Anda di halaman 1dari 31

Judul : PENDIDIKAN PANCASILA

Pengarang : Prof. DR. Kaelan, M.S.

Penerbit : Paragdima Yogyakarta

BAB I

PENDAHULUAN

Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang resmi disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI dan tercantum dalam pembukaan UUD
1945. Akan tetapi dalam perjalanan sejarah Pancasila sudah tidak lagi diletakkan
sebagai dasar filsafat negara indonesia melainkan telah direduksi, dibatasi dan
dimanipulasi demi kepentingan politik para penguasa.

Berdasarkan pernyataan diatas gerakan reformasi berupaya untuk


mengembalikan kedudukan pancasila sebagai dasar negara republik indonesia, yang
hal ini direalisasikan melalui ketetapan MPR tahun 1998 No.XVIII/MPR/1998 disertai
dengan pencabutan P-4 dan sekaligus pencabutan pancasila sebagai satu-satunya
asas bagi orsospol di Indonesia. Karena jika tidak segera diatasi, manipulasi pancasila
oleh para penguasa akan berdampak sangat fatal bagi bangsa Indonesia yaitu
melemahnya kepercayaan rakyat terhadap ideologi negara yang kemudian akan
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Dewasa ini banyak tokoh-tokoh politik yang kurang memahami filsafat daripada
Pancasila namun bersikap seakan-akan memahaminya. Akibatnya, proses reformasi
diartikan sebagai kebebasan memilih ideologi, kemudian pemikiran apapun yang
dianggap menguntungkan demi kekuasaan dipaksakan untuk diangkat menjadi
sistem kenegaraan.

Oleh karena itu kiranya merupakan tugas berat kalangan intelektual untuk
mengembalikan sistem negara ini pada demokrasi yang subsansial, demokrasi yang
benar-benar berbasis pada kedaulatan rakyat dan bukannya pada para penguasa

1
2

saja. Dan kita sebagai warga negara berkewajiban untuk mengembangkan serta
mengkaji pancasila sebagai suatu hasil karya besar negara ini.

A. Landasan Pendidikan Pancasila

a. Landasan Historis

Beratus- ratus tahun bangsa Indonesia dalam pejalanan hidupnya


berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka,
mandiri, serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam filsafat hidup
bangsa. Setelah melalui proses yang panjang, yang di dalamnya tersimpul ciri
khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang
kemudian dirumuskan menjadi lima prinsip yang kemudian dikenal diberi nama
pancasila. Yang dari itu dapat diketahui bahwa nilai-nilai yang terkandung
dalam setiap sila Pancasila telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.

b. Landasan Kultural

Berbeda dengan bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan


pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ada
suatu asas kultural yang melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kultural ini
diangkat melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara seperti Soekarno,
M. Yamin, M. Hatta, Soeomo, serta para tokoh lainnya.

c. Landasan Yuridis

Landasan yuridis perkuliahan pendidikan pancasila di perguruan tinggi


tertuang dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pasal 39 telah menetapkan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan
jenjang pendidikan, wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama
dan Pendidikan Kewarganegaraan.

d. Landasan Filosofis

Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis


bangsa Indonesia. Oleh karena itu sudah merupakan keharusan untuk selalu
merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan. Seperti aspek
penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk
3

pelaksanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik,


hukum, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan.

B. Tujuan Pendidikan Pancasila

Tujuan pendidikan diartikan sebagai seperangkat tindakan intelektual


penuh tanggung jawab yang berorientasi pada kompetisi mahasiswa bidang
profesi masng-masing. Pendidikan pancasila bertujuan menghasilkan
masyarakat yang berperilaku bertanggung jawab atas apa yang dikehendaki
hati nuraninya, mampu mengenali masalah hidup serta cara pemecahannya,
mengenali perkembangan zaman, dan mampu memaknai peristiwa sejarah
dan nilai budaya bangsa. Yang terpenting adalah masyarakat diharapkan
mampu memahami, menganalisis, dan menjawab permasalahan bangsanya.

C. Pembahasan Pancasila Secara Ilmiah

Pancasila sebagai suatu kajian ilmiah harus memenuhi syarat-syarat


ilmiah, seperti yang dikemukakan oleh I.R. Poedjowijatno dalam buku “Tahu
dan Pengetahuan” yang merinci:

1. Berobjek

Syarat pertama suatu pengetahuan disebut ilmiah adalah harus memiliki


objek, oleh karena itu pembahasan pancasila secara ilmiah harus memiliki
objek. Dan objek dari pembahasan Pancasila adalah bangsa Indonesia itu
sendiri.

2. Bermetode

Untuk mendapat kebenaran yang bersifat objektif diperlukan suatu


metode. Salah satu metode pembahasan Pancasila adalah metode analitico
syntetic yaitu suatu perpaduan metode analisis dan sintetis.

