Anda di halaman 1dari 86

1

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam II


Dosen Pengampu: Dr. Hj. Siti Munawati, S.Ag,. M.Pd.I.

Disusun Oleh

Khusnul Khotimah NIM: 1605020055

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGAM


STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG BANTEN
1441 H/ 2019 M
3

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penelitian observasi Pendidikan Agama Islam yang
berfokus pada Masjid bonafit di perusahaan. Hasil penelitian
observasi berupa karya ilmiah ini diperlukan untuk memenuhi tugas
“Pendidikan Agama Islam” serta diharapkan buku ini dapat
bermanfaat untuk menambah informasi bagi kami maupun bagi para
pembaca.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr.Hj.
Siti Munawati, S.Pd.I, M.Pd.I.selaku dosen Pendidikan Agama Islam
yang telah membimbing kami dalam proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, kepada keluarga kami yang selalu mendukung kami,
serta kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa tulisan yang kami buat ini masih jauh
dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
digunakan dengan sebaik mungkin sehingga akan memberikan hasil
yang memuaskan dan sesuai keinginan pembaca.

Taangerang, 12 Desember 2019

Penulis
4
5

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Perumusan Strategi……………………………………..

Table 2.2 Fungsi-fungsi Dasar Manajemen ……………………...

Table 2.3 Pendoman Pengawasan………………………………...

Tabel 2.4 Aspek Manajemen Masjid……………………………...

Tabel 3.1 Kegiatan Masjid Halimatus sya’diyah…………………

Tabel 3.2 Jadwal Khotib Jumat Masjid Halimatus sya’diyah……

Table 3.3 Jadwal Ustad Pengajian Rabu Masjid Halimatus


sya’diyah………………………………………………
6

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Alur Penelitian…………………………………

Gambar 1.2 Metode Pengumpulan Data……………………………

Gambar 2.1 Skema Konseptual……………………………………..

Gambar 3.1 Struktur Kepengurusan Masjid Halimatus


sya’diyah……………………………………………

Gambar 3.2 Proses Pengembangan DKM Masjid Halimatus


sya’diyah……………………………………………
7

DAFTAR SINGKATAN

DKM : Dewan Kemakmuran Masjid

ZIS : Zakat, Infaq, Sodaqoh

PHBI : Peringatan Hari Besar Islam

POAC : Planning, Organizing, Actuating, Controlling


8

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seiring dengan perkembangan zaman, selain memiliki
fungsi sebagai tempat peribadatan shalat, mesjid juga memiliki
dimensi sosial sebagai pusat pembangunan umat Islam. Di
Indonesia, umat Islam saat ini terpolarisasi kepada dua bagian
dalam melihat fungsi masjid. Sebagian memandang fungsi
masjid sebagai tempat beribadah saja. Sedangkan yang lain
memandang bahwa masjid selain sebagai tempat ibadah juga
memiliki fungsi di bidang sosial.
“Masjid berasal dari bahasa arab sajada yang berarti
tempat sujud atau tempat menyembah Allah SWT. Bumi yang
kita tempati ini adalah masjid bagi kaum muslimin. Setiap
muslim boleh melakukan shalat di wilayah mana pun di bumi
ini, terkecuali diatas kuburan, di tempat yang bernajis, dan
ditempat-tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak
sesuai untuk dijadikan tempat shalat.”1
Seorang muslim dapat melakukan ibadah shalat dimana
pun berada , dengan adanya Masjid kaum muslimin lebih
nyaman untuk beribadah karena lingkungan Masjid lebih
terjaga kesucian dan kebersihan di bandingkan tempat lainnya.
“Istilah masjid menurut syara’ adalah tempat yang disediakan
untuk shalat di dalamnya dan sifatnya tetap, bukan untuk

1
Ayub Mohammad, Manajemen Masjid (Petunjuk Praktis Bagi Para
Pengurus), Jakarta: Gema Insani Press, 1996. h.32
9

sementara. Pada dasarnya, istilah masjid menurut syara adalah


setiap tempat di bumi yang digunakan untuk bersujud karena
Allah di tempat itu."2
Ini berdasarkan hadits Jabir Radhiyallahu anhu dari
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.

ُ‫ فَأَيُّ َما َر ُج ٍل ِم ْن أ ُ َّم ِت ْي أَد َْر َكتْه‬،‫ط ُه ْو ًرا‬ ُ ‫ي اْأل َ ْر‬


َ ‫ض َمس ِْجد ًَاو‬ ْ ‫َو ُج ِع َل‬
َ ‫ت ِل‬
َ ُ‫ فَ ْلي‬،ُ‫صالَة‬
‫ص ِل‬ َّ ‫ال‬

“Dan bumi ini dijadikan bagiku sebagai tempat shalat serta


sarana bersuci (tayammum). Maka siapa pun dari umatku yang
datang waktu shalat (di suatu tempat), maka hendaklah ia
shalat (di sana).”3

Ini adalah kekhususan Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa


sallam dan ummatnya. Sementara para Nabi sebelum beliau
hanya diperbolehkan shalat di tempat tertentu saja, seperti
sinagog dan gereja.
Dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda :
َّ ‫َوا َ ْينَ َماأَد َْر َكتْكَ ال‬
َ َ‫صالَة ُ ف‬
‫ فَ ُه َو َمس ِْجد‬،‫ص ِل‬

2
Mu’jamu Lughatil Fuqahaa’ karya ustadz Dr. Muhammad Rawas (hal.
397)
3
Muttafaq ‘alaih : al-Bukhari, kitab at-Tayammum, bab Haddatsanaa
Abdullah bin Yusuf (no. 335) dan Muslim kitab al-Masaajid, bab al-Masaajid wa
maudhi’ush shalaah (no. 521)
10

“Dan di tempat mana saja waktu shalat tiba


kepadamu, maka shalatlah, karena tempat itu
adalah masjid.”4

Masjid memiliki kedudukan penting bagi umat Islam.


Penting dalam upaya membentuk pribadi maupun masyarakat
yang Islami. Islam adalah satu-satunya agama yang diturunkan
dan disyari’atkan Allah S.W.T. Islam sebagai satu-satunya
agama yang sempurna mengandung berbagai tuntunan dan
aturan yang sangat sesuai dengan karakteristik manusia dan
sangat tepat dengan kebutuhan mereka dalam menjalani
kehidupan di dunia.5 Untuk bisa merasakan urgensi penting,
mesjid harus difungsikan dengan sebaik-baiknya, dalam arti
harus dioptimalkan dalam memfungsikannya.
Dengan difungsikannya masjid sebagai pusat aktivitas
kehidupan, baik aktivitas keagamaan, sosial, maupun lainnya,
akan menjadikannya sebagai wadah alternatif bagi
pembangunan masyarakat. Hal ini nantinya bisa menjadi salah
satu tempat untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di
masyarakat. Semuanya bisa berjalan dengan sukses jika
dirangkum dalam sebuah garis kebijakan manajemen masjid.6
Oleh karena itu, masjid perlu diorganisasi. Dan organisasi
4
Muttafaq ‘alaih : al-Bukhari kitab al-Anbiyaa, bab ‫سلَ ْي َمانَ بِ ْع َم‬
ُ َ‫َو َو َه ْبنَا ِلدَ ُاوود‬
ِ ‫( ْالعَ ْبدُ إِ َنهُ أ َّو‬no. 425) dan Muslim, kitab al-Masaajid wa Maudhi’ush Shalaah, bab al-
‫اب‬ َ
Masaajid wa maudhi’ush shalaah (no. 520)
5
Ali Maulida. (2015). Metode dan Evaluasi Pendidikan Akhlak dalam
Hadits Nabawi. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 04(07). h.855.
6
. Nana Rukmana. Majjid dan Dakwah, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002),
Cet 1. h.1
11

kemasjidan yang dikenal di masyarakat adalah DKM.


Istilah DKM memiliki beberapa kepanjangan. Ada
yang menyebutkan bahwa kepanjangan DKM adalah Dewan
Keluarga Masjid, Dewan Kemakmuran Masjid, dan ada yang
menyebutkan DKM itu Dewan Kesejahteraan Masjid Dengan
peranannya yang sangat besar terhadap pengembangan
masyarakat, maka DKM memiliki potensi terhadap
peningkatan kesejahteraannya, yang merupakan bagian dari
pemberdayaan kehidupan. Institusi mesjid dalam memberikan
makna yang utuh bagi masyarakat harus berada dalam multi
guna, artinya perlu adanya pengorganisasian pengurus secara
teratur dan efektif dalam meningkatkan fungsi mesjid. Dengan
kata lain, bagaimana kita mengelola masjid dengan benar dan
profesional. Sehingga dapat menciptakan suatu masyarakat
berjamaah yang sesuai dengan keinginan Islam yaitu
masyarakat yang baik, sejahtera, rukun, damai, dan berkah.7
Dengan demikian, salah satu upaya untuk
memakmurkan mesjid secara baik dan profesional adalah
dengan cara membenahi manajemen mesjid. Untuk mencapai
tujuan ini, yang perlu dilakukan adalah dengan cara
mengoptimalkan mesjid sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas umat. Syarat mengoptimalkan
masjid, perlu disusun tujuan, perlu ditegaskan siapa
masyarakat atau jamaah yang dipimpin, dan harus ada sistem
atau pa untuk melaksanakan fungsi manajemen.
7
Harahap S.S, 1996. Manajemen Kontemporer, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 1996. h.28
12

Sekarang ini, kegiatan keislaman berbasis masjid tidak


akan terlepas dari peranan para pengurus Dewan Kesejahteraan
Masjid (DKM). Yang mana mereka adalah motor penggerak
dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan. Inti dari
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan DKM, tidak lain untuk
menarik minat masyarakat agar mau bersama-sama mengikuti
kegiatan pembangunan masyarakat, sehingga terwujud
masyarakat yang berakhlak mulia, masyarakat yang maju
dalam aspek kehidupan sosialnya.
Masjid Halimatus sya’diyah PT Argo Pantes,
Tangerang, merupakan objek yang akan diteliti penulis, untuk
diketahui strategi daan pengembangan manajemen
keberadaannya di perusahaan, sehubungannya dengan
karyawan dan masyarakat sekitar, serta berbagai kegiatan yang
diselenggarakan DKMnya. Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis tertarik melakukan penelitian berkenaan dengan peran
DKM masjid tersebut, penulis memberinya judul
“STARTEGI & PENGEMBANGAN MANAJEMEN DKM
MASJID HALIMATUS SYA’DIYAH”

B. Identifikasi Masalah
Salah satu kelemahan umum umat Islam dalam pembinaan
masjid terutama di perusahaan adalah pengelolaannya. Pada
umumnya, pengurusan masjid di perusahaan praktis berpusat
di satu tangan seorang pengurus setempat. Ia menjalankan
peran rangkap sebagai imam, sekaligus khotib, amil, P3NTR,
penyelenggara pengurusan jenazah, dan lain-lain.
Apa yang disebut organisasi masjid boleh dikatakan
13

tidak dikenal. Andai kata ada, umumnya hanya nama. Tipisnya


kesadaran berorganisasi, dan ketiadaan pengetahuan serta
pengalaman dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan
berorganisasi merupakan fakta. Fakta ini berkombinasi dengan
fakta lainnya, seperti rendahnya ukhuwah islamiah atau
kesetiakawanan. Kelemahan seperti itu memang tidak hanya
melanda masjid. Organisasi atau badan-badan lain yang
terdapat di perusahaan juga dibelit kendala sejenis. Jika kaum
muslimin tidak ingin ketinggalan zaman, keadaan seperti di
atas perlu segera diakhiri. Khususnya jika ingin menjadikan
masjid sebagai pusat kegiatan sosial dan kebudayaan islamiah,
termasuk kegiatan untuk pemberdayaan masyarakat.
Perbaikan pertama dalam organisasi masjid adalah
dengan menetapkan spesialisasi peran. Katakanlah dengan
menentukan sesorang sebagai imam shalat, yang bertanggung
jawab penuh sebagai imam shalat. Langkah ini akan bergerak
cukup maju dengan penetapan seseorang sebagai khotib, dan
individu yang lain lagi sebagai muadzin. Sistem pengurusan
yang sederhana itu merupakan cikal bakal yang baik untuk
membentuk sebuah badan pengurus masjid atau langgar yang
memenuhi syarat.8

C. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah

1. Rumusan Masalah
a) Kurangnya strategi dalam memakmurkan Masjid

8
Ayub Mohammad, Manajemen Masjid (Petunjuk Praktis Bagi Para
Pengurus), Jakarta: Gema Insani Press, 1996. h. 41
14

b) Kepengurusan Masjid yang kuraang terarah


c) Pengembangan manajemen masjid yang tidak mendapat
perhatian dari pengurus masjid
d) Tidak terstrukturnya Dewan Kemakmuran Masjid pada
masjid yang berada di dalam lingkungan perusahaan

2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang
masalah diatas maka penulis memberikan batasan-batasan
agar penelitian observasi ini lebih terfokus pada objek yang
diteliti, sehingga diharapkan bisa mendapatkan hasil yang
terpercaya dan relevan maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana strategi dan pengembangan
manajemen Dewan Kemakmuran Masjid dalam
memakmurkan Masjid Halimatus sya’diyah PT Argo Pantes ?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian Observasi ini bertujuan sebagai pelaporan
yang dilaksanakan mahasiswa. Dan bagian dari tugas UAS
serta sebagai upaya pengembangan dan kompetensi diri
mahasiswa khususnya pendalaman mata kuliah Pendidikan
Agama Islam II, Program Sarjan (S1). Selain itu untuk
mengetahui seberapa jauh strategi dan pengembangan
manajemen DKM di Masjid Halimatus sya’diyah, yang akan
berdampak pada kemakmuran serta keberhasilan Masjid pada
program-program yang berjalan di Masjid sebagai bentuk rasa
kepedulian DKM pada kkegiatan kerohanian para jamaah
Masjid baik di dalam perusahaaan maupun di luar perusahaan.
15

E. Metodologi Penelitian

Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk


melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan
yang dikehendaki: Cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang di tentukan.9 Penelitian merupakan dasar untuk
meningkatkan pengetahuan. Metode Penelitian ialah cara-cara
berpikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan sebaik-baiknya
(Hati-hati, kritis, dalam mencari fakta, prinsip-prinsip) untuk
mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan
penelitian. Agar penyusunan artikel ilmiah ini dapat berjalan
sesuai harapan maka perlu adanya metode yang sesuai dengan
permasalahan yang dibahas dan relevan dengan tehnik
penulisan ilmiah.

