Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah. dan lnayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan
makalah pendidikan agama islam dengan judul " Bagaimana Peran Dan Fungsi
Masjid Kampus Dalam Pengembangan Budaya Islam" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam merampungkan makalah ini. Namun tidak lepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.

Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini. Akhimya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah
sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat
menginspirasi para pembaca untuk mengangkat pennasalahan lain yang relevan
pada makalah-makalah selanjutnya

Padang, 6 Desember 2019

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 rumusan masalah ...................................................................................................... 1
1.3 tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II ................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3
2.1 Menelusuri konsep dan fungsi masjid dalam membangun budaya islam ................ 3
2.2 menggali sumber historis, sosiologis, dan teologis tentang konsep masjid dan
fungsi masjid kampus dalam membangun budaya islam ............................................... 5
2.3 Membangun argument tentang konsep masjid dan fungsi masjid kampus dalam
membangun budaya islam ............................................................................................ 13
2.4 Mendeskripsikan tentang konsep masjid dan fungsi masjid kampus dalam
membangun budaya islam ............................................................................................ 16
2.5 Rangkuman tentang bagaimana membangun budaya islam melalui masjid kampus
………………………………………………………………………………………………………………………………….1
7
BAB III ................................................................................................................................ 18
PENUTUP ........................................................................................................................... 18
3.1 kesimpulan ........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Masjid itu merupakan sebuah Dilihat dari segi harfiyah mesjid adalah tempat
sembah-Yang. Perkataan mesjid berasal dari bahasa arab. Kata pokoknya
Sujudan, Fiil Madinya sajada (iasudah sujud). Fi’il madinya sajada diberi awalan
Ma, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan ini menyebabkan berubahan
bentuk sajada menjadi masjidu, masjid dari ejaan aslinyanya adalah Masjid
(dengan a) pengambilan alih kata Masjid oleh bahasa Indonesia umumnya
membawa proses perubahan bunyi a menjadi e sehingga terjadilah bunyi Mesjid.

Sedangkan kampus merupakan salah satu lembaga dalam menuntut ilmu yang
mana sangat dibutuhkan area tempat beribadah disekitarnya. Masjid merupakan
salah satu tempat ibadah umat muslim di dunia, dimana disana ada masjid disana
juga ada umat muslim beribadah. Dengan di sediakannya masjid di area kampus
merupakan salah satu hal yang wajib ada jika berada di area pemukiman umat
muslim, hal ini dikarenakan ibadah umat muslim itu dalam sehari ada 5 waktu
wajib dilakukan. Oleh karena itu, masjid di area kampus merupakan fasilitas wajib
ada.

Tetapi dengan adanya masjid di dalam kampus, wajib adanya menjaga


kebersihan. Hal ini dikarenakan, tempat beribadah di butuhkan area yang bersih
dan rapi agar ibadah yang dijalankan berjalan dengan baik.

1.2 rumusan masalah


1. bagaimana konsep dan fungsi masjid dalam membangun budaya islam ?
2. apa itu sumber historis, sosiologis, dan teologis tentang konsep masjid dan
fungsi masjid kampus dalam membangun budaya islam ?
3. bagaimana Membangun argument tentang konsep masjid dan fungsi
masjid kampus dalam membangun budaya islam ?

1
1.3 tujuan
1. mengetahui konsep dan fungsi masjid dalam membangun budaya islam
2. mengetahui sumber sumber historis, sosiologis, dan teologis tentang
konsep masjid dan fungsi masjid kampus dalam membangun budaya islam
3. dan mengetahui cara Membangun argument tentang konsep masjid dan
fungsi masjid kampus dalam membangun budaya islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Menelusuri konsep dan fungsi masjid dalam membangun budaya islam
Masjid itu merupakan sebuah Dilihat dari segi harfiyah mesjid adalah
tempat sembah-Yang. Perkataan mesjid berasal dari bahasa arab. Kata pokoknya
Sujudan, Fiil Madinya sajada (iasudah sujud). Fi’il madinya sajada diberi awalan
Ma, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan ini menyebabkan berubahan
bentuk sajada menjadi masjidu, masjid dari ejaan aslinyanya adalah Masjid
(dengan a) pengambilan alih kata Masjid oleh bahasa Indonesia umumnya
membawa proses perubahan bunyi a menjadi e sehingga terjadilah bunyi Mesjid.
Perubahan bunyi ma menjadi me, disebabkan tanggapan awalan me dalam bahasa
Indonesia. Bahwa hal ini salah,sudah tentu kesalahan umum seperti ini dalam
Indonesianisasi kata-kata asingsudah biasa. Dalam ilmu bahasa sudah menjadi
kaidah, kalau suatu penyimpangan atau kesalahan dilakukan secara umum,
ia dianggap benar. Menjadilah ia kekecualian Setiap muslim boleh
melakukan shalat di wilayah manapun di bumi ini terkecuali dia atas kuburan, di
tempat yang bernajis, dan di tempat-tempat yang menurut ukuran syariat Islam
tidak sesuai untuk dijadikan tempat shalat. Rasullullah bersabda :

“Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud (masjid).” (HR Muslim)

Pada hadist yang lain Rasulullah besabda pula :

“telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan keadaan nyabersih.”

(HR Muslim)

Sedangkan secara umum Mesjid adalah tempat suci umat islam yangberfungsi
sebagai tempat ibadah, pusat kegiatan keagamaan, dan kemasyarakatan yang
harus dibina, dipelihara dan dikembangkan secara teratur dan terencana.untuk
menyemarakan siar islam, meningkatkan semarak keagamaan dan
menyemarakan kualitas umat islam dalam mengabdi kepada allah,

3
sehingga partisipasi dan tanggung jawab umat islam terhadap pembangunan
bangsa akan lebih besar. Singkatnya Mesjid adalah tempat dimana
diajarkan, dibentuk ,ditumbuhkan dan dikembangkan dunia pikiran dan dunia
rasa islam.

Islam tidak bisa dianggap kebudayaan karena Islam bukan hasil dari pemikiran
dan ciptaan manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah
SWT kepada Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturanuntuk jadi
panduan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tetapiagama-agama
(yang telah banyak mengalami perubahan) selain Islam memangkebudayaan,
sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan dan daya
pemikiranmanusia.Walaupun bukan kebudayaan tetapi agama islam sangat
mendorong,bahkan turut mengatur penganutnya untuk berkebudayaan.
Agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek
kehidupan termasuk dalam bidang ibadah.Contohnya dalam ibadah sembahyang,
dalam Al-Qur'an ada perintah Terjemahnya :

“Dirikanlah sembahyang” (Al-Baqarah: 43)

Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada AllahSWT.


Tetapi apabila kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang"maka
timbullah daya pemikiran kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimanatempat
untuk melaksanakannya dan lain-lain, Dan dari pemikiran tersebut terwujudlah
usaha atau tindakan yang akhirnya menghasilkan sebuah kebudayaan.Seperti
keterangan sebelumnya yang mengatakan bahwa kebudayaan bisa melahirkan
kemajuan, maka jika kita bisa melaksanakan arahan/perintah laindalam agama
Islam ini, niscaya lahirlah kebudayaan dan kemajuan dalam kehidupan
kita. Kemajuan yang dicetuskan karena dorongan agama Islam itulahyang
dikatakan kebudayaan dalam Islam.

4
2.2 menggali sumber historis, sosiologis, dan teologis tentang konsep
masjid dan fungsi masjid kampus dalam membangun budaya islam
A. Menggali sumber historis dan sosiologis tentang konsep masjid dan fungsi
masjid kampus dalam membangun budaya islam
a. Masjid pada zaman NABI MUHAMMAD SAW
1. Masjid Quba
Masjid sebagai tempat suci ibadah umat Islam atau
Baitullah (rumah Allah) juga memiliki sejarah yang cukup
signifikan untuk dikaji. Fakta sejarah membuktikan bahwa
sesampainya Nabi Muhammad SAW di sebuah desa kecil bernama
Quba‟ pada hari senin 12 Rabi‟ul Awal 1 H (28 Juni), disini
mereka beristirahat lebih kurang empat hari dan hari yang sedikit
ini dipergunakan Nabi untuk mendirikan sebuah masjid, yang
sampai sat ini terkenal dengan nama tempat itu sendiri, yakni
Masjid Quba‟. Sesuai yang dinyatakan di dalam hadits shahih,
tempat-tempat mulia di permukaan bumi adalah ketiga masjid
yakni: Makkah, Madinah, dan Baitulmaqdis.
2. Masjidil Haram
Al-Baitul Haram (cikal bakal Masjidil Haram) yang
terdapat di Makkah merupakan rumah, bait Ibrahim AS Allah
memerintahkan Ibrahim untuk membangunnya, serta mengajak
manusia melaksanakan ibadah haji di sana. Ibrahim pun
membangunnya bersama putranya Isma‟il AS.
3. Masjid Aqsa
Baitul Maqdis adalah Masjid Aqsa, di bangun oleh Daud
dan Sulaiman AS. Allah memerintahkan mereka membangun
masjid dan mendirikan monumen-monumennya. Banyak Nabi,
putra-putra Ishaq AS dikuburkan disekitarnya.
4. Masjid An-Nabawi
Madinah merupakan tempat Nabi Muhammad Saw
Melakukan hijrahnya dari Makkah. Maka pada hari Jum‟at 16

