Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

PRAKTEK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

Diajukan untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Komunikasi Antar Pribadi

Dosen Pengampu : Dr. Yopi Kusmiati, S.Sos, I., M.Si

Disusun oleh :

Muhammad Fakhri Aziz 11180510000262

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H /2020 M
Baginya Kuliah Online adalah Masalah

Rabu, 10 Juni 2020 tugas ini diberikan untuk menyelesaikan Ujian Akhir Semester
mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi, Dr. Yopi Kusmiati, S.Sos, I., M.Si. Tugas ini
merupakan praktek komunikasi antar pribadi, bagaimana seseorang dapat mengungkapkan
diri sendiri, menceritakan berbagai hal mulai dari apa yang dirasakan saat kuliah online pada
masa pandemi virus corona, suka duka kuliah online ataupun hal yang menarik lainnya.
Dalam menyelesaikan tugas ini saya memiliki teman bertukar cerita, wanita kelahiran medan
dia adalah Dwi Ulina Sari.

Dwi Ulina Sari salah satu mahasiswi UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Sebelum
pandemi virus corona ini menyerang ia tinggal di kost-kostan di depan UIN kampus 1,
tepatnya disebelah toko buku dan alat tulis Insan. Disanalah tempat ia kembali pulang setelah
menyelesaikan hari-hari kuliah dan aktifitasnya yang padat.

Setiap harinya, wanita ini memiliki berbagai macam kesibukan karena organisasi
yang ia ikuti, baik itu organisasi kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Jurusan dan organisasi
diluar kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Islam dan Kakak Asuh. Memiliki banyak
organisasi bukan masalah baginya melainkan suatu kelebihan, karena salah satu
kehebatannya ia dapat mengatur waktu dengan baik, memilah dan memilih prioritas agar
seimbang antara kuliah dan organisasi. Organisasi baginya sangat penting selain sebagai
pengalaman, organisasi juga memperluas relasinya, dengan sifatnya yang mudah bergaul dan
sangat suka berbicara ia selalu dipercaya dalam organisasinya.

Dalam hal perkuliahan wanita dengan NIM akhir 001 ini tidak perlu diragukan lagi, ia
dapat mengikuti perkuliah dengan sangat baik. Terbukti dari nilai Indeks Prestasi yang baik
dan bisa ia pertahankan. Sehingga ia sampai saat ini selalu mendapatkan beasiswa ditempat
ayahnya bekerja. Selain itu di awal semester ia pernah mendapatkan beasiswa Tahfidz dari
UIN Syarief Hidayatullah Jakarta.

Semasa perkuliahan berjalan dengan normal, ia rasa tidak ada masalah besar dalam
menjalankannya, karena ia sangat menikmati proses perkuliahan dengan baik. Semua fasilitas
di kampus dapat dimanfaatkan kapanpun, mulai dari perpustakaan yang nyaman karena buku
yang lengkap dan tempatnya yang dingin, tempat-tempat diskusi atau seminar untuk
menambah wawasan, kelas berlangsungnya perkuliahan yang terbilang cukup nyaman
walaupun belom semua fasilitas dalam kelas terpenuhi, seperti kelas yang panas atau infocus
yang mati. Dan pelayanan tata usaha fakultas yang baik untuk memperudah mengurus
berkas-berkas beasiswa.

Satu persatu kemudahan ini dilunturkan oleh keadaan yang sama-sama kita rasakan
hingga saat ini. Dimulai dari minggu pertama saat kuliah online, hampir semua mata kuliah
menggunakan zoom sebagai pengganti pertemuan biasa. Menurutnya, Seketika ia kehilangan
niat untuk mengikuti setiap perkuliahan, karena perkuliahan yang dilakukan secara daring
menurutnya sangat membebani. Contoh hal kecilnya seperti ketika dikost dan saat itu dalam
posisi mengikuti mata kuliah melalui zoom, berarti dengan terpaksa Dwi harus bersiap-siap
menggunakan jilbab dan baju yang rapih selayaknya mengikuti perkuliahan biasa. Karena
perkuliahan online menggunakan zoom harus memperlihatkan wajah yang membuat dirinya
merasa kerepotan.

Dalam hal tersebut Dwi memiliki argumen kenapa ia merasa terbebani. Penyebabnya
karena pada saat perkuliahan online ia belum mengetahui sistem penilaian apakah sama
dengan perkuliahan biasa, saat perkuliahan biasa penampilan yang disiplin merupakan salah
satu bentuk penilaian dari beberapa dosen. Dalam hati kecil saya terucap, apa yang Dwi
katakana ada benarnya, karena perempuan dianugerahi dengan segala sifat, seperti ingin
terlihat sempurna dalam berpenampilan. Pastinya ketika berlangsung perkuliahan melalui
zoom ia akan berpenampilan dengan maksimal, selain untuk displin ia juga tidak ingin
wajahnya di screenshot dan dijadikan bahan bercandaan oleh teman-temannya.

Selain itu dalam minggu pertama kuliah online, dosen masih melakukan percobaan
bagaimana cara pengajaran yang efektif dan tidak mengurangi nilai-nilai pengajaran. Ada
dosen yang mencoba menggunakan aplikasi skype, ataupun live melalui Instagram dan
Facebook, atau hanya sekedar menggunakan google classroom untuk menggumpulkan tugas.
Dari banyaknya metode yang dosen pilih untuk melakukan pengajaran online, banyak
mahasiswa yang kebingungan. Terkhusus Dwi, ia tidak mengerti bagaimana cara
menggunakan aplikasi skype, ia juga tidak memiliki akun Facebook yang membuatnya
kesulitan dalam mengitu proses perkuliahan online.

Untuk mengikuti perkuliahan online, ia berusaha semaksimal mungkin dengan belajar


menggunakan aplikasi skype dan membuat akun Facebook dirinya. Tetapi amat disayangkan
ketika ia berhasil membuat akun Facebook, tidak lama kemudian akun Facebooknya tidak
dapat dibuka karena tertuduh bukan pengguna asli. Akhirnya ia meminjam akun temannya
yang sudak tidak terpakai dan mengganti namanya. Menurutnya metode yang berbeda-beda
dari setiap dosen ini membuat dirinya kesulitan. Karena diperlukan untuk mendownload
aplikasi yang terlalu banyak, dan pengajaran dirasa tidak efektif. Menurutnya seluruh dosen
akan lebih efektif jika menggunakan metode yang sama seperti pertemuan tatap langsung
menggunakan aplikasi Zoom atau Google Meet dan pengempumpulan tugas menggunakan
aplikasi Google Classroom.

Dengan berlangsung perkuliahan online ini tentu saja tidak semua mahasiswa sesuai
dengan metode belajarnya. Jelas berbeda berdiskusi dengan zoom atau ruang obrolan chat
dengan berdiskusi secara langsung, terkadang apa yang disampaikan belom tentu sama
maknanya dengan apa yang diterima. Ketika saya bertukar cerita dengan Dwi, dan bertanya
bagaimana dengan metode belajar dirinya, ia bercerita bahwasanya dirinya lebih sesuai
dengan pembelajaran secara normal atau langsung, karena ia seorang mahasiswi yang aktif di
dalam kelas menyampaikan pendapatnya dan tidak pernah ragu menanyakan apapun yang ia
belom ketahui atau yang ia rasa itu tidak sesuai.

Menurut penilaian saya Dwi ini perempuan yang sangat interaktif, tidak hanya dalam
diskusi tapi dia juga peduli pada mata kuliah yang ia ikuti. Saya sering kali satu kelas dengan
dirinya, ia selalu mengajukan diri untuk menjadi sekertaris atau bendahara, dan seluruh teman
kelas setuju karena sudah percaya dengan kapasitas dirinya. Tentu ini menjadi penilaian lebih
beberapa dosen terhadap dirinya di perkuliahan normal.

Tetapi ketika saya bertanya bagaimana dengan perkuliahan online, tiba-tiba suaranya
berubah menjadi lesu tidak bersemangat, karena perkuliahan online ini sangat memberatkan
bagi dirinya dan proses perkuliahannya. Dia bericerita bahwa perkuliahan online ini tidak
sesuai dengan metode belajarnya, karena sering terjadi miscommunication baik antara ia
dengan teman satu kelas ataupun ia dengan dosen. Ia rasa dengan perkuliahan online ini ada
beberapa mahasiswa yang berkurang kepudialannya untuk mengerjakan tugas ataupun
sekedar mencari informasi mengenai mata kuliah yang dipilihnya. Ini menjadi masalah yang
cukup serius karena ada beberapa mata kuliah yang Dwi menjadi penanggung jawab dan
menemui mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas.

Bukan hanya mahasiswa biasa yang berkurang kepudilannya, tetapi mahasiswa yang
memang bertanggung jawab atas mata kuliah tertentu. Terasa baginya banyak sekali alesan
untuk tidak dapat memenuhi tanggung jawabnya dari kesibukan dirumah, tidak ada internet,
tidak ada laptop. Tapi baginya itu semua hanya alesan karena bagaimanapun tanggung jawab
yang diberikan harus dikerjakan dan kalaupun tidak bisa dikerjakan harus ada komunikasi
terlebih dahulu bukan lepas tanggung jawab sepenuhnya.

Dwi bercerita dengan menahan amarahnya, teman-teman yang sudah diberi tanggung
jawab tidak ada kabar hilang begitu saja. Nilai yang dipastikan A membuat teman-temannya
tertarik untuk menerima tanggung jawab tapi saat kondisi seperti ini tidak semua bisa
membantunya. Ia tidak dapat menyalahkan seorangpun karena ia tahu kondisi yang ia alamai
dengan temannya tentu berbeda. Rasa kesal dan kecewa harus ia tahan, ia harus
menyelesaikan tanggung jawabnya yang tentu lebih berat karena tidak ada yang
membantunya. Ia tentu mendapatkan tekanan dari dosen yang terus menanyai perkembangan
tugas tersebut sebisa mungkin ia haraus kerjakan walaupun seorang diri.

Selain itu kuliah online ini menurutnya kurang jelas, apabila kuliah langsung ia dapat
mengerti dengan cepat penjelasan yang diberikan oleh dosen karena waktunya yang efetktif,
sangat berbeda dengan kuliah online ini. Keterbatasan waktu pada kuliah online ini yang
membuat materi-materi yang disampaikan dosen kurang maksimal tersampaikan. Contoh
seperti ia ingin bertanya akan suatu hal tetapi karena kuliah online ini menjawab
membutuhkan waktu yang cukup lama maka ketika jawabannya kurang dapat dipahami ia
tidak dapat bertanya lagi dengan leluasa dan diskusi yang dilakukan saat kuliah online ini
menjadi kurang berbobot karena balik lagi karena keterbatasan waktu.

Berlangsungnya perkuliahan normal dengan perkuliahan online yang dilakukan


dirumah masing-masing tentu berbeda, kondisi dirumah belom tentu sekondusif kondisi di
kampus dan ini yang dirasakan langsung oleh temen bercerita saya Dwi, ia mengatakan
pandemi virus corona ini sangat menyulitkan kondisi dirinya apalagi saat diberlakukannya
pembatasan sosial bersakala besar. Sebelumnya semua temen-teman Dwi sudah pulang
kerumah masing-masiang, di kost hanya tersisa dirinya. Untuk mencari makan saja sangat
sulit, toko-toko mulai tutup. Ia dari perantauan Medan yang tidak bisa memutuskan untuk
langsung pulang kerumah, karena saat itu angka positif virus corona terus bertambah pesat.

Banyak pertimbangan apakah ia harus pulang ke Medan atau tetap bertahan di


kostnya. Jikalau ia pulang mungkin ia akan di karantina terlebih dahulu dan saat diperjalanan
ia sangat khawatir jikalau bertemu dengan seorang yang positif corona. Dan sesampainya di
Medan tentunya akan banyak omongan yang tidak mengenakan karena ia baru saja pulang
dari Jakarta. Tudahan sebagai pembawa virus corona ke daerahnya hal yang paling ia takut
saat sesampainya dirumah. Selain itu dirumah ayah ibunya tinggal, susah akan sinyal karena
berada dikawasan kelapa sawit, dengan metode online ini pasti akan menyusahkan dirinya.
Lalu seandainya dirumah, tepatnya di Medan kota ia akan tinggal sendiri dan hanya akan
merepotkan ayah ibunya. Akhirnya ia memutuskan untuk bertahan di kostnya, dengan doa
yang diperkuat oleh kedua orang tuanya agar pandemi ini cepat berlalu.

Saat pandemi berlangsung banyak keluarga yang kembali berkumpul dan bertahan
bersama-sama, tetapi berbeda dengan Dwi. Ia harus bertahan seorang diri di kostnya yang
sudah tidak ada siapapun selain dirinya. Sedih tentunya rasa yang paling tepat ia ucapkan saat
itu terjadi, ia tetep harus bertahan dengan perkuliahan online ini. Beban yang dirasa sudah
cukup berat ternyata belum seberapa, ditambah beban dari tugas-tugas yang diberikan dosen
saat kuliah online.

Belum berakhir disitu, internet masih menjadi masalah baru untuk dirinya, kost yang
ia tinggali terdapat fasilitas internet tapi sepertinya hanya sekedar fasilitas tanpa adanya
kualitas yang mempuni. Semua tugas sangat membutuhkan internet karena internet
merupakan bintang utama dari kegiatan perkuliahan online ini. Ia harus dapat menghemat
paket data internetnya, mengurangi untungnya ia memiliki teman-teman yang baik, siap
membantu kapanpun ia butuhkan. Tugas-tugasnya dapat terselesaikan dengan baik
mengurangi beban dari kekhawatiran pandemi virus corona yang saat itu membuat kepanikan
di masyarakat.

Beberapa minggu bertahan di kost, ia akhirnya pindah kerumah saudara jauhnya di


depok tepatnya di jalan Haji Jaip. Suasana disana lebih menyenangkan tentunya, karena ia
tidak sendirian lagi untuk bertahan. Banyak orang-orang yang peduli akan dirinya,
memperhatikan pola makan yang sudah lama mulai tidak beraturan. Disana juga ada saudara
perempuannya yang bisa menjadi teman dekat untuk menghilangkan kejenuhan menghadapi
pandemi ini.

Senang rasanya saya mendengar cerita ini, kesedihan yang ia rasa perlahan mulai
dapat diakhiri. Tempat menetap barunya di depok ini sangat baik untuk dirinya, ia mulai
dapat berpikir positif dengan lingkungan yang mendukung memudahkan dia untuk
menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan dan bertahan melawan pandemi ini. Kurang lebih 3
minggu di Depok, ternyata pikiran positif belom dapat membuat kondisi tubuhnya selalu
baik, tiba-tiba ia jatuh sakit dan mengidap tifus. Dirinya mengaku selalu capek mengerjakan
tugas-tugas online, karena ia tipekal perempuan yang selalu memikirkan sesuatu dengan
serius yang mengakibatkan ia lupa dengan kondisi kesehatannya.
Jam 1 malam ia dibawa kerumah sakit di daerah Depok, dan sempat dirawat 2 hari
untuk mendapatkan infus dan beristirahat total. Dengan kondisi pandemi virus corona ini ia
tidak dapat berlama-lama dirumah sakit, dan terpaksa ia harus beristirahat dirumah. Tentu
saja istirahat dirumah dengan dirumah sakit akan berbeda, penyembuhannya akan lebih cepat
bila beristirahat dirumah sakit. Sangat menyiksa tifus disaat pandemi seperti ini, rasanya tidak
karuan, untuk makan saja susah. Saat itu mungkin saya teman prianya yang paling dekat
karena dia selalu bercerita dengan saya sebelum tugas ini diberikan, jadi saya tau betul
bagaimana perjuangannya menghadapi pandemi sekarang ini.

Rasanya menjadi satu kesatuan, demam, perut sakit, pusing kepala, pilek dan batuk. Ia
harus menghapi sakit seperti itu, dan orang tuanya tidak tau mengenai kondisinya karena
dikhawatirkan orangtuanya akan panik dan berdampak pada hal yang sama-sama kita tidak
inginkan yaitu sakit. Disaat seperti ini ia tidak menyerah ia selalu berdoa dan berpikir positif
agar diberi kesehatan kembali. Ia mencoba menghubungi sahabat-sahabatnya agar dibantu
dalam hal tugas dan perizinan kuliah.

Satu persatu rasa sakit yang ia rasakan perlahan mulai menghilang, diawali rasa itu
semua mulai berkurang lalu perlahan sakit perutnya menghilang tetapi demamnya mulai
memuncak, untung saja itu terjadi hanya satu malam. Lalu sakit kepalanya sedikit-demi
sedikit mulai menghilang ia mulai tidak mengeluhkan mengai sakit kepalanya. Demam, pilek
dan batuk ini yang ia rasa sangat suka dengan tubuhnya, lama sekali menghilang. Berbagai
cara ia coba lakukan, ia selalu rutin minum obat, menjaga pola makan sehat, berpikir positif
dan tidak lupa selalu berdoa. Dan tidak lama kemudian ia sembuh total, senyumnya mulai
kembali. Ia bertekad untuk menjaga kesehatannya tidak ingin merasakan sakit lebih dari itu.

Bukan hanya tifus tapi kondisi kesehatannya sangat tidak stabil, sering kali sinusnya
kambuh karena debu atau meminum air dingin. Ketika sinusnya kambuh berarti setiap sore
hingga subuh ia akan mengalami demam yang membuat dirinya susah untuk tidur, badannya
selalu lemas. Biasanya sinus dan demam ini akan membaik kurang lebih selama satu minggu.
Kondisi ini lebih sering ia alami ketika pandemi, karena beban pikirannya yang sudah terlalu
beart. Saya sangat kagum dengan dengan dirinya, sangat tegar. Jika diingat-ingat kembali
pada saat perkuliahan normal, kondisi tubuhnya sangat prima. Ia dapat menyelesaikan apa aja
saja dengan mudah. Tentu saja ini karena ia menjalani dengan bahagia karena dikelelilingi
teman-teman yang menyanginya.
Diperkuliahan online ini bukan kondisi kesehatan saja yang diutamakan tapi kondisi
kesehatan panca indra terutama pengelihatan. Sekarang-sekarang ini kita lebih banyak
dituntut untuk melihat hp, laptop berlama-lama demi mengerjakan tugas atau hanya sekedar
menghadiri perkuliahan online. Rasa capek yang dirasakan benar-benar terasa berbeda
dengan perkuliahan biasa. Ketika saya tanya dengan Dwi bagaimana dengan kondisi panca
indranya, ternyata kondisinya tidak terlalu baik, ia tidak dapat berlama-lama menatap laptop,
ia selalu pusing jika menatap terlalu lama laptop.

Ada beberapa tugas yang cukup memberatkan, yang memaksa dirinya harus terus
menatap laptop agar terselesaikannya tugas itu. Tapi tentu saja tugas yang ia kerjakan tidak
maksimal karena selama proses pengerjaan ia tidak fokus sering kali pusing dan terpaksa
harus istirahat cukup lama. Ketika kita bercerita saya mencoba membantu memberi saran
dengan mengkompres matanya menggunakan air angat agar mengurangi rasa lelah dan jika
sedang beristirahat lihatlah keluar, lihat pemandangan-pemandangan yang terlihat jauh. Saran
saya ia coba praktekan dan ternyata cukup membantu mengurangi rasa lelah.

Kondisi pengelihatan yang ia ceritakan belom sampai disitu, ia juga mengalami


silinder. Sering kali pengliahatannya berbayang, dan saat berjalan jarak pandangnya tidak
terlalu jauh, maka ia sering tidak mengenal orang-orang yang menyapanya dari kejauahan.
Disaat ia memberitahu ini spontan saya bertanya, lalu mengapa tidak pakai kacamata saja? Itu
akan lebih membantu. Ternyata ia sudah mencoba memakai kacamata, dan salah satu alesan
terbesar kenapa ia tidak meneruskan untuk memakai kacamata karena ia merasa tidak cocok
menggunakan kacamata. Ia malu untuk menggunakan kacamata terlalu lama, tapi saya rasa
tidak terlalu buruk ketika ia menggunakan kacamata justru terlihat lebih bagus, dan kacamata
ia hanya gunakan di waktu-waktu tertentu yang membuatnya harus menggunakan kacamata
tersebut.

Ia bercerita dengan kondisi sekarang minat belajarnya pun perlahan mulai turun,
bukan berarti ia tidak mendegarkan setiap penjelasan dosen, tapi ia lebih tidak bersemangat
seperti biasanya perkuliahan normal. Perjuangan yang ia alami dititik sekarang ini
membuatnya lelah, rasanya ingin sekali perkuliahan ini selesai dengan cepat. Di perkuliahan
online ini masalah yang ia rasa tidak kunjung selesai ada saja masalah disetiap waktunya.
Ada beberapa dosen yang mungkin kurang sedikit perhatian kepada mahasiswa, dengan
memberikan tugas yang terlampau banyak. Ketika ia mendapati seperti itu, ia sangat males
untuk mengerjakan tugas-tugasnya karena tidak mood untuk mengerjakan dengan segala
kondisi yang ia rasakan selama dirumah.

Sampai sejauh ini ia lebih menyukai cara pengajaran dosen dengan menggunakan
aplikasi zoom sebagai media presentasi ataupun menggunakan ruang obrolan whattapp
seperti yang dilakukan ibu Yopi pada mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi. Karena dirinya
dapat menunjukan keatifin sebagai seorang mahasiswi yang berintelektual, dengan sering
bertanya ataupun menanggapi pertanyaan teman-teman kelasnya, dibandingkan harus
mengerjakan tugas yang ia tidak tahu standar nilai baik dari tugas tersebut. Pengajaran
dengan presentasi menggunakan zoom atau whattsapp sejauh ini ia rasakan sangat efektif
pada dirinya, ia lebih mudah dalam berfikir karena saling bertukar pendapat satu sama lain.
Dengan begitu ia lebih membuka pola berfikirnya lebih terbuka, melupakan beban yang ia
rasakan karena pandemi virus corona ini.

Cerita kami semakin seru karena mulai membahas mengenai hal-hal yang ia sukai,
seperti cara ia menghilangkan beban saat pandemi ini berlangsung. Tentu saja semua orang
dalam kondisi seperti saat ini sangat tertekan, karena harus tetep dirumah tidak dapat
bersosialisasi dengan siapapun, dan tetap harus mengerjakan kewajiban seperti bekerja
ataupun belajar. Teman bercerita saya sangat bersemangat untuk menceritakan hal ini,
dengan suara yang gembira dan tidak ada berhenti-hentinya untuk bercerita sampai saya
bingung menanyakan pertanyaan lainnya. Tetap dirumah adalah hal yang membuat ia pusing
dan membosankan, biasanya ia merencanakan untuk pergi keluar rumah untuk menjelajahi
makanan yang belom pernah ia coba di daerahnya, atau hanya sekedar jalan-jalan
menggunakan mobil agar lebih aman, dan melihat-lihat keramaian kota. Bahagianya sungguh
sederhana, tidak melakukan hal yang monoton disetiap harinya, karena ia paling tidak bisa
melakukan hal yang sama terus menurus apalagi dengan tekanan dari pandemi ataupun
perkuliahan online.

Untung saja di kondisi sekarang ini ia dapat menghilangkan bebannya dengan


ditemani saudara-saudaranya dan ada fasilitas yang memaidai seperti mobil dan motor.
Sangat berbeda jika ia berdara di kostnya, tidak ada teman untuk mengobrol, susah untuk
berpergian. Ia sungguh bersyukur karena telah melewati masa sulit di kost yang harus
bertahan sendiri. Jalan keluar agar ia tetap dapat bertahan di kostnya hanya dengan menelfon
sahabatnya, bercerita sepanjang telfon, menceritakan keluh kesah dan kesenangannya agar
dapat menghibur dirinya. Kalau itu tidak dapat ia lakukan, ia sendiri tidak tau apa yang akan
terjadi dalam dirinya saat itu.

Motivasi terbesarnya saat ini adalah kedua orang tuanya. Ia merantau di Jakarta
dengan keputusan yang matang dari dirinya. Tadinya ia tidak mendapat izin untuk merantau,
ia dipilihkan untuk tetap di Medan dengan segala fasilitas yang akan diberikan kedua
orangtuanya. Tapi ia menolak dan memilih untuk merantau di Jakarta. Dengan segala
keputusannya kuliah di Jakarta, temtu ia tidak ingin menerima hasil yang buruk dan membuat
kedua orang tuanya kecewa. Ia berketad untuk melakukan yang terbaik di masa
perkuliahannya. Menurutnya masa kuliah ini lah yang akan berpengaruh terhadap masa
depannya nanti. Apa yang kalian tanam di perkuliahan ini tentu saja itu yang akan kalian
panen di masa depan.

Menurutnya masa perkuliahan harus di isi berbagai macam hal positif, mencoba hal-
hal baru dan fokus mendalami keinginan yang kita sukai. Ia terkadang bingung memikirkan
perkuliahan online ini, ia ingin mencoba hal-hal yang baru untuk dipelajari tapi kuliah online
ini menghambatnya. Mungkin sebagian mahasiswa lain senang dengan kuliah online ini ia
dapat melakukan hal lain. Tapi berbeda dengan diri Dwi, perkuliahan online sangat susah
untuk mendapatkan relasi, tidak ada banyak hal yang ia dapatkan. Tapi saya yakin walaupun
perkuliahan berjalan online terus menurus ia tetap bisa meningkatkan passion nya dan ia
mengakui ada satu hal yang ia suka yaitu menulis.

Masalah yang keluar satu persatu, membuat dirinya menjadi semakin kuat. Ada hal
yang harus dapat ia manfaatkan selama perkuliahan online ini walaupun di kondisi sesulit
apapun. Ia akan fokus dalam menulis, tekad ini diperkuat dengan cerita kakak tingkatnya
yang sedang magang di sebuah perusahaan ternama dan bekerja sebagai penulis kreatif yang
tentunya dibayar. Sekarang ini ia harus mengasah kemampuannya, tidak ada yang tahu
kedapannya seperti apa, mungkin saja magang yang harus dilakukan secara langsung tiba-tiba
menjadi online terus menurus. Jadi tidak ada waktu untuk berkeluh kesah dalam kesedihan
dan kesusuhannya tapi ia harus sadar dan bangkit untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Kami berdua sepat untuk memberikan tips and trik menarik untuk tetap produktif saat
perkuliahan online ini. Tentunya yang akan saya tulis ini adalah cara yang Dwi terapkan
dalam kehidupan sehari-harinya. Tips yang pertama adalah ibadah, diperkuliahan onlie ini
yang tentunya waktu kita akan lebih renggang, harus kita manfaat dengan beribadah. Kita
harus mulai terbiasa mengatur waktu dengan baik agar setiap sholat yang kita kerjakan selalu
diawal waktu. Selain itu kita harus memperbanyak mengaji, ini cara ampuh untuk tetap
menyehatkan kinerja otak kita. Banyak mahasiswa yang beralasan kalau kuliah online tidak
ada inspirasi untuk mengerjakan tugas, di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam ini
banyak tugas-tugas yang harus mengandalkan kreatifitas, dan solusi yang paling tepat adalah
mengaji. Dengan mengaji kinerja otak kita akan berjalan dengan normal, bahkan semakin
lebih baik lagi. Dengan begitu produktitas dirumah akan tercipta jika dimulai dari beribadah
dengan baik. Hal itu yang ia terapkan sehari-hari sehingga ia selalu kuat melewati masalah
apapun.

Lalu Tips kedua yaitu menjaga pola hidup sehat. Saat ini kita sudah memasukin new
normal yang dimana kita tidak bisa hidup seperti keseharian yang dulu. Kita harus berpergian
menggunakan masker, selalu menjaga kebersihan dengan cuci tangan dan yang tidak kalah
penting adalah makan makanan bergizi dan berolahraga. Kita harus biasakan makan makanan
yang sehat 4 sehat 5 sempurna. Jangan manjakan diri dengan makanan yang akan membunuh
dikemudian hari seperti junkfood. Biasakan perbanyak makan buah-buahan dan kurangi
bumbu penyedap dalam makanan. Selain itu kita harus rajin berolahraga, dengan waktu yang
cukup longgar kita harus manfaatkan dengan berolahraga. Kebanyakan mahasiswa menjalai
perkuliahan online ini memperbanyak begadang, tidur terlalu lama sampai membuat badan
dan pikirannya sudah tidak sehat lagi, dan tidak menyempatkan untuk berolahraga. Kebiasaan
buruk ini yang akan berbhaya bagi kesehatan tubuh, dalam jangka pendek mungkin tidak
terasa apa-apa, tapi dalam jangka panjang tubuh akan menolak melakukan aktifitas yang
terlalu berat.

Selain kesehatan fisik Tips ketiga yaitu bagaimana menjaga kesehatan fikiran agar
tetap dapat produktif di perkuliahan online ini. Tips ini yang paling sering ia lakukan untuk
menjaga kesehatan fikiran, yaitu dengan pergi jalan-jalan walaupun hanya sekedar di mobil
saja. Kita butuh hiburan yang kita tidak dapatkan dirumah, salah satunya melihat dunia luar.
Fikiran yang terjebak hanya dirumah saja, sudah pasti akan mengalami titik jenuh yang
mengakibatkan tidak produktif perkuliahan online. Jika kita tidak dapat keluar rumah
dikarenakan kondisi pandemi, maka kita harus mencari hiburan yang dapat membuat dirikita
terhibur. Untuk hiburan Dwi sendiri ia lebih suka menjelajahi tempat makan baru yang
menurutnya menarik dan instagramable.

Dari adanya pandemi Covid-19 ini ia berharap semua akan kembali normal, mulai
dari kegiatan perkuliahan, lingkungan yang sehat yang tidak perlu khawatir lagi terhadap
ancaman penyakit, segala aktifitas yang kembali normal. Semua sektor yang terkena dampak
pandemi Covid-19 ini dapat pulih secapatnya. Orang tua dan semua teman-teman yang ia
sayangi dalam keadaan baik-baik saja sebelum atau sesudah pandemi ini berlangsung. Selain
itu setelah pandemi ini berlalu ia berharap dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi, yang
semakin kuat menjalani segala rintangan, tidak terus berkeluh kesah atas suatu kondisi yang
memberatkannya. Semua orang dapat mengambil pelajaran dari pandemi ini, dengan tolong
menolong semua akan terselesaikan.

Dan sebagai penutup tulisan ini, saya dan Dwi berterimakasih kepada dosen mata
kuliah Komunikasi Antar Pribadi yaitu ibu Yopi yang telah mengajar satu semester ini. Kami
rasa ibu telah menjadi bagian dari motivasi kami untuk mengikuti perkuliahan, dengan
metode yang ibu berikan, indikator penilaian yang sangat jelas dan transparasi perkuliahan
yang membuat kita mahasiswa menjadi lebih semangat. Selain itu terimakasih ibu sangat
pengertian dengan kondisi kami, menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan
mengurangi beban karena ketakutan dengan pandemi Covid-19. Kami harap dosen-dosen lain
dapat mengikuti metode pembalajaran ibu Yopi.

Anda mungkin juga menyukai