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
yakni penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian
yang langsung dilakukan di lapangan atau pada responden.10
Penelitian lapangan menurut tujuannya adalah untuk
mempelajari secara insentif tentang latar belakang keadaan

9
Asep Saepul Muhtadi, Metode Penelitian Dakwah Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif , terjemahan Departemen Pendidikan Nasional (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001), h. 740.
10
M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta: Ghalia
Indonesia,2002),h. 11.
16

sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial,


individu, kelompok, lembaga atau masyarakat.11

Gambar 1.1
Skema Alur Penelitian

11
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2015),h. 46.
17

2. Sifat Penelitian
Adapun penelitian ini bersifat deskriptif . Penelitian ini
tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji
hipotesis atau membuat prediksi. “deskriptif” diartikan
melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu. Pada
hakikatnya, penelitian deskriptif mengumpulkan data secara
univariat. Karakteristik data diperoleh dengan ukuran-ukuran
kecendrungan pusat (central tendency) atau ukuran sebaran
(dispersioan).12

F. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian

a) Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah DKM
Masjid Halimatus sya’diyah, PT. Argo Pantes Tangerang.

b) Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah
tentang Strategi dan Pengembangan Manajemen DKM Masjid
Halimatus sya’diyah.

G. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dalam penelitian observasi


ini dilakukan melalui :

12
Jalaluddin Rakhmar, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2005), h. 24-25
18

a) Metode Wawancara (interview)

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk


bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
mendalam.13 Data Yang dicari dengan metode ini diantaranya
tentang upaya yang dilakukan oleh DKM dalam
memakmurkan masjid, Beberapa Program kegiatan yang
dilaksanakan oleh DKM sebagai strategi dan pengembangan
manajemen untuk memakmurkan masjid.

Adapun yang akan dicari penulis melalui wawancara


untuk mencari data strategi dan pengembangan manajemen
yang digunakan oleh pengurus masjid dalam upaya
memakmurkan masjid, usaha-usaha yang dilakukan oleh
pengurus untuk memakmurkan masjid, hambatan apa yang
dialami pengurus.

Peneliti menyiapkan beberapa pertanyaaan sebelum


melakukan wawancara secara langsung dengan para pengurus
masjid untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan terkait
Masjid Halimatus sya’diyah, selain menulis jawaban hasil

13
Haris Herdansyah, ”Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu
Sosia”l, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 118.
19

wawancara itu peneliti juga menggunakan alat perekam pada


handphone untuk menghindari kekeliruan hasil wawancara
yang dicatat. Dalam penelitian ini digunakan metode
wawancara mendalam dan langsung dengan sumber/objek
yang dalam penelitian ini adalah pengurus dan anggota
organisasi untuk mendapatkan data-data yang benar. Dengan
metode ini hal-hal yang bersifat lebih mendalam akan mudah
untuk didapat dan lebih akurat didalam penelitian. Dalam
penelitian melalui metode wawancara ini peneliti
menggunakan metode sebagai berikut:

1. Melalui Pendekatan Personal


Yaitu bertatap muka langsung dengan orang yang
diwawancarai
A. DKM Masjid Halimatus sya’diyah
B. Jamaah Masjid Halimatus sya’diyah
Semua yang bersangkutan di Masjid Halimatus
sya’diyah, dengan sistematis untuk memperoleh data tentang
pelaksanaan program kegiatan di Masjid Halimatus sya’diyah
Dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan
dengan soal seputar kajian yang dibahas.

2. Menggunakan Handphone
Sebagai alat perekam untuk mendapatkan data dari
narasumber yang diwawancarai agar data yang didapat lebih
akurat sesuai dengan apa yang diinokan oleh narasumber,
selain itu sebagai bukti bahwa telah melakukan metode
pengambilan data secara langsung melalui wawancara.
20

Wawancara mendalam ini merupakan percakapan


dengan tujuan untuk memperoleh konstruksi yang terjadi
sekarang tentang orang, kejadiian, aktivitas, organisasi,
perasaan, motivasi, pengakuan dan kerisauan.14

b) Metode Observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua
diantaranya yang terpenting adalah prose, proses pengamatan
dan ingatan.15
Menurut marzuki dalam buku metodologi riset dengan
menggunakan metode observasi, Peneliti melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala
atau fenomena yang diselidiki tanpa mengajukan pertanyaan-
pertanyaan meskipun obyeknya orang.16 Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan metode nonpartisipant observation.
Yang dimaksud adalah peneliti melakukan pengamatan
nonpartisipasi, melakukan observasi pengumpulan data dan
informasi tanpa melibatkan diri, atau tidak menjadi bagian dari
lingkungan sosial/organisasi yang diamati. 17
Observasi yang dimaksud peneliti berupa pengamatan,
catatan data, dan catatan strategi dan pengembangan
manajemen DKM di masjid Halimatus sya’diyah. Pengamatan

14
Ahmad Tanzah,”Pengantar Metodologi Penelitian”, (Yogyakarta: Teras,
2009), h. 183.
15
Hadi, Sutrisno. 1986. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset
16
Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005),h. 62.
17
Rosady Ruslan,Metode Penelitian: Public Relations dan Komunikasi, (
Jakarta: RajaWali Pers, 2010) h.36
21

memfokuskan pada berbagai informasi dan keadaan strategi


dan pengembangan manajemen DKM di Masjid Halimatus
sya’diya PT. Argo Pantes, Yang mana untuk mengetahui
situasi dan proses pengelolaan dan berjalannya kegiatan
Masjid oleh DKM masjid.

c) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal atau variable berupa catatan, transkrip dan buku-buku,
surat kabar majalah dan sebagainya 18. Penulis menggunakan
metode ini mengharapkan agar menemukan data yang
berkenaan tentang :

1. Struktur kepengurusan Masjid Mardhotillah


2. Data-data yang berkaitan dengan subyek/objek
yang akan diteliti.

Kedudukan metode ini sebagai metode pembantu


sekaligus sebagai pelengkap data-data tertulis maupun yang
tergambar di tempat penelitian, sehingga dapat membantu
penulis dalam mendapatkan data-data yang lebih obyrktif dan
konkrit. Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan bukti
dari hasil kegiatan wawancara dan observasi yang biasanya
didapat dalam bentuk gambar ataupun catatan terkait situasi,
keadaan dan para pengurus Masjid Halimatussya’diyah. dalam
mendapatkan data-data yang lebih obyrktif dan konkrit.

18
Suharsini Arikunta, prosedur penelitian suatu pendekatan
praktek,(Jakarta: Rineka Cipta,1998), h 11
22

Gambar 1.2
Metode Pengumpulan Data

WAWANCARA

OBSERVASI DOKUMENTASI

H. Lokasi dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian ini adalah Masjid
Halimatussya’diyah yang terletak di komplek PT. Argo Pantes
terletak di Jl. MH. Thamrin No. 9, Cikokol, RT 007/10, Kec.
Tangerang , Kota Tangerang, Banten. Untuk mendapatkan data
dan hasil yang komprehensif maka penelitian ini Penelitian
observasi ini dilakukan selama 2 hari pada tanggal 18-19
Oktober 2019, penelitian dimulai dari proses pengamatan
terhadap situasi dan keadaan Masjid, kemudian melakukan
wawancara langsung oleh para pengurus Masjid.
23

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Strategi

1. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani “Stratagos”
(Stratos= militer dan qag= memimpin) yang berarti
“generaliship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral
perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang.
Strategi secara umum didefinisikan sebagai cara mencapai
tujuan.19 Strategi adalah program umum untuk pencapaian
tujuan-tujuan organisasi dalam pelaksanaan misi. Strategi
memberikan pengarahan terpadu bagi organisasi dan berbagai
tujuan organisasi, dan memberikan pedoman pemanfaatan
sumber daya-sumber daya organisasi yang digunakan untuk
mencapai tujuan.20
Strategi (siasat) adalah juga termasuk jenis rencana,
karena akan menentukan tindakan-tindakan pada masa datang
untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Pada dasarnya adalah
penentuan cara yang dilakukan agar memungkinkan
memperoleh hasil yang optimal, efektif, dan dalam jangka
waktu yang relatif singkat serta tempat menuju tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan.21 Menurut Griffin (2000)
mendefinisikan strategi sebagai rencana komprehensif untuk

19
Arif Yusuf Hamali, Pemahaman Strategi Bisnis& Kewirausahaan
(Jakarta: Prenamedia Group, 2016), h. 16
20
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: Bpfe-Yogyakarta), h. 86.
21
Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h.
102.
24

mencapai tujuan. Tidak hanya sekedar mencapai, akan tetapi


strategi juga dimaksudkan untuk mempertahankan
keberlangsungan organisasi dilingkungan dimana organisasi
tersebut menjalankan aktivitasnya22.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kata
strategi banyak diadopsi dan diberikan pengertian yang lebih
luas sesuai dengan bidang ilmu atau kegiatan yang
merangkapkannya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas pada
konsep atau pun seni seorang jendral dimasa perang, tetapi
sudah berkembang pada tanggung jawab seorang pimpinan
(manajemen puncak). Menurut penulis, saat ini ada banyak
sekali rumusan tentang strategi, akan tetapi dalam rumusan-
rumusan yang ada tidaklah merubah pokok-pokok yang
terdapat dalam pengertian sebelumnya. Hanya saja aplikasinya
disesuaikan dengan jenis organisasi yang menerapkannya.
Pada hakikatnya seorang pimpinan (manajemen puncak)
memang terlibat dalam suatu bentuk “peperangan” tertentu.23
Dari sudut etimologis (asal kata), penggunaan kata
strategi dalam manajemen suatu organisasi diartikan sebagai
“kiat, cara, dan taktik utama yang dirancang secara sistematik
dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terarah
kepada tujuan strategi organisasi.”24 Dalam kamus besar

22
Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen
(Jakarta: Prenamedia Group, 2005), h. 132.
23
Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, Jakarta : Bumi Aksara, 2001,
Cet Ke-IV, h. 16.

24
Hadari Nawawi, Manajemen Statejik Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, Yogyakarta : Gajahmada
University Press, 2000, Cet Ke-1, h. 147.
25

bahasa Indonesia disebutkan bahwa istilah strategi adalah ”seni


atau ilmu untuk menggunakan sumber daya-sumber daya
untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu”25
Sejarahwan Alferd D. Chandler (1962), sebagimana
disebutkan oleh James AF. Storner, et.al., berpendapat bahwa
strategi adalah “Penentuan tujuan dan sasaran pokok jangka
panjang dari suatu usaha, daan pengambilan serangkaian
tindakan dan pengalokasian sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai tujuan”.26Dalam salah satu prinsip manajemen
istilah strategi pun digunakan sebagai penekanan pada
perencanaan yang efektif bagi kelancaran proses manajemen
menyangkut keuangan, operasional dan aspek-aspek sosial
perusahan (perencanaan strategis).27
Dari beberapa pengertian strategi sebagaimana tersebut
diatas dapat disimpulkan bahwasannya strategi adalah rencana,
program, kumpulan sasaran, dan objektif jangka panjang untuk
mencapai tujuan. Tidak hanya mencapai namun Strategi
digunakan untuk mempertahankan keberlangsungan
organisasi.dan penggunaan istilah strategi manajemen sebuah
organisai dapat diartikan sebagai cara dan kiat yang dirancang
dan disiapkan secara sistematis dalam melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi.
Dengan demikian membuat strategi bagi seseorang

25
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1997, h. 199.
26
James AF. Storner dan R Edward Freeman, Manajemen, diterjemahkan
oleh Wilhelmus W. Bakowatun dan Benyamin Molan, Jakarta : Intermedia, 1994,
cet ke-1 h. 306.
27
Ramiler Wertadjaja, et.al., Strategi Pengendalian Administrasi
Perusahaan, Bandung : Angkasa, 1991, hal 7
26

untuk mencapai tujuan sangat penting. Termasuk strategi


dalam memakmurkan masjid. Tanpa adanya strategi yang baik,
maka suatu organisasi tidak akan berkembang, dan cendrung
stagnan dan hanya menjalankan rutinitas tanpa ada kemajuan
yang berarti.

2. Langkah-langkah Srategi

a) Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi, konseptor harus
mempertimbangkan mengenai peluang dan ancaman, serta
menetapkan kekuatan dan kelemahan. Perumusan strategi
berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari
peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan,
kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinan
kemungkinan serta memperhitungkan pilihan pilihan dan
langkah langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak
menuju kepada tujuan itu.28
Oleh karena itu inilah cara untuk memudahkan dalam
merumuskan strategi yang akan ditetapkan.

Tabel 2.1
Perumusan Strategi

Rumusan Strategi Pengertian


Kekuatan (Strength) Kekuatan adalah “sumber daya
yang dimiliki oleh organisasi
sebagai model bagi kelanjutan

28
Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, hal.18
27

dan perkembangan
organisasi.29
Kelemahan (Weakness) Kelemahan adalah
“Keterbatasan atau
kekurangan dalam hal sumber,
keterampilan dan kemampuan
yang menjadi penghalang
serius bagi penampilan kinerja
organisasi yang memuaskan”30
Peluang (Opportunity) Peluang adalah “Situasi yang
menguntungkan dalam lingkup
organisasi memanfaatkan
potensi yang dimiliki untuk
meraih kesempatan terbuka
bagi kelangsungan dan
kemajuan organisasi”31
Ancaman (Thearts) Ancaman adalah “Kondisi
tidak menguntungkan bagi
organisasi dan dapat
menghambat terhadap
kelanjutan dan kemajuan
kegiatan organisasi”32

29
Fredy Rangkuti, Andris SWOT; Tekhnik Membedah Kamus Bismus,
Jakarta : Gramedia, Pustaka Utama, 1997,h. 8.
30
Sondang P.Siagian, Manajemen Stratejik, Jakarta : Bumi Aksara, 2001
Cet. Ke IV. h. 173.
31
Freddy Rangkuti,op,cet, h. 13.
32
Alfred R David, Manajemen Strategi Konsep, Jakarta; Prenhalindo,
2002, Hal.5
28

b) Menentukan Visi dan Misi


Visi berisi pernyataan yang singkat dan jelas mengenai
tujuan organisasi dan bagaiamana mencapainya pada suatu
titik waktu dimasa depan, sering dinyatakan dalam kata-kata
atau istilah yang bersifat kompetitif. Visi adalah sebuah
gambaran mengenai tujuan dan cita-cita di masa depan yang
harus dimilki organisasi sebelum organisai itu menyusun
rencana untuk mencapai cita-cita tersebut.33 Misi adalah cara
untuk menghadirkan impian tadi menjadi kenyataan. Sebuah
pernyataan misi yang bagus harus secara akurat menjelaskan
mengapa organisasi tersebut perlu ada dan apa yang
diharapkan akan dicapai organisasi tersebut dimasa depan.
Pernyataan misi juga harus mampu menumbuhkan keyakinan
bagi para anggota organisasi, serta mampu pula
mengekspresikan tujuan organisasi dengan cara yang dapat
memberikan inspirasi, komitmen, inovasi dan keberanian.
Pernyataan Misi harus memiliki cakupan yang luas
sehingga tidak perlu terlalu sering diubah. Pernyataan Misi
dapat berbentuk ide, mulai dari yang paling sederhana sampai
dengan yang paling kompleks. Pernyataan Misi yang disusun
harus bersifat realistis, yaitu tidak terlalu sempit dan tidak
terlalu luas. Pernyataan Misi juga harus spesifik, singkat, dan
memiliki fokus yang tajam.

33
AB Susanto, Manajemen Strategik Komprehensif (Jakarta: Erlangga,
2014), h. 16.
29

c) Analisis Lingkungan Eksternal


Merupakan kajian terhadap operasional lingkungan.
Tujuan dari analisis eksternal adalah untuk mengidentifikasi
kesempatan dan ancaman strategik terhadap operasional
lingkungan organisasi.34 Dengan maksud untuk
mengidentifikasi cara-cara dalam mana perubahan-perubahan
lingkungan ekonomi, teknologi, sosial/budaya dan politik
dapat secara tidak langsung mempengaruhi organisasi.35

d) Analisis Lingkungan Internal


Adalah kajian terhadap kekuatan dan kelemahan
organisasi. Analisis ini mengidentifikasi kuantitas dan kualitas
sumber-sumber yang tersedia bagi organisasi.36 Dengan
memahami kekuatan dan kelemahan persaingan (atau sering
disebut posisi persaingan), perumusan strategi organisasi
diharapkan akan lebih “tepat”.37

e) Menentukan Tujuan dan Sasaran


Tujuan (Goals) pada dasarnya adalah hasil akhir yang
diharapkan dapat diraih atau dicapai oleh individu, kelompok
atau seluruh organisasi.38 Menurut Wilson sebagaimana
dikutip Malayu S.P. Hasibuan tujuan adalah pusat perhatian
(area of concern), sampai sejauh mana bidang-bidang atau

34
Ibid, h. 38
35
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: Bpfe-Yogyakarta), h. 95.

36
AB Susanto, Manajemen Strategik Komprehensif (Jakarta: Erlangga,
2014), h. 38.
37
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: Bpfe-Yogyakarta), h. 97.
38
Eko Budi Sulisito, Rahayu Sulistiowati, Azas-Azas Manajemen (Bandar
Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja, 2013),h. 111.
30

pusat perhatian itu dapat direalisasi pada waktu tertentu,


ditentukan oleh perkiraan kemampuan yang dimilki dan hasil
yang hendak di capai. Tujuan disebut juga rencana karena akan
dicapai pada masa depan.39
Dalam menjalankan misinya perusahaan akan
menentukan tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam rangka
menetapkan standar yang harus dipenuhi sebagai tolak ukur
keberhasilan sebuah misi. Tujuan merupakan suatu pernyataan
kualitatif mengenai keadaan/hasil yang ingin dicapai dimasa
akan datang.
Tujuan (Goals) menurut Eko Budi Sulistio dapat
disimpulkan bahwasannya Tujuan adalah hasil akhir yang
dapat diraih, hasil yang ingin dicapai dimasa akan datang
(rencana) serta yang memiliki perkiraan.40 Sasaran (Objective)
Tujuan yang masih bersifat luas perlu untuk diterjemahkan
menjadi ukuran-ukuran kinerja pada suatu unit, grup, tim dan
individu dalam sebuah organisasi.
Jika tujuan tidak diuraikan secara lebih rinci, maka
pencapaian tujuan-tujuan jangka panjang perusahaan akan sulit
untuk dicapai oleh pihak-pihak di dalam organisasi. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya suatu standar kuantitatif yang
harus dipenuhi/dicapai oleh pelaksana. Apakah penjualan
meningkat sebesar 10% selama lima tahun merupakan suatu
keberhasilan/kegagalan dari divisi/para karyawan? Kelemahan

39
Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 96.

40
Eko Budi Sulisito, Rahayu Sulistiowati, Azas-Azas Manajemen (Bandar
Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja, 2013),h. 73.
31

ini dapat diatasi dengan cara mengkuantifsir tujuan-tujuan


jangka panjang tersebut menjadi jangka pendek dan lebih
operasional. Bentuk tujuan yang telah terkuantifsir dikenal
dengan nama Sasaran (Objective).41
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwasannya Sasaran adalah tujuan jangka panjang dikecilkan
lagi dan dioperasionalkan (laksanakan) untuk tercapainya
sebuah tujuan. Sasaran bukan saja digunakan perusahaan
namun DKM perlu menggunakan Sasaran untuk mencapai
tujuan yakni memakmurkan Masjid.

f) Implementasi Strategi
Yang menyangkut kegiatan manajemen untuk
mengoperasikan strategi. Implementasi berarti peletakan
strategi menjadi kegiatan.42 Implementasi, actuating
(Penggerakan) yaitu untuk menggerakkan organisasi agar
berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta
menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi
agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan
sesuai rencana dan bisa mencapai tujuan.43

g) Evaluasi Strategi
Setelah strategi diimplementasikan manajer perlu
senantiasa memonitor secara periodik, atau pada tahap-tahap
kritis untuk menilai apakah organisasi berjalan kearah tujuan

41
Ibid. h, 76.
42
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: Bpfe-Yogyakarta), h. 97.
43
Eko Budi Sulisito, Rahayu Sulistiowati, Azas-Azas Manajemen (Bandar
Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja, 2013),h. 111.
32

yang telah ditetapkan atau tidak.44 Evaluasi adalah proses


pengukuran, penilaian, dan analisis terhadap kinerja yang
dilakukan serta pengambilan kesimpulan tentang ada/tidaknya
kesesuaian dengan tujuan dan penyebab-penyebabnya untuk
dijadikan dasar dalam melaksanakan tidak-lanjut. 45

B. Pengembangan

1. Pengertian Pengembangan
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan
sesuai dengan kebituhan pekerjaan/ jabatan melalui pendidikan
dan latihan.
Pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual,
dan moral karyawan, sedangkan latihan bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan
karyawan, workshop bagi karyawan dapat meningkatkan
pengetahuan lebih lagi di luar perusahaan.
Edwin B. Flippo mendefinisikan pengembangan
sebagai berikut : “Pendidikan adalah berhubungan dengan
peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas
lingkungan kita secara menyeluruh”, sedangkan latihan
didefinisikan sebagai berikut : “Latihan adalah merupakan
suatu usaha peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang
karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu”.
Sedangkan Andrew F. Sikula mendefinisikan

44
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: Bpfe-Yogyakarta), h. 98.
45
Eman Suherman, Manajemen Masjid Kiat sukses Meningkatkan Kualitas
SDM Melalui Optimalisasi kegiatan Umat Berbasis Pendidikan Berkualitas Unggul,
(Bandung: Alfabeta, 2012).h, 97-98.
33

pengembangan sebagai berikut : “Pengembangan mengacu


pada masalah staf dan personel adalah suatu proses pendidikan
jangka panjang menggunakan suatu prosedur yang sistematis
dan terorganisasi dengan mana manajer belajar pengetahuan
konseptual dan teoritis untuk tujuan umum”. Sedangkan
definisi latihan diungkapkan oleh Andrew F. Sikula yaitu
“latihan adalah proses pendidikan jangka pendek dengan
menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir,
sehingga karyawan operasional belajar pengetahuan teknik
pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu”.46

2. Pengembangan Keagamaan
Berbicara mengenai pengembangan kegiatan
keagamaan Banyak sekali kegiatan keagamaan yang
diselenggarakan oleh DKM masjid-masjid se Indonesia, baik
itu yang sifatnya rutin maupun temporer. Kegiatan rutin
seperti: jamaah sholat fardhu, kultum, kajian kitan yang
diselenggarakan sehabis jamaah sholat Dhuhur, dan pengajian
bulanan. Kegiatan temporer, seperti kunjungan dan muhasabah
ke berbagai pondok pesantren, peringatan hari besar Islam dan
kegiatan bulan Ramadhan.
Di samping kegiatan yang sifatnya ritual juga
diselenggarakan kegiatan sosial terutama untuk masyarakat
sekitar, seperti: santunan fakir miskin dn anak yatim dan
sunatan massal. Menurut penulis pengembangan kegiatan
keagamaan ialah : suatu usaha untuk meningkatkan kinerja

46
http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi-pengembangan
diakses pada 17 Desember 2019, pukul 12:38 WIB.
34

daripada kegiatan kegiatan keagamaan yang sudah ada


sebelumnya serta terkonsep dan tersusun rapi oleh yang
membuat kegiatan.

C. Manajemen

1. Pengertian Manajemen
Pengertian manajemen berasal dari bahasa Inggris dengan
kata kerja “to manage” secara umum berarti mengurusi.47 Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia manajemen berarti proses
penggunaan sumberdaya yang efektif untuk mencapai sasaran.48
Makna manajemen mengandung unsur-unsur kegiatan
yang bersifat pengelolaan. Oleh sebab itu, manajemen berkaitan
dengan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
dan pengendalian, yang didalamnya terdapat upaya anggota
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
menggerakan sumberdaya organisasi yang dimiliki. Istilah
manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara universal
manajemen adalah penggunaan sumberdaya organisasi untuk
mencapai sasaran dan kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe
organisasi profit maupun non profit.
Manajemen menurut (Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan –
1985) adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber

47
A.M Kadarman dan Yusuf Udaya, Pengantar Ilmu
Manajemen, Buku Panduan Untuk Mahasiswa (Jakarta: Gramedia
Pustaka Gama, 2001), Cet Ke-1, h.55
48
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai pustaka, 2001), Edisi Ke 111 h.708
35

daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan


efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.49
Sementara definisi manajemen yang dikemukakan oleh
Daft (2003:4) sebagai berikut: “Management is the attainment of
organizational goals in an effective and efficient manner through
planning organizing leading and controlling organizational
resources”. Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa
manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan cara
yang efektif dan efisien lewat perencanaan, pengorganisasian
,pengarahan dan pengawasan sumberdaya organisasi.
Plunket dkk. (2005:5) mendefinisikan manajemen
sebagai “One or more managers individually and collectively
setting and achieving goals by exercising related functions
(planning organizing staffing leading and controlling) and
coordinating various resources (information materials money and
people)”. Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa
manajemen merupakan satu atau lebih manajer yang secara
individu maupun bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan
organisasi dengan melakukan fungsi-fungsi terkait (perencanaan,
pengorgnisasian, penyusunan staf, pengarahan dan pengawasan)
dan mengkoordinasi berbagai sumber daya (informasi material
uang dan orang). Manajer sendiri menurut Plunket dkk. (2005:5)
merupakan people who are allocate and oversee the use of
resources, atau dengan kata lain manajer merupakan orang yang
mengatur dan mengawasi penggunaan sumber daya.
Lewis dkk.(2004:5) mendefinisikan manajemen
49
Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, h.
54.
36

sebagai: “the process of administering and coordinating resources


effectively and efficiently in an effort to achieve the goals of the
organization.” Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti
bahwa manajemen merupakan proses mengelola dan
mengkoordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan
efisien sebagai usaha utk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Mary Parker Follet yg dikutip oleh Handoko
(2000:8) manajemen merupakan seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa
para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui
pengaturan orang-orang lain utk melaksanakan berbagai tugas yg
mungkin diperlukan.50

2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Mengenai fungsi-fungsi manajemen ini terdapat banyak
sekali pandangan-pandangan yang berbeda satu sama lain di
kalangan sarjana tentang perumusannya. Penulis mengambil
pandangan dari salah seorang sarjana yang bernama George R.
Terry, yang merumuskan fungsi-fungsi daripada manajemen yang
disingkat menjadi POAC, yakni sebagai berikut.51

50
Rahmat, Definisi Manajemen, disalin dari website:
http://blog.re.or.id/definisi- manajemen.html. diakses pada 17 Desember 2019,
pukul 13:57 WIB.
51
Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Adimistrasi Dan
Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 36.
37

Tabel 2.2
Fungsi-fungsi Dasar Manajemen

PLANNING (P) Apa yang harus dilakukan? Kapan?


Dimana? Dan Bagaimana?

ORGANIZING Dengan kewenangan seberapa banyak?


(O) Dan dengan
sarana serta lingkungan kerja yang
bagaiman?
ACTUITING (A) Membuat para pekerja ingin
melaksankan tugas yang telah
ditetapkan dengan secara sukarela
dan
kerja sama yang baik.
CONTROLLING Pengamatan agar tugas-tugas yang
(C) telah dilaksanakan dengan tepat sesui
rencana dan bila terdapat
penyimpangan diadakan tindak-
tindakan
perbaikan.

a) Planning (Perencanaan)
Planning dapat diartikan sebagai keseluruhan proses
pemikiran dan penentuan secara matang dalam hal-hal yang akan
dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan ialah perencanaan
tentang apa yang akan dicapai, yang kemudian memberikan
pedoman, garis-garis besar apa yang akan dituju. Perencanaan
merupakan suatu persiapan (preparation) untuk tindakan- tindakan
kemudian.52

52
Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Adimistrasi Dan Manajemen,
h. 37
38

b) Organizing (Pengorganisasian)
Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu :

53
- Organisasi sebagai alat dari manajemen Ialah organisasi
sebagai wadah/tempat manajemen sehingga memberikan
bentuk manajemen yang memungkinkan manajemen dapat
bergerak, atau dapat dikaitkan.
- Organisasi sebagai fungsi manajemen Ialah organisasi dalam
arti dinamis (bergerak), yaitu organisasi memberi
kemungkinan tempat manajemen bergerak dalam batasan-
batasan tertentu. Dengan kata lain, dinamis berarti, bahwa
organisasi itu bergerak dengan mengadakan pembagian
pekerjaan. Organisasi adalah sekelompok orang yang
bekerjasama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam
mencapai serangkaian tujuan tertentu. Penulis mendefiniskan
organisasi sebagai sekumpulan orang atau kelompok yang
memiliki tujuan tertentu dan berupaya untuk mewujudkan
tujuannya tersebut melalui kerja sama.

c) Actuating (Pelaksanaan)
Pelaksanaan adalah suatu upaya dalam pembimbigan
dan penggerakan orang-orang yang menjadi bawahannya agar
kelompok tersebut menjalankan tugasnya dengan senang hati,
suka dan mau bekerja secara sadar dan penuh tanggung jawab
terhadap tugas yang harus diselesaikan tanpa menunggu
atasan.
53
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, PengantarManajemen
(Jakarta: Kencana, 2005), Cet Ke-1, h.4.
39

Penggerakan dimaksudkan sebagai keseluruhan usaha,


cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota
organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin
demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif, dan
ekonomis.54 Terry memberikan definisi, actuating sebagai
usaha untuk menggerakkan anggota-anggota kelompok
demikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha
untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan yang
bersangkutan dan sasaran- sasaran anggota perusahaan tersebut
oleh karena para anggota itu ingin mencapai sasaran-sasaran
tersebut.
Mengusahakan agar para anggota bekerjasama secara
lebih efisien, untuk menyukai pekerjaan mereka,
mengembangkan skill serta kemampuan mereka dan menjadi
anggota perusahaan yang baik, merupakan tantangan pokok
bagi manajemen organisasi. Tindakan untuk menggerakkan
manusia atau anggota organisasi oleh Panglaykin disebut
dengan leadership (kepemimpinan), perintah, instruksi,
communication (komunikasi), dan conseling (nasihat).55

d) Controlling (Pengendalian/Pengawasan)
Menurut Terry, pengawasan berarti mengevaluasi
prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan
korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana-

54
Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, h. 95.
55
Panglaykin, Manajemen Suatu Pengantar, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1981), h. 39.
40

rencana.56 Controlling atau pengawasan dapat dianggap


sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang
dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan.
Pengawasan dalam arti manajemen yang diformalkan
tidak akan terdapat tanpa adanya perencanaan,
pengorganisasian, dan menggerakkan sebelumnya.
Pengawasan tidak dapat dapat terjadi dalam sebuah vakum. Ia
berkaitan dengan dan merupakan bagian daripada output
ketiga macam fungsi fundamental manajemen lainnya.
Menurut Mc. Farland pengawasan adalah suatu proses
dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan
rencana, perintah, tujuan, dan kebijakan yang telah
ditentukan.Jelasnya pengawasan harus berpedoman terhadap
hal-hal berikut: 57

Tabel 2.3
Pendoman Pengawasan

No Pendoman Pengawasan
1 Rencana (Planning) yang telah ditentukan.
2 Perintah (orders) terhadap pelaksanaan pekerjaan
(performance).
3 Tujuan

56
George R. Terry, Asas-asas Manajemen, h. 395
57
Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Adimistrasi Dan Manajemen
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h.61.
41

4 Kebijakan yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Unsur-Unsur Manajemen Masjid


Untuk mewujudkan efektivitas manajemen masjid,
maka para menajer atau pemimpin pada setiap organisasi
sebaiknya dan sudah seharusnya mengunakan saran
manajemen masjid, yang telah dikenal dengan “Enam M”
yakni Man (manusia), Money (uang) Material (bahahn-bahan),
Methods (cara melakukan pekerjaan), Machines (mesin), dan
Market (pasar).58
Sarana utama dari setiap pengurus masjid untuk
mencapai tujuan manajemen masjid dan tepat sasaran, yang
harus ditentukan terlebih dahulu adalah man (manusia),
berbagai aktivitas masjid yang harus dilakukan agar tujuan
manajamen tepat sasaran dan aktivitas itu dapat ditinjau dari
sudut proses, seperti Planning, organizing, actuating, dan
controlling, serata dapat juga ditinjau dari sudut bidang seperti
penjualan, produksi, keuangan, personalia, dan lain
sebagainya. Untuk melakukan sebagian aktifitas masjid
tersebut, kita sangat memerlukan manusia. Tampa manusia
kita tak akan mungkin mencapai tujuan.
Sarana manajemen masjid adalah money (uang). Untuk
melakukan berbagai kebutuhan masjid diperlukan uang, seperti
pembelian perlengkapan, membayar gaji pekerja dalam

58
Manulang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1987), h.17
42

pembangun nmasjid, dan lain sebagainya.uang sebagai sarana


manjemen harus mampu mengelola sedemikian rupa, agar
tujuan masjid yang ingin dicapai (bila dinilai dengan uang),
nilai jual atau keuntungan suatu aktivitas lebih besar dari uang
yang digunakan untuk mencapai tujuan masjid. Kegagalan atau
ketidak berhasilan proses manajemen sedikit banyak
ditentukan oleh perhitungan dan ketelitian dalam
menggunakan uang.
Dalam proses pelaksanaan manajemen masjid manusia
menggunakan material (bahan-bahan), kertas atau alat tulis
secretariat dan lain sebagainya, oleh karna itu material juga
dianggap sebagai alat atau sarana manajemen masjid untuk
mencapai tujuan masjid. Demikian pula dalam proses
perncanaan kegiatan masjid, dan jangan memarjinalkan
kemajuan teknologi dewasa ini sangatlah pesat baik itu media
social, dan jaringan internet dapat di akses melalui telpon
genggam. Oleh karna itu machines (mesin) seperti computer,
laptop, handpone dan lain sebagainya merupakan alat atau
sarana manajemen masjid untuk mempermudah sekaligus
memperlancar peroses pelaksanaan berjalannya aktivitas
masjid, yang akhirnya tercapai tujuan manajemen masjid.
Untuk melakukan aktivitas masjid yang berdaya guna
dan berhasil guna, maka manusia diharapkan pada berbagai
alternative methods (metode) atau cara- cara melakukan
pekerjaan. Oleh karna itu metode atau cara dianggap juga
sebagai sarana atau alat manajemen masjid untuk mencapai
tujuan masjid. Masjid sudah saat nya menampilkan keindhan
43

islam dengan cara yang elegan seperti maulid nabi, isra’miraj,


perayaan hari-hari besar islam.

4. Tujuan Manajemen Masjid


Tujuan adalah suatu hasil yang ingin capai melalui
proses manajemen. Tujuan yang ingin dicapai selalu
ditetapkan dalam suatu rencana, karna itu hendaknya tujuan
ditetapkan, jelas, realitas dan cukup menantang, untuk
diperjuangkan ber dasarkan pada potensi yang dimiliki. Jika
tujuan jelas, realitas dan cukup menantang maka usaha-usaha
untuk mencapainya cukup besar. Tujuan-tujuan ini dapat kita
kaji dari beberapa sudut dan dibedakan sebagai berikut:
a) Menurut prioritasnya, tujuan dibagi atas:

- Tujuan primer
- Tujuan sekunder
- Tujuan individual dan social

b) Menurut jangka waktunya tujuan dibagi atas:


- Tujuan jangka panjang
- Tujuan jangka menengah
- Tujuan jangka pendek

Kesimpulan bahwa tujuan merupakan hal terjadinya


proses manajemen dan aktivitas kerja, tujuan beraneka macam,
tetapi harus ditetapkan secara jelas, realitas, dan cukup
menantang berdasarkan analisis data, informasi, dan pemilihan
dari alternative yang ada. Kecakapan manajer dalam
menetapkan tujuan dan kemampuannya memanpaatkan
44

peluang, mencerminkan tingkat hasil yang dapat dicapainya.59


Untuk keberhasilan maksimal dari tujuan manajemen
Masjid, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Tabel 2. 4
Aspek Manajemen Masjid

No Aspek Manajemen Masjid Kegunaan


Guna menata lembaga ke-
masjid-an harus di
selenggarakan
Musyawarah Jama‟ah
yang dihadiri umat Islam
anggota jama‟ah Masjid.
Musyawarah tersebut
1 Manajemen Kepengurusan dilaksanakan terutama
untuk merencanakan
Program Kerja dan
memilih. Pengurusan
DKM Masjid. Seluruh
jama’ahb
bertanggungjawab atas
suksesnya acara ini.
Sekretaris
bertanggungjawab dalam
menjaga kebersihan,
keindahan dan kerapian
2 Manajemen Kesekertariatan sekretariat serta
memberikan laporan
aktivitas kesekretariatan.
Disamping itu Pengurus,
khususnya Sekretaris, juga
berfungsi sebagai humas

59
Malayu S.P. Hasibuan, op.cit, h.17
45

atau public relation bagi


Masjid
Untuk menunjang
aktivitas Ta‟mir Masjid,
Bidang Dana dan Usaha
berusaha mencari dana
3 Manajemen Dana dan Usaha secara terencana,
sistimatis dan terus
menerus (continue) dari
beberapa sumber yang
memungkinkan

D. Dewan Kemakmuran Masjid

1. Pengertian DKM
Dewan Kemakmuran Masjid adalah sekelompok orang
dari jamaah masjid yang mengemban amanah dan tanggung
jawab terdepan dalam memakmurkan masjid.60 Allah
menjelaskan bagaimanakah kriteria orang-orang yang berhak
memakmurkan masjid, yaitu sebagaimana didalam: Surat At-
Taubah ayat 18 sebagai berikut:

Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah


ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari

60
Asadullah Al-Faruq, Mengelola dan Memakmurkan Masjid ( Solo: Pustaka
Arafah, 2010), h. 71.
46

Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat


dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka
merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan
orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. At-Taubah [9]:
18)
Memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada
siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang
yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk. Adapun karakteristik untuk menjadi DKM.
DKM Masjid haruslah orang yang rajin mengerjakan
shalat berjamaah di Masjid. Seseorang yang senantiasa
mengerjakan shalat berjamaah di Masjid maka dia akan
memiliki keterkaitan dengan masjid, mencintai masjid,
sehingga ia pun akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
yang dicintainya. Secara Alamiah, kemampuan memahami
ilmu agama dengan baik. Merupakan syarat mutlak yang harus
dipenuhi oleh setiap takmir. Dikarenakan agar tindakan DKM
tidak melenceng atau keluar dari kaidah-kaidah syar‟i.
Pemahaman ilmu agama juga diperlukan mengingat
DKM merupakan orang pertama yang ada di Masjid. Bisa jadi
akan ada jamaah yang hendak bertanya atau berkonsultasi,
maka takmir yang tidak memiliki pemahaman agama yang
baik dapat membingungkan jamaah, atau bahkan
menyesatkannya. Sebaliknya, pemahaman agama yang baik
dapat membantu setiap jamaah yang hendak menanyakan
47

berbagai persoalan agama, sehingga mereka merasa puas


dengan jawaban yang diperolehnya.
DKM tidak harus pintar, tetapi dia sebaiknya orang
yang kreatif, bisa melahirkan ide baru yang bisa membantu
pengelolaan Masjid. Bersungguh-sungguh dan bertanggung
jawab. Masjid membutuhkan orang- orang yang senantiasa
mempunyai sikap bersungguh-sungguh dalam mengerjakan
tugasnya, baik tugas pribadi, keluarga maupun masyarakat.
Tipe semacam ini merupakan tipe pekerja keras, bukan
pemalas dan asal-asalan. Ia selalu mengerjakan apa yang
menjadi tugas dan tanggung jawabnya dengan mengusahakan
hasil yang sebaik mungkin.

2. Fungsi dan Peran DKM


Dewan Keluarga Masjid, atau Dewan Kemakmuran
Masjid (DKM), merupakan organisasi yang dikelola oleh
jemaah muslim dalam melangsungkan aktivitas di masjid.
Setiap masjid yang terkelola dengan baik memiliki DKM
dengan strukturnya masing-masing. Secara umum, pembagian
kerjanya terbagi menjadi tiga yaitu Bidang, Idarah
(administrasi manajemen masjid), Bidang, Imarah (aktivitas
memakmurkan masjid) dan Bidang Ri‟ayah (pemeliharaan
fisik masjid).
Untuk merealisasikan fungsi dan peran Masjid
diperlukan organisasi Dewan Kemakmuran Masjid yang
mampu mengadopsi prinsip-prinsip organisasi dan manajemen.
Sehingga aktivitas yang diselenggarakan dapat menyahuti
kebutuhan umat serta berlangsung secara efektif dan efisien.
48

Kebutuhan akan organisasi Dewan Kemakmuran Masjid yang


profesional semakin tidak bisa ditawar lagi mengingat
kompleksitas kehidupan umat manusia yang semakin canggih
akibat proses globalisasi, kemudahan transportasi, kecepatan
informasi dan kemajuan teknologi.
Di masa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam,
selain digunakan sebagai tempat shalat berjama‟ah, Masjid
juga memiliki fungsi sosial-budaya. Bagi umat Islam
mengaktualkan kembali fungsi Masjid sebagai tempat ibadah
dan pusat kebudayaan adalah merupakan sikap kembali kepada
sunnah Rasul; yang semakin terasa diperlukan di era
globalisasi dengan segenap kemajuannya. Reaktualisasi fungsi
dan peran Masjid adalah salah satu jawaban untuk meraih
kembali kejayaan umat Islam.
Dengan mengaktualkan fungsi dan perannya berarti
kita telah menempatkan Masjid pada posisinya dalam
masyarakat Islam. Masjid menjadi pusat kehidupan umat.
Artinya umat Islam menjadikan Masjid sebagai pusat aktivitas
jama‟ah serta sosialisasi kebudayaan dan nilai-nilai Islam.
Pada gilirannya, insya Allah, membawa umat pada keadaan
yang lebih baik dan lebih Islami.Untuk merealisasikan fungsi
dan peran masjid diperlukan organisasi Dewan Kemakmuran
Masjid yang mampu mengadopsi prinsip- prinsip organisasi
dan management modern. Sehingga aktivitas yang
diselenggarakan dapat menyahuti kebutuhan umat serta
berlangsung secara efektif dan efisien. Kebutuhan akan
organisasi Dewan Kemakmuran Masjid yang profesional
49

semakin tidak bisa ditawar lagi mengingat kompleksitas


kehidupan umat manusia yang semakin canggih akibat proses
globalisasi, kemudahan transportasi, kecepatan informasi dan
kemajuan teknologi.
Organisasi Dewan Kemakmuran Masjid secara
kuantitas sudah banyak, namun sebagian besar kinerjanya
masih sangat memprihatinkan. Hal ini terlihat dengan kurang
profesionalnya Pengurus maupun minimnya aktivitas yang
diselenggarakan. Banyak faktor yang mempengaruhi kurang
profesionalnya kebanyakan Pengurus Dewan Kemakmuran
Masjid, di antara yang penting adalah minimnya pengetahuan
dan kemampuan berorganisasi mereka. Bahkan, ada di antara
mereka yang belum mengenal apa itu ilmu organisasi dan
manajemen. Sehingga menimbulkan budaya organisasi yang
kurang sehat dan dinamis.
Untuk itu, umat Islam perlu menata organisasi Dewan
Kemakmuran Masjid yang sudah ada, terutama sistim
organisasi dan manajemennya. Merubah budaya organisasi
bukan hal yang mudah karena akan menghadapi banyak
kendala. Adanya kendala bukan berarti kita harus menyerah,
tetapi justru dituntut untuk lebih serius dalam membawa
perubahan positif. Bila perubahan ini berhasil, insya Allah,
kita akan menyaksikan organisasi Dewan Kemakmuran Masjid
yang profesional. Mereka mampu mengelola aktivitas
kemasjidan secara baik dan bisa saling bekerja sama.
50

3. Upaya DKM Memakmurkan Masjid

a) Kegiatan Pembangunan
Bangunan masjid perlu dipelihara dengan sebaik-
baiknya. Apabila ada yang rusak diperbaiki atau diganti
dengan yang baru, yang kotor dibersihkan, sehingga masjid
senantiasa berada dalam keadaan bagus, bersih, indah dan
terawat. Kemakmuran masjid dari segi material ini
mencerminkan tingginya kualitas hidup dan kadar iman umat
disekitarnya.61
Renovasi masjid baik secara keseluruhan atau pada
bagian tertentu merupakan suatu keniscayaan. Bisa saja
seluruh bangunan masjid harus direnovasi dikarenakan sudah
rusak dan dimungkinkan tidak bertahan lama, DKM harus jeli
merencanakan perenovasian dengan memperhatikan apa yang
perlu diperbaiki. Suatu bangunan masjid yang perlu diperbaiki
harus disepakati bersama oleh seluruh pengurus DKM masjid.
Dalam pelaksanaannya DKM membentuk panitia
renovasi masjid. Kepanitiaan sebaiknya terdiri dari beberapa
orang yang menjadi pengurus DKM dan beberapa orang
jamaah yang bukan dari DKM. Untuk posisi ketua panitia dan
bendahara panitia sebaiknya berasal dari pihak DKM.
Sedangkan untuk posisi wakil ketua dan sekretaris panitia
boleh dari jamaah diluar DKM.62

61
Ibid, h. 73
62
Asadullah Al-Faruq, Mengelola & Memakmurkan Masjid, Solo: Pustaka
Arafah, 2010, h. 142-143.
51

b) Kegiatan Ibadah
Meliputi shalat berjamaah lima waktu, shalat jum‟at
dan shalat tarawih. Shalat jamaah merupakan ruh dari sebuah
masjid. Shalat jamaah juga merupakan ibadah yang paling
utama bagi setiap hamba yang beriman. Oleh karena itu,
hendaknya setiap masjid memperhatikan pelaksanaan shalat
berjamaah dengan sebaik mungkin. Masjid yang ditinggal oleh
jamaahnya sehingga tidak bisa menyelenggarakan shalat
jamaah disetiap waktu shalat, maka masjid yang demikian
seolah telah mati. Ruhnya telah menghilang, hanya
menyisakan fisiknya saja. Hal semacam ini perlu menjadi
perhatian bagi setap DKM.
Tugas DKM dalam fungsinya menghidupkan
pelaksanaan shalat berjamaah, Mengajak secara intensif
masyarakat setempat untuk menunaikan shalat jamaah. Bentuk
ajakan bisa bermacam-macam, mulai dari pendekatan
personal, pengajian-pengajian, himbauan dan yang tidak kalah
penting yaitu dengan cara para pengurus takmir memberi
contoh membiasakan diri mengerjakan shalat berjamaah
dimasjid.
Memilih imam besar dan muadzin sesuai syar‟i. Setiap
Masjid hendaknya memiliki Imam besar sebagai imam tetap
dalam pelaksanaan shalat berjamah setiap harinya. Imam besar
dipilih oleh DKM dengan memperhatikan syarat-syarat
seseorang layak menjadi imam berdasarkan kaidah syar‟i.
Syarat-syarat untuk menjadi imam besar terdiri dari dua
bagian, yaitu syarat umum dan syarat khusus, Syarat umum
52

meliputi seorang imam hendaknya laki-laki, adil dan faqih.


Adapun syarat khusus bagi seoraang yang berhak
menjadi imam adalah orang yang paling ahli tentang Al-
Qur’an, kemudian yang paling tahu tentang Rasulullah,
kemudian yang paling besar ketakwaannya, kemudin yang
paling tua usiannya. Memilih muadzin tetap juga perlu
memperhatikan hal-hal yang selayaknya menjadi prioritas.
Hendaknya muadzin yang dipilih orang yang rajin berjamaah
dimasjid, memiliki kepedulian terhadap shalat berjamaah,
mampu mengetahui waktu shalat dengan baik dan lebih utama
lagi manakala orang tersebut memiliki suara yang lantang
namun penuh dengan kesejukan.
Memfasilitasi Kenyamanan dan Kesempurnaan Shalat
Jamaah. Hadirkan tempat shalat yang nyaman, tidak terlalu
sempit dan panas. Buatlah ventilasi (lubang angin) secukupnya
atau bisa dipasang kipas angin seperlunya, sehingga jamaah
tidak merasa panas di dalam masjid. Pintu masuk antara
jamaah laki-laki dan jamaah perempuan akan lebih baik
manakala dibuat terpisah.

c) Kegiatan Keagamaan
Meliputi kegiatan pengajian rutin, khusus ataupun
umum yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas iman
dan menambah pengetahuan; peringatan hari-hari besar islam;
kursus keagamaan : bimbingan dan penyuluhan masalah
53

keagamaan, keluarga dan perkawinan, pensyahadatan para


mualaf; upacara pernikahan atau resepsi perkawinan.63

d) Kegiatan Pendidikan
Mencakup pendidikan formal dan informal. Secara
formal, misalnya dilingkungan masjid didirikan sekolah atau
madrasah. Beberapa masjid yang telah dikelola secara
profesional mampu membentuk wadah pendidikan anak usia
dini. Namanya bisa beragam, mulai dari play group atau
kelompok bermain, taman belajar atau pendidikan anak usia
dini (PAUD).64
Lewat lembaga sekolah atau madrasah ini. Anak-anak,
remaja dapat dididik sesuai dengan ajaran islam. Ayat (4)
mengenai satuan pendidikan nonformal merupakan “focus of
interest” (pusat perhatian untuk melaksanakan pendidikan
dilingkungan masjid. Diantaranya terdapat Majelis Ta‟lim di
dalamnya.65 Selain itu bentuk-bentuk pesantren kilat
Ramadhan, pelatihan remaja, kursus bahasa, kesenian,
merupakan pilihan yang cukup mungkin diselenggarakan.34
Adapun kegiatan-kegiatan lainnya seperti menyantuni fakir
miskin dan yatim piatu, kegiatan olahraga, kesenian,
keterampilan, perpustakaan hingga penerbitan.

63
Mohammad E. Ayub, Manajemen Masjid Petunjuk Praktis Bagi
Pengurus, Jakarta: Gema Insani Press, 1996. h. 74.
64
Asadullah Al-Faruq, Mengelola & Memakmurkan Masjid, Solo: Pustaka
Arafah, 2010. h. 192.
65
Eman Suherman, Manajemen Masjid Kiat Sukses Meningkatkan Kualitas
SDM Melalui Optimalisasi Kegiatan Umat Berbasis Pendidikan Berkualitas
Unggul, Bandung: Alfabeta, 2012. h. 77.
54

e) Kegiatan-kegiatan Lainnya
Banyak kegiatan selain kegiatan yang telah disebutkan
di atas, yang dapat dikoordinasikan oleh pengurus masjid.
Sebut saja dari menyantuni fakir miskin dan yatim piatu,
kegiatan olahraga, keseniaa, keterampilan, perpustakaan,
hingga penerbitan.
Bagaimanapun juga, mengelola sebuah masjid tidak
akan terlepas dari sebah manajemen. Manajemen yang baik,
akan menjadikan salah satu faktor yang sangat mendukung
bangkitnya kekuatan sebuah masjid. Sebuah masjid, semegah
apapun bentuknya, jika tidak mempunyai pola manajemen
yang baik, maka ia akan jauh dari peran dan fungsinya yang
asasi. Dan ia tidak akan muncul sebagai kekuatan apappun
yang mampu menjawab tantangan umat.
Untuk itulah diperlukan sebuah pola pengelolaan yang
baik dalam wujud manajemen. Dalam keorganisasian, kita
kenal diatas ada unsur-unsur dalam sebuah organisasi,
diantaranya Planning (rencana kerja), Organzing
(pengorganisasian), Actuiting (Aksi), Controlling (adanya
kontrol kontinyu), da Evaluating (evaluasi kerja). ( Budiman
Mustafa, 2007: 93-94) Dari uaraian diatas, maka dapat dilihat
dalam data gambar sebagai berikut:

Gambar 2.1
Skema Konseptual

Peran DKM Masjid ProgramYang Masyarakat


Dijalankan DKM Sekitar Masjid
Dalam hal ini, Program ini bisa
DKM berperan berupa kegiatan Respon
sebagai penggagas sosial, masyarakat
untuk membentuk pendidikann dan terhadap program
program DKM.
lain sebagainya.
kemasjidan.
55

BAB III
STRATEGI DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN DKM
MASJID HALIMATUS SYA’DIYAH

A. Gambaran Umum Masjid Halimatus sya’diyah


Masjid Halimatussa’diyah adalah tempat untuk
melaksanakan ibadah dan kegiatan rohani yang berada dibwah
pengawasan dan naungan PT. Argo Pantes, Tangerang.
Pengguna Masjid ini tidak hanya di khusus kan untuk para
pegawai perusahaaan saja tapi orang-orang diluar perusahaan
bisa menggunakan fasilitas ini ketika ingin beribadah. Masjid
ini tidak diperuntukan untuk beristirahat(tidur). Masjid
Halimatussa’diyah terletak terletak di komplek PT. Argo
Pantes terletak di Jl. MH. Thamrin No. 9, Cikokol, RT 007/10,
Kec. Tangerang , Kota Tangerang, Banten. Keadaan Masjid
sangat rapi dan terurus, situasi Masjid pun ramai ketika shalat
karyawan maupun yang buka karyawan berjamaah bersama .

B. Sejarah Berdirinya Masjid


Dalam terapan manajemen modern, setiap perusahaan
dituntut untuk mempunyai asset terbaik mereka. Apa asset
utama organisasi mereka. Penentuan ini jadi sangat penting,
karena pada asset lah semua energy organisasi tercurah.
Setelah terbentuknya perusahaan maka di wajibkan untuk
memberikan fasilitas kepada setiap karyawannya, terutama
untuk karyawan yang mayoritas beragama islam.
Islam memandang bahwa fasilitas kerja merupakan
pemenuhan hak-hak dan kebutuhan yang diberikan pemimpin
56

untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerjanya. Dengan


adanya fasilitas, memungkinkan untuk meningkatkan kinerja
karyawan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh
manajemen dengan segala potensi secara efektif dan efisien.
Hal tersebut merupakan bentuk penghargaan dan penempatan
posisi manusia dalam kemuliaan yang melebihi makhluk yang
lainnya.
Pada tahun 1990 dibangunlah sebuah masjid yang
cukup luas di kawasan pabrik PT Argo Pantes Tangerang dan
diresmikan oleh Bpk H. Marzuki Usman sebagai penanam
modal terbesar di perusahaan tersebut dan diberi nama dengan
Masjid Halimatus Sya’diyah dengan membawa Visi dan misi
yaitu memberikan fasilitas untuk kemudahan dan kenyamanan
karyawan dalam khusuk beribadah.
Dalam memakmurkan masjid Halimatus Sya’diyah
para DKM dan karyawan saling bahu membahu untuk selalu
mempunyai komitmen makmur secara utuh dengan di awali
dari pengurus yang makmur dalam artian tidak mudah
mengurus ummat banyak karena banyak sekali hal-hal yang
sensitive jadi semua pengurus satu sama lain tidak mempunyai
rasa curiga dan egois terhadap sesama pengurus yang lain.

C. Visi dan Misi Masjid Halimatus sya’diyah


Bagi setiap tempat yang terdapat organisasi demi
berjalannya kehidupankegiatan pada tempat tersebut pastinya
diperlukan pembentukan visi-misi, seperti pada Masjid
57

Halimatussa’diyah yang mempunyai tujuan dan dituangkan


dalam visi-misi pada masjid tersebut, yakni :

1. Visi Masjid Halimatus sya’diyah

 Memfasilitasi kemudahan , kenyamanan , dan kekhusyuan


dalam beribadah

2. Misi Masjid Halimatus sya’diyah

 Mendorong umat untuk lebih memakmurkan masjid dalam


rangka untuk lebih mendekatkan kepada sang pencipta
,Allah swt

D. Struktur Kepengurusan Masjid


DKM masjid merupakan sekelompok orang yang
mempunyai kewajiban untuk memakmurkan masjid.
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

)308 /4( ‫سنن الترمذي ت بشار‬

‫ {إِن َما يَ ْع ُم ُر‬:ُ‫ َفإِن َّللا َ تَعَا َلى يَ ُقول‬،‫ش َهدُوا َل ُه بِا ِإلي َما ِن‬ ْ ‫إ ِ َذا َر َأ ْيتُمُ الر ُج َل يَتَعَا َه ُد ا ْل َم‬
ْ ‫س ِج َد َفا‬
‫ رواه الترمذي وقال‬.‫اآلخ ِر َو َأ َقامَ الص َال َة َوآتَى الزكَا َة} اآليَ َة‬ ِ ‫اج َد هللا ِ َم ْن آ َمنَ بِاَّلل ِ َواليَ ْو ِم‬ ِ ‫س‬َ ‫َم‬
. ٌ‫سن‬
َ ‫ب َح‬ ٌ ‫ َه َذا َحد‬:
ٌ ‫ِيث َغ ِري‬

‫ قال هللا عز وجل { إنما يعمر مساجد‬،‫(( إذا رأيتم الرجل يعتاد المساجد فاشهدوا له باإليمان‬
‫ حديث حسن‬: ‫ اآلية } )) رواه الترمذي وقال‬. . ‫هللا من آمن باهلل واليوم اآلخر‬

“Jika kamu melihat orang rajin mendatangi masjid, maka


persaksikanlah ia sebagai orang yang beriman.” (HR. Ahmad,
At-Tirmidzi dan beliau menghasankannya serta yang lainnya.
Didhaifkan oleh Syaikh al-Albani dalam Dha’if al-Jami’ no.
58

509). Hadits ini dha’if, tetapi maknanya benar sesuai ayat di


atas.
Masjid merupakan tempat beribadah umat islam. Selain
itu masjid juga sebagai pusat pembinaan umat karena masjid
haruslah memberikan pancaran cahaya yang menyinari
lingkungan dan jamaahnya.
Dalam mengupayakan kemakmuran masjid secara
bersama-sama maka dilakukanlah serangkaian kegiatan
keagamaan seperti sholat berjamaah, pengajian, konsultasi
keluarga, remaja masjid, pelatihan-pelatihan menjadi khotib,
muazin, dan bilal. Perayaan hari-hari besar, seperti Hari Raya
Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha, 1 Muharrom, Maulid Nabi,
dsb yang semua itu di koordinasi oleh DKM Masjid.
DKM Masjid di pilih berdasarkan hasil musyawarah
masyarakat khususnya karyawan PT. Argo Pantes, Tangerang.
Struktur organisasi takmir masjid setidaknya memiliki,
penasehat, ketua, wakil ketua, sekertaris, bendahara, dan
bagian-bagian yang mempunyai tugas masing-masing.
59

Gambar 3.1
Struktur Kepengurusan Masjid Halimatus sya’diyah
60

E. Tugas dan Tanggung jawab DKM Masjid Halimatus


sya’diyah PT. Argo Pantes Tangerang
DKM masjid dibentuk untuk mengemban tugas dan
tanggung jawab. Adapun tugas dan tanggung jawab masing-
masing individu bisa berbeda-beda sesuai dengan jabatan yang
diembannya. Berikut ini tugas dan tanggung jawab dari
masing-masing DKM Masjid Halimatusy sya’diyah, Pt. Argo
Pantes sebagai berikut.66

1. Penasehat
Penasehat memiliki tugas untuk memberikan saran,
nasihat, arahan kepada ketua dan pengurus masjid lainnya
secara lisan maupun tertulis. Mengawasi jalannya organisasi
dan kegiatan yang diselenggarakan oleh takmir agar tidak
menyimpang dari ketentuan syar‟i dan dari kesepakatan
bersama. Memberikan teguran atau peringatan apabila ketua
serta pengurus lainnya melakukan tindakan yang bertentangan
dengan syar‟i. Melaporkan serta mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugasnya kepada jamaah, atau kepada atasannya.

2. Dewan Majelis Syuro


Dewan Syura, merupakan wadah yang mewakili
seluruh komponen warga sebagai pihak-pihak yang memiliki
kepentingan sekaligus manfaat dari kehadiran DKM.Otoritas
Dewan Syura sesungguhnya pada aspek manajerial dan
pelaksanaan dari kegiatan DKM. Secara umum, Dewan Syura

66
Responden BM, wawancara dengan Ketua Masjid Halimatus sya,diyah
PT. Argo Pantes Tangerang pada tanggal 19 Oktober 2019. Pukul 13:45 WIB
61

berhak memberikan masukan, pertimbangan, dan juga


penilaian atas kegiatan DKM yang direncanakan, atau sedang
berlangsung dan yang telah selesai.

3. Ketua DKM
Memimpin, mengawasi, melaksanakan dan
mengkoordinasi semua bidang yang terkait dalam menjalankan
tugas serta tanggung jawab masing-masing dalam mengelola
masjid dan melaksanakan program kerja takmir masjid untuk
kegiatan ibadah, kemakmuran masjid dan jamaah. Selain itu
Ketua DKM Bertanggung jawab kepada yayasan Masjid
Halimatus syadiyah PT. Argo Pantes terhadap kemakmuran
dan kemajuan maupun perkembangan yayasan Masjid
Halimatus syadiyah PT. Argo Pantes. Mengevaluasi program
kerja yang dilaksanakan oleh para DKM masjid, melaporkan
serta mempertanggung jawabkan pelaksanaan program kerja
kepengurusan masjid kepada Yayasan melalui musyawarah
pengurus masjid dan memberi laporan kepada pembina.
Ketua DKM selalu melaksanakan rapat secara terbuka
dengan panitia DKM yang lainnya , semua program harus
disetujui oleh panitia” yang lainnya . terkadang ketua DKM
mengaplikasikan hal” yang baik yang beliau temui di masjid
sekitar lingkungan tinggalnya begitupun dengan panitia” yang
lain sehingga Masjid Halimatus sya’diah dapat berkontribusi
menjadi lebih baik lagi .
62

4. Ketua Harian DKM


Melaksanakan tugas rutin harian, menyelenggarakan
rapat-rapat teknis pengurus yang berkaitan dengan
kepengurusan organisasi, melaporkan aktivitas sehari-hari
kepada ketua umum, dan bertanggung jawab kepada ketua
umum. Ketua harian yang bertugas mengatur kegiatan
operasional dan sumber daya yang ada sesuai arahan dari ketua
umum. Dia yang bertanggung jawab atas keberjalanan
organisasi sehari-harinya.

5. Sekretaris DKM
Mengerjakan seluruh pekerjaan kesekretariatan antara
lain membuat surat menyurat dan mengarsipkannya, membuat
laporan organisasi termasuk hasil musyawarah maupun rapat
pengurus pada masing-masing bidang. Memberikan pelayanan
teknis administrative kedalam maupun keluar organisasi,
membuat serta mengkoordinir pendistribusian undangan,
mencatat serta menyusun notulen rapat dan membuat daftar
hadir, melaporkan tugasnya kepada ketua umum mengenai
pelaksanaan tugasnya, menjelaskan kepada jamaah kegiatan
yang akan dilaksanakan dan yang telah dijelaskan.

6. Bendahara DKM
Memegang dan memelihara harta kekayaan organisasi,
baik berupa uang maupun barang. Menerima, menyimpan,
mengeluarkan dan membukukan keuangan, barang, tagihan
dan surat-surat berharga. Mengendalikan pelaksanaan
Rancangan Anggaran Belanja Masjid sesuai dengan ketentuan
63

yang berlaku, mengeluarkan uang sesuai dengan keperluan dan


kebutuhan berdasarkan persetujuan ketua. Menyimpan surat
bukti penerimaan dan pengeluaran uang, membuat laporan
keuangan rutin maupun mingguan setiap hari jum‟at, membuat
laporan pertanggung jawaban pelaksanaan tugasnya kepada
ketua.

7. Bidang Ibadah DKM


Membantu Ketua DKM dan Wakil Ketua DKM dalam
hal penyelenggaraan kegiatan ibadah yang dilakukan di Masjid
Halimatus sya’diyah PT. Argo Pantes agar dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan syariat Islam menurut kaidah
ahlus-sunnah wal jamaah yang telah disepakati, baik secara
harian, mingguan, bulanan dan tahunan termasuk pada
momentum hari-hari besar Islam (Ramadhan/Iedul Fitri dan
Iedul Adha). Melakukan perencanaan kegiatan ibadah dan
secara berjamaah, termasuk penyusunan Jadual khotib Jum’at,
jadual Imam dan Bilal sholat tarawih, apabila diperlukan untuk
menyusun rencana penyelenggaraan Sholat Iedul Fitri dan
Iedul Adha;
Melakukan pemeriksaan untuk memastikan
kelengkapan kelayakan sarana ibadah di masjid, yang meliputi
sajadah imam, jama’ah, sound system, jadwal waktu sholat,
penerangan (listrik) masjid dan perlengkapan lainnya untuk
menjamin kekhusukan jamaah, Melakukan penataan sarana
ibadah yang diperlukan serta menyusun rencana-rancana
pengadaan sarana penunjang lainnya kepada Ketua DKM,
Melakukan koordinasi dengan petugas Jum’at
64

(imam/khotib/muadzin) serta mengkonfirmasikan untuk


memastikan kesiapannya sesuai dengan jadual yang telah
ditetapkan serta menyiapkan petugas cadangan apabila
berhalangan, Melakukan koordinasi, informasi dan
sinkronisasi dalam kegiatan ibadah ramadhan, yang meliputi
sholat tarawih, kultum dan tadarus, Melakukan koordinasi
dengan tim terkait peringatan hari besar islam (PHBI) untuk
melakukan seleksi dalam rangka menetapkan penceramah pada
kegiatan PHBI.

8. Bidang Dakwah dan PHBI DKM


Mempersiapkan fasilitas-fasilitas yang diperlukan
dalam pelaksanaan acara-acara wirid pengajian atau ceramah
agama dan peringatan hari raya besar, Menyusun kepanitian
peringatan hari raya besar islam, Merencanakan agenda
kegiatan di Masjid Halimatus sya’diyah PT. Argo Pantes.

9. Bidang Perlengkapan
Merencanakan, melaksanakan, mengontrol, dan
mengevaluasi pelaksanaan perbaikan-perbaikan infrastruktur
yang diperlukan di Masjid Halimatus sya’diyah PT. Argo
Pantes dengan tujuan agar kenyamanan Jama'ah dalam
beribadah tetap terjaga, Menginventarisasi, pengecekan dan
pemeliharaan rutin setiap kelengkapan peribadatan di Masjid
Halimatus sya’diyah PT. Argo Pantes, Menyiapkan
kelengkapan sarana dan prasarana untuk kegiatan-kegiatan,
Menginventarisasi, pengecekan dan pemeliharaan rutin setiap
65

kelengkapan peribadatan di Masjid Halimatus sya’diyah PT.


Argo Pantes.

10. Bidang Dana, Usaha dan ZIS DKM


Penanggung jawab perolehan dana dalam rangka
mendukung kegiatan sosial, kegiatan rutin masjid serta untuk
pemeliharaan dan pengadaan fasilitas ibadah / masjid
Halimatus sya’diyah PT. Argo Pantes , selain itu
Melaksanakan pengumpulan dana melalui Zakat, Infaq dan
Shodaqoh masyarakat para karyawan PT. Argo Pantes
Tangerang maupun masyarakat umum serta pengembangan
usaha mandiri seperti Koperasi dan lain sebagainya.
Dengan mengetahui program kerja dan struktur
organisasi para takmir masjid dapat melakukan tugasnya
dengan lebih baik dan terarah sesuai dengan program kerja
yang telah dibuat bersama. Semua program kerja tersebut tak
lain adalah untuk kemakmuran ummat.

F. Strategi Manajemen DKM Masjid Halimatus sya’diyah


Masjid Halimatus sya’diyah PT. Argo Pantes ialah
tempat umat Muslim melakukan ibadah dan segala macam
kegiatan keagamaan, dan aktivitas lainnya. Artikel ilmiah ini
meneliti tentang strategi dan pengembangan manajemen DKM
Masjid Halimatus sya’diyah PT. Argo Pantes. Strategi yang
digunakan DKM untuk memakmurkan Masjid Halimatus
sya’diyah PT. Argo Pantes., masjid yang makmur adalah
masjid yang memiliki jamaah yang banyak, memiliki berbagai
kegiatan, masjid dapat memberikan bantuan kepada
66

jamaahnya. Strategi yang digunakan untuk memakmurkan


masjid yakni dengan memiliki banyak. Dengan banyaknya
kegiatan seperti ini maka jamaah akan tertarik dan mau
mendatangi masjid sehingga masjid akan ramai oleh jamaah.
Strategi yang dilakukan DKM Masjid Halimatus
sya’diyah PT. Argo Pantes memilih imam yang hapalan surat-
surat Al-Qur‟annya bagus, fasih dalam memahami hukum
bacaannya, serta tartil dalam bacaan Al-qur‟annya. Sehingga
dapat mempengaruhi jamaah yang sholat di Masjid Halimatus
sya’diyah PT. Argo Pantes yang diharapkan masjid akan
menjadi ramai. Selain itu muazin dipilih berdasarkan kriteria
muadzin yang baik seperti memiliki suara lantang dan merdu.
Srategi lain yang di lakukan oleh DKM membuat
jamaah nyaman dengan suasana masjid, seperti
memperhatikan kebersihan masjid, keindahan masjid.
Sehingga jamaah merasa nyaman berlama-lama di Masjid
Halimatus sya’diyah PT. Argo Pantes. Khususnya bagi para
pekerja akan merasa selalu ingin beribadah ketika sudah
masuk waktunya shalat. 67

G. Kegiatan Keagamaan Masjid Halimatus sya’diyah PT.


Argo Pantes Tangerang
Fungsi utama masjid yang lainnya yaitu adalah sebagai
tempat pendidikan. Beberapa masjid, terutama masjid yang
didanai oleh pemerintah, biasanya menyediakan tempat belajar
baik ilmu keislaman maupun ilmu umum. Pendidikan di
67
Responden BM, wawancara dengan Ketua Masjid Halimatus sya,diyah
PT. Argo Pantes Tangerang pada tanggal 19 Oktober 2019. Pukul 13:45 WIB
67

masjid ditunjukan untuk segala usia dan mencakup seluruh


pelajaran, mulai dari keislaman sampai sains. Selain itu, tujuan
adanya pendidikan di masjid adalah untuk mendekatkan
generasi muda kepada masjid.
Masjid juga menjadi tempat kegiatan untuk
mengumpulkan dana. Masjid juga sering mengadakan bazar,
dimana umat islam dapat membeli alat-alat ibadah maupun
buku-buku islam. Masjid juga menjadi tempat untuk akad
nikah, seperti tempat ibadah agama lainnya.
Masjid Halimatus Sya’diyah memiliki berbagai
kegiatan pembinaan keagamaan untuk memakmurkan dan
memberikan kekhusyukan terhadap karyawan yang
menggunakan masjid tersebut. Berikut ini adalah beberapa
contoh kegiatan rutin yang ada di dalam masjid Halimatus
Sya’diyah :
1. Pengajian rutin hari Rabu ba’da Dzuhur sampai jam 12:50
(Ta’lim Rabu) yang di isi oleh penceramah dari DKM,
Karyawan dan juga ‘alim ulama dari luar perusahaan yang
di ikuti oleh karyawan dan jama’ah sekitar perusahaan.
2. Peringatan hari besar islam yang di antaranya :
- Santunan Anak Yatim yang dilakukan seitan tanggal 1
Muharam.
- Maulid Nabi Muhammad SAW dengan mengundang
para ulama dan mubaligh tersohor dari luar perusahaan.
- Isra Mi’raj yang berbarengan dengan penutupan
pengajian rutin sementara dengan mengundang para
ulama dan mubaligh tersohor dari luar perusahaan.
68

3. Aktivitas Sholat Tarawih berjama’ah selama 30 hari di


bulan Ramadhan.
4. Aktivitas Sholat Idul Fitri yang dilaksanakan pada tanggal
1 syawal oleh para karyawan yang tidak pulang kampung.
5. Aktivitas sholat Idul Adha yang dilaksanakan pada tanggal
10 Dzulhijjah.
6. Pelaksanaan zakat dan infak dengan cara pemotongan dari
gaji karyawan dan juga bekerja sama dengan Badan Amal
Zakat melalui program YPS.
7. Pengajian rutin hari Jum’at ba’da Ashar sampai dengan
selesai.
8. Penyembelihan hewan qurban saat hari raya Idul Adha
dengan dana yang di ambil dari tabungan para jema’ah
dan sukarela dari perusahaan.

Tabel 3.1
Kegiatan Masjid Halimatus sya’diyah

KEGIATAN
NO. KEGIATAN YANG YANG
BERJALAN BELUM
BERJALAN
Azhan Sebelum Shalat Lima
1. TPA
Watu

2. Shalat Lima Waktu Berjamaah RISMA

Pembagian sodaqoh
Shalat Satu Minggu Sekali
(makanan) setiap hari
3. Yaitu Shalat Jumat
Jumat
69

Kegiatan Bulan Suci


Rhamadan(Shalat
Tarawih, Witir, Tadarus
dan Buka Puasa Bersama
4. di Masjid Halimatus Ruqiyah Masal

sya’diyah

5. Shalat Idhul Fitri Perpustakaan Masjid

6. Shalat Idhul Adha

Pemotongan Hewan
Qurban Bersama
Jamaah Masjid
7.
Halimatus sya’diyah

8. Memperingati Maulid Nabi

Pengajian rutin hari Rabu


ba’da Dzuhur sampai jam
12:50 (Ta’lim Rabu)
9
Pengajian rutin hari Jum’at
ba’da Ashar sampai dengan
selesa
70

Table 3.2
Jadwal Khotib Jumat Masjid Halimatus sya’diyah
71

Table 3.3
Jadwal Ustadz Pengajian Rabu Masjid Halimatus sya’diyah

H. Pengembangan Manajemen DKM Masjid Halimatus


sya’diyah
Dalam pengembangan manajemen masjid, DKM
masjid mengatur dengan baik bagaiamana memakmurkan
masjid salah satu yang paling dominan dari pengembangan ini
adalah terbentuknya program kegiatan yang teratur dan
terarah. Program kegiatan ialah susunan kegiatan yang telah
72

digambarkan masa yang akan datang dari pelaksanaan


kegiatan yang dilangsungkan saat ini, dalam hal ini adalah
kegiatan program kegiatan keagamaan. Proyeksi ini, terkait
dengan visi para pengurus DKM khususnya dan harapan warga
secara umum. Harapan warga tentang remaja Islam di
lingkungannya, agar dapat mengikuti program program yang
telah dibuat oleh DKM. program semestinya bisa disuarakan
melalui Dewan Syura, yang kemudian dirumuskan menjadi
visi DKM..
Tujuan dari program kegiatan keagamaan yang dibuat
DKM Masjid Baitul Makmur adalah : mengenalkan
lingkungan masjid kepada para remaja, mempererat tali
silaturahmi antar remaja dengan warga sekitar, menjalin
kedekatan untuk mencintai Islam secara keseluruhan,
mengasah serta menyalurkan kreatifitas para remaja dengan
hal hal keagamaan yang sangat positif, menumbuhkan jiwa
sosial remaja serta menanam ajaran islam serta sebagai sarana
promosi kegiatan masjid.
Beberapa tips mengenai bagaimana menjadikan
program kegiatan berjalan dengan efektif.

a) Memiliki Gambar Besar.


bagaimana pola yang akan kita selenggarakan. Dengan
gambar besar itu, setidaknya kita mengetahui kemana arah
yang hendak dituju dalam pelaksanaannya. Seandainya
terjadi penyimpangan atau modifikasi di lapangan, DKM
dapat menilainya apakah masih sesuai dengan gambar
besar atau tidak.
73

b) Buat program jangka pendek


Membuat rencana-rencana jangka pendek (mingguan/bulanan)
mengenai kegiatan yang akan kita laksanakan bersama. Buat
rencana belajar apa dan bagaimana cara belajarnya agar DKM
tahu apa yang harus disiapkan. Program mingguan ini dapat
membantu dalam menilai efektifitas proses yang sudah DKM
jalani.
c) Menjadwal Kegiatan Harian.
Dalam perencanaan DKM membuat jadwal harian sehingga
DKM dapat mengisi hari-harinya dengan efektif. Jadwal ini
juga berguna untuk membantuDKM mengetahui ekspektasi
yang diharapkan dari kegiatan.
d) Melakukan semua kegiatan dengan kesepakatan.
Melakukan semua perencanaan kegiatan bersama-sama.
Dengan kesepakatan bersama pengurus DKM sehingga akan
meningkat rasa kepemilikan dan tanggung-jawabnya.
e) Evaluasi.
Setelah membuat rencana dan melaksanakannya, para
pengurus DKM selalu melakukan evaluasi efektifitas kegiatan
yang sudah di laksanakan. Sebagai bahan perbaikan kegiatan
selanjutnya.
f) Portofolio.
Para DKM biasanya mendokumentasikan kegiatan yang
berlangsung. Yang beruapa foto ataupun video yang akan di
simpan sebagai arsip kegiatan DKM Masjid Halimatus
sya’diyah.
74

Gambar 3.2
Proses Pengembangan Manajemen DKM Masjid
Halimatus sya’diyah

Melakukan
Buat
Memiliki Menjadwal semua
program
Gambar Kegiatan kegiatan Evaluasi Portofolio
jangka
Besar. Harian dengan
pendek
kesepakatan.

I. Manajemen DKM Masjid Halimatus sya’diyah


Kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh DKM Masjid
Halimatus sya’diyah bertujuan sebagai upaya meningkatkan
fungsi Masjid yang seutuhnya. Sehingga Masjid bukan sekedar
tempat untuk peribadatan saja, melainkan juga sebagai pusat
kemashalahatan dan kesejahteraan bagi lingkungannya baik
dalam bidang sosial, pendidikan, ekonomi.
DKM Masjid Halimatussa’diyah beserta jajarannya
mengelola keuangan masjid tersebut dengan semaksimal
mungkin demi terjalannya kegiatan-kegiatan di masjid
tersebut. Berikut adalah informasi dalam pengelolaan
keuangan di masjid Halimatussa’diyah, pembayaran pengisi
acara seperti imam masjid , guru pengajian dan pengisi acara
75

hari-hari besar, ini diberikan dari infak sodaqoh dan


perusahaan juga ikut membantu dalam memberikan
konstribusi dengan memberikan dana kepada pihak DKM dan
jajarannya untuk mengatur dana tersebut demi terjalinnya
kegiatan masjid. Untuk muadzin, pemimpin baca yasin dan
imam sholat 5 waktu . pihak DKM memberikan kebijakan
untuk mereka seperti uang tanggung jawab sehingga mereka
merasa semangat dalam melaksanakan tugas tersebut . Dalam
pelaksanaan kegiatan dalam masjid Halimatussa’diyah Panitia
masjid tidak mendapatkan gaji/ insentif dalam mengurus
masjid dalam hal ini mereka sepakat melakukannya dengan
sukarela dan panggilan hati untuk mendekatkan diri kepada
Allah swt . dan akan menjadi bekal amal ibadah untuk di
akhirat nanti. Masjid halimatussa’diyah memiliki 1 marbot dan
beliau digaji/diberikan intensif oleh panitia DKM .
Masjid Halimatussa’diyah pun pernah mengadakan
pemberangkatan Hajji dan Umroh untuk pegawai/karyawan di
perusahaan agro pantes beberapa tahun yang lalu, namun
untuk saat ini belum berlanjut kembali. ‘’ lagi pula untuk
sekarang ini membutuhkan waktu yang lama untuk berangkat
haji’’68 sehingga perusahaan belum mengadakan kegiatan itu
kembali. Dalam memberangkatkan hajji dan umroh, tentu saja
perusahaan memiliki kriteria tertentu dalam progam tersebut,
seperti karyawan yang memiliki kinerja yang bagus dan aktif
dalam berpartisipasi terhadap kegiatan masjid. Tetapi kriteria

68
Responden BM, wawancara dengan Ketua DKM Masjid
Halimatussa’diyah PT. Argo Pantes pada tanggal 19 Oktober 2019. Pukul 13:45
WIB
76

inipun tidak hanya berlaku kepada karyawannya saja, hal


inipun berlaku bagi pengurus-pengurus masjid yang
menjalankan amanah dan menjaga ketertiban juga kebersihan
masjid sebaik mungkin. Berikut adalah beberapa karyawan dan
pengurus masjid yang telah diberangkatkan haji dan umroh
beberapa tahun lalu. Yaitu ; Pak.H.Nunung Suhendi , Pak
H.Dedeh , Pak H.Nasir pada tahun 2001.
77

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian observasi pada Masjid
Halimatussya’diyah diperusahaan PT.Agro Pantes, Tangerang
penulis menyimpulkan bahwa masjid tersebut tidak hanya
digunakan untuk sholat 5 waktu, tetapi juga mengadakan
kegiatan rutin didalamnnya.seperti pengajian rutin setiap hari
rabu. jamaaah yang mengikuti kegiatan rutin tersebut, dan
menunaikan ibadah sholat pun tidak hanya dari karyawan
perusahaan PT.Agro Pantes saja, melainkan warga sekitar atau
menjadi pilihan warga yang tengah melakukan perjalanan
untuk menunaikan ibadah sholat. Bahkan perusahaan
memberikan konstribusi kepada pihak DKM dan mendukung
setiap kegiatan masjid tersebut. Tidak lupa pun pihak DKM
menghimbau kepada bagi siapapun yang berada dimasjid atau
disekitar masjid untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan
masjid, guna mempertahankan kenyaman bagi siapapun yang
menunaikan ibadah di Masjid Halimatussya’diyah.
Setiap diadakannya hari-hari besar umat islam, pihak
DKM selalu peduli dan menghidupkan acara didalam masjid
tersebut guna untuk merayakan hari besar islam. (Dewan
Kesejahteraan Masjid) yang selalu peduli akan masjid tersebut.
Dan selalu mau untuk terus merawat dan memakmurkan
masjid tersebut seperti apa yang telah tertera pada visi-misi
Masjid Halimatussya’diyah. Karena sebagaimana Allah
berfirman, manusia adalah khalifah dibumi, dan manusia
78

adalah makhluk allah yang paling sempurna karena


diberikannya akal pikiran. Oleh sebab itu kita sebagai umat
muslim harus menyadari pentingnya menjaga dan membantu
memakmurkan masjid sebagai tempat ibadah umat islam.
Manajemen program kegiatan Dewan Kemakmuran
Masjid yang diterapkan oleh pengurus Masjid Halimatus
sya’diyah ini, sudah cukup baik dan dapat menunjang
kecerdasan emosional serta spiritual para remaja masjid.
Pasalnya, dengan beberapa program kegiatan yang
diselenggarakan oleh pengurus Masjid Halimatus sya’diyah,
cukup membawa dampak yang positif bagi para remaja dalam
kehidupan sehari-harinya. Dan dalam proses yang
berkelanjutan sudah memberikan banyak perubahan yang
positif kepada para remajanya sesuai dengan harapan pengurus
masjid.
Upaya pengurus masjid dalam peningkatan ilmu
keagamaan pada remaja Masjid Halimatus sya’diyah dalam
pelaksanannya, pengurus masjid melakukan beberapa upaya
yang dinilai cukup strategis, yakni: membimbing,
mengarahkan, dan memotivasi kepada remaja agar upaya yang
dilakukan pengurus berjalan sesuai harapan yang diinginkan.
Bahkan implementasi pengurus masjid dalam melaksanakan
beberapa program kegiatan remaja tersebut, dilakukan dengan
manajemen yang baik, terstruktur dan sistematis. Sesuai
dengan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Dewan Kemakmuran Masjid (DKM).
79

B. Saran
Salah satu upaya untuk peningkatan masjid dalam
stratgi dan pengembangan manajemen DKM Masjid Halimatus
sya’diyah, penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Sebaiknya para pengurus lebih fokus dalam menangani


persoalan- persoalan yang berhubungan dengan masjid sebagai
pusat ibadah dan kajian Islam bagi masyarakat sekitar.
2. Semestinya sistem manajemen masjid dikelola dan diarahkan
secara lebih profesional.
3. Sokongan dana harus lebih dideraskan dan dibanyakkan,
mengingat karena setiap program kegiatan masjid tentunya
membutuhkan biaya.
4. Diharapkan pengurus masjid dapat merekrut para karyawan
yng memiliki kemampuan lebih sebagai pengendali roda
pendidikan spiritual, emosional, dan sosial pada Masjid
Halimatus sya’diyah.
5. Program kegiatan yang positif harus ditambah lagi, mengingat
era globalisasi yang semakin kuat arusnya, sehingga harus
dibendung dengan pemahaman agama yang lebih kuat.
6. Meningkatkan dan memperbaiki sistem manajemen masjid
dalam penetapan SOP (Standard Operasional Prosedur) secara
tertulis.
7. Melakukan draft pengarsipan dalam segala bentuk
pengeoperasionalan masjid dari surat menyurat, program
kegiatan, keuangan, dan lain sebagainya. Agar supaya
dokumen yang terdahulu tersimpan dengan baik, sehingga
dapat digunakan kembali dikemudian hari.
80

DAFTAR PUSTAKA

Ayub Mohammad, Manajemen Masjid (Petunjuk Praktis Bagi Para


Pengurus), Jakarta: Gema Insani Press, 1996

Mu’jamu Lughatil Fuqahaa’ karya ustadz Dr. Muhammad Rawas.


Muttafaq ‘alaih : al-Bukhari, kitab at-Tayammum, bab Haddatsanaa
Abdullah bin Yusuf (no. 335) dan Muslim kitab al-Masaajid,
bab al-Masaajid wa maudhi’ush shalaah (no. 521)
Ali Maulida, Metode dan Evaluasi Pendidikan Akhlak dalam Hadits
Nabawi. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam,2015
04(07).

Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, Jakarta: Al-Mawardi Prima,


2002, Cet 1

Harahap S.S, Manajemen Kontemporer, Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada, 1996.

Asep Saepul Muhtadi, Metode Penelitian Dakwah Pendekatan


Kualitatif dan Kuantitatif , terjemahan Departemen Pendidikan
Nasional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001

M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta:


Ghalia Indonesia, 2002

Cholid Narbuko, dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta:


PT Bumi Aksara, 2015

Jalaluddin Rakhmar, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2005

Haris Herdansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu


Sosial, Jakarta: Salemba Humanika,2010
81

Ahmad Tanzah, Pengantar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Teras,


2009

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 1986

Marzuki, Metodologi Riset. Yogyakarta: Ekonisia, 2005

Rosady Ruslan, Metode Penelitian: Public Relations dan Komunikasi.


Jakarta: Raja Wali Pers, 2010

Suharsini Arikunta, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta, 1998

Arif Yusuf Hamali, Pemahaman Strategi Bisnis& Kewirausahaan,


Jakarta: Prenamedia Group, 2016

Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, 2014

Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah Pengantar Manajemen,


Jakarta: Prenamedia Group, 2005

Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, Jakarta : Bumi Aksara,


2001, Cet Ke-IV

Hadari Nawawi, Manajemen Statejik Organisasi Non Profit Bidang


Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan.
Yogyakarta : Gajahmada University Press, 2000, Cet Ke-1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1997

James AF. Storner dan R Edward Freeman, Manajemen,


diterjemahkan oleh Wilhelmus W. Bakowatun dan Benyamin
Molan, Jakarta : Intermedia, 1994, Cet ke-1

Ramiler Wertadjaja, et.al., Strategi Pengendalian Administrasi


Perusahaan, Bandung : Angkasa, 1991

Fredy Rangkuti, Andris, SWOT; Tekhnik Membedah Kamus Bismus,


Jakarta : Gramedia, Pustaka Utama, 1997
82

Alfred R David, Manajemen Strategi Konsep, Jakarta; Prenhalindo,


2002

AB Susanto, Manajemen Strategik Komprehensif, Jakarta: Erlangga,


2014
.
Eko Budi Sulisito, Rahayu Sulistiowati, Azas-Azas Manajemen,
Bandar Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja, 2013

Eman Suherman, Manajemen Masjid Kiat sukses Meningkatkan


Kualitas SDM Melalui Optimalisasi kegiatan Umat Berbasis
Pendidikan Berkualitas Unggul, Bandung: Alfabeta, 2012

http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi-
pengembangan diakses pada 17 Desember 2019, pukul 12:38
WIB.

A.M Kadarman dan Yusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, Buku


Panduan Untuk Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka Gama,
2001

Rahmat, Definisi Manajemen, disalin dari website:


http://blog.re.or.id/definisi- manajemen.html. diakses pada 17
Desember 2019, pukul 13:57 WIB.

Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Adimistrasi Dan


Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004

Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar


Manajemen. Jakarta: Kencana, 2005, Cet Ke-1

Panglaykin, Manajemen Suatu Pengantar, Jakarta: Ghalia Indonesia,


1981

Asadullah Al-Faruq, Mengelola dan Memakmurkan Masjid, Solo:


Pustaka Arafah, 2010
Manulang, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987
83

Responden BM, wawancara dengan Ketua Masjid Halimatus


sya,diyah PT. Argo Pantes Tangerang pada tanggal 19 Oktober
2019. Pukul 13:45 WIB

Responden BM, wawancara dengan Ketua Masjid Halimatus


sya,diyah PT. Argo Pantes Tangerang pada tanggal 19 Oktober
2019. Pukul 13:45 WIB

Responden BM, wawancara dengan Ketua DKM Masjid


Halimatussa’diyah PT. Argo Pantes pada tanggal 19 Oktober
2019. Pukul 13:45 WIB
84

GLOSARIUM

Masjid artinya

Tempat beribadah umat islam

Dewan Kemakmuran Masjid artinya

Sekelompok orang yang mempunyai kewajiban memakmurkan masjid

Strategi artinya

Program umum untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi dalam


pelaksanaan misi

Pengembangan artinya

Suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,


konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebituhan pekerjaan/
jabatan melalui pendidikan dan latihan.

Manajemen artinya

Proses penggunaan sumberdaya yang efektif untuk mencapai sasaran


85

LAMPIRAN DOKUMENTASI

Tampak deapan Masjid Halimatus sya’diyah PT.Argo Pantes


Tangerang

Bersama Para DKM Masjid Halimatus sya’diyah


86

Bersma Ketua DKM dan Ketua Harian Masjid Halimatus sya’diyah


PT. Argo Pantes Tangerang

Kondisi Dalam Masjid Halimatussya’diyah Pt. Argo Pantes


Tangerang

Anda mungkin juga menyukai