3. Bersistem

Pembahasan Pancasila sebagai suatu sistem yaitu pada Pancasila itu


sendiri sebagai objek pembahasan ilmiah bersifat runtut, tanpa adanya
4

pertentangan, sehingga sila-sila Pancasila itu merupakan suatu kesatuan yang


sistemik.

4. Bersifat Universal

Nilai-nilai Pancasila itu harus bersifat universal yang artinya


kebenarannya itu tidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan, kondisi, maupun
jumlah tertentu.

D. Beberapa Pengertian Pancasila

1. Pengertian Pancasila secara Etimologis

Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta perkataan


“Pancasila” memiliki dua macam arti yaitu: “panca” artinya “lima” “syila” vokal i
pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar” “syiila” vokal i panjang artinya
“peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh”.

2. Pengertian Pancasila secara Historis

Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir. Soekarno


berpidato mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian
Soekarno menamai dasar negara tersebut dengan nama “Pancasila” yang
rumusannya sebagai berikut:

1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia

2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan sosial

5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

3. Pengertian Pancasila secara Terminologis

Untuk melengkapi perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara


merdeka, maka Panitia Persiaan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal
18 Agustus 1945 telah mengesahkan UUD negara yang disebut UUD 1945.
5

Dildalam UUD 1945 tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :

1. Ketuhanan yang maha esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyarawatan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


BAB II

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH BANGSA INDONESIA

A. Pengantar

Suatu bangsa dalam mewujudkan suatu negara modern, secara objektif


memiliki karakteristik sendiri-sendiri, dan melalui proses serta perkembangan
sesuai dengan latar belakang sejarah realitas sosial, budaya, etnis, kehidupan
keagamaan, dan letak geografis negara tersebut. Dan negara Indonesia dalam
perjuangannya mewujudkan negara modern diwarnai dengan penjajahan
bangsa asing selama 3,5 abad. kemudian dalam mendirikan negara, bangsa
Indonesia menggali nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu. Nilai-nilai tersebut
diolah dan disahkan menjadi dasar filsafat negara.

Nilai-nilai tersebut adalah dari bangsa indonesia sendiri, sehingga


bangsa indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. Oleh karena itu untuk
memahami Pancasila secara lengkap dan utuh diperlukan pemahaman sejarah
perjuangan bangsa Indonesia.

B. Nilai-nilai Pancasila dalam Sejarah Indonesia

Pada masa penggalian nilai-nilai bangsa Indonesia, yang kemudian


nilai-nilai tersebut dirumuskan menjadi dasar filsafat bangsa indonesia tentulah
melewati banyak tahapan-tahapan mulai dari terbentuknya bangsa ini hingga
perumusan nilai tersebut. Tahapan-tahapan tersebut meliputi :

A. ZAMAN KUTAI

Masyarakat Kutai memebuka sejarah Indonesia pertama kalinya


menampilkan nilai sosial,politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan
kenduri serta sedekah pada para Brahmana.

6
7

B. ZAMAN SRIWIJAYA

Tiga tahap pembentukan negara Indonesia :

1. Sriwijaya/ syailendra (600-1400) – kedatuan

2. Majapahit (1293-1525) – keprabuan

3. Modern (17 Agustus 1945-sekarang)

Marvuat vanua criwijaya siddhayatra subhiksa berarti suatu cita-cita


negara yang adil dan makmur, hal ini merupakan cita-cita tentang
kesejahteraan bersama dalam suatu negara yang sudah tercermin sejak
zaman kerajaan Sriwijaya.

C. ZAMAN KERAJAAN SEBELUM MAJAPAHIT

Banyak kerajaan kecil yang mendukung akan lahirnya kerajaan


Majapahit seperti Isana, Kalasan, Darmawangsa,dll.

D. ZAMAN MAJAPAHIT

Empu Prapanca menilis Negarakertagama yang memuat istilah


Pancasila. Begitu juga Empu Tantular yang mengarang kitab Sutasoma
yang memuat Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Magrua yang berarti
walau berbeda namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang
memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya realitas
kehidupan agama pada saat itu, yaitu Hindu dan Budha. Sumpah Palapa
yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan
Menteri-menteri di paseban keprabuan Majapahit tahun 1331, yang berisi
cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya
barua akan berhenti berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara
bertakluk di bawah kekuasaan negara.Impian ini telah mempersatukan
silayah nusantara dalam sebuah kesatuan menjadi kenyataan hingga saat
ini.

E. ZAMAN PENJAJAHAN

Belanda terbukti menindas rakyat Indonesia melalui berbagai cara,


namun berkat kegigihan para pejuang untuk bebas dari penjajah, kerajaan
8

dan pemerintahan yang ada saat itu melakukan perundingan silih berganti.
Namun, semua perlawanan senantiasa kandas karena tidka disertai rasa
persatuan dan kesatuan dalam menaklukkan penjajah.

F. KEBANGKITAN NASIONAL

Terjadinya pergolakkan kebangkitan dunia timur mendorong


bangkitnya semangat kesadaran berbangsa yang ditandai dengan lahirnya
Budi Utomo, disusul dengan lahirnya SDI, SI, Indische Partij, PNI, dll.
Munculnya organisasi kepemudaan menunjukkan bahwa persatuan untuk
melawan penjajah mulai terealisasikan.

G. ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG

Indonesia jatuh ke tangan Jepang karena Belanda takluk pada


Jepang. Tak ada bedanya dengan Belanda, Jepang pun memeras tenaga
rakyat untuk kepentingan Jepang. Janji merdeka diberikan pada Indonesia
berkali-kali melalui BPUPKI dan PPKI. BPUPKI mengadakan sidang untuk
mewujudkan keinginan merdeka, yaitu pada :

1. 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945

Membahas usulan-usulan rumusan dasar negara. Sidang ini


dihadiri oleh beberapa tokoh penting, seperti :

• Mr. Muh. Yamin

• Prof. Dr. Soepomo

• Ir. Soekarno

2. 10 Juli 1945 – 16 Juli 1945

Membentuk “Panitia Sembilan” untuk membuat pembukuan


hukum dasar yang lebih kita kenal dengan istilah Undang-Undang
Dasar.

H. SIDANG PPKI

1. Sidang Pertama (18 Agustus 1945)


9

Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan


keputusan-keputusan sebagai berikut :

• Setelah melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta


yang kemudian berfungsi sebagai Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.

• Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari


Badan Penyelidik pada tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami
berbagai perubahan karena berkaitan dengan perubahan Piagam
Jakarta, kemudian berfungsi sebagai Undang-Undang Dasar
1945.

• Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.

• Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat


sebagai badan musyawarah darurat.

2. Pada sidang kali ini, PPKI berhaisl menetapkan daerah Propinsi


sebagai berikut :

• Jawa Barat

• Jawa Tengah

• Jawa Timur

• Sumatera

• Borneo

• Sulawesi

• Maluku

• Sunda Kecil

3. Sidang Ketiga (20 Agustus 1945)

Sidang ketiga ini dilakukan pembahasan terhadap agenda


tentang ‘Badan Penolong Keluarga Korban Perang’, adapun
keputusan yang dihasilkan adalah terdiri atas delapan pasal.
10

Salah satu dari pasal tersebut yaitu, pasal 2 dibentuklah suatu


badan yang disebut ‘ Badan Keamanan Rakrat’ (BKR)

4. Sidang Keempat (22 Agustus 1945)

Pada sidang keempat PPKI membahas agenda tentang


Komite Nasional Partai Nasional Indonesia, yang pusatnya
berkedudukan di Jakarta.

I. PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN SIDANG PPKI

Proklamasi Jepang kalah perang melawan tentara sekutu,


Jepang terdesak memberikan kemerdekaan Indonesia melalui PPKI
sebagai tim perncang kemerdekaan Indoensia. PPKI beranggotakan 21
orang, yang tidak satupun anggotanya dari pihak Jepang sehingga
dapat leluasa merundingkan proklamasi untuk kemerdekaan Indonesia.

J. MASA SETELAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN

Arti proklamasi kemerdekaan bagi Indonesia :

1. Secara yuridis, Proklamasi menjadi awal tidak berlakunya hukum


kolonial, dan mulai berlakunya hukum masional.

2. Secara politis ideologis, Proklamasi berarti bahwa Indonesia terbebas


dari penjajahan dan memiliki kedulatan untuk menentukan nasib sendiri.

 Pembentukan Negara RIS

Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memeliki


kedaulatan. Oleh karena itu, persetujuan KMB bukanlah
penyerahan kedaulatan, melainkan pengalihan atau pengakuan
kedaulatan.

 Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Ketidakstabilan negara disegala bidang membuat


Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang berisi :

• Membubarkan Konstituante
11

• UUDS 1950 tidak berlaku lagi dengan diberlakukannya


UUD 1945

• Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang


sesingkat-singkatnya.

Landasan hukum Dekrit adalah hukum darurat :

• Hukum tata negara darurat subjektif

• Hukum tata negara darurat objektif

 Masa Orde Baru

Muncul Tritura akibat adanya peristiwa pemberontakan PKI


yang berisi :

• Pembubaran PKI

• Pembersihan kabinet dari unsur PKI

• Penurunan harga kebutuhan pokok

Pemerintahan orde baru melaksanakan program-programnya


dalam upaya merealisasikan pembangunan nasional sebagai
perwujudan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
BAB III

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat

Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, kata ini bersifat majemuk yaitu
dari kata philos yang berarti sahabat dan kata sopia yang berarti pengetahuan
yang bijaksana. Maka philosopia menurut arti katanya berarti cinta pada
pengetahuan yang bijaksana. Filsafat memiliki bidang bahasan yang luas yaitu
segala sesuatu baik yang bersifat konkrit maupun abstrak.

B. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang ssaling


berhubungan, saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.

Pancasila terdiri atas lima sila yang hakikatnya merupakan suatu sistem
filsafat. Yaitu suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan dan
bersifat sistemis.

1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis


Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan.
Namun demikian sila-sila Pancasila itu merupakan suatu kesatuan dan
keutuhan yaitu setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari
Pancasila. Maka pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk atau
tunggal. Konsekuensinya, setiap sila tidak dapat berdiri sendiri, terlepas dari
sila-sila lainnya serta di antara sila satu dan lainnya tidak saling
bertentangan.

2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal


Pengertian matematis piramidal digunakan untuk menggambarkan
hubungan hierarkhi sila-sila Pancasila dalam urutan luas (kuantitas) dan
juga dalam hal isi sifatnya (kualitas). Intinya urutan lima sila menunjukkan
suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi sifatnya merupakan
pengkhususan dari sila-sila di mukanya atau sebelumnya. Di antara lima

12
13

sila ada hubungan yang mengikat yang satu kepada yang lainnya sehingga
Pancasila merupakan suatu keseluruhan yang bulat.

3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Saling Mengisi


dan Saling Mengkualifikasi
Dalam setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, atau dengan lain
perkataan dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila
lainnya.

C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat


1. Dasar Antropologis ( Hakikat Manusia )
 Sila Pertama : Pendukung pokok negara adalah manusia, sehingga
adanya manusia sebagai akibat adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai
kausa prima.
 Sila Kedua : Keadilan dalam hidup manusia bersama sebagai makhluk
individu dan social.
 Sila Ketiga : Mewujudkan suatu persatuan dalam suatu persetujuan
hidup yang disebut negara.
 Sila Keempat : Sebagai akibat adanya manusia sebagai makhluk Tuhan
yang menyatukan diri di suatu negara.
 Sila Kelima : Sebagai akibat adanya negara kebangsaan dari manusia-
manusia yang berketuhanan.
2. Dasar Epistemologis ( Pengetahuan )
Tidak dapat dipisahkan dengan konsep dasar tentang manusia
merupakan basis ontologis dari Pancasila, maka mempunyai implikasi
terhadap bangunan epistemologis yang ditempatkan dalam bangunan
filsafat manusia.
3. Dasar Aksiologis ( Nilai )
Menurut Notonegoro nilai Pancasila termasuk nilai kerohanian ( nilai
material dan nilai vital ).
14

D. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara


Republik Indonesia

1. Dasar Filosofis
Dasar Filosifis merupakan nilai-nilai yang bersifat sistematis,
fundamental dan menyeluruh maka Pancasila menjadi kesatuan yang bulat
dan utuh.

2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Fundamental Negara


Kehidupan kenegaraan harus didasarkan pada moral etik yang
bersumber pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dan menjunjung moral
kemanusiaan yang beradab.

E. Inti Isi Sila-Sila Pancasila


1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Bahwa negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang beradab.
3. Sila Persatuan Indonesia
Sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai
makhluk individu dan makhluk social.
4. Sila Ketuhanan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan
Sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk social.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Tergantung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan
bersama ( kehidupan social ).
BAB IV

ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA

A. Pengantar

Etika memiliki pengertian suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang


ajaran dan pandangan moral.

B. Pengertian Nilai, Norma, dan Moral

1. Pengertian Nilai

Iatilah nilai didalam bidang filsafat artinya “Keberhargaaan” atau


“Kebaikan”.

C. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praktis

1. Nilai Dasar

Nilai dasar juga disebut sebagai sumber norma yang pada gilirannya
dijabarkan atau direalisasikan dalam suatu kehidupan yang bersifat
praktis.

2. Nilai Instrumental

Suatu pedoman yang dapat diukur dan dapat diarahkan. Dapat di


katakan nilai instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai
dasar.

3. Nilai Praksis

Penjabaran lebih lanjut merupakan suatu system perwujudan tidak


boleh menyimpang dari system tersebut.

D. Etika Politik

1. Pengertian Politik

Berasal dari kata “politis” yang memiliki makna macam kegiatan dalam
suatu system itu dan “politik” atau “negara” yang menyangkut proses
penentuan tujuan.

2. Dimensi Politis Manusia

15
16

a. Manusia Sebagai Makhluk Individu-Sosial

Individualisme merupakan cikal bakal liberalisme memandang


manusia sebagai makhluk yang bebas. Manusia sebagai makhluk
berbudaya, kebebasan sebagai individu dan segala aktivitas kreativitas
dalam hidup senantiasa tergantung pada orang lain. Jadi disamping
kebebasan individu juga harus berinteraksi social.

b. Dimensi Politis Kehidupan Manusia

Kesadaran manusia akan dirinya sebagai anggota masyarakat


yang menentukan kerangka kehidupan serta ditentukan kembali oleh
tidakan-tindakannya.

3. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik

Kebijaksanaan serta keputusan yang diambil dalam pelaksanaan


kenegaraan baik menyangkut politik atau global, menyangkut rakyat,
dan berdasarkan prinsip moralitas.
BAB V

KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN


IDEOLOGI DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA (SUATU TIN
JAUAN KAUSALITAS)

A. Pengantar

Sebelum Pancasila dirumuskan dan disahkan sebagai dasar filsafat


negara, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia berupa nilai-nilai adat
istiadat dan kebudayaan, serta sebagai kausa materialis Pancasila. Sebagai
suatu bangsa dan negara Indonesia memiliki cita cita, gagasan gagasan, ide-
ide yang tertuang dalam Pancasila maka dalam pengertian tersebut Pancasila
berkedudukan sebagai ideologi, serta asas persatuan bangsa dan negara
Indonesia. Dengan demikian Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara.

B. Pancasila sebagai Budaya Indonesia

Nilai-nilai terdapat dalam budaya Bangsa Indonesia, maka dipandag


sangat penting. Hasil budaya manusia yang berupa benda-benda budaya
bersumber pada kebudayaan manusia merupakan pedoman dan pandangan
hidup masyarakat.

1. Asal Mula yang Langsung

Terjadinya Pancasila sebagai dasar negara yaitu asal mula menjelang


proklamasi kemerdekaan yaitu sejak dirumuskan oleh pendiri negara.

2. Asal Mula yang Tidak Langsung

Sebelum proklamasi kemerdekaan. Asal mula nilai-nilai dalam adat-


istiadat, agama terdapat pada kepribadian hidup bangsa Indonesia.

3. Bangsa Indonesia Ber-Pancasila dalam 3 Asas (Tri Prakara)

C. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Pandangan hidup berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk menata


kehidupan diri pribadi maupun interaksi antar manusia dalam masyarakatserta
alam sekitarnya.

17
18

D. Pancasila sebagai Filsafat Bangsa dan Negara Indonesia

Berdasarkan fakta sejarah, maka Pancasila ditetapkan sebagai dasar


negara merupakan hasil philosophiral consensus (consensus filsafat), karena
membahas dan menyepakati suatu dasar filsafat negara, dan consensus
politik.

E. Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara (Philosofische Grondslag)

Kedudukan pokok Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara


Republik Indonesia. Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
Republik Indonesia tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV.

F. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

Secara hartiah ideology diartikan ilmu pengetahuan tentang ide atau


ajaran tentang pengertian dasar. Masalah ideology negara dalam arti cita-cita
negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau system
kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada
hakikatnya merupakan asas kerohkaniaan.

G. Pancasila sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia

Perbedaan merupakan bawaan manusia namun sifat manusia sebagai


makhluk social hal ini yang disebut sebagai asas kekeluargaan maka
perbedaan itu tidak mempengaruhi persatuaan.

H. Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia

Pemikian dan gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang


dianggap baik menciptakan nilai yang mendukung tata kehidupan social yang
memberi corak, watak, dan ciri masyarakat bangsa Indonesia.
BAB VI

REALISASI PANCASILA

A. Pengantar

Nilai-nilai Pancasila adalah merupakan nilai yang universal. Nilai-nilai


tersebut dijabarkan sehingga menjadi norma-norma moral, untuk
direalisasikan, dilaksanakan, dan diamalkan oleh setiap warga negara
Indinesia. Oleh karena itu, masalah pokok dalam aktualisasi Pancasila adalah
bagaimana nilai-nilai Pancasila tersebut dijabarkan dalam bentuk norma-norma
yang jelas dalam kaitannya dengan tingkah laku semua warga.

B. Realisasi Pancasila yang Ojektif

Realisai serta implementasi nilai Pancasila dalam segala aspek


penyelenggaraan negara, terutama dengan penjabaran nilai Pancasila dalam
praksis penyelenggaraan negara dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia.

C. Penjabaran Pancasila yang Objektif

Pelaksaanan dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek


penyelenggaraan negara, baik bidang legislative, eksekutif, yudikatif terutama
peraturan perundang-undangan negara.

D. Realisasi Pancasila yang Subjektif

Pelaksaan pada setiap pribadi seseorang, setiap warga negara,


individu, penduduk, penguasa dan setiap orang Indonesia.

E. Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila

Internalisasi tidak hanya pendidikan formal melainkan pendidikan


informal, non formal, maupun lingkungan masyarakat lainnya. Dilakukan
berbagai macam konteks lingkungan masyakrakat sehingga strategis dan
metode yang diterapakan harus sesuai lingkungan masyarakat.

F. Proses Pembentukan Kepribadiaan Pancasila

19
20

1. Proses penghayatan diawali dengan memiliki pengetahuan yang jelas


lengkap tentang Pancasila.

2. Kemudiaan ditingkatkan ke hati sanubari sampai ada ketaatan .

3. Adanya kemampuan dan kebiasaan untuk memakukan kegiatan


mengaktualisasikan Pancasila.

4. Mentalis, selslu terselenggaranya kesatuan lahir batin, kesatuan akal,


rasa, kehendak sikap.

G. Sosialisasi dan Pembudayaan Pancasila

Hasil kebudayaan manusia merupakan suatu nilai, yang dapat


dipahami, dihayati, dimengerti. Oleh karena itu pola aktivitas manusia
ditentukan dasar dan pedoman.
BAB VII

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

A. Hakikat Negara

Robert Maclver mengantakan negara adalah asosiasi yang


menyelenggarakan ketertiban didalam suatu masyarakat, dalam suatu wilayah
berdasarkan suatu system hukum yang diselenggarakan oleh suatu
pemerintah dan untuk maksud tersebut diberikan kekuasaan memaksa
(Maclver, 1965:22).

B. Negara Kesatuan Republik Indonesia

Negara tersusun atas unsur-unsur wilayah negara yang terdiri beribu-


ribu pulau, sehingga berbentuk negara. Memiliki kerakteristik yaitu
keanekaragaman, sifat, dan karakternya, maka bangsa ini mendirikan suatu
negara berdasarkan filsafat Pancasila.

1. Hakikat Bentuk Negara

Terdiri dari berbagai macam unsur yang membentuknya yaitu suku


bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan, serta agama yang secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuaan.

2. NKRI adalah Negara Kebangsaan.

C. Negara Kebangsaan Pancasila

Sintensis persatuaan dituangkan dalam suatu asas kerohaniaan yang


merupakan kepribadiaan bangsa oleh karena itu prinsip nasionalisme
Indonesia yang berdasarkan Pancasila bersifat “majemuk tunggal”.

D. Hakikat Negara Integralistik

Menggambarkan masyarakat sebagai kesatuan organis yang integral


setiap anggota, bagian, lipatan, kelompok, golongan yang ada didalamnya
saling berhubungan erat dan merupakan kesatuan hidup.

1. Hubungan antara individu dan negara

2. Hubungan antara masyarakat dan Negara

21
22

E. NKRI Adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa

Negara kebangsaan yang Berketuhanan Yang Maha Esa landasan


pokoknya adalah Tuhan sebagai Sang Pencipta segala sesuatu (kausa prima).
Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk
Tuhan, maka bangsa dan negara sebagai totalitas yang integral adalah
Berketuhanan.

F. NKRI Adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa

Negara adalah lembaga kemanusiaan yang bertujuan terciptannya


hakikat martabat manusia serta kesejahteraan lahir batin sehingga manusia
adalah subjek pendukung pokok negara.

G. NKRI Adalah Negara Kebangsaan Yang Berpersatuan

Merupakan kesatuan dari unsur yang membetuk negara individu


maupun masyarakat sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia.

H. NKRI Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan

Rakyat adalah sebagai pendukung pokok dan sebagai asal mula


kekuasaan negara, kadang perspektif demokrasi hanya dipahami pada taraf
praksis, misalnya pemilu bahkan langsung dan bebas, padahal kadang kala
justru tidak menyentuh kedaulatan rakyat.

I. NKRI Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan Sosial

Negara sebagai penjelmaan manusia sebagai makhluk yang beradab


(sila II). Manusia hakikatnya adil dan beradab yang berarti manusia harus adil
terhadap diri sendiri, adil terhadap Tuhannya, adil terhadap orang lain dan
masyarakat.
BAB VIII

NILAI-NILAI PANCASILA DALAM STAATSFUNDAMENTALNORM

A. Pengantar

Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik


Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena merupakan suatu
staatsfundamentalnorm dan berada pada hiearki tertib hokum tinggi di negara
Indonesia.

B. Kedudukan dan Fungsi Pembukaan UUD 1945

Memiliki kedudukan ukum yang berlainan, namun keduanya terjalin


dalam suatu hubungan kesatuaan yang kausaldan organis. Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan diatas
pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945.

1. Pembukaan UUD 1945

Secara keseluruhan merupakan suatu system yang hierarkhis


(berjenjang)

2. Pembukaan UUD 1945

• Adanya kesatuan subjek

• Adanya kesatuan asas kerokhanian

• Adanya kesatuaan daerah

• Adanya kesatuan waktu

3. Pembukaan UUD 1945 sebagai staatsfundamentalnorm

UUD sebagai hukum dasar tertulis mempunyai dasar pokok, yang pada
hakikatnya bersifat tidak tertulis dan terpisah dari UUD, dan dalam hal
ini pembukaan UUD 1945 yang berkedudukan sebagai pokok kaidah
negara yang (staatsfundamental).

4. Eksistensi Pembukaan UUD 1945 Bagi Kelangsungan Negara Republik


Indonesia

23
24

Pembukaan UUD 1945 memiliki hakikat hukum yang kuat secara


yuridis tidak dapat diubah terletak pada kelangsungan hidup negara.

C. Pengertian Isi Pembukaan UUD 1945

• Alenia pertama terkandung suatu pengakuan tentang nilai “hak kodrat”.

• Alenia kedua sebagai konsekensi logis dari pernyataan akan


kemerdekaan pada alenia satu.

• Alenia ketiga pernyataan kembali proklamasi

• Alenia keempat menjelaskan tujuan negara, bentuk negara, dasar


filsafat negara.

D. Nilai-Nilai Hukum yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 alenia 1, 2, 3, terkandung nilai hukum kodrat


(alenia 1), yang konsekuensinya direalisasikan dalam alenia 2, hukum Tuhan
dan hukum etis (alenia 2) yang kemudian dijelmakan dalam alenia 4 yang
merupakan dasar bagi pelakasanaan dan penjabaran hukum positif indonesia.

E. Pokok-Pokok Pemikiran yang Terkandung dalam Pembukaan Undang-


Undang Dasar 1945

1. Pokok Pemikiran Pertama

Negara, penyelenggara negara, setiap warga negara, wajib


mengutamakan kepentingan Negara. Pokok pemikiran ini merupakan
penjabaran sila ke 3.

2. Pokok Pemikiran Kedua

Menetapkan tugas yang ingin dicapai dalam pembukaan serta dapat


menentukan jalan serta aturan UUD.

F. Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal

Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi hubungan langsung yang


bersifat kausal organis dengan batang tubuh UUD 1945, karena isi pembukaan
dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945. UUD merupakan satu kesatuan nilai
dan norma yang terpadu.
25

G. Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila

Pembukaan UUD dicantumkan secara formal dalam pancasila jadi


kehidupan Negara social, ekonomi, politik, akan melekat padanya yaitu
perpaduan asas-asas kultural, religious dan asas kenegaraan yang unsurnya
terdapat dalam pancasial.

H. Hubungan Antara Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dengan


Proklamasi 17 Agustus 1945

1. Dalam proklamasi alenia ke 3 menunjukkan proklamasi dengan


pembukaan merupakan satu rangkaian yang tidak dapat dipisah.

2. Ditetapaknnya pembukaan UUD 1945 sama dengan ditetapkannya


presiden dan wakil presiden merupakan realisasi lebih lanjut dalam
proklamasi.

3. Pembukaan UUD 1945 merupakn pernyataan kemerdekaan


berdasarkan asas kerokhanian pancasila.
BAB IX

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945


NILAI-NILAI PANCASILA DALAM UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

A. Pengantar

Latar belakang pada masa orde baru berupaya untuk melestarikan UUD
1945 bahkan UUD 1945 seakan-akan bersifat kramat yang tidak dapat
diganggu guggat.

B. Undang-Undang Dasar

Menurut E.C.S. Wade dalam bukunya Constitutional Law, undang-


undang dasar menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang
memaparkan kerangka dan tugas pokok dan badan pemerintahan suatu
Negara dan menentukan cara kerja badan-badan tersebut.

C. Konstitusi

Dari bahasa Inggris “Constitutional” atau bahasa Belanda “Constitutie”.


Pengrtian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan mempunyai arti sebagai
berikut :

1. Lebih luas dari undang-undang dasar, atau

2. Sama dengan pengertian undang-undang dasar.

D. Struktur Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945

1. Demokrasi Indonesia sebagaimana dijabarkan dalam undang-undang


dasar negara republic Indonesia tahun 1945

2. Penjabaran demokrasi menurut UUD 1945 dalam system


ketatanegaraan Indonesia pasca amandemen 2002.

3. Konsep kekuasaan.

4. Pembagian kekuasaan.

5. Pembatasan kekuasaan.

26
27

6. Konsep pengambilan keputusan.

7. Konsep partisipasi.

8. Konsep pengawasan.

9. System pemerintahan Negara menurut UUD 1945 hasil amnademen


2002.

10. Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hokum (Rechtstaaf)

11. Kekuasaan Negara yang tinggi ditangan rakyat.

12. Presiden ialah penyelenggara pemerintah Negara yang tinggi disamping


MPR dan DPR.

13. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.

14. Mentri Negara ialah pembantu presiden, mentri Negara tidak


bertanggung jawab kepada dewan perwakilan rakyat.

15. Kekuasaan kepada Negara tidak terbatas.

16. Negara Indonesia adalah Negara hokum.

E. Isi Pokok Pasal-Pasal UUD Negara Indonesia Tahun 1945

a. Bentuk dan Kedaulatan (Bab I)

Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 ditegaskan bahwa Negara adalah Negara
kesatuan yang berbentuk republic.

b. Majelis Permusyawaratan Rakyat (Bab II)

Pasal 2 UUD 1945 MPR terdiri atas anggota DPR, dan anggota DPD.

c. Kekuasaan Pemerintah Negara (Bab III)

Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa presiden republic


Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945.

d. Kementrian Agama (Bab V UUD 1945)

Pasal 17 UUD 1945 hasil amandemen 2002 ditegaskan bahwa presiden


dibantu oleh mentri-mentri ayat (1).
28

e. Pemerintah Daerah (Bab VI)

Pasal 18 UUD 1945 mengantur tentang pemerintah daerah.

f. Asas Otonomi

Pasal 18 ayat (2) mengantur tentang otonomi pemerintahan daerah.

g. Pengakuan Keistimewaan Pemerintah Daerah

h. DPR (Bab VII)

Mengenai DPR diatur dalam pasal 19 sampai pasal 22 UUD 1945.

i. DPD (Bab VII A)

Diatur dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 tentang DPD.

F. Hubungan Antara Lembaga-Lembaga Negara Berdasarkan Undang-


Undang Dasar Negara Republic Indonesia Tahun 1945

a. Hubungan antara MPR dan Presiden

MPR sebagai pemegang kekuasaan tertinggi sebagai wakil rakyat


sesuai dengan undang-undang dasar 1945 (pasal 1 ayat 2) disamping
DPR dan Presiden.

b. Hubungan Antara MPR dan DPR

MPR terdiri atas anggota DPR anggota DPR dipilih oleh pemilu. Dengan
demikian seluruh anggota MPR menurut UUD 1945 dipilih memalui
pemilu.

c. Hubungan DPR dan Presiden

1. Menurut undang-undang (pasal 5 ayat 1,20,21)

2. Menetapakn UU tentang anggaran (pendapatan dan belanja


negara) pasal 23 ayat 1

d. Hubungan DPR dengan Mentri

Hubungan kerjasama antara presiden dengan DPR juga harus


dilaksanakan dalam hal DPR menyatakan keberatannya terhadap
kebijakan mentri.
29

e. Hubungan antara presiden dengan mentri

Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri Negara pasal 17


ayat (2) dan menteri itu formal tidak bertanggung jawab pada DPR,
tetapi bergantung dengan presiden.

f. Hubungan antara BPK dan DPR

BPK bertugas memeriksa keuangan Negara hasil pemeriksaan


diberitakan kepada DPR (pasal 23E ayat 2)

G. HAM menurut UUD 1945

1. Hak-hak asasi manusia dan penyelesaiannya

HAM sebagai gagasan, paradigm serta kerangka konsetual melalui


konsep sejarah yang panjang. Deklarasi sedunia tentang HAM PBB
bangsa sedunia memberikan pengakuan dan perlindungan secara
yuridis formal walaupun dalam realitanya disesuaikan dengan kondisi
serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Penjabaran HAM dalam UUD 1945

HAM sebenernya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan filosofis


tentang manusia yang melatarbelakanginya. Menurut pancasila hakikat
manusia adalah tersusun atas jiwa dan raga, kedudukan kodrat sebagai
makhluk individu dan makhluk social.
BAB X

BHINEKA TUNGGAL IKA

A. Pengantar

Kelahiran suatu bangsa memiliki karakteristik, sifat, ciri khas serta


keunikan sendiri-sendiri yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang
mendukungnya. Adapun faktor-faktor tersebut meliputi, (1) faktor objektif, yang
meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis, (2) faktor subjektif, yaitu
faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan.

Bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa,


agama, dan wilayah serta bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan
meskipun berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing. Kesatuan tersebut
tidak menghilangkan keberanekaragaman, dan hal inilah yang dikenal dengan
Bhinneka Tunggal Ika.

B. Dasar Hukum Lambang Negara Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika sebagaimana terkandung dalam lambang negara


Garuda Pancasila, bersama-sama dengan bendera negara merah-putih,
bahasa negara dan lagu kebangsaan Indonesia merupakan jati diri dan
identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam hubungan dengan lambang negara Garuda Pancasila yang


didalamnya terdapat seloka Bhinneka Tunggal Ika telah diatur dalam UUD
1945. Dalam pasal 36A disebutkan bahwa lambang negara adalah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Pasal tersbut merupakan
dasar yuridis konstitusional tentang penggunaan simbol-simbol tersebut
sebagai jati diri bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia.

C. Bhinneka Tunggal Ika sebagai Local Wisdom Bangsa Indonesia

Burung garuda merupakan kekayaan satwa nusantara, sebagai seekor


satwa burung garuda mampu terbang tinngi, dan hal ini melukiskan cita-cita
bangsa Indonesia. Sedangkan seloka Bhinneka Tunggal Ika yang
melambangkan realitas bangsa dan negara Indonesia yang tersusun dari
berbagai unsur rakyat yang terdiri atas berbagai macam suku, adat-istiadat,

30
31

golongan, kebudayaan, dan agama, wilayah yang menyatu menjadi bangsa


dan negara Indonesia

Bhinneka tunggal ika secara linguistik berarti “beda itu, satu itu”. Secara
morfologis Bhinneka berasal dari kata polimorfemis yaitu Bhinna & Ika. Kata
Bhinna berarti beda dan ika berarti itu. Oleh karena itu jikalau diterjemahkan,
makna “Bhinneka tunggal ika”, Tan ada dharma mangrwa, adalah: meskipun
berbeda-beda akan tetapi satu jua. Tidak ada hukum yang mendua (dualisme).

D. Makna Filosifis Bhineka Tunggal Ika

Menjadi kunci kemajuan suatu bangsa bagi bangsa Indonesia yang


kuasa materialisnya berbagai etnis, golongan, ras, agama, serta primordial
lainnya dinusantara secara moral menentukan kesepakatan untuk suatu
bangsa yaitu angsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai