adalah sebuah penelitian ilmiah
yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam kontak sosial secara
alami dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara
peneliti dengan fenomena yang diteliti38
2. Data dan Sumber Data
Berdasarkan jenis metode penelitian yang peneliti ambil yaitu metode
penelitian kualitatif deskriptif, dengan jenis penelitian ini peneliti mengambil dua
sumber data :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang di dapat langsung dari sumber penelitian
yang di kumpulkan oleh peneliti secara langsung di lokasi penelitian disini
peneliti mendapatkan data primer melalui hasil wawancara kepada ketua masjid
baiturrahman, pengurus masjid, masyarakat sekitar masjid dan obervasi langsung
ketempat.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang di dapat secara tidak langsung guna untuk
memperkuat data primer agar tetap sesuai dengan teori yang ada, peneliti
mendapatkan data sekunder ini dari jurnal, buku, internet terkait dengan strategi
manajemen dalam mengembangkan syiar islam.
37
Suworso st. pengantar penelitian kualitatif (Disajikan dalam Acara Hari Studi Dosen
Program Studi
Pendidikan Matematika, JPMIPA-FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Rabu 25 Mei
2016)
38
Hardiansyah, haris pernyatan ini di kutip pada buku metodologi penelitian kualitatif tahun
2010.
35
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Obervasi
Observasi merupakan proses pengamatan sistematis dari kegiatan manusia
serta pengaturan fisik dimana aktivitas tersebut berlangsung secara terus menerus
di tempat aktivitas bersifat natural guna menciptakan hal yang real 39. Dalam hal
ini peneliti mengunakan obervasi partisipasi, dengan cara pengamatan dimana
peneliti terlibat terjun langsung ke lapangan dalam mengamati lingkungan masjid
baiturrahman.
b. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara tidak
berstruktur, tidak berstandard, informal, atau berfokus dimulai dari pertanyaan
umum dalam area cakupan yang luas pada penelitian. Wawancara ini biasanya
diikuti oleh suatu kata kunci, agenda atau daftar topik yang akan dibahas dalam
wawancara. Namun tidak ada pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya kecuali
dalam wawancara yang awal sekali40.

c. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barangbarang
tertulis dapat dipergunakan sebagai bukti atau keterangan yang diambil secara
langsung di lokasi penelitian41
4. Lokasi Penelitian

39
Hasyim Hasanah, Teknik-Teknik Observasi, Jurnal at-Taqaddum, Vol.8, No.1 (2016),
40
Imami Nur Rachmawati, Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif: Wawancara,
Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol.11, No.1, (2007), h.36
41
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Alfabeta, 2009), h.1
36
Dalam pelaksanaan penelitian ini , peneliti melakukan penelitian ini di
masjid baiturrahman desa karang anyar yang berlokasikan di jalan pemda sungai
arisan RT 03 / RW 03 kec. Muara padang kab. Banyuasin. Prov. Sumatera
selatan. Alasan memilih tempat penelitian ini guna untuk mengetahui lebih lanjtu
tentang stretagi manajemen masjid dalam mengembangkan syi’ar islam yang
sesuai dengan masyarakat sekitar guna untuk menjadikan masyarakat yang
religious.
5. Teknik Analisi Data
Spradley mengungkapkan bahwa anlisis data dalam penelitian kualitatif
adalah pengujian sistematis terhadap data. Tekanan Spradley adalah pada
pengujian yang sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan sebagai esensi
analisis data dalam penelitian kualitatif. Bagi Spradley, yang dimaksud dengan
pengujian sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan adalah : 1)
menentukan bagian-bagian dari data yang telah dikumpulkan; 2) menemukan
hubungan di antara bagian-bagian data yang telah dikumpulkan dan hubungan
antara bagian-bagian data tersebut dengan keseluruhan data. Semua ini, katanya,
dilakukan dengan cara mengkategorisasi informasi yang telah dikumpulkan dan
kemudian mencari hubungan antara kategorikategori yang dibuat. Semua itu, kata
Spradley, berarti analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan suatu
kegiatan menerapkan cara berpikir tertentu. Karena pengujian yang sistematis
terhadap data merupakan penentuan bagian-bagian data dan penemuan
hubungan/kaitan antar data, maka pengujian yang sistematis sama dengan reduksi
data yang disampaikan oleh Miles dan Huberman42.
Definisi pertama disampaikan oleh Prof. Dr. Sugiyono yang diketahui
merupakan salah satu dosen di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS). Menurut
beliau analisis data dalam proses penelitian adalah suatu penelitian yang sukar
atau sulit untuk dilakukan dan dibutuhkan kerja keras, cara berpikir kreatif, dan
wawasan tinggi.
42
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif Ed.1 Cet.4, (Depok : Rajawali Press, 2019), h.174-175
37
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan serta transformasi kasar yang timbul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus sepanjang riset
berlangsung, bahkan saat sebelum informasi betul-betul terkumpul sebagaimana
Nampak dari kerangka konseptual riset, kasus riset, serta pendekatan
pengumpulan informasi yang di seleksi peneliti.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan aktivitas di saat sekumpul informasi di susun,
sehingga adanya peluang untuk penarikan kesimpulan serta pengambilan aksi.
Wujud penyajian atau kualitatif bisa berbentuk bacaan naratif berupa catatan
lapangan, matriks, grafik, jaringan, serta bagan. Bentuk-bentuk ini mencamput
data yang tersusun dalam suatu wujud yang padu serta gampang di raih, sehingga
mempermudsh untuk memandang apa yang terjadi, apakah kesimpulan telah pas
ataupun sebaliknya melaksanakan analisis kembali.
c. Penarikan Kesimpulan
Upaya penarikan kesimpulan dicoba penulis secara terus menerus
sepanjang terletak di lapangan. Dari permulaan pengumpulan informasi, penulis
kualitatif mulai mencari makna benda- benda, mencatat keteraturan pola-pola
(dalam catatan teori), penjelasan- penjelasan, konfigurasi- konfigurasi yang bisa
jadi, alur karena akibat, dan proposisi. Kesimpulan- kesimpulan ini ditangani
secara longgar, tetap terbuka, serta skeptis, namun kesimpulan telah disediakan.
Mula-mula belum jelas, tetapi setelah itu bertambah jadi lebih rinci dan mengakar
dengankuat43.

43
Rijali ahmad, Analisis Data Kualitatif, Jurnal Alhadharah Vol.17, No.33, (2018), h.91-94
38
I. Sistematis Penulisan
Dalam sistematika penulisan terdapat terdapat beberapa bab dan juga
sub bab, setiap bab terdapat pokok pembahasan sendiri namun saling
berkaitan antara satu dengan bab yang lainnya, adapun sistematika penulisan
adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab yang berisikan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan
sisitematika penelitian.

39
BAB II : TINJAUAN TEORI
Bab ini berikan tinjauan pustaka dan kerangka teori
penelitian terkait tentang strategi manajemen masjid
baitur rahman dalam mengembangkan syiar islam di
desa karang anyar
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berikan pendekatan/metode penelitian, data dan
jenis data, teknik pengumpulan data, lokasi penelitian,
dan teknik analisis data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang gambaran umum lokasi
penelitian dan pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Bab terakhir membahas tentang kesimpulan, saran dan
penutup

40
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Yani. Panduan Memakmurkan Masjid, (Jakarta: al-Qalam 2009), h .145.


Ahmad Yani, panduan memakmurkan masjid , (Jakarta : Khairun Ummah, 1999 ),
h.131-132
Ahmad Yanni, Panduan Memakmurkan Masjid,Tarbiyatuna, ( Jakarta, 1999 ), h.13 -
21
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif Ed.1 Cet.4, (Depok : Rajawali Press, 2019),
h.174-175
Anisa Hanna Sanjani “ Strategi Dakwah Oleh Pengurus Masjid Upaya
Memakmurkan Masjid Jami’ Al-Anwar Teluk Betung Bandar Lampung “,
hlm.73-74
Bambang Haryadi, Strategi Manajemen, (Malang: Bayumedia Pubhlising, 2005), h. 5
Bambang Haryadi, Strategi Manajemen, h. 7.
Bandar Robi Attamimi “ Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan Di Dkm
Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah-Jakarta Selatan”, hlm.43-59
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Alfabeta, 2009), h.1
Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Yogjakarta:
ArRuzz Media, 2012), h.25
Erni Tisnawati dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana,
2008), h. 8
Hasyim Hasanah, Teknik-Teknik Observasi, Jurnal at-Taqaddum, Vol.8, No.1 (2016),
Hardiansyah, haris pernyatan ini di kutip pada buku metodologi penelitian kualitatif
tahun 2010.
Haudi, Strategi Pembelajaran, (Sumatera Barat: Insan Cendikia Mandiri, 2021)
Hlm.1

41
https://pabrikjammasjid.com/menghidupkan-syiar-islam/html, 24 oktober 2022, pukul
07 : 57 Wib
Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, (Cet. III; Jakarta:PT Rineka
Cipta, 1994), h. 60.
Imami Nur Rachmawati, Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif:
Wawancara, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol.11, No.1, (2007), h.36
Kementerian Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, 205
Kementerian Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Cet. I; Jakarta: Halim, 2013),
h. 205
Kementerian Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, h. 189
Malayu s.p. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2007), h. 1.
M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta; Kencana 2006), h. 6.
M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, h. 44.
M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, h. 246.
M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,Vol. V,
(Cet. I; Jakarta, Lentera Hati, 2009,) h. 248-24
Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid, ( Cet I : Jakarta : Gema Insani Press, 1996 ), h.
128
Moh. E. Ayyub. Manajemen Masjid, h. 7
Moh. E. Ayyub, dkk., Manajemen Masjid. H. 33.
Muhammad Arifin Ilham, dkk., Cinta Masjid, Berkah Negeriku, (Jakarta: Cicero
Pubhlishing, 2010), h. 67
Muhamadiyyah Amin, Aktualisasi Fungsi dan Peran Masjid al- Markaz: Pencerahan
Berdasarkan Spiritual dan Pencerdasan Intelektual, Merekentruksi Fungsi
Masjid, Bimas Islam, No. I, 1427 H., h. 8-9.
Rachat, Manajemen Strategik, h. 2
Rachat, Manajemen Strategik, h. 8

42
Rahmadani“ strategi manajemen masjid dalam mewujudkan masyarakat religious di
masjid besar limbung kecamatan bajeng kabupaten goa “hlm.52
Ramadhana Ikhsan “ Manajemen masjid raya dalam pengembangan dakwah islam
di pangkalan berandan kabupaten langkat “, hlm. 59-60
Rijali ahmad, Analisis Data Kualitatif, Jurnal Alhadharah Vol.17, No.33, (2018),
h.91-94
Sodikin,r. abuya “konsep agama dan islam” hlm 13.
Solly, penelitian, hal 93
Surtina, Bimbingan Dan Konseling, (Yogyakarta : Cv Budi Utama. 2021) Hlm 108
Syam’un dan Hamriani, Manajemen Dakwah , (Makassar: Alauddin Press 2011), h.
45.
Wahyusin G, Sejarah dan Fungsi Masjid: Tinjauan Tentang Masjid Jami 1604
Palopo, h. 13.
Windi Aulia “ strategi pemberdayaan masyarakat berbasis masjid di desa pulau
gambar kecamatan serba jadi kabupaten serdang bedagai “ hlm. 42
W.J.S. Poerdawaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, CV Sientrama,
1983), h. 213.
Windi Aulia “ strategi pemberdayaan masyarakat berbasis masjid di desa pulau
gambar kecamatan serba jadi kabupaten serdang bedagai “ hlm. 42
Yusuf Al-Qaradhawi, Al-Dhawarbit al – Syari’iyah II Binai al-masajidid, di
terjemahkan oleh Abdul Hsyyie al-katani ( Cet I, Jakarta: Gema Instansi
Press,2000),h.7

43

Anda mungkin juga menyukai