Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PENGEMBANGAN IPTEK

ANGGOTA:
Devi
I Gede Arya Suardana (E1M015032)
Raden Roro Dyah Ayu Rina Sadewi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih
relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang
pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan
dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan
sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan
menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di bulan, tetapi berkat
kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad
ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan
orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa
warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan
pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan
sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai,
pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi.
Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat
beragam dan canggih, sehingga diperlukan sumber nilai atau orientasi dasar yang
disertai dengan kemampuan dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan,
serta mengatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama
dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan
manusia. Oleh karena itu, pancasila sebagai ideologi bangsa harus dijadikan
sebagai acuan yang mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga setiap warga negara dapat mengimbangi dan
sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan
dan kelangsungan hidup manusia.

BAB II
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PENGEMBANGAN IPTEK
A. Pengertian Paradigma
Awalnya istilah Paradigma berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan
terutama

yang

kaitannya

dengan

filsafat

ilmu

pengetahuan.

Tokoh

yang

mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S.


Khun dalam bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution (1970: 49).
Inti sari paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi teoritis yang
umum dan dijadikan sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri dan karakter ilmu pengetahuan
itu sendiri.
Dengan adanya kajian paradigma ilmu pengetahuan sosial kemudian
dikembangkanlah metode baru yang berdasar pada hakikat dan sifat paradigma
ilmu, yaitu manusia yang disebut metode kualitatif. Kemudian berkembanglah istilah
ilmiah tersebut dalam bidang manusia serta ilmu pengetahuan lain misalnya politik,
hukum, ekonomi, budaya, serta bidang-bidang lainya. Dalam kehidupan sehari hari
paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung arti sebagai sumber
nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas, tolak ukur, parameter serta arah
dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan, dan proses dalam bidang tertentu
termasuk bidang pembangunan, reformasi, maupun pendidikan. Dengan demikian
paradigma menempati posisi dan fungsi yang strategis dalam proses kegiatan.
Perencanaan, pelaksanaan dan hasil- hasilnya dapat diukur dengan paradigma
tertentu yang diyakini kebenaranya.
B. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Pembangunan Nasional dilaksanakan dalam rangka mencapai masyarakat
adil dan makmur. Pembangunan nasional merupakan perwujudan nyata dalam
meningkatkan harkat dan martabat manusia indonesia sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan tujuan negara yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang
Dasar 1945 dengan rincian sebagai berikut:

Tujuan negara hukum formal, adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia

Tujuan negara hukum material dalam hal ini merupakan tujuan khusus atau
nasional, adalah memajukan kesejahteraan umum,dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.

Tujuan Internasional, adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang


berdasarkan

kemerdekaan,

perdamaian

abadi,

dan

keadilan

sosial.

Yang

perwujudanya terletak pada tatanan pergaulan masyarakat internasional.


Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung suatu
konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus berdasar
pada hakikat nilai sila-sila Pancasila yang didasari oleh ontologis manusia sebagai
subjek pendukung pokok negara. Dan ini terlihat dari kenyataan obyektif bahwa
pancasila dasar negara dan negara adalah organisasi (persekutuan hidup) manusia.
Dalam mewujudkan tujuan negara melalui pembangunan nasional yang merupakan
tujuan seluruh warganya maka dikembalikanlah pada dasar hakikat manusia
monopluralis yang unsurnya meliputi : kodrat manusia yaitu rokhani (jiwa) dan
raga, sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dan
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai
makhluk TuhanYME. Kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional harus mmperlihatkan konsep berikut ini :
1.

Pancasila harus menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri sebagai bangsa

2.

Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional

3.

Pancasila merupakan arah pembangunan nasioanl

4.

Pancasila merupakan etos pembangunan nasional

5.

