Puji syukur ucapkan ke hadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah “PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
UNTUK MEWUJUDKAN KESADARAN PAJAK”. Tidak lupa kami ,emgucapkan
terimakasih kepada Bapak Dosen atas bimbingan dan saran terkait menyelesaikan
makalah, dimana makalah ini dibuat dengan tujuan memberi pengetahuan dan sebagai
bahan acuan pembelajaran.
Penulisan makalah ini didasarkan pada materi-materi yang kami dapat dari buku
Pendidikan Pancasila yang diterbikan oleh Direktora Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia.
Makalah ini membahas tentang pengertian Etika ,aliran-aliran etika,etika
pancasila,urgensi pancasila sebagai system etika, nilai-nilai Pancasila ,pengertian
pajak,rendah kesadaran membayar pajak,jenis-jenis pajakhilangnya kesadaran pajak di
Indonesia, cara mewujudkan kesadaran pajak terhadap masyarakat,mewujudkan
kesadaran pajak melalui nilai-nilai pancasila.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indoensia merupakan negara demokrasi yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari
warga negara. Sebagaimana pancasila yang sudah ditetapkan sebagai dasar negara,
pandangan hidup bangsa , filsafat bangsa dan sendi kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena
itu sebagai warga negara yang baik, kita harus bisa mematuhi dan mengamalkan nilai-nilai
pancasila.
Di era globalisasi ini,masyarakt hanya tahu pancasila tersebut tanpa mengetahui makna
dari setiap butir-butir pancasila itu. Banyak sekali pelanggaran-pelanggran yang dilakukan
masyarakat Indonesia atas nilai-nilai Pancasila yang menyebabkan tergerusnya nilai-nilai
pancasila tersebut pada saat ini. Salah satu contoh pelanggaran tersebut adalah rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap membayar pajak.
Salah satu hak dan kewajiban warga negara adalah membayar pajak. Pajak merupakan
iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi
pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara
langsung. Namun masyarakat masih sangat lalai dalam pembayaran pajak ini,dimana yang
seharusnya menjadi kewajiban setiap warga negara.
Dalam kasus-kasus diatas maka diharapkan adanya tindakan penerapan nilai-nilai
pancasila sebagai system etika dalam mewujudkan kesadaran masyarakat untuk
melaksanakan kewajibannya yaitu membayar pajak.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai system etika
2. Apa yang dimaksud dengan kesadaran pajak
3. Bagaimanakah hubungan nilai-nilai pancasila dengan kesadaran pajak
4. Bagaimanakah pengamalan nilai-nilai pancasila dalam mewujudkan kesadaran pajak
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui tentang pancasila sebagai system etika
2. Mengetahui maksud dari kesadaran pajak
3. Mengetahui hubungan antara nilai-nilai pancasila demgan kesadaran pajak
4. Mengetahui cara pengamalan nilai-nilai pancasila dalam mewujudkan kesadaran
pajak
D. MANFAAT PENULISAN
1. Menambah pengetahuan mengenai pancasila sebagai system etika
2. Menambah pengetahuan tentang pajak
3. Menambah pengetahuan tentang hubungan nilai-nilai pancasila dengan kesadaran
pajak serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Etika
Istilah etika berasal dari bahasa yunani, “Ethos” yang artinya temoat tinggal yang
biasa, padang rumput,kandang,kebiasaan,adat,watak,perasaan, sikap dan cara
berfikir.Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.atika dalam arti luas merupakan ilmu yang
membahas tentang kriteria baik dan buruk. Etika pada umumnya dimegerti sebagai
pemikiran filosofis mengenai sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku
manusia. Keseluruhan perilaku manusia dengan norma dan prinsip-prinsip yang
mengaturnya itu biasa disebut dengan moralitas atau etika.
Etika selalu berkaitan dengan nilai,karena nillai merupakan kualitas yang tidak
real karena nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri dan butuh pengenmban untuk
berada.
Ada enam pengertian nilai dalam penggunaan secara umum,yaitu :
Sesuatu yang fundamental yang dicari orang sepanjang hidupnya
Suatu kualitas atau tindakan yang berharga,kebaikan,makana atau
pemenuhan karakter untuk kehidupan seseorang
Suatu kualitas atau tindakan sebagai membentuk identitas seseorang
sebagai pengevaluasian diri,penginterpretasian dan pemebentukan diri
Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih dalam tindakan
Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh seseorang ketika
bertingkah laku bagi dirinya dan orang lain
Suatu “objek nilai” suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang
sekaligus membentuk hidup yang berharga dengan identitas kepribadian
seseorang.objek nilai ini mencakup karya seni,teori ilmiah,teknologi,objek
yang disucikan,budaya,tradisi,lembaga,orang lain dan alam itu sendiri
Banyak orang yang menganggap etika dan etiket itu sama,namun dua hal
itu merupakan hal yang sangat berbeda,maka perbedaan antara etika dan etiket
yaitu :
Etika Etiket
“ethos” “etiquette”
Lebih mengacu ke filsafat moral Lebih mengacu kepada cara yang tepat,yang
diharapkan
2. Alira
Aliran Etika
3. Etika Pancasila
Etika pancasila merupakan cabang filsafat yang dijabarkan dari sila sila
panacasila untuk mengatur perilu kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan berrnegara
di Indonesia. Oleh karena itu dalam etika pancasila terkandung nilai –nilai
ketuhanan,kemanusiaan,persatuan,kerakyatan dan keadilan.
Sila ketuhanan mengandung moral berupa nilai spiritualitas yang
mendekatkan diri manusia kepada sang Pencipta.
Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan
manusia lebih manusiawi
Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas,rasa
kebersamaan,cinta tanah air
Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai orang
lain,mau mendengar pendapat orang lain , tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain.
Sila keadilan mengandung nilai dimensi peduli nasib orang lain,kesediaan
membantu kesulitan orang lain
Etika pancasila ini lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika
kebajikan, meskipun dua etika lain nya,deontologis dan teleologis termuat pula
didalamnya. Namun etika keutamaan lebih dominan, karena etika pancasila tercermin
dalam empat tabiat saleh yaitu kebijaksanaan, kesederhanaan, keteguhan dan keadilan.
Kebijaksanaan merupakan melaksanakan suatu kegiatan yang didorong oleh kehendak
yang tertuju pada kebaikan serta atas dasar kesatuan akal-rasa-kehendak yang berupa
kepercayaan yang tertuju pada kenyataan mutlak (Tuhan) dengan memelihara nilai-
nilai hidup kemanusiaan dan nilai-nilai hidup religious. Kesederhanaan artinya
membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam menghindari penderitaan.
Keadilan artinya memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan manusia
lain,serta terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah menjadi haknya.
(Mudhofir,2009:386)
B. KESADARAN PAJAK
3. Jenis-Jenis Pajak
Jenis-jenis pajak di Indonesia dikelompokkan berdasarkan cara pemungutan,
sifat dan lembaga pemungutnya.
a) Cara Pemungutan Pajak
Ditinjau berdasarkan cara pemungutannya., pajak dibedakan menjadi dua
jenis yaitu pajak langsung dan tidak langsung.
Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dialihkan kepada orang lain. Dengan kata lain, proses
pembayaran pajak harus dilakukan sendiri oleh wajib pajak bersangkutan. Seorang
anak, misalnya, tidak boleh mengalihkan pajak kepada orangtuanya. Begitupun
seorang suami tidak boleh mengalihkan kewajiban pajaknya pada istri.
Sedangkan Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat
dialihkan kepada pihak lain karena jenis pajak ini tidak memiliki surat ketetapan
pajak. Artinya, pengenaan pajak tidak dilakukan secara berkala melainkan
dikaitkan dengan tindakan perbuatan atas kejadian sehingga pembayaran pajak
dapat diwakilkan kepada pihak lain.
b) Sifat Pemungutan Pajak
Kemudian ada jenis pajak yang digolongkan berdasarkan sifatnya yakni
pajak subjektif dan pajak objektif.
Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal pada subjeknya sedangkan
pajak objektif berpangkal kepada objeknya.
Suatu pungutan disebut pajak subjektif karena memperhatikan keadaan
diri wajib pajak. Contoh pajak subjektif adalah pajak penghasilan (PPh) yang
memperhatikan tentang kemampuan wajib pajak dalam menghasilkan pendapatan
atau uang.
Pajak objektif merupakan pungutan yang memperhatikan nilai dari objek
pajak. Contoh pajak objektif adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari barang
yang dikenakan pajak.
c) Lembaga Pemungut Pajak
Ditinjau dari segi lembaga pemungutnya, pajak dapat dibagi menjadi 2
(dua) jenis, yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat yaitu pajak yang
dipungut oleh Pemerintah Pusat, yang terdiri atas:
1) Pajak Penghasilan (PPh)
PPh merupakan pajak yang dibebankan kepada orang pribadi atau
badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak.
Penghasilan diartikan sebagai tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
negeri yang dapat digunakan untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
2) Pajak Pertambahan Nilai(PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM)
PPN merupakan pajak yang dibebankan atas pembelian Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak dalam Daerah Pabean. Orang Pribadi, perusahaan,
maupun pemerintah yang membeli Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
akan dikenakan PPN berdasarkan Undang- Undang yang berlaku
Pembelian atas Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat mewah akan
dikenakan PPN dan PPnBM. Adapun barang-barang yang tergolong mewah
adalah sebagai berikut.
Bukan merupakan barang kebutuhan pokok.
Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.
Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi.
Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status.
Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral
masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat.
3) Bea Meterai
Pajak Bea Meterai yang dimaksuda adalah pajak yang dibebankan
atas pemanfaatan dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris, serta
kwitansi pembayaran, surat berharga dan efek, yang memuat jumlah uang
atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan.
4) Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan, Pertambangan, dan
Perhutanan (PBB Sektor P3)
Pajak Bumi dan Bangunan yang dimaksud adalah pajak yang
dikenakan atas kepemilikan, pemanfaatan dan atau penguasaan atas tanah
dan atau bangunan. Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan atau
bangunan, di mana pengertian bumi dan atau bangunan dijelaskan sebagai
berikut.
“Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di
bawahnya. Sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam
atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan“.
Sektor pajak PBB dikategorikan dalam 5 kelompok diantaranya
Sektor Pedesaan, Perkotaan, Perkebunan, Pertambangan dan Perhutanan.
Namun, ada perubahan pada kategori sektor tersebut, berdasarkan Undang-
Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(PDRD) mulai 1 Januari 2014, PBB Perdesaan dan Perkotaan (Sektor P2)
telah masuk ke dalam kategori Pajak Daerah. Sedangkan untuk PBB
Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan (Sektor P3) masih tetap
merupakan Pajak Pusat.
5) Pajak Ekspor
Pajak ekspor adalah pajak yang dikenakan pemerintah pada
kegiatan-kegiatan ekspor. Objek pajak ekspor adalah Barang Kena Pajak
(BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP).
Umumnya pajak ekspor menyasar kepada JKP, namun beberapa
BKP juga ada yang terkena pajak ekspor. Untuk JKP, pajak ekspor
dikenakan pada setiap penyerahan JKP dari satu pihak kepada pihak lain di
luar daerah pabean. Maksud dari daerah pabean adalah, wilayah Republik
Indonesia (RI) dan beberapa lokasi pada Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
serta kegiatan pada landasan kontinen. Pajak ekspor ini dibebankan kepada
wajib pajak sebagai Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
6) Bea Masuk
Bea masuk adalah bea yang dikenakan terhadap barang-barang
yang dimasukkan ke dalam daerah pabean Indonesia dengan maksud untuk
dikonsumsi di dalam negeri. Sementara itu, bea keluar adalah bea yang
dikenakan atas barang-barang yang akan
7) Cukai.
Cukai adalah iuran rakyat atas pemakaian barang-barang tertentu,
seperti minyak tanah, bensin, minuman keras, rokok, atau tembakau.
4. Fungsi Pajak
a) Fungsi Anggaran
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara
dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan sumber pembiayaan.
Sumber pembiayaan ini salah satunya dapat diperoleh dari penerimaan pajak.
Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin negara, seperti belanja
barang, belanja pegawai, belanja pemeliharaan, dan lain sebagainya. Di dalam
fungsi anggaran, terdapat fungsi demokrasi, dimana pajak merupakan salah
satu penjelmaan dari sistem kekeluargaan dan kegotongroyongan rakyat yang
sadar akan baktinya kepada negara. Rakyat memberikan sejumlah
penghasilannya dalam bentuk uang untuk membiayai pengeluaran negara bagi
kepentingan umum. Dengan membayar pajak, rakyat berperan serta dalam
pelaksanaan kehidupan kenegaraan, termasuk kegiatan pemerintahan dan
pembangunan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.
b) Fungsi Mengatur
Pemerintah dapat mengatur kebijakan di bidang ekonomi dan sosial
melalui kebijakan fiskal. Dalam menjalankan fungsi mengatur, pajak dapat
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan negara. Contohnya, dalam
rangka mendorong penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri,
diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka
melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang
tinggi untuk produk luar negeri.
c) Fungsi Stabilisasi
Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan
perekonomian, seperti: untuk mengatasi inflasi, pemerintah menetapkan pajak
yang tinggi, sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Sedangkan
untuk mengatasi kelesuan ekonomi atau deflasi, pemerintah menurunkan
pajak, sehingga jumlah uang yang beredar dapat ditambah dan deflasi dapat di
atasi.
d) Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk
membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai
pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya
akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
5. Manfaat Pajak
Bagi negara pajak memiliki manfaat, diantaranya adalah :
a) Pajak digunakan sebagai pengeluaran negara yang bersifat self
liquiditing(yang mampu memberikan keuntungan), seperti pengeluaran untuk
proyek produktif.
b) Pajak untuk pengeluaran reproduktif, seperti pengeluaran yang memberi
keuntungan ekonomi bagi masyarakat,. Contohnya adalah untuk pertanian.
c) Pajak digunakan sebagai pengeluaran yang bersifat self liquiditing dan tidak
produktif seperti untuk pendirian monumen dan tempat rekreasi.
d) Pajak digunakan untuk pengeluaran yang tidak bersifat produktif seperti
pertahanan negara dan perlindungan anak yatim.
Pajak juga bermanfaat bagi masyarakat, diantaranya adalah :
a) Pajak untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan, sekolah,
rumah sakit, dan pelayanan publik lain.
b) Pajak untuk memberi subsidi pangan dan bahan bakar minyak
c) Pajak untuk penyediaan layanan transportasi publik
d) Pajak untuk membiayai kelestarian lingkungan hidup
e) Pajak juga dipakai untuk pelaksanaan demokrasi seperti pemilu.
6. Urgensi Pajak
Seperti yang kita ketahui bahwa pajak merupakan salah satu instrumen penting
dalam pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia. Sejak zaman perumusan
pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia, founding fathers menekankan betapa
pentingnya pajak bagi keberlangsungan suatu negara. Mereka merumuskan kebijakan-
kebijakan yang menyangkut perpajakan pada zamannya demi tegaknya Republik
Indonesia.
Radjiman Wediodiningrat dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) mengusulkan agar pemungutan pajak diatur
dengan hukum. Landasan usulan Radjiman ini lalu terus dibahas oleh anggota
BPUPKI. Pada 12 Juli 1945 pembahasan tentang pajak ini kemudian mengerucut
dalam pembahasan rapat BPUPKI di bidang keuangan.
Rapat ini teus menggodok perihal rancangan Undang-Undang Dasar. Lalu
pada 14 Juli 1945, kata pajak muncul dalam “Rancangan UUD Kedua” pada Bab VII
Hal Keuangan Pasal 23 dengan bunyi sebagai berikut: “Segala pajak untuk keperluan
Negara berdasarkan undang-undang”. Semenjak itulah pajak terus dibahas dalam
sidang rancangan Undang-Undang Dasar. Pada sidang lanjutan tanggal 16 Juli 1945
bahkan merincikan pajak sebagai sumber penerimaan negara.
Dengan menengok sejarah ini, urgensi pajak bagi pembangunan yang semakin
luntur ditengah masyarakat Indonesia di masa sekarang tentu saja membuat resah.
Masyarakat Indonesia masih banyak yang kurang menyadari betapa penting peran
pajak dalam pembangunan Indonesia yang harus terus berlangsung. Hal ini terjadi
karena mereka kurang memahami bahwa pengertian pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, yang diatur dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang No 28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Mereka beranggapan
bahwa di zaman yang serba modern ini, segala sesuatu harus berdampak secara
langsung dan berguna bagi mereka pada saat itu juga.
Di saat seperti inilah, peran fiskus sangat vital diperlukan, kita sebagai
penggerak utama terciptanya kesadaran pajak bagi masyarakat umum harus dengan
giat mengedukasi masyarakat betapa pentingnya membayar pajak. Bagaimana
caranya? Tidak harus dengan sesuatu yang besar, kita bisa memulai dengan orang-
orang disekitar kita dan melalui gerakan kecil namun dapat memberi dampak besar.
Kita dapat menyisipkan edukasi perpajakan di berbagai sektor kehidupan. Tentu saja
hal ini tidak bisa berdampak secara langsung, namun dengan adanya edukasi ini
diharapkan masyarakat dapat memahami fungsi dan manfaat pajak lebih jauh
sehingga timbul kesadaran membayar pajak.
Edukasi perpajakan harus dilakukan kepada generasi muda agar tumbuh
kesadaran pentingnya pajak dalam diri mereka sehingga mereka dapat memberi
pengaruh positif kepada orang-orang di sekitar mereka tentang urgensi membayar
pajak. Bung Karno pernah berkata, "Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut
semeru dari akarnya, beri Aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia!" Dari
kata-kata Bung Karno tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa generasi muda
mempunyai peran vital dalam keberlangsungan Negara Republik Indonesia. Para
pemuda ialah generasi yang nantinya akan membawa Bangsa Indonesia di masa
depan, menjadi pemimpin, dan penggerak perekonomian bangsa.
Dengan mengenalkan urgensi pajak kepada para pemuda, secara tidak
langsung Direktorat Jenderal Pajak telah berinvestasi, menumbuhkan bibit-bibit baru
yang dapat mengajak masyarakat luas sadar akan urgensi pajak bagi pembangunan
Republik Indonesia. Salah satu langkah tepat yang telah dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Pajak dalam upaya mengedukasi generasi muda ialah melalui program Tax
Goes to School dan Tax Goes To Campus. KPP Pratama sebagai unit kerja di bawah
Direktorat Jenderal Pajak di setiap wilayah harus bersinergi mengadakan kegiatan Tax
Goes to School dan Tax Goes To Campus yang diharapkan dapat memberikan
dampak positif terhadap pemahaman pajak bagi mahasiwa dan siswa-siswi usia
sekolah.