5
Rabiu‟l awal (8 Juni) Rasul pun tiba bersama-sama dengan Abu
Bakar yang setia itu dengan selamat. Mereka disambut dengan
penuh sukacita oleh kaum Muhajirin yang datang lebih awal dan
kaum Anshor (penduduk Madinah). Maka ditengah-tengah
kegembiraan itu unta Nabi berjalan pelan sampai akhirnya berhenti
pada sebidang tanah kepunyaan dua orang anak yatim, Sahl dan
Suhail, namanya dari Bani Najjar. Di sinilah rasul pun turun dan
rupanya tempat itulah yang telah diberkati dan ditentukan Allah
untuk menjadi tempat Rasul-Nya di Madinah. Tanah yang bertuah
ini dibelinya dari yang empunya dan di sana didirikanlah rumah
dan masjid nabi yang terkenal dengan nama “Masjid An-Nabawi”,
yang sampai saat ini masih berdiri dengan gayanya sebagai
lambang kesucian dan kebesaran Islam.

b. Masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat muslim


Masjid tidak hanya diartiakan sebagai sarana tempat untuk sujud,
beribadah, mendekatkan diri kepada sang pencipta, atau sebagai
tempat menyucikan diri. Tetapi di sini masjid dipahami sebagai sebuah
tempat yang digunakan umat Islam untuk melakukan semua aktivitas,
yang berkaitan dengan hal yang mencerminkan kepatuhan kepada
Allah swt.
Maka dari hal di atas dapat menunjukkan bahwa masjid merupakan
tempat yang berfungsi untuk melangsungkan berbagai macam
aktivitas
seperti ibadah, kegiatan keagamaan, kemasyarakatan, dan juga
sebagai tempat untuk mensyiarkan Islam, meningkatkan semarak
keagamaan untuk mengabdi kepada Allah. Sehingga partisipasi dan
tanggung jawab umat Islam terhadap pembangunan bangsa akan lebih
besar.

6
Kemudian dalam hal ini beberapa aktivitas keagamaan di masjid
yang menyangkut dari peran masjid mengembangkan keagamaan
masyarakat dari segi peribadahan:
a. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah Swt.
b. Masjid merupakan temapat kaum muslimin ber-i’tikaf,
membersihkan diri, menggembleng batin untuk membina
kesadaran dan mendapat pengalaman batin/keagamaan
sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga
serta keutuhan kepribadian.
c. Masjid merupakan tempat bermusyawarah kaum muslimin
guna memecahkan persoalan yang timbul di masyarakat.
d. Masjid merupakan tempat kaum muslimin berkonsultasi,
mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan
pertolongan.
e. Masjid merupakan tempat membina keutuhan ikatan
jamaah dan gotong royong dalam mewujudkan
kesejahteraan bersama.
f. Masjid dan majlis ta’limnya merupakan wahana untuk
meningkatkan kencerdasan dan pengetahuan islam.

c. Fungsi dan peran masjid kampus


Perguruan tinggi memiliki peranan dan tanggung jawab moral
dalam. pembentukan dan pengembangan akademik mahasiswa. Selain
secara akademik, perguruan tinggi juga memiliki peran untuk
mengembangkan pribadi secara spiritual dan emosional. Hal ini sangat
penting mengingat perkembangan zaman yang semakin kuat menuju
era digital dan kebebasan dunia.

7
Kemajemukan Indonesia juga dapat menjadi pemicu perpecahan
apabila tidak diimbangi dengan kesadaran kemajemukan dan sikap
toleransi untuk hidup bersama sebagai warga Negara. Dalam hal ini,
Masjid Kampus memiliki kedudukan dan peran strategis dalam
mengembangkan pemahaman keagamaan mahasiswa dengan wawasan
Islam rahmatan lil 'alamin.

Masjid kampus merupakan bagian kecil dari sebuah kampus.


Meskipun begitu, peran masjid kampus dalam membentuk mahasiswa
berintegritas sangat besar. Masjid kampus tidak saja menjadi tempat
shalat, saat ini masjid menjelma menjadi pusat kegiatan mahasiswa
yang memiliki segudang lembaga dan kegiatan. Lembaga-lembaga dan
kegiatan yang berada dibawah naungan masjid akan lebih maksimal
jika dioptimalkan untuk membentuk mahasiswa yang berintegritas.

