Anda di halaman 1dari 20

0

MANAJEMEN MASJID AL-AMIR PEMKAB BANYUASIN DALAM

MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

dalam Ilmu Dakwah dan Komunikasi

OLEH:

SYAHRUL HIDAYAT

NIM 1655600046

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH

PALEMBANG

1440 H/2019
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masjid merupakan fasilitas terpenting bagi umat Islam. Ketika awa-awal

hijrah ke Maduinah, hal pertama yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan

para sahabat adalah membangun masjid. Di masjid yang kelak dikenal dengan

nama Masjid Nabawi inilah, gerakan Islam dimulai.1


Secara etimologi, kata “Masjid” merupakan isim makan dari kata

“sajada” atau sujudan”, yang artinya tempat sujud dalam arti melakukan

aktifitas/perbuatan sujud, yakni meletakkan kepala sejajar dengan lutut dan

jari-jari kaki dalam rangka beribadah Kepada Allah SWT. Karena isim makan

berarti tempat, maka kata masjid dimaknai sebagai tempat melakukan sujud,

atau tempat untuk mengerjakan shalat .2


Meski demikian, tempat sujud bukan berarti harus di sebuah bangunan

yang di khususkan untuk itu, akan tetapi tempat sujud (masjid) biasanya di

luar itu, seperti di rumah, di lapangan, atau di mana saja asalkan tidak ada

larangan. Beberapa tempat yang di larang untuk melakukan sujud, antara

Toilet/Kamar mandi, Makam dan tempat yang kotor.3 Sebagaimana Allah

SWT berfirman:

1
Ketika itu Rasulullah SAW membeli tanah seluas 3 x 30 m, milik dua orang anak yatim,
yaitu sahal dan suhail seharga 10 Dinar. Lihat: M. Irawan, Keajaiban Masjid Nabawi:Menguak
Misteri dan Kewajiban Menakjubkan dari Setiap Sisi Masjid Nabawi, (Jakarta: Spasi Media,
2014), h. 99.
2
Aziz Muslim, “Manajemen Pengelolaan Masjid” dalam jurnal aplikasi: Ilmu-ilmu
Agama, Vol. V., No.2, Desember 2004, h. 108.
3
Rasulullah SAW bersabda: “Dijadikan bagiku seluruh bumi sebagai tempat sujud
(masjid) dan tanahnya dapat digunakan untuk bersuci“(HR. Muslim).
2

ِ ‫ق أمنن تمققوُمم هفيِهه‬ ‫مل تمققنم هفيِهه أمبمددا ِ لمممنسهجدد أقسس م‬


‫س معملىَ التونقموُىى همنن أمووهل يمنوُمم أممح ق‬

‫ب انلقمطوهسهريمن‬ ‫هفيِهه هرمجاَدل يقهحقبوُمن أمنن يمتم م‬


‫طهوقروا ِ مو و‬
‫اق يقهح ق‬

Artinya:
Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya.
Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba),
sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di
dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih (QS. At-Taubah
(9) ayat 108).
Salah satu unsur penting dalam struktur masyarakat Islam adalah masjid.

Mulai dari masa Nabi SAW sampai saat ini, masjid menjadi pusat kegiatan

kaum muslimin. Bahkan kegiatan di bidang pemerintah yang mencakup,

ideologi, politik, ekonomi, sosial, pengadilan, dan kemiliteran dibahas dan

dipecahkan di lembaga masjid. Masjid merupakan suatu bangunan yang

didirikan sebagai tempat ibadah kepada Allah SWT.4

Selain Ibadah kepada Allah di dalam masjid seseorang dapat menjalin tali

silturrahim kepada sesama umat muslim untuk meningkatkan solidaritas,

memperdalam ilmu-ilmu pengetahuan agama ataupun umum dan kegiatan lain

untuk menambah ketaqwaan kepada Allah SWT, Sehingga masjid berfungsi

pula menjadi pusat pengembangan kebudayaan Islam, terutama saat gedung-

gedung khusus untuk itu belum didirikan.5

4
Aisyah Nur Hidayant, Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat, (Malang:
Uin Maliki Press, 2010), h. 51.
5
Mohammad E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: GEMA INSANI PRESS, 1996),
h. 2.
3

