Anda di halaman 1dari 33

DANI SUPRIADI

Perum Villa Bukit Asri Blok D2 RT.05 RW.05


Desa Pasirnanjung
Kecamatan Cimanggung
Kabupaten Sumedang 45364
+621321325768
andannykidies@yahoo.com

TUGAS
Resume:

PENDIDIKAN PANCASILA

STEI BINA MUDA BANDUNG


PRODI EKONOMI SYARIAH
KELAS EKSEKUTIF
TAHUN 2020
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

BAB I
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA

Diawali dengan latar belakang pendidikan pancasila ,kebijakan nasional pembangunan bangsa
dan karakter; landasan hukum pendidikan pancasila; kerangka konseptual pendidikan
pancasila; visi dan misi; tujuan pendidikan pancasila; desain mata kuliah; kompetensi inti dan
kompetesi dasar. Pada bagian pengantar ini, mahasiswa diajak untuk memahami
konsep,hakikat, dan perjalanan pendidikan pancasila di Indonesia. Selain itu,kebijakan
penyelenggaraan pendidikan pancasila di perguruan tinggi tidak serta merta
diimplementasikan, baik diperguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta. Keadaan
tersebut terjadi karena dasar hukum yang mengatur berlakunya pendidikan pancasila
diperguruan tinggi selalu mengalami perubahan dan persepsi pengembang kurikulum di
perguruan tinggi berganti-ganti. Lahirnya ketentuan dalam pasal 35 ayat (5) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan perguruan tinggi wajib
memuat mata kuliah Pendidikan Pancasila yang menunjukan nilai-nilai pancasila dari anak-
anak bangsa.
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila
Dalam perjalanan sejarah bangsa kita, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila sebagai
Pandangan Hidup Bangsa sudah terwujud dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia
sejak sebelum Pancasila sebagai Dasar Negara dirumuskan dalam satu sistem nilai. Sejak
zaman dahulu, wilayah-wilayah di nusantara ini mempunyai beberapa nilai yang dipegang
teguh oleh masyarakatnya, sebagai contoh :
1. Percaya kepada Tuhan dan toleran
2. Gotong royong
3. Musyawarah,
4. Solidaritas atau kesetiakawanan sosial
Munculnya permasalahan yang mendera Indonesia, memperlihatkan telah
tergerusnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Oleh karna itu perlu diungkap berbagi permasalahan dinegri tercinta ini yang
menunjukkan pentingnya mata kuliah pendidikan pancasila.
1. Masalah Kesadaran Perpajakan
Munculnya permasalahan yang mendera Indonesia, memperlihatkan telah tergerusnya
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh
karna itu perlu diungkap berbagi permasalahan dinegri tercinta ini yang menunjukkan
pentingnya mata kuliah pendidikan pancasila
2. Masalah Korupsi
Masalah korupsi sampai sekarang masih banyak terjadi, baik dipusat maupun di daerah.
Transparency International merilis situasi korupsi di 188 negara untuk tahun 2015.
Berdasarkan data dari TI terseut, Indonesia masih menduduki peringkat 88 dalam
urutan Negara paling korup di dunia.

1
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

3. Masalah Lingkungan
Indonesia dikenal sebagai paru-paru dunia, namun citra tersebut perlahan mulai pudar
seiring dengan maraknya kasus pembakaran hutan, perambatan hutan menjadi lahan
pertannian dan beralihnya hutan indonesia menjadi perkebunan.
4. Masalah Disintegrasi bangsa
Demokratisai mengalir dengan deras menyusul terjadinya reformasi indonesia.
Demokrasi menghasilkan dampak negative seperti terkikisnya rasa kesatuan dan
persatuan bangsa.
5. Masalah Dekadensi Moral
Dewasa ini fenomenas materialism, pragmatism, dan hodoisme makin menggejala
dalam kehidupan barmasyarakat. Paham-paham tersebut mengikis moralitas dan
akhlak masyarakat, khususnya generasi muda.
6. Masalah Narkoba
Berdasarkan data yang dirilias POLRI tahun 2013, Polri telah menangani 32.470 kasus
narkoba, baik narkoba yang berjenis narkotika, psikotropika dan lainnya.
7. Masalah Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Salah satu tujuan dari gerakan reformasi adalaah menreformasi sistem hokum
dan sekaligus meningkatkan kualitas penegakan hukum.
8. Masalah Terorisme
Salah satu masalah besar yang dihadapi bangsa indonesia saat ini adalah
terosime. Para teroris tersebut melakukan kekerasan kepada orang lain dengan
membawa hukum dan mengatas namakan agama.
Adapun visi dan misi mata kuliah pendidikan Pancasila adalah sebagai berikut:
Visi Pendidikan Pancasila
Terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
Misi Pendidikan Pancasila
1. Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagogis).
2. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat, bangsa
dan negara (misi psikososial).
3. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan (misi
sosiokultural).
4. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem pengetahuan
terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline), sebagai misi akademik.
B. Menanya Alasan Diperlukannya Pendidikan Pancasila Pendidikan Pancasila diharapkan
dapat memperkokoh modalitas akademik mahasiswa dalam berperan serta membangun
pemahaman masyarakat, antara lain: Kesadaran gaya hidup sederhana dan cinta produk
dalam negeri, Kesadaran pentingnya kelangsungan hidup generasi mendatang, Kesadaran
pentingnya semangat kesatuan persatuan (solidaritas) nasional, Kesadaran pentingnya
norma-norma dalam pergaulan, Kesadaran pentingnya kesahatan mental bangsa, Kesadaran

2
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

tentang pentingnya penegakan hukum, Menanamkan pentingnya kesadaran terhadap


ideologi Pancasila.
C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan Pancasila
1. Sumber Historis Pendidikan Pancasila Presiden Soekarno pernah mengatakan, ”Jangan
sekali-kali meninggalkan sejarah
2. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang
kehidupan antarmanusia.
3. Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila Negara Republik Indonesia adalah negara hukum
(rechtsstaat) dan salah satu cirinya atau istilah yang bernuansa bersinonim, yaitu
pemerintahan berdasarkan hukum (rule of law).
4. Sumber Politik Pendidikan Pancasila Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan
Pancasila adalah berasal dari fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia.
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila
1. Dinamika Pendidikan Pancasila Apabila ditelusuri secara historis, upaya pembudayaan
atau pewarisan nilai-nilai Pancasila tersebut telah secara konsisten dilakukan sejak
awal kemerdekaan sampai dengan sekarang.
2. Tantangan Pendidikan Pancasila Abdulgani menyatakan bahwa Pancasila adalah
leitmotive dan leitstar, dorongan pokok dan bintang penunjuk jalan.
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan
Menurut penjelasan pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang dimaksud dengan mata kuliah pendidikan Pancasila
adalah pendidikan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan kepada mahasiswa
mengenai ideologi bangsa Indonesia. Dengan landasan tersebut, Ditjen Dikti
mengembangkan esensi materi pendidikan Pancasila yang meliputi:
Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila Pancasila dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia
a. Pancasila sebagai dasar negara
b. Pencasila sebagai ideologi negara
c. Pancasila sebagai sistem filsafat
d. Pancasila sebagai sistem etika
e. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.
F. Rangkuman tentang Pengertian dan Pentingnya Pendidikan Pancasila
1. Pengertian Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Mata kuliah pendidikan Pancasila
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar mahasiswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki pengetahuan, kepribadian, dan keahlian, sesuai dengan program studinya
masing-masing.
2. Pentingnya Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Urgensi pendidikan Pancasila, yaitu dapat
memperkokoh jiwa kebangsaan mahasiswa sehingga menjadi dorongan pokok

3
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

(leitmotive) dan bintang penunjuk jalan (leitstar) bagi calon pemegang tongkat estafet
kepemimpinan bangsa di berbagai bidang dan tingkatan

4
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

BAB II
BAGAIMANA PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA?

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan Anda dapat menguasai kompetensi sebagai berikut:
berkomitmen menjalankan ajaran agama dalam konteks Indonesia yang berdasar pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;
mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam bentuk pribadi yang saleh secara individual,
sosial, dan alam; serta memahami, menganalisis, mempresentasikan dinamika Pancasila secara
historis, dan merefleksikan fungsi dan kedudukan penting Pancasila dalam perkembangan
Indonesia mendatang.
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia
1. Periode Pengusulan Pancasila Jauh sebelum periode pengusulan Pancasila, cikal bakal
munculnya ideology bangsa itu diawali dengan lahirnya rasa nasionalisme yang menjadi
pembuka ke pintu gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia Ir. Soekarno menyampaikan
lima butir gagasan tentang dasar negara sebagai berikut:
a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,
b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,
c. Mufakat atau Demokrasi,
d. Kesejahteraan Sosial,
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.
2. Periode Perumusan Pancasila Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI
kedua pada 10 - 16 Juli 1945 adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum
Dasar” yang kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu
merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan Indonesia. Pada alinea keempat
Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut.
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya.
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
3. Periode Pengesahan Pancasila Peristiwa penting lainnya terjadi pada 12 Agustus 1945,
ketika itu Soekarno, Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat dipanggil oleh penguasa militer
Jepang di Asia Selatan ke Saigon untuk membahas tentang hari kemerdekaan Indonesia
sebagaimana yang pernah dijanjikan.
B. Menanya Alasan Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa
Indonesia Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa Indonesia Pancasila Sebagai Jiwa
Bangsa Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia

5
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

1. Sumber Historis Pancasila Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat,
kebudayaan, dan agama yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak
zaman kerajaan dahulu.
2. Sumber Sosiologis Pancasila Nilai-nilai Pancasila (ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, keadilan) secara sosiologis telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak
dahulu hingga sekarang
3. Sumber Politis Pancasila Sebagaimana diketahui bahwa nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam Pancasila bersumber dan digali dari local wisdom, budaya, dan
pengalaman bangsa Indonesia.
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa Dinamika Pancasila dalam
sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan adanya pasang surut dalam pemahaman dan
pelaksanaan nilai-nilai Pancasila.
2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak dalam posisi sebenarnya
sehingga nilai-nilai Pancasila menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan
bernegara
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
untuk Masa Depan
1. Essensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Pancasila pada hakikatnya merupakan
Philosofische Grondslag dan Weltanschauung.
2. Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Hasil Survei yang dilakukan KOMPAS
yang dirilis pada 1 Juni 2008 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang
Pancasila merosot