Anda di halaman 1dari 4

Muhammad Fakhri Aziz 11180510000262

Metodologi Komunikasi Kuantitatif KPI 5A

AKAR FILSAFAT PENELITIN ILMIAH

Buku yang berjudul Metode Penelitian Komunikasi karangan Dr. Edi Suryadi,
M.Si., dkk diawali bab 1 yang membahas mengenai Akar Filsafat Komunikasi dan
merupakan awalan dari pemahaman mengenai sebuah penelitian yang terkhusus ke
dalam penelitian kuantitatif. Saya memahami lahirnya sebuah penelitian disebabkan
oleh adanya rasa penasaran dari manusia sehingga mendorong mereka untuk mencari
tahu atau mendalami hal tersebut, baik itu sebuah fenomena, kejadian, ataupun
sejenisnya yang menjadi sebuah keresahan di diri seseorang tersebut ataupun di
lingkungan sekitarnya.

Pada bab 1 buku ini membahas mengapa bisa terlahir sebuah penelitian dan
apa akar filsafat penelitian ilmiahnya. Menurut pemahaman saya, pengetahuan itu
adalah sesuatu hal yang timbul dari pemahaman atau pembelajaran diri seseorang. Di
dalam buku juga dijelaskan bahwa pengetahuan merujuk ke arah fakta, informasi, dan
keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman dan pendidikan, pengetahuan
merupakan pemahaman teoritis atau praktis mengenai suatu subjek (Oxford
Dictionary, 2018).

Ada beberapa definisi untuk memahami penalaran, yaitu; (1). Konsep (Concept)
yaitu gambaran abstrak yang ada dalam pikiran manusia tentang suatu objek di dunia
nyata, (2). Preposisi (Preposition) yaitu pernyataan tentang hubungan antara sebuah
konsep dengan konsep lain dan konsep-konsep yang dihubungkan dalam peposisi
disebut term.

1) Penalaran Deduktif (Deductive Reasoning), adalah penalaran yang mengambil


kesimpulan khusus dari hal-hal yang bersifat umum atau top-down logic.
Langkah-langkah penalaran ini dimulai dari yang lebih umum atau general
kepada yang lebih khusus. Dimulai dari teori lalu hipotesis, dilanjutkan
dengan observasi dan diakhiri dengan konfirmasi. Teori-hipotesis-observasi-
konfirmasi
2) Penalaran Induktif (Inductive Reasoning), kebalikan dari deduktif. Penalaran
ini dimulai dengan hal-hal khusus (mengumpulkan bukti-bukti empirik) untuk
sebuah kesimpulan (yang umum) atau disebut juga bottom-up logic. Langkah-
langkahnya dimulai dari observasi-pola-hipotesis tentatif-teori.

Untuk memahami apa itu filsafat, ada dua hal yang dapat dilakukan : (1)
memahami filsafat dari aspek terminologi, (2) memahami filsafat dengan cara
memahami macam-macam pengetahuan manusia. The love of wisdom atau love for
wisdom yang berarti keinginan seseorang untuk menjadi bijak atau cinta pada
kebijakan merupakan definisi filsafat yang dikemukakan oleh Pythagoras. Banyak
ahli yang juga mengemukakan pendapatnya mengenai definisi fisafat ini. Namun
benar kata para ahli bahwa untuk dapat memahami filsafat kita harus berlajar
berfilsafat dan diimbangi dengan ilmu pengetahuan kita.

Ada beberapa teori yang dijelaskan dalam buku ini, yaitu sebagai berikut :

1. Alilran Rasionalisme, yaitu pengetahuan atau kebenaran yang mutlak tidak


didapatkan dari pengalaman indriawi, tapi didapatkan melalui nalar (pikiran, akal)
dimana akal itu sendiri tidak memerlukan pengalaman indriawi. Aliran ini dirintis
oleh Plato dan dikembangkan oleh Rene Descartes.
2. Aliran Empirisme, yaitu aliran yang menyatakan bahwa manusia pada awalnya
tidak memiliki pengetahuan lalu mendapatkan penngetahuan melalui pengalaman
indrawinya (teori tabula rasa/ meja lilin). Aliran ini dikembangkan oleh bapak
aliran empirisme yaitu John Locke.
3. Aliran Positivisme, yaitu aliran yang merupakan gabungan dari rasionalisme dan
empirisme. Eksperimen dan ukuran-ukurannya merupakan penekanan penting
pada aliran ini. Akal atau rasio sangat penting, begitu juga dengan indra yang
perlu dikoreksi melalui eksperimen. Tokoh yang mengemukakan aliran ini adalah
August Comte
4. Aliran Fenomenologi, yaitu aliran naturalis yang dikatakan sebagai pendekatan
konstruktivis, interpretatid, pasca – postpositivisme, dan atau postmodern. Aliran
ini dikembangkan oleh Weber dan Kant sebagai ilmuan sosiologi.
Penelitian ilmiah dapat dipahami sebagai proses epistemologis atau cara
bagaimana manusia memperoleh ilmu pengetahuan (kebenaran). Sebagai proses
epistemologi untuk mencapai ilmu pengetahuan, suatu peneliti ilmiah didasarkan pada
paradigma tertentu. Paradigma tertentu ini yang kemudian disebut sebagai cara
berpikir keilmuan atau disebut juga metode keilmuan.
Paradigma adalah cara berpikir atau cara pandang dalam melihat suatu
realitas. Metode penelitian sangat berkaitan dengan paradigma keilmuan tertentu.
Metodologi penelitian kuantitatif merujuk pada paradigma positivisme, yang mana
memandang realitas hanya ada satu dan terdapat ciri-ciri tertentu yang bisa diselidiki.
Konsekuensinya adalah realitas sosial akan dianggap meragukan apabila tidak
menyatakan dirinya dalam suatu bentuk prilaku yang dapat diamati. Cara berpikirnya
berpangkal pada nalar deduktif dan induktif plus eksperimen.
Fakta-fakta dalam penelitian ilmiah harus dapat diukur sehingga mengarah
pada kepastian dan kecermatan. Tapi, dalam konteks ilmu sosial penelitian ini
menimbulkan beberapa kelemahan, yaitu bersifat reduksionis, pengujiannya terbatas
pada uji statistik dan eksperimen yang mencari kausalitas antarvariabel, melahirkan
variabel-variabel yang bersifat manipulatif, dan sering kehilangan makna dari konteks
sosio-historis. Sedangkan metodologi penelitian kualitatif merujuk pada paradigma
postpositivisme, dimana paradigma ini bermuara pada sisi subjektif yang memandang
realitas sosial sebagai konstruksi sosial dari kesadaran manusia yang mampu menilai
dan menafsirkan realitas sosial itu sendiri.
Karakteristik penelitian kuantitatif dan kualitatif tentu berbeda. Ada beberapa
perbedaan yaitu, paradigma yang digunakan pada penelitian kuantitatif adalah
paradigma postivisme sehingga metode berpikirnya adalah deduktif, sedangkan pada
penelitian kualitatif adalah paradigma postpositivisme sehingga metode berpikirnya
adalah induktif dan dibangun dari lapangan. Lalu perspektif teoritikal pada kuantitatif
merupakan gabungan rasionalisme, empirisme dan eksperimen, sedangkan perspektif
teoritikal pada penelitian kualitatif adalah fenomenologi, etnografi dan
interaksionisme simbolik.
Karakteritstik penelitian kuantitatif pasti menggunakan Desain (baku),
sedangkan pada kualitatif, desainnya tidak pasti atau dapat berubah. Jika dilihat dari
tujuan pada kuantitatif hanya menguji teori sedangkan tujuan pada penelitian
kualititatif beragam mulai dari pemahaman, deskripsi, temuan, pemunculan hipotesis,
dan tes teori. Lalu observasi yang dilakukan pada penelitian kuantitatif adalah setting
buatan, menggunakan teknik instrument tertentu, kriteria rigor, dan metode survei.
Sedangkan pada penelitian kualitatif, observasi yang dilakukan adalah setting
alamiah, peneliti sendiri, wawancara, pengamatan, dan penelaahan dokumen. Sampel
pada penelitian kuantitatif adalah sampe besar, acak, dan representatif. Sedangkan
sampel pada penelitian kualitatif adalah sampel kecil, tidak acak, dan purposif.

Anda mungkin juga menyukai