Dalam sebuah masjid, tentu saja memerlukan apa yang disebut dengan

manajemen. Ketakmiran membutuhkan pengelolaan yang baik, agar dapat

berhasil dengan baik. Tujuan utamanya adalah memakmurkan masjid. Itulah

sebabnya kepemimpinan dan keorganisasian masjid dikenal dengan istilah

ketakmiran, bukan kepemimpinan atau pengurus.

Organisasi harus ditata layaknya organisasi professional, sesuai dengan

kebutuhan ketakmiran. Karena masjid adalah milik umat, maka biarkan umat

yang memilih, siapa yang pantas untuk menjadi pemimpinnya, imamnya atau

pun gurunya, sehingga masing-masing jama’ah akan merasa bertanggung

jawab atas organisasi itu. Jika ketakmiran dikelola seperti ini, maka jama’ah

akan merasa tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki atas keberadaan

masjid tersebut. Karenanya, ada menejemen kepemimpinan, yang meliputi

pemilihan, masa bakti dan pertanggung jawaban serta suksesi yang jelas dalam

ketakmiran.6 Organisasi juga berperan dalam konsep memakmurkan masjid

serta dalam proses untuk meningkatakan kualitas pelayanan, oleh karna itu

system organisasi yang baik akan menghasilkan hasil yang baik juga.

Urusan program merupakan urusan yang rumit dan melelahkan. Banyak

terjadi di masjid-masjid kita, programnya tidak tertata. Contoh sederhana

adalah masalah pengajian: materi yang disampaikan oleh penceramah,

cenderung itu-itu saja, berkisar antara kematian dan kehidupan duniawi yang

sementara yang tidak ada gunanya. Materi seperti ini bukannya menumbuhkan

kesadaran dalam hati jama’ah untuk berbuat lebih baik, alih-alih justru malah
6
Bachrun Rifa’i dan Moh. Fachrurroji. Manajemen Masjid. (Jakarta : Benang Merah
Press, 1996), h. 14
4

menjadi takut malas untuk melakukan apa pun, padahal mereka harus

menghadapi urusan duniawi yang begitu keras. Bukan berarti tidak boleh, tapi

takmir harus memikirkan kondisi jama’ah di era yang terus berubah.

Karenanya, perlu penataan program yang jelas, agar jama’ah senantiasa merasa

mendapat tempat di rumah Allah ini.

Semua pembahasan di atas, akan dibahas lebih lanjut dalam bab-bab

berikutnya. Point penting dalam materi ini adalah bagaimana kita dapat menata

masjid-masjid yang ada di sekitar kita. Metode-metode yang akan digunakan

adalah metode manajemen yang baik, yakni yang menekankan pada penerapan

POAC yang baik dan benar.

Berdasarkan observasi awal, peneliti menemukan gejala bahwa di Masjid

Al-Amir Pemkab Banyuasin telah menerapkan Manejemen Masjid Al-Amir

Pemkab Banyuasin Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan namun belum

baik dan belum maksimal. Sehingga terlihat kualitas pelayanan kurang

maksimal dan mempengaruhi pelayanan masjid tersebut. Bahkan dampak

masalah lebih lanjut adalah kurang memadahinya tempat berwudhu,

kekurangan barang untuk membersihkan masjid dan belum maksimalnya

pengajian dimasjid tersebut. Sehingga dengan adanya masalah tersebut, maka

masjid dikwatirkan akan kekurangan dalam hal kualitas pelayanan.7

7
Observasi dan Wawancara Pada Pengurus Bagian Takmir, Ust Ansori, Ust Jusni, Ust
Muslimin, Pada tgl 29 November 2019.
5

Dari latar belakang tersebut, peneliti dapat merumuskan permasalahan

dalam penelitian ini dengan judul “Manajemen Masjid Al-Amir Dalam

Meningkatkan Kualitas Pelayanan”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka hal mendasar yang menjadi

rumusan masalah dalam penulisan adalah


1. Bagaimana Kualitas Pelayanan Masjid Al-Amir Pemkab Banyuasin?
2. Bagaimana Manajemen Masjid Al-Amir Pemkab Banyuasin dalam

meningkatkan kualitas pelayanan?


3. Apa faktor pendukung dan penghambat di Manajemen Masjid Al-Amir

Pemkab Banyuasin dalam meningkatkan kualitas pelayanan?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Kualitas Pelayanan Masjid Al-Amir Pemkab

Banyuasin.
2. Untuk Mengetahui Manajemen Masjid Al-Amir Pemkab Banyuasin dalam

meningkatkan kualitas pelayanan.


3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat di Manajemen

Masjid Al-Amir Pemkab Banyuasin dalam meningkatkan kualitas

pelayanan.

D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan

khususnya di bidang Manajemen Pengelolaan dalam Meningkatkan Kualitas

Pelayanan Masjid.
2. Secara Praktis
a) Bagi Peneliti
6

Diharapkan bisa menjadi bahan awal untuk penelitian selanjutnya,

dan dapat menambah wawasan pengetahuan keilmuan khususnya,

dalam bidang Manajemen Pengelolaan Masjid Al-Amir Pemkab

Banyuasin dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan.


b) Bagi Prodi
Bagi Prodi, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi

Basis data penelitian untuk mengetahui Manajemen Masjid Al-Amir

dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan.


c) Bagi Masjid Al–Amir Pemkab Banyuasin
Diharapkan juga hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan

pemikiran bagi pengurus masjid untuk meningkatkan Pengelolaan

Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Masjid.


E. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan referensi sebelum menyusun skripsi, berikut ini penulis

cantumkan beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian

ini, penelitian tersebut antara lain:


Ndaru Amirudin Wibisono (Universitas Islam Negeri Semarang 2017)

dalam skripsinya yang berjudul “Manajemen Pengelolaan Masjid Agung

Magelang Dalam Pelayanan Ibadah Ummat Islam”. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa pelaksanaan pengelolaan Masjid Agung Magelang di

dalamnya terdapat penerapan manajemen. Dalam proses kegiatan tersebut

terlebih dahulu direncanakan hal-hal yang sangat dibutuhkan dalam

pelaksanaan kegiatan, diantaranya dengan mengadakan rapat untuk

mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan, menentukan para pelaksana,

menentukan segala peralatan yang dibutuhkan, menjaga kebersihan

lingkungan masjid, dan mempersiapkan sarana prasarana ibadah dengan baik.

Pengorganisasian merupakan fungsi yang memudahkan dalam pembagian


7

tugas dan menyusun rencana kerja. Persamaan dalam skripsi ini adalah tentang

variabel pengelolaannya dalam meningkatkan pelayanan ibadah ummat.

Perbedaannya adalah tempat penelitian, yaitu di Masjid Agung Magelang,

sedangkan tempat penelitian yang dilakukan penulis adalah di masjid Al-Amir

Pemkab Banyuasin.8
Penelitian lain juga dilakukan oleh Nurul Aini (Insitut Agama Islam Ngeri

Purwokerto 2018) dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Manajemen

Masjid Dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan (StudiKasus Pada Masjid

Jendral Besar Soedirman Purwokerto” .


Hasil penelitiannya di lapangan dapat diketahui bahwa Masjid Jenderal

Besar Soedirman Purwokerto telah mencapai efektivitas manajemen dalam

meningkatkan mutu pelayanan. Hal ini dibuktikan dengan berbagai aktivitas

yang telah tercapai dan dirasakan keberadaannya dan manfaatnya oleh

masyarakat seperti terlaksananya kegiatan ibadah, kajian rutin, dan pelayanan

fasilitas yang memuaskan jama’ah. Persamaan dalam skripsi ini adalah

tentang variabel efektivitas Manajemen Masjid Dalam Meningkatkan Mutu

Pelayanan (studi kasus pada masjid jendral soedirman purwokerto)

Perbedaanya adalah tempat penelitian yaitu di Masjid Jendral Besar

Soedirman Purwokerto sedangkan tempat penelitian yang dilakukan penulis

adalah di Masjid Al-Amir Pemkab Banyuasin.9


Skripsi karya Nurul Umamah (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya 2018) dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan Manajemen

8
Ndaru Amirudin Wibisono, “Manajemen Pengelolaan Masjid Agung Magelang Dalam
Pelayanan Ibadah Ummat Islam”. (Universitas Islam Negeri Semarang 2017).
9
Nurul Aini, “Efektivitas Manajemen Masjid Dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan
(StudiKasus Pada Masjid Jendral Besar Soedirman Purwokerto)”. Insitut Agama Islam Ngeri
Purwokerto 2018.
8

Masjid Terhadap Kualitas Pelayanan Masjid Al-Akbar Surabaya” penelitian

tersebut menemukan bahwa Masjid Al-Akbar Surabaya menggunakan sistem

manajemen terbuka dimana setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh pihak

manajemen masjid di tahun yang akan datang terlebih dahulu dalam rapat

tahunan, dan juga setiap hari dalam kegiatan sudah diatur sebelumnya.

Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan), dan Aplikasi yang

digunakan dalam hubungan masjid Al-Akbar Surabaya terhadap Kualitas

keagamaan yaitu meliputi planning (Perencanaan), Controlling (Pengawasan)

telah berjalan dengan baik. Dengan demikian masjid Al-Akbar melakukan

upaya yakni mengarahkan, membimbing, mengkomunikasikan, dan

memberikan motivasi kepada para pengurus serta staf staf lainnya agar

manajemen masjid terhubung dengan kualitas pelayanan jama’ah.

Berdasarkan skripsi tersebut mempunyai persamaan variabel Hubungan

Manajemen Masjid Terhadap Kualitas Pelayanan Masjid Al-Akbar Surabaya.

Perbedaanya adalah berada pada variabel independen yaitu Manajemen dan

dependen yaitu kualitas pelayanan serta tempat penelitiaanya di Masjid Al-

Akbar Surabaya sedangkan penulis di Masjid Al-Amir Pemkab Banyuasin.10


Skripsi Heru Rispiadi (Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

2017) dalam skripsinya yang berjudul “Manajemen Masjid” Penelitian

tersebut menemukan Masjid Mardhotillah Sukarame Bandar Lampung dapat

dilihat dari idarah dan imarahnya belum terkoordinir dengan baik seperti

banyaknya pengurus yang tidak aktif dan tidak bertangung jawab dengan

tugas-tugas yang tidak diamanahkan, dan juga Masjid Mardhotillah Sukarame


10
Nurul Umamah , “Hubungan Manajemen Masjid Terhadap Kualitas Pelayanan Masjid
Al-Akbar Surabaya” Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2018.
9

Bandar Lampung belum bisa di katakan makmur karena kurangnya jamaah

yang melakukan ibadah di masjid itu dan banyaknya kegiatan yang tidak

berjalan seperti TPA, RISMA, pengajian bapak-bapak dan ibuk-ibuk dan lain-

lain. Berdasarkan skripsi tersebut mempunyai kesamaan membahas

Manajemen Masjid Mardhotillah Sukarame Bandar Lampung. Perbedaanya

adalah tempat penelitiannya berada di Sukarame Bandar Lampung sedangkan

penulis di Masjid Al-Amir Pemkab Banyuasin.11


Skripsi Ahmad Habibi (Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga

Yogyakarta 2016) yang berjudul “Manajemen Masjid Agung Kebumen Studi

Tentang Pengelolaan Anggaran Keuangan Dalam Rangka Meningkatkan

Mutu Pelayanan” Penelitian tersebut menemukan bahwa Masjid Agung

Kebumen telah melaksanakan pengelolaan keuangan dengan baik. Indikator

penilaian ini adalah terpenuhinya sumber dana dan alokasi pembelanjaan

keuangan di Masjid Agung Kebumen telah terpenuhi pembangunan fisik

masjid, kegiatan-kegiatan ibadah harian, pendidikan dan juga kegiatan sosial

di Masjid Agung Kebumen. Berdasarkan skripsi tersebut mempunyai

persamaan tentang Manajemen Pengelolaan. Perbedaannya adalah tempat

penelitiannya berada di Kebumen sedangkan penulis di Masjid Al-Amir

Pemkab Banyuasin.12
Penegasan dan perbedaan skripsi tersebut dengan penelitian ini adalah

berada dalam ruang lingkup Masjid Al-Amir Pemkab Banyuasin dan

11
Heru Rispiadi, “Manajemen Masjid” Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
2017.
12
Habibi, “Manajemen Masjid Agung Kebumen Studi Tentang Pengelolaan Anggaran
Keuangan Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pelayanan”. Universitas Islam Negeri Sunan Kali
Jaga Yogyakarta 2016.
10

perbedaannya terletak pada teknik analisis data dan variabel independen yaitu

Manajemen dan dependen yaitu kualitas pelayanan.

F. Kerangka Teori
1. Manajemen

Secara umum, manajemen dapat diartikan sebagai upaya mengatur

sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan.:13

Untuk lebih jelasnya, berikut ini definisi manajemen menurut para

ahli manajemen. G. R Terry dalam bukunya Priciples of Management

mendefinisikan manajemen adalah suatu proses yang khas terdiri dari

tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian

yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang

telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-

sumber daya lainnya.

Manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan,

mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan mengembangkan

segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia,

sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan secara efektif dan efisien.14

Robert Kritiner mendefinisikan dalam bukunya I’anatut Toifah

bahwa, manajemen sebagai suatu proses kerja melalui orang lain untuk
13
Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung, Pustaka Setia, 2006), h.
16.
14
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen dakwah, (Jakarta: PRENADA
MEDIA, 2006), h. 11.
11

mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah proses ini

berpusat pada penggunaan yang efektif dan efisien terhadap penggunaan

sumber daya manusia.15

2. Kualitas Pelayanan

Akbar dan Parvez mengartikan bahwa kualitas pelayanan sebagai

pelayanan yang memenuhi kebutuhan atau harapan pelanggan. Sejalan

dengan Tjiptono dan Chandra mendefinisikan kualitas sebagai ukuran

seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan

ekspektasi awal (standar kinerja tertentu) dan kinerja..16

Manajemen Kualitas merupakan kadar, taraf atau derajat kualitas.

Sedangkan yang dimaksud dengan pelayanan adalah perihal atau cara

melayani.17 Adapun yang dimaksud mutu pelayanan dalam judul skripsi ini

adalah bagaimana kualitas pelayanan yang diterapkan di Masjid Al-Amir

Pemkab Banyuasin dalam melayani, mengayomi, dan memberi kontribusi

baik dari segi agama maupun permasalahan sehari-hari jama’ah.

3. Jenis-jenis kualitas pelayanan

a. Kepemimpinan

15
I’anatut Thoifah, Manajemen dakwah, (Malang: Madani Press, 2015), h. 20.
16
Tjiptono & Chandra . Service, Quality & Statisfaction (Penerbit Andi 2005) h. 106
17
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 646.
12

Strategi kualitas harus merupakan inisiatif dan komitmen dari

manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin untuk

meningkatkan kinerja kualitasnya. Tanpa adanya kepemimpinan dari

manajemen puncak, maka usaha untuk meningkatkan kualitas hanya

berdampak kecil terhadap kualitasnya.

b. Pendidikan

Semua personil organisasi dari manjer puncak sampai personil

operasional harus memperoleh pendidikan mengenai kualitas. Aspek-

aspek yang perlu mendapatkan penekanan dalam pendidikan tersebut

meliputi konsep kualitas sebagai strategi bisnis, alat dan teknik

implementasi strategi kualitas, dan peranan eksekutif dalam

implementasi strategi kualitas.