Pancasila merupakan moral pembangunan


Masyarakat Indonesia yang sedang mengalami perkembangan yang amat
pesat karena dampak pembangunan nasional maupun rangsangan globalisasi,
memerlukan pedoman bersama dalam menanggapi tantangan demi keutuhan
bangsa. Oleh sebab itu pembangunan nasional harus dapat memperlihatkan prinsipprinsip sebagai berikut:

Hormat terhadap keyakinan religius setiap orang


Hormat terhadap martabat manusia sebagai pribadi atau subjek (manusia
seutuhnya)
Sebagai

upaya

meningkatkan

harkat

dan

martabat

manusia

maka

pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa, seperti akal, rasa dan kehendak,
raga (jasmani), pribadi, sosial dan aspek ketuhanan yang terkristalisasi dalam nilai-

nilai pancasila. Selanjutnya dijabarkan dalam berbagai bidang pembangunan antara


lain politik, ekonomi, hukum, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta bidang kehidupan agama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
hakikatnya Pancasila sebagai paradigma pembangunan mengandung arti atas
segala aspek pembangunan yang harus mencerminkan nilai-nilai pancasila.
C. Perkembangan IPTEK
Sebenarnya

sejak

dulu

teknologi

sudah

ada

atau

manusia

sudah

menggunakan teknologi. Seseorang menggunakan teknologi karena manusia


berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih
aman dan sebagainya. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak dihindari
dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan.
Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan
manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam
melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah
menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan
dalam dekade terakhir ini.
Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup
besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis,
Demikian juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas komputer, seolah
sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang
ilmu

dan

aktifitas

manusia.

Sumbangan

iptek

terhadap

peradaban

dan

kesejahteraan manusia tidak dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula
menipu diri akan kenyataan bahwa perkembangan iptek mendatangkan efek negatif
bagi manusia. Dalam peradaban modern, terlalu sering manusia terhenyak oleh
disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat manusia.
Kini ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan temuan-temuannya melaju pesat,
mendasar, spektakuler. Iptek tidak lagi hanya sebagai sarana kehidupan tetapi
sekaligus sebagai kebutuhan kehidupan manusia. Bersamaan dengan itu iptek telah
menyentuh seluruh segi dan sendi kehidupan, dan merombak budaya manusia
secara intensif, yang berakibat terjadinya perbenturan tata nilai dalam aspek
kehidupan.

Fenomena perombakan tersebut, misalnya :


a.

Dari budaya agraris-tradisional ke budaya industri modern. Peran mitos digeser


oleh peran logos / akal. Yang dituntut adalah prestasi, siap pakai, keunggulan
kompetitif, efisiensi, produktif dan kreatif, melupakan kaidah-kaidah normatif.

b.

Dari budaya nasional-kebangsaan ke budaya global-mondial. Visi, misi, nilai-nilai


universal lepas dari ikatan-ikatan primordial kebangsaan, keagamaan. Akibatnya,
rasa nasionalisme dan kepribadian bangsamulai luntur.
Berkat kemajuan IPTEK, kini masyarakat begitu mudah berkomunikasi dan
berinteraksi dengan masyarakat dunia. Terjadinya proses akulturasi dan pengaruh
nilai-nilai kebudayaan antar bangsa secara langsung ataupun tidak langsung dapat
mempengaruhi nilai, tata hidup, gaya hidup, sikap hidup, maupun pikiran suatu
kelompok masyarakat. Untuk itu diperlukan sikap bijaksana, yaitu kesediaan untuk
membuka diri terhadap tuntutan jaman, sekaligus waspada terhadap nilai-nilai sosial
budaya dari luar. Hanya nilai-nilai yang sesuai dengan kepribadian kita yang kita
serap. Dengan meningkatnya hubungan antar bangsa di dunia, maka pengaruh tata
nilai dan budaya luar akan makin tinggi pula masuk ke Indonesia. Akibatnya jika
masyarakat tidak mempunyai ketahanan mental, ideologi, dan kewaspadaan, maka
dapat menjadi korban globalisasi dan pergaulan antar bangsa.
Pengembangan dan penerapan IPTEK harus sejauh mungkin memenuhi
kriteria ketepatgunaan, yakni :

a.

Segi teknis dapat dilaksanakan,

b.

Segi sosial akseptable,

c.

Secara ekonomi dapat dipertanggungjawabkan, dan

d.

Secara ekologi tidak menurunkan kualitas hidup.


D. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek
Dengan memasuki kawasan filsafat ilmu, ilmu pengetahuan yang diletakkan
di atas Pancasila sebagai paradigmanya perlu difahami dasar dan arah
penerapannya,yaitu pada aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologisnya.
Pada

ontologisnya

berarti

hakikat

ilmu

pengetahuan

merupakan

aktivitasmanusia Indonesia yang tidak mengenal titik-henti dalam upayanya untuk


mencaridan menemukan kebenaran dan kenyataan yang utuh dalam dimensinya
sebagai masyarakat, sebagai proses, dan sebagai produk. Sebagai masyarakat

berarti mewujud dalam academic community; sebagai proses berarti mewujud dalam
scientific activity; sebagai produk berarti mewujud dalam scientific product beserta
aplikasinya.
Pada

epistemologisnya

berarti

Pancasila

dengan

nilai-nilai

yang

terkandungnya dijadikan metode berpikir (dijadikan dasar dan arah berpikir) dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan, yang parameternya adalah nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila itu sendiri.
Pada aksiologisnya berarti bahwa dengan menggunakan epistemology
tersebut, kemanfaatan dan efek pengembangan ilmu pengetahuan secara negative
tidak bertentangan dengan ideal Pancasila dan secara positif mendukung atau
mewujudkan nilai-nilai ideal Pancasila.
Atas dasar itu, perguruan tinggi harus mewujud secara kultural dan structural
dalam tradisi akademis/ilmiah. Kultural dalam arti sivitas akademikanya memiliki
sikap akademis yang selalu berusaha sebagai pemusafir ilmu pengetahuan yang
tanpa batas. Struktural dalam arti dunia perguruan tinggi harus dipupuk secara
demokratis dan terbuka melalui wacana akademisharus melepaskan diri sebagai
jawatanagar kreativitas dan daya inovasi dapat berkembang, sehingga tugas
tridharma perguruan tinggi dapat berjalan dan berhasil secara optimal.
Pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek)
merupakan salah satu syarat menuju terwujudnya kehidupan masyarakat bangsa
yang maju dan modern. Pengembangan dan penguasaan iptek menjadi sangat
penting, manakala dikaitkan dengan kehidupan global yang ditandai dengan
persaingan. Namun demikian pengembangan iptek bukan semata-mata untuk
mengejar kemajuan meterial melainkan harus memperlihatkan aspek-aspek spiritual.
Artinya, pengembangan iptek harus diarahkan untuk mencapai kebahagiaan lahir
dan batin. Dengan pemikiran diatas dapat kita ketahui adanya tujuan essensial
daripada iptek, yaitu demi kesejahteraan umat manusia, sehingga pada hakikatnya
iptek itu tidak bebas nilai, melainkan terikat oleh nilai.
Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila silanya harus merupakan
sumber nilai, kerangka pikir serta asas moralitas bagi pembangunan iptek. Sebagai
bangsa yang memiliki pandangan hidup pancasila, maka tidak berlebihan apabila
pengembangan iptek harus didasarkan atas paradigma pancasila. Apabila kita
melihat sila demi sila menunjukkan sistem etika dalam pembangunan iptek.

Sila

Ketuhanan

Yang

Maha

Esa,

mengkomplementasikan

ilmu

pengetahuan, mencipta, perimbangan antara rasional dan irasional, antara akal,


rasa dan kehendak. Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan
merupakan pusatnya melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang
diolahnya (T. Jacob, 1986), dapat disimpulkan berdasarkan sila ini iptek selalu
mempertimbangkan dari apa yang ditemukan, dibuktikan, dan diciptakan, adakah
kerugian bagi manusia.
Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, menekankan bahwa iptek
haruslah bersifat beradab dan bermoral, sehingga terwujud hakikat tujuan iptek
yaitu, demi kesejahteraan umat manusia. Bukan untuk kesombongan dan
keserakahan manusia melainkan harus diabdikan demi peningkatan harkat dan
martabat manusia.
Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepada bangsa indonesia
bahwa rasa nasionalime bangsa indonesia akibat dari adanya kemajuan iptek,
dengan iptek persatuan dan kesatuan bangsa dapat terwujud dan terpelihara,
persaudaraan dan persahabatan antar daerah diberbagai daerah terjalin karena
tidak lepas dari faktor kemajuan iptek. Oleh sebab itu iptek harus dikembangkan
untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan selanjutnya dapat
dikembangkan

dalam

hubungan

manusia

indonesia

dengan

masyarakat

internasional.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, mendasari pengembangan iptek secara demokratis.
Disini ilmuwan tidak hanya ditempatkan untuk memiliki kebebasan dalam
pengembangan iptek, namun juga harus ada saling menghormati dan menghargai
kebebasan orang lain dan bersikap terbuka untuk menerima kritikan, atau dikaji
ulang dan menerima perbandingan dengan penemuan teori lainya.
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, iptek didasarkan pada
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, yaitu keseimbangan
keadilan dalam hubunganya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya,
manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara,
serta manusia dengan alam lingkunganya (T. Jacob, 1986).
Jadi dapat disimpulkan bahwa sila-sila pancasila harus merupakan sumber
nilai, kerangka pikir serta basis moralitas bagi pengembangan iptek.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Inti sari paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi teoritis
yang umum dan dijadikan sumber hukum, metode serta penerapan dalam
ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri dan karakter ilmu

pengetahuan itu sendiri.


Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung suatu
konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus
berdasar pada hakikat nilai sila-sila Pancasila yang didasari oleh ontologis
manusia sebagai subjek pendukung pokok negara. Dan ini terlihat dari
kenyataan obyektif bahwa pancasila dasar negara dan negara adalah

organisasi (persekutuan hidup) manusia.


Ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan temuan-temuannya melaju pesat,
mendasar, spektakuler. IPTEK tidak lagi hanya sebagai sarana kehidupan
tetapi sekaligus sebagai kebutuhan kehidupan manusia. Untuk itu diperlukan
sikap bijaksana, yaitu kesediaan untuk membuka diri terhadap tuntutan
jaman, sekaligus waspada terhadap nilai-nilai sosial budaya dari luar. Hanya

nilai-nilai yang sesuai dengan kepribadian kita yang kita serap.


Dengan memasuki kawasan filsafat ilmu, ilmu pengetahuan yang diletakkan
di atas Pancasila sebagai paradigmanya perlu difahami dasar dan arah
penerapannya,yaitu pada aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologisnya.
Hubungan antara pancasila dengan IPTEK tidak dapat lagi ditempatkan
secara dikotomi saling bertentangan, pancasila tanpa disertai sikap kritis ilmu
pengetahuan, akan menjadikan pancasila itu sebagai suatu yang represif dan
kontraproduktif. Sebaliknya ilmu pengetahuan tanpa didasari dan diarahkan
oleh nilai-nilai pancasila akan kehilangan arah konstruktifnya dan terdistori
menjadi suatu yang akan melahirkan akibat-akibat fatal bagi kehidupan
manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Astrid S. Susanto Sunario, 1999,Masyarakat Indonesia Memasuki Abad ke


Duapuluh Satu, Jakarta: Ditjen DiktiDepdikbud.
Kaelan, H. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
Mubyarto, 2000,Membangun Sistem Ekonomi, Yogyakarta: BPFE.
Suwarno, P.J., 1993,Pancasila Budaya Bangsa Indonesia, Yogyakarta:
Kanisius.

http://tadir-amin.blogspot.com/2012/07/gambaran-pengembangan-iptek-yang
tidak.html (Diakses tanggal 18 Maret 2013)
http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=943:pancasilasebagai-paradigma-pengembangan-iptek-&catid=51:pendidikanpancasila&Itemid=77 (Diakses tanggal 18 Maret 2013)
http://alvaziazien.blogspot.com/2012/08/nilai-nilai-pancasila-perkembanganiptek.html (Diakses tanggal 18 Maret 2013)
http://asmitagari.wordpress.com/2012/06/25/pancasila-sebagai-paradigmapembangunan-iptek/ (Diakses tanggal 18 Maret 2013)

Anda mungkin juga menyukai