Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama, dapat didefinisi- kan sebagai aturan yang terpisah dan
mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib, khusus dengan Tuhannya,
hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan
lingkungannya. Dalam resolusi tersebut, sebenarnya, agama dilihat
sebagai teks atau doktrin; Jadi, umat manusia sebagai pendukung atau
penganut agama ini tidak tampak tercakup di dalamnya. Karena itu,
masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan keaga- maan baik
individu maupun kelompok, masyarakat dan kepercayaan agama yang
berbeda dari pengetahuan dan keyakinan yang dipunyai manusia, peran
-keyakinan hubungan dengan kehidupan duniawi dan sebaliknya, dan
kelestarian juga perubahan- perubahan keyakinan agama yang dipunyai
manusia, tidak tercakup dalam resolusi di atas.
Secara lebih khusus, dengan memperhatikan masalah-masalah yang
dikemukakan di atas, agama dapat didefinisi sebagai suatu sistem
keyakinanj yang dianut dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
beberapa kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi
tanggapan respons terhadap apa yang diterima dan dilakukan sebagai yang
gaib dan suci. Sebagai suatu sistem keyakinan, agama berbeda dari
sistem-sistem keyakinan atau isme-isme lain- nya karena landasan
keyakinan agama pada konsep suci (suci) yang dibedakan dari, atau
diperten- tangkan dengan, yang duniawi (profan), dan pada yang gaib atau
supranatural (supernatural) yang menjadi lawan dari hukum-hukum
alamiah (natural). Agama juga dibedakan dari isme-isme lainnya karena
ajaran agama selalu bersumber pada wahyu yang berisikan petunjuk-
petunjuk Tuhan atau wangsit (dalam agama-agama primitif dan lokal)
yang disampaikan kepada Nabi atau "pesuruh" -Nya.

1
Melalui Nabi ajaran-ajaran agama yang disampaikan kepada sahabat-
sahabatnya, yang merupakan kelompok pertama dan penganut agama
tersebut, dan kepada orang-orang lain. Dalam agama-agama besar atau
samawi) ajaran agama yang dikirim melalui wahyu ini dibakukan sebagai
kitab suci, dan begitu juga ajaran-ajaran Nabi. Sementara dalam agama-
agama lokal atau primitif, agama-agama tersebut tidak dibakukan dalam
bentuk tertulis tetapi dalam bentuk lisan yang diberikan dalam bentuk
tradisi-tradisi dan upacara-upacara. Bagi para penganutnya, agama yang
berisikan ajaran-ajaran tentang kebenaran dan tanggapan tentang manusia
dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan di akhirat (setelah
mati), yaitu sebagai manusia yang takwa bagi Tuhannya, beradab, dan
manusiawi , yang berbeda dari cara-cara hidup hewan atau makhluk-
pengumpulan gaib yang jahat dan berdosa (jin, setan, dan seba- gainya).
Agama sebagai sistem kepercayaan dapat menjadi bagian dan inți
dari sistem-sistem nilai yang ada di dalam masyarakat yang didukung, dan
menjadi pendorong atau penggerak serta pengontrol untuk tindakan-
tindakan para anggota masyarakat yang diperlukan untuk tetap VI
AGAMA: Dalam Analisis dan Interpretasi Sosiologis berjalan sesuai
dengan nilai-nilai dan agama- ajaran agamanya. Dalam keadaan di mana
terdapat interaksi dengan agama yang sangat kuat terhadap sistem-sistem
nilai yang ada dalam masyarakat yang bersangkut-an, maka sistem-sistem
nilai dari budaya tersebut terwujud sebagai simbol-simbol agama yang
maknanya terkait sumber pada pengajaran-pengajaran agama yang
menjadi acuan acuannya. Dalam keadaan demikian, bahasa langsung atau
tidak langsung, etos yang menjadi acuan dari eksistensi dan kegiatan
berbagai pranata yang ada di dalam masyarakat (keluarga, ekonomi,
politik, pendidikan, dan sebagainya), perbincangan, digerakkan, dan
dihubungkan oleh berbagai sistem nilai yang sumbernya adalah pada
agama yang dianutnya; dan terwujud dalam kegiatan-kegiatan para warga
masyarakat sebagai tindakan-tindakan dan karya-karya yang diselimuti
oleh simbol-simbol suci. Agama, sebagai suatu sistem kepercayaan,
berisikan ajaran dan petunjuk bagi para penganutnya, selamat datang dari

2
api setelah kehidupan. Karena itu juga, keyakinan religius dapat dilihat
sebagai yang dipahami pada masa yang akan datang. Dengan cara
mengajak berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan
agama yang dianut dan disetujui, Isebenarnya para penganut agama ini
menabung pahala untuk masa yang akan datang (dalam kehidupan setelah
mati). Dan salah-satu ciri yang menonjol dalam agama, berbeda dari isme-
isme lainnya, adalah penyerahan diri total kepada Tuhannya. Penyerah- an
diri ini tidak terwujud dalam bentuk ucapan atas tindakan-tindakan
keagamaan dan bahkan juga dalam tindakan-tindakan duniawi sehari-hari.
Tidak ada satu agama pun yang tidak memerlukan penyerahan diri total
dari para penganut atau pemeluknya, termasuk juga agama-agama lokal
yang di Indonesia digolongkan sebagai religi atau kepercayaan.
Dari ciri-ciri agama seperti yang ada di atas yang bisa dibuktikan
bahwa agama merupakan sistem keyakin- suatu yang dipunyai oleh
individu yang melibatkan transisi dan pemikiran yang sifatnya pribadi, dan
yang diwujudkan dalam tindakan-tindakan keagamaan (upacara, ibadat,
dan amal ibadah) yang sifatnya individu atau sosial yang diperlukan
sebagian atau seluruh masyarakat.Mengapa keyakinan yang sifat- nya
pribadi dan individu ini dapat terwujud sebagai tindakan kelompok atau
masyarakat? Sebab yang utama adalah dari hakikat agama itu sendiri yang
salah-satu pene- kanan agamanya adalah hidup dalam kebersamaan
dengan orang lain atau hidup bermasyarakat. Apalagi dalam hal pahala,
misalnya, pahala yang lebih banyak dalam kegiatan beribadat berjamaah)
dibandingkan dengan kegiatan ibadat secara individu. Kegiatan-kegiatan
keagaaan dalam bentuk berjamaah, kongregasi, atau upacara-upacara
keagamaan dalam kelompok sangat penting dalam setiap agama; Jadi
seperti dinyatakan oleh Durkheim dalam terjemahan buku ini dasar
kehidupan keagamaan dan agama adalah dari dan di dalam kehidupan
sosial itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan agama ?
2. Apakah yang dimaksud dengan kajian ilmah ?
3. bagaimana agama dalam kajian ilmiah ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Agama
Agama, sebagai suatu sistem kepercayaan, berisikan ajaran dan petunjuk
bagi para penganutnya, selamat dari api neraka setelah kehidupan. Karena itu
juga, keyakinan religius dapat dilihat sebagai yang dipahami pada masa yang akan
datang. Dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
agama, kehidupan sehari-hari, sesuai dengan agama yang dianut dan disetujui, itu
adalah agama asli yang menabung pahala untuk masa yang akan datang (dalam
kehidupan setelah mati). Dan salah-satu ciri yang menonjol dalam agama,
berbeda dari isme-isme lainnya, adalah penyerahan diri total kepada Tuhannya.
Penyerah- an diri ini tidak terwujud dalam bentuk ucapan atas tindakan-tindakan
keagamaan dan bahkan juga dalam tindakan-tindakan duniawi sehari-hari. Tidak
ada satu agama pun yang tidak memerlukan penyerahan diri total dari para
penganut atau pemeluknya, termasuk juga agama-agama lokal yang di Indonesia
digolongkan sebagai religi atau kepercayaan
Dari ciri-ciri agama seperti yang ada di atas yang bisa dibuktikan agama
merupakan sistem keyakin- sebuah yang dipunyai oleh individu yang melibatkan
transisi dan pemikiran yang sifatnya pribadi, dan diwujudkan dalam tindakan-
tindakan keagamaan (upacara, ibadat, dan amal ibadah) yang sifatnya individu
atau kelompok yang memengaruhi sebagian besar masyarakat.Mengapa
keyakinan yang sifat- nya pribadi dan individu tersebut dapat terwujud sebagai
tindakan kelompok atau masyarakat? Sebab yang utama adalah dari hakikat
agama itu sendiri yang salah-satu pene- kanan agamanya adalah hidup dalam
kebersamaan dengan orang lain atau hidup bermasyarakat.

B. Kajian Ilmiah
Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang pada dan proses
mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali. Sedangkan
penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji

4
kebenaran suatu pengetahuan. Dapat dikatakan juga bahwa penelitian merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, dan ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan tersebut. Menurut Almack (1930)
dalam Research and Thesis Writing mengemukakan bahwa hubungan antara ilmu
dan penelitian adalah seperti hasil d an proses. Penelitian adalah proses, dan ilmu
adalah hasil dari penelitian.
Sedangkan menurut F.L. Whitney (1960) dalam buku The Element Of
Research berpendapat bahwa ilmu dan penelitian merupakan sebuah proses
sehingga hasil dari proses tersebut adalah kebenaran. Menurut Nazir (1988)
dalam buku Metode Penelitian, diungkapkan bahwa kebenaran yang diperoleh
melalui penelitian terhadap fenomena yang fana adalah sesuatu kebenaran yang
telah ditemukan melalui proses ilmiah, penemuan tersebut dilakukan secara
ilmiah. Sebaliknya, banyak juga kebenaran terhadap fenomena yang fana diterima
tidak melalui proses penelitian.

C. Agama Dalam Kajian Ilmiah


Fenomomena beragama dakam kehidupan manusia adalah fenomena yang
universal, unik dan masih penuh misteri, sekalipun hanya kepercayaan kepada
yang gaib, dakral, atau melakukan ritual dan mengalalami transdental. Ekspresi
religius telah ada di kalangan primitif ataupun modern. Para ahli sejarah, filsafat,
lingiuistik, psikolog, serta ilmu sosial dan humaniora menggali realitas kehidupan
beragama.
Kajian Agama dalam Kehidupan Manusia terhadap agama tidak hanya
berasal dari usul tersebut. Di samping itu, ilmu antropologi menggunakan
berbagai macam ilmu tentang manusia, seperti biologi, sejarah, arkeologi,
etnografi, etnologi, linguistik, sosiologi, dan lain-lain.
Ahli yang mengembangkan antropologi juga tidak khusus yang terdidik
hanya dalam bidang antropologi, tetapi juga ikut dikembangkan oleh pakar sastra,
sejarah, filsafat, teologi, dan sosiologi. Anne Marie de Wall Malefijt mengungkap
teori-teori tentang kehidupan beragama dari berbagai sudut pandang dan teori,
seperti teori linguistik, rasionalistik, teori transportasi dan difusi, teori psikologi,
teori sosiologis, dan teori fenomenologis. Berikut diungkap teori-teori tersebut :

5
a) Teori linguistik
Berkembang. Kedua nya pun mempunyai kesamaan sebagai gejala universal
dari kehidupan manusia. Agama didasarkan kepada kepercayaan kepada nyawa
manusia. Dari membedakan antara yang hidup dan mati atau tidak ada nyawan,
manusia mengabstraknya menjadi jiwa dan pikiran ( soul and mind )

b) Teori rasionalistik
Teori ini diterapkan pada kajian agama mulai aba ke-19. Secara umum yang
dimaksud teori rasionalistik adala h keyakinan ilmuan bahwa manusia prasejarah
menjelaskan kepercayaan mereka hampir dekat dengan cara ilmiah, tetapi mereka
sampai pada kesimpulan yang salah karena kekurangan pengetahuan dan
pengalaman mereka Tylor mengemukakan konsep survival dalam studinya yang
berarti bahwa kepercayaan dan praktik praktik dalam suatu kesusasteraan
merupakan survival dalam kelanjutan perjuangan eksistensi dari prilaku budaya
masa lalu Agama adalah kontruksi asal suku bangsa yang bersangkutan tetapi
tanpa bukti. Agama berasal dari kepercayaan jiwa dan ruh dalam diri manusia.
kedua konsep ini berbeda satu material dan satu tidak material
Sisa budaya literatur atau budaya agama masa lalu yang sudah kehilangan
makna dan tujuan sebenarnya. Padahal dengan hanya konsep jiwa tidak akan
timbul agama. Agama timbul karena adanya praktik ritual secara bersama.
Kepercayaan ini menjadi doktrin atau dogma suku bangsa tersebut yang dalam
kehidupan beragama dinamakan aspek kepercayaan.

c) Teori sosiologis
Teori ini menunjukan perhatian kepada pertanyaan tentang apa fungsi agama
bagi kehidupan manusia. Teori yang ini menujukan perhatian pada pertanyaan
tentang apa fungsi agama bagi kehidupan manusia.

d) Teori Migrasi dan Difusi


Teori ini dikemukakan oleh G. Elliot Smith dan muridnya E.J Perry. Smith
menulis bahwa manusia alami, primitif atau tidak pandai tulis baca tidak punya
sesuatu yang patut dicatat, baik di dalam hal agama , seni dan lain-lain. Fritz
Grabner juga mengatakan bahwa monoteismelah yang mula-mula berkembang

6
dalam kehidupan beragama manusia. Politeisme, animisme, totemisme, magis,
fetish dan lainnya merupakan perkembangan kemudian.

e) Teori Psikologis
Sigmund Freud (1856-1939) dalam bukunya Totem and Taboo (1938) ia
menjelaskan bahwa asal mula agama, etik, masyarakat dan seni adalah pada
Oedipus Complex. Freud mendasarkan teorinya pada eksogami dari suku yang
bersangkutan dan binatang atau tumbuhan totem tidak boleh dimakan kecuali
dengan ritual tertentu.
Freud mengakui juga bahwa agama adalah kebutuhan psikologis manusia.
Karena ketidakmampuan manusia menghadapi berbagai bencana alam, mereka
buat patung atau lukisan yang menempatkan bahaya alam itu sebagai tempat
pelampiasan kemarahan. Mereka juga memerlukan orang kuat untuk menghadapi
semua bencana, yaitu tuhan. Tetapi tuhan itu sebenarnya adalah orang yang paling
mereka cemburui dan takuti yaitu ayah mereka sendiri. Dengan demikian, freud
membuktikan kebenaran teori Oedipus Complex. Dengan demikian, agama tidak
lain dari an infantile obsession (obsessi kekanak-kanakan).

f) Teori Fenomenologis
Fenomen berarti “sebagai yang dimaksud atau diturunkannya sendiri” dengan
demikian, teori fenomenologis adalah kajian terhadap sesuatu menurut yang
dimaksud sendiri oleh objek yang dikaji. Kemudian menurut Rudolf Otto adalah
filsuf dan teolog berkebangsaan jerman dia mengatakan bahwa keagamaan adalah
pengalaman yang tentang yang suci yang selalu disertai dengan kekuasaan, alasan,
tujuan, cinta dan good will.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Agama sebagai manusia pelarian yang lemah memahami kedahsyatan
alam semesta, lemah mengendalikan alam, lemah menata kehidupan bersama,
atau lemah mendapatkan bahagia dalam kehidupan sehingga menyandarkan
kelemahan mereka dengan berpegang pada yang gaib (lihat Pritchard 1984).
Meskipun perdebatan berasal dari asal-usul beragama yang digali dari psikologi
manusia ini mengandung kebenaran, tetapi implikasinya meniadakan agama
setelah manusia menjadi kuat dengan ilmu pengetahuan dan teknologinya.
Ini pandangan modernisme yang menekankan aspek kemajuan fisik, Akan
tetapi, pengalaman manusia yang hanya mene kankan aspek fisik dan ekonomi
mempertemukan mereka terperangkap pula dengan krisis identitas, krisis nilai
kehidupan, dan kegersangan spiritual yang meningkatkan aliran-aliran pemujaan.
Jadi, resolusi dengan resolusi asal-usul psikologis dari manusia yang dapat
membantu memahami kebenarannya, sehingga untuk tercapainya kebahagiaan,
manusia tidak hanya membutuhkan sarana fisik dan materi, tetapi juga nilai-nilai
spiritual yang dibutuhkan untuk dirumuskan dengan kemampuan dan metode
ilmiah saja.

B. Saran
Agar mahasiswa lebih sering lagi membaca buku dan menambah pengetahuan
nya agar lebih mudah memahami didalam setiap pelajaran mengenai agama islam.

8
Daftar Pustaka
Agus, Bustasnudin.2006.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.Agama Dalam
Kehidupan Manusia.
Robertson, Roland.1988.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.Agama Dalam
Analisa Dan Interpretasi Sosiologis.

Anda mungkin juga menyukai