c. Perencanaa

Proses perencanaan strategi harus mencakup pengukuran dan

tujuan kualitas yang dipergunakan dalam mengarahkan organisasi

untuk untuk mencapai visinya.

d. Review

Proses review merupakan alat satu-satunya yang paling efektif bagi

manjemen untuk mengubah prilaku organisasiona. Proses ini

merupakan suatu mekanisme yang menjamin adanya perhatian dan

konsisten dalam terus-menerus untuk mencapai tujuan kualitas.

e. Komunikasi
13

Implementasi strategi kualitas dalm organisasi di pengaruhi oleh

proses komunikasi. Komunikasi harus dilakukan oleh beberapa

elemen, yaitu komunikator dan komunikan.18

G. Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu berupa kata-kata,

gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan

metode kualitatif. Selain itu, semua data yang dikumpulkan berkemungkinan

menjadi kunci terhadap apa yang diteliti.19


1. Sumber Data
Dalam Peneletian ini sumber data yang digunakan peneliti ada dua

macam yaitu data primer dan data sekunder.


a. Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang dihimpun secara langsung dari

sumbernya Dalam penelitian ini peneliti mendpatkan informasi

langsung dari ketua pengurus, humas, Ketua Peribadatan masjid Al-

Amir Pemkab Banyuasin Kota Pangkalan Balai melalui observasi dan

wawancara.20

18
Ibid, h.106
19
Lexy J. Moleong, Metodelogi Peneletian Kualitatif, (Bandung, PT Remaja Rosada
Karya, 2014), h. 7.
20
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2017), h. 138.
14

b. Sumber data sekunder


Data pendukung dalam Penelitian ini diperoleh melalui buku-buku,

dokumentasi dan artikel dengan yang berkaitan dengan permasalhan

peneletian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode yaitu sebagai berikut :


a. Wawancara
Wawancara yang dilakukan yaitu wawancara mendalam (depth

interview). Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan

data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan

informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Dalam

penelitian ini, peneliti melakukan kegiatan wawancara mendalam

kepada dua orang dari pihak pengurus Masjid Al-Amir Pemkab

Banyuasin: ketua dan bagian takmir dan peneliti juga akan melakukan

wawancara kepada beberapa masyarakat kota pangkalan balai.21


b. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan

peneliti untuk mengamati atau mencatat suatu peristiwa dengan

penyaksian langsungnya, dan biasanya peneliti dapat sebagai

pertisipan atau observer dalam menyaksikan atau mengamati suatu

objek peristiwa yang sedang ditelitinya. 22 Penelitian ini melakukan

pengamatan langsung ke dalam lingkungan masjid. Sebagai metode

ilmiah, observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

dengan sistematik fenomena yang diselidiki. Pengamatan yang

21
Rachmat Krisyantono, Teknik Praktisi Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2012), h.
37
22
Ibid, h. 221
15

dilakukan yakni peneliti langsung ikut serta dalam meneliti Masjid Al-

Amir Pemkab Banyuasin guna memperoleh data-data yang akurat

tentang hal-hal yang menjadi objek penelitian.

c. Dokumentasi
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang

berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia yaitu

berbentuk surat, catatan harian, laporan, dan foto. Sifat utama data ini

tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada

peneliti untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di waktu silam. Di

dalam melaksanakan metode dokumentasi maka dari itu peneliti akan

mengadakan pengumpulan dan pemeriksaan data-data yang telah

disebutkan di atas pada Masjid Al-Amir Pemkab Banyuasin.23


3. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data

deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif diartikan sebagai penelitian yang

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi sekarang.


Peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang

menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap

peristiwa tersebut. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan prosedur yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman

melalui langkah-langkah berikut ini.24


a. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian. Pada

tahap ini peneliti harus mampu merekam data di lapangan dalam

bentuk catatan-catatan lapangan (field note), harus ditafsirkan atau

23
Juliansyah Noor, Metode Penelitian, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), h. 141
24
Ibid., h. 34
16

diseleksi masing-masing data yang relevan dengan fokus masalah yang

diteliti. 25
b. Penyajian data
Penyajian data disebut juga mengorganisasikan data. Pada langkah

ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi

informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu.

Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan data, membuat

hubungan antar pengurus Masjid Al-Amir Pemkab Banyuasin untuk

memahami apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindak

lanjuti dalam penelitian.


c. Mengambil kesimpulan atau verifikasi
Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi

data dan penyajian data sehingga dapat disimpulkan dan peneliti

berpeluang menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara,

masih dapat diuji kembali dengan data di lapangan bila ditemukan

bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya.

Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut verifikasi

data. Langkah verifikasi ini dilakukan peneliti sebaiknya masih tetap

terbuka untuk menerima masukan data, walaupun data tersebut

tergolong data yang tidak bermakna.


Dalam penelitian ini, penulis mengolah data dan

mengorganisasikan hasil temuan data dari pengamatan, hasil

wawancara, serta dokumentasi yang terkait dengan Manajemen

Pengelolaan Masjid Al-Amir Pemkab Banyuasin dalam meningkatkan

Kualitas Pelayan pada masyarakat kota Pangkalan Balai. Pengolahan


25
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,
2007), hlm. 320
17

data dilakukan secara sistematis dan penulis menganalisis dengan teori

yang digunakan.

H. Sistematika Pembahasan
Untuk mengetahui secara keseluruhan dari isi penelitian ini maka penulis
menyusun suatu sistematika pembahasan yaitu sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan Bab ini membahas tahapan awal isi skripsi,

meliputi: latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

tinjauan pustaka, kerangka teori, metodelogi

penelitian dan sistematika pembahasan.


Bab II Landasan teori Bab ini berisi konsep dan teori-teori yang

mendukung seperti teori para ahli. Teori

yang berkaitan dengan topik kerangka

pemikiran tentang Manajemen Pengelolan

Masjid Al-Amir Pemkab Banyuasin Dalam

Meningkatkan Kualitas Pelayanan.


Bab III Gambaran umum Bab ini menjelaskan terkait gambaran umum

obyek penelitian dan kondisi lapangan

berupa sejarah berdirinya, visi dan misi,

tugas dan fungsi dan struktur organisasi.


Bab IV Bab ini menjelaskan bagaimana cara

menyelesaikan masalah dengan data yang

dimiliki dengan menggunakan metode dan

teknik sesuai permasalahan yang diangkat.


Bab V Penutup Bab ini merupakan bab terakhir yang

berisikan tentang kesimpulan dan saran-

saran dari hasil penelitian.


18

DAFTAR PUSTAKA

Bachrun Rifa’I dan Moh. Fachrurroji. 1996. Manajemen Masjid. Jakarta : Benang
Merah Press.
Moleong, Lexy, J. 2014. Metodelogi Peneletian Kualitatif, Bandung, PT Remaja
Rosada Karya
Krisyantono, Rachmat, 2012. Teknik Praktisi Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana
Munir, Muhammad dan Ilahi, Wahyu 2006. Manajemen dakwah, Jakarta: Prenada
Media
Muslim, Aziz Desember 2004. “Manajemen pengelolaan masjid” dalam dalam
jurnal aplikasi: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol. V., No.2.
Noor, Juliansyah, 2011. Metode Penelitian, Jakarta: Prenadamedia Group
Ruslan, Rosady, 2017. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Terry, G.R. dan Rue, L.W. 1996. Dasar-Dasar Manajemen Jakarta: Bumi Aksara.
Thoifah, I’anatut, 2015. Manajemen dakwah, Malang: Madani Press.
Tjiptono, & Chandra, 2005. Service, Quality & Statisfaction Penerbit Andi.
Hidayanti Nur Aisyah, 2010 Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat,
Malang: Uin-Maliki Press.
Samsudin Sadili, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung, Pustaka
Setia.
19

Anda mungkin juga menyukai