Dalam perannya membentuk mahasiswa berintegritas, masjid


kampus sekurang-kurangnya bisa memanfaatkan dua hal yaitu fungsi
spiritual masjid dan lembaga-lembaga yang berada di dalamnya.

Masjid kampus memiliki peran strategis dalam membangun dan


membentuk karakter mahasiswa untuk peradaban Indonesia yang
unggul. Di kampus lah semua idealisme, intelektualitas, semangat,
mimpi, aksi, dan kontribusi bernaung.
Tak ada tempat di muka bumi ini yang seunik kampus dengan segala
aktivitas di dalamnya. Bukankah tak sedikit peradaban besar dunia
lahir dan berkembang dari aktivitas kampus. Inilah yang harus
dimanfaatkan oleh Universitas dimana masjid kampus sebagai
pembentukan integritas mahasiswa yang lebih baik untuk masa depan.

Salah satu masjid kampus yang memiliki peranan penting bagi


pengembangan karakter dan integritas mahasisiwanya adalah masjid

8
Al-Fatah. Masjid yang berada dilingkungan Universitas Islam "45"
Bekasi ini merupakan landmark sekaligus tempat pusat kegiatan
keagamaan dan pengembangan agama islam.

Selain pusat pengembangan keagamaan, masjid ini sering di


gunakan oleh mahasiswa untuk sekedar beristirahat di teras masjid
ataupun tempat mencari inspirasi ketika mengerjakan tugas kuliah.
Letaknya yang strategis, asri dan nyaman dapat menghilangkan
kepenatan dan menyegarkan kembali pikiran. Seperti yang di
ungkapkan oleh salah satu mahasiswanya.

B. Menggali sumber teologis tentang konsep masjid dan fungsi masjid


kampus dalam membangun budaya islam
Sumber teologis utama masjid adalah QS At-Taubat/9: 107-108.
Berdasarkan dua ayat di atas ada dua tipe masjid:
pertama,tipe masjid Quba`, yakni masjid yang didirikan oleh
Rasulullah dengan tujuan untuk meningkatkan ketakwaan; dan
kedua, masjid dhir r, yakni masjid yang didirikan oleh orang-orang
munafik dengan tujuan untuk menimbulkan kemudaratan bagi
orang-orang mukmin.Dari kedua tipe masjid ini kita perlu
mengenali secara lebih baik makna takwa dan munafik. Tujuan
utamanya adalah agar kita dapat meningkatkan ketakwaan kita
kepada Allah Swt. serta kita dapat menghindari kekafiran dan
kemunafikan. Adapun ciri utama orang-orang yang bertakwa
disebutkan dalam QS Al-Baqarah/2:2-5 sebagai berikut. Kitab (Al-
Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang
mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada
kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab

9
yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk
dari Tuhan mereka, dan merekalah orang- orang yang beruntung.
Berdasarkan QS Al-Baqarah/2: 2-5 di atas, ciri-ciri utama
orang yang bertakwa ada lima.
a. Ciri pertama, yu` bil ghaibi. Kata yu`mi a berbentuk fiil mudh
ri , yang berarti selalu mengiman i ; dan kata al-ghaibi adalah
isim mufrad (singular), bukan jama (plural), yang berarti satu-
satunya yang ghaib , dan menggunakan partikelal (alif-lam)
yang berjenis isim ma rifat (khusus, spesifik),bukan isim
nakirah (umum). Dengan demikian, kalimat yu`min bil-ghaibi
harus diartikan selalu mengimani kepada satu-satunya Zat
Yang Al-Ghaib, yakni Tuhan yang nama-Nya Allah . Adapun
cara mengimani kepada Zat Yang Al-Ghaib, yaitu dengan
mengingat-ingat-Nya atau istilah populernya berzikir. Ayat Al-
Quran yang memerintahkan untuk selalu berzikir adalah QS
Al-A`raf/7: 205 dan QS Ali Imran/3:190-191.
b. Ciri kedua, wa yuq sh shal ta. Artinya, Dan selalu mendirikan
salat . Rukun Islam kedua ini bisa dijalankan dengan benar jika
ciri pertama ketakwaan telah melekat dalam diri seseorang.
Dalam semua ayat Al-Quran, perintah dan keutamaan salat
selalu menggunakan kata berinfinitif ma yaq mu (artinya,
mendirikan atau menegakkan ); tidak menggunakan kata
berinfinitif amila ya alu (artinya,mengerjakan ). Ini berarti,
salat tidak sekadar dikerjakan melainkan harus dikerjakan
secara berkualitas sesuai dengan esensi salat. Jika salat sekadar
dikerjakan, Tuhan justru mengancam dengan azab seperti
dalam QS Al-Ma`un/107: 4-5, “Fawailun lil mushall na
alladzna hum an s tihim” Artinya, Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang salat,(yakni) mereka yang lalai dari salatnya .
Menurut Prof. Quraisy Syihab, lafadz `an shal tihim merujuk

10
kepada en salat.Jika merujuk kepada syarat rukun salat, maka
kalimatnya adalah min shal tihim. Jadi, orang yang diancam
oleh Tuhan itu bukanlah al-musha (orang yang mengerjakan
salat) karena melalaikan syarat rukun salat, melainkan al-
musha yang melalaikan esensi salat. Adapun esensi salat adalah
untuk mengingat Tuhan seperti dalam QS Thaha/20: 14, Wa
aqimishs ta li dzi Artinya, Dan dirikanlah salat untuk
mengingat Aku [Aku=Tuhan]). Jika esensi salat tercapai, maka
salat itu akan benar-benar menjadi tiang agama sehingga salat
yang didirikannya itu berdampak mencegah perbuatan keji dan
mungkar. (QS Al-Ankabut/29: 45: Innash s ta tanh anil fakhs `i
wal munkar. Artinya, Sesungguhnya salat [dapat] mencegah
perbuatan keji dan mungkar ).
c. Ciri ketiga, wa mimm razaqn hum yunfi (meng-in-kan sebagian
rezeki yang Tuhan anugerahkan kepada mereka). Rezeki dan
harta yang diperoleh manusia baik dari hasil kerja keras
maupun dari hasil kerja santai, sering kali diaku sebagai
miliknya; padahal dalam pandangan Islam harta adalah milik
Tuhan. Diri kita bahkan milik Tuhan. Dalam banyak ayat Al-
Quran dinyatakan hal itu, antara lain dalam QS Al-Baqarah/2:
284, lill i m fis-sam w ti wa m fil ardhi. Artinya, Kepunyaan
Allah-lah segala apa yang ada di langit dan segala apa yang ada
di bumi. Kepemilikan oleh manusia hanyalah sebagai ujian
belaka dari Tuhan. Opsi yang ditawarkan, manusia mengakui
harta sebagai miliknya ataukah dengan rela hati menetapkan
harta sebagai milik Tuhan. Perwujudan opsi kedua, tidak
mengakui harta sebagai miliknya, adalah kerelaan untuk
mengeluarkan infak (dan ibadah-ibadah harta lainnya: zakat,
sedekah, kurban, dll).
d. Ciri keempat, walladz yu`min bi m unzila ilaika waunzila min
qablika. Artinya, Mereka yang beriman kepadap a-apa (Al-

11
Quran) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan
beriman kepada a pa-apa (kitab-kitab) yang diturunkan
sebelummu (kepada rasul-rasul sebelumnya). Tim Penterjemah
Al-Quran Kementerian Agama RI menjelaskan makna pa-apa
yang diturunkan itu adalah Al-Quran dan kitab-kitab Allah.
Implementasi cara mengimani Al-Quran dan kitab-kitab Allah
adalah menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup agar
hidup kita sejalan dengan kehendak Allah, yakni berjalan di
atas shir thal mustaq m, juga sebagai pedoman mati agar ketika
kita mati yang hanya satu kali terjadi dapat mati dengan
selamat ( usnul kh timah). Pada orang-orang yang bertakwa ada
tekad bahwa segala perintah dalam Al-Quran akan dijalankan.
Kata perintah dalam Al-Quran pada umumnya menggunakan
fiil amar, seperti, Aqimish s ta wa tuz z ta. Artinya, Dirikanlah
salat dan bayarlah zakat! ; Fas`a ahladz dzikri in kuntum l ta
lam a. Artinya, Maka bertanyalah kepada ahli zikir jika
kamu tidak mengetahui yakni tidak mengetahui Tuhan dan
ilmu zikir, dan ilmu-ilmu agama lainnya. Kata Imam Ghazali
utamakan bertanya tentang ma rifatullah dan ilmu-ilmu fardu
ain lainnya. Juga ada tekad bahwa segala larangan dalam Al-
Quran akan dihindari.Kata larangan dalam Al-Quran pada
umumnya menggunakan kalimat nah , seperti, L tusyrik bill hi.
Artinya, Janganlah menyekutukan Allah!, Ini berarti, kita harus
mengetahui maksud menyekutukan (syirik-kemusyrikan). Nabi
Muhammad bersabda Kemusyrikan itu sangat halus seperti
semut kecil berwarna hitam yang berjalan di atas batu hitam
pada malam hari yang gelap gulita. Ini berarti, syirik
kemusyrikan harus diketahui dengan ilmu yang terang
benderang.
e. Ciri kelima, wabil khirati hum y a. Artinya, Dan mereka yakin
dengan hari akhir. Kata ya tidak sekadar percaya. Kalau

12
sekadar ercaya adanya hari akhir, maka dapat dikatakan
hampir semua manusia, terlebih-lebih orang Islam, pasti
percaya akan adanya hari akhir. Kata ya mengisyaratkan telah
dipersiapkannya segala bekal untuk menghadapi hari akhir.
Bekal (untuk menghadapi hari akhir) yang dimaksud adalah
keimanan yang benar (Ini berdasarkan QS Saba/34: 51-54
kebanyakan manusia imannya keliru), ibadah yang benar dan
ikhlas (Imam Ghazali mengingatkan jangan sampai
menjalankan ibadah yang palsu), takwa yang benar-benar
takwa, dan menjalankan jihad akbar sehingga nafsu kita
mencapai nafsu muthma`innah (karena hanya orang yang sudah
mencapai nafsu muthma`innah inilah yang dipanggil Allah
untuk masuk ke surga-Nya, sebagaimana firman-Nyadalam QS
Al-Fajr/89: 27-30.

2.3 Membangun argument tentang konsep masjid dan fungsi masjid kampus
dalam membangun budaya islam
Program utama masjid harus diarahkan agar orang-orang mukmin dapat
meningkat menjadi orang-orang yang bertakwa. Adapun ciri-ciri orang yang
bertakwa, sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-Baqarah/2: 2-5 adalah sebagai
berikut

1. Selalu beriman kepada Zat Ilahi Yang Al-Ghaib. Maksudnya, selalu


mengingat-ingat-Nya atau berzikir kepada-Nya, sesuai perintah Allah
dalam QS Al-A`raf/7: 205, Wadzkur rabbaka f nafsika tadharru an wa kh
fatan wa nal jahri minal qauli bil ghuduwwi wal ashali wa takun minal
ghafilina. Artinya, Dan ingat-ingatlah Tuhannmu dalam hatimu dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan (cara mengingat-Nya) dengan tidak
mengeraskan suara (melainkan di hati saja), pada waktu pagi dan petang
(sepanjang waktu); dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai
(tidak berzikir) . ikut.

13
2. Selalu mendirikan salat, yakni mengerjakan salat secara khusyuk; yaitu
berzikir (ingat) pada saat bersalat (selama salat selalu mengingat Allah),
sesuai perintah Allah dalam QS Thaha/20: 14, 300 Wa aqimish shal ta li
dzikr Artinya, Dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku (Aku=Tuhan),
agar terhindari dari salat sahun yang diancam dengan neraka (QS Al-
Ma`un/107: 4-5). Salat yang khusyuk dan sesuai dengan tujuan salat
(mengingat Tuhan), maka salat itu mempunyai dampak yaitu dapat
mencegah perbuatan keji dan mungkar (QS Al-Ankabut/29: 45, Innash
shal ta tanh anil fakhsy `i wal munkar. Artinya, Sesungguhnya salat dapat
mencegah perbuatan keji dan munkar ).
3. Selalu membayar infak. Harta kekayaan yang diperoleh dari kerja keras
(apalagi dari kerja santai) tidak diakui sebagai miliknya, melainkan milik
Tuhan yang dititipkan kepadanya. Dalam QS Al-Baqarah/2: 284, Lill hi m
fis sam w ti wal ardhi. Artinya, Milik Allah-lah segala yang ada di langit
dan di bumi. Harta benda,bahkan diri kita adalah milik Allah. Oleh karena
itu, bagi orang- orang yang bertakwa, memberikan zakat, infak, dan
sedekah dan ibadah-ibadah harta lainnya sangat mudah dilakukan.
4. Selalu beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
dan beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan sebelum Nabi
Muhammad. Implementasi cara mengimani kitab- kitab Allah adalah
menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup dan pedoman mati. Al-
Quran dijadikan pedoman hidup dalam menjalani shir thal mustaq m, juga
dijadikan pedoman mati agar ketika kita mati yang hanya satu kali terjadi
dapat mati dengan selamat ( usnul khotimah). Jadi, pada orang-orang yang
bertakwa ada tekad untuk menjalankan segala perintah Allah dalam Al-
Quran dan menjauhi segala larangan-Nya, termasuk menaati rasul-Nya dan
ulil amri yang menjalankan misi rasul-Nya, sesuai perintah Allah dalam
QS An-Nisa/4: 59, Ath ull a wa at ur ra la wa ulil amri minkum. Artinya,
Taatilah Allah, taatilah rasul, dan (taatilah) ulil amri yang menjalankan
dan melanjutkan misi rasul. Mungkin yang dimaksud ulil amri dalam ayat
ini adalah ulama pewaris nabi, sesuai sabda Nabi Muhammad saw, Al-

14
Ulama`u hum waratsatul anbiy `i. Artinya, ma adalah pewaris nabi (HR
Bukhari).
5. Selalu yakin dengan hari akhir. Kata ya mengisyaratkan telah
dipersiapkannya segala bekal untuk menghadapi hari akhir. Orang yang
bertakwa itu selalu menyiapkan bekal untuk menghadapi hari akhir
berupa: (a) keimanan yang benar (karena berdasarkan QS Saba`/34: 51-54
kebanyakan manusia imannya keliru) dan kokoh (karena berdasarkan
sabda Nabi Muahmmad - m u yaz du wa yanqushu ya, Keimanan itu bisa
bertambah dan bisa berkurang ; Oleh karena itu, keimanan harus terus
ditingkatkan); (b) ibadah yang benar dan ikhlas (Imam Ghazali
mengingatkan jangan sampai menjalankan ibadah yang palsu) sehingga
terbebas dari watak takabbur (sombong), ujub (bangga diri), riya`
(derajatnya ingin diakui orang lain), dan sumah (perbuatan-perbuatan
baiknya ingin diketahui oleh orang lain). Sabda Nabi Muahmmad, 301
Takabbur, ujub, riya`, dan sumah akan membakar amal bagaikan api yang
siap membakar habis kayu kering (kayu keringnya itu adalah amal-amal
saleh); (c) takwa yang benar-benar takwa, yakni mujtahid a `ib datihii bi
shidqin wa ikhl shin. Artinya, Bersungguh-sungguh dalam ibadahnya
dengan benar dan ikhlas; dan (d) menjalankan jih d akbar (berperang untuk
menundukkan nafsu dan watak aku ) secara terus-menerus agar nafsu dan
watak aku nya dapat ditundukkan sehingga mencapai nafsu muthma`innah
(karena hanya orang yang sudah mencapai nafsu muthma`innah inilah
yang dipanggil Allah untuk masuk ke surga-Nya, sebagaimana firman-Nya
dalam QS Al-Fajr/89: 27-30). Cara menundukkan nafsu dan watak u
adalah dengan selalu menaati Allah, rasul-Nya, dan ulil amri minkum (QS
An-Nisa/4: 59).

15
2.4 Mendeskripsikan tentang konsep masjid dan fungsi masjid kampus
dalam membangun budaya islam
Tipe masjid yang perlu dikembangkan adalah tipe Masjid Quba` Masjid
ini didirikan dan dimakmurkan atas dasar ketakwaan. Oleh karena itu, masjid
dhirr merupakan tipe masjid yang harus dihindari karena masjid ini didirikan dan
dimakmurkan atas dasar nafsu dan watak aku . Implikasinya, tujuan dan program
kerja kedua masjid ini jauh berbeda. Masjid Quba` bertujuan untuk meningkatkan
ketakwaan jamaah masjid, sedangkan masjid dhir r bertujuan untuk
membelokkan keimanan orang-orang mukmin. Program kerja masjid Quba`
adalah peribadatan yang benar dan ikhlas serta pengajian Islam untuk
meningkatkan ketakwaan jamaah masjid. Adapun program kerja masjid dhir r
adalah peribadatan palsu dan pengajian yang menimbulkan kemudaratan.

Ciri ketakwaan yang perlu dikembangkan oleh masjid merujuk kepada QS


Al-Baqarah/: 2-4, yakni: (1) selalu mengimani Zat Yang Al-Ghaib (yaitu selalu
berzikir kepada-Nya, selalu mengingat-ingat-Nya); (2) selalu mendirikan salat
dengan khusyuk yakni salat yang ada zikirnya (selama salat mengingat Tuhan,
tidak mengingat selain Tuhan) agar terhindar dari salat s n (lalai, tidak ada
zikirnya) sehingga salat yang dilaksanakan berdampak yaitu dapat
menghindarkan perbuatan keji dan mungkar; (3) selalu meng-in – kan harta (milik
Tuhan yang dititipkan kepadanya) sehingga dirinya sadar bahwa harta dunia itu
hanyalah ujian dari Allah untuk dipergunakan di jalan Tuhan, bukannya untuk
besenang-senang memperturutkan nafsu dan syahwat; (4) menjadikan Al-Quran
sebagai pedoman hidup (untuk berjalan di atas shir thal mustaq m) dan sebagai
pedoman mati, agar ketika mengalami kematian yang hanya satu kali terjadi
dapat mati dengan selamat ( usnul kh timah) dan terhindar dari mati sesat (su`ul k
timah); dan (5) mempersiapkan bekal yang maksimal untuk memasuki hari akhir,
sebagaimana bekal yang dipersiapkan oleh para nabi dan para wali kekasih Allah.
Bekal yang dimaksud terutama: (a) iman yang benar dan kokoh, (b) ibadah yang
benar, ikhlas, dan sungguh-sungguh, serta bebas dari watak sombong (takabbur),
bangga diri ( ujub), riya` (derajatnya ingin diakui orang), dan sumah (amal-amal

16
baiknya ingin terdengar oleh orang), (c) amal saleh yang mencapai tingkat ihsan,
dan (d) selalu berusaha memerangi nafsu dan watak aku nya (melakukan ji d
akbar) sampai nafsu dan watak aku nya benar-benar dikalahkan, yakni dengan
selalu menaati Allah,rasul-Nya, dan ulil amri minkum (QS An-Nisa/4:59).

2.5 Rangkuman tentang bagaimana membangun budaya islam melalui


masjid kampus
Program kerja masjid kampus perlu menonjolkan ciri kecendekiawan,
namun dasarnya tetap takwa. Masjid kampus perlu mengembangkan program
pengkajian keagamaan yang fundamental (lebih memprioritaskan kajian dasar-
dasar agama) secara kritis, terbuka, luas, mendalam, dan membangun ukhuwah
islamiah. Namun, ciri khas masjid harus tetap dipertahankan dan dibina. Salat
lima waktu, salat Jumat, dan ibadah-ibadah lainnya harus menjadi ciri masjid.
Semangat beribadah perlu diarahkan untuk meningkatkan ketakwaan; dan
dihindari semangat beribadah yang palsu.

17
BAB III

PENUTUP
3.1 kesimpulan
Masjid itu merupakan sebuah Dilihat dari segi harfiyah mesjid adalah tempat
sembah-Yang. Perkataan mesjid berasal dari bahasa arab. Kata pokoknya
Sujudan, Fiil Madinya sajada (iasudah sujud). Fi’il madinya sajada diberi awalan
Ma, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan ini menyebabkan berubahan
bentuk sajada menjadi masjidu, masjid dari ejaan aslinyanya adalah Masjid
(dengan a) pengambilan alih kata Masjid oleh bahasa Indonesia umumnya
membawa proses perubahan bunyi a menjadi e sehingga terjadilah bunyi Mesjid.

Masjid tidak hanya diartiakan sebagai sarana tempat untuk sujud, beribadah,
mendekatkan diri kepada sang pencipta, atau sebagai tempat menyucikan diri.
Tetapi di sini masjid dipahami sebagai sebuah tempat yang digunakan umat Islam
untuk melakukan semua aktivitas, yang berkaitan dengan hal yang mencerminkan
kepatuhan kepada Allah swt.

Masjid kampus merupakan bagian kecil dari sebuah kampus. Meskipun


begitu, peran masjid kampus dalam membentuk mahasiswa berintegritas sangat
besar. Masjid kampus tidak saja menjadi tempat shalat, saat ini masjid menjelma
menjadi pusat kegiatan mahasiswa yang memiliki segudang lembaga dan
kegiatan. Lembaga-lembaga dan kegiatan yang berada dibawah naungan masjid
akan lebih maksimal jika dioptimalkan untuk membentuk mahasiswa yang
berintegritas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat, Munawar & Syahidin. 2005. Fungsi Masjid. (Modul). Jakarta: Direktorat
Urusan Agama Islam Kemenag RI.

2005. Sejarah Masjid. (Modul). Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam


Kemanag RI.

Syahidin & Rahmat, Munawar. 2005. Koordinasi Lintas Sektoral Masjid,


(Modul). Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam Kemenag RI.

2005. Standarisasi Pengelolaan Masjid. (Modul). Jakarta: Direktorat Urusan


Agama Islam Kemanag RI.

Syahidin. 2005. Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid. Bandung: CV Alfabeta


Digital Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI (dalam Al-Quran
Digital).
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA 1
Bagaimana Peran Dan Fungsi Masjid Kampus Dalam Pengembangan Budaya Islam

Dosen Pembimbing : Webrizal, S.Fil.l., MA

Disusun Oleh :

1. Artha Novia 1910070120013


2. Anisa Putri 1910070120012
3. Pitria Darma Wilara 1910070130017
4. Alda Saripa Martika 1910070130018
5. Nurazlin 1910070130019
6. Mit Ratu Rahmah 1910070540009
7. Lidia 1910070530008

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG


2019

Anda mungkin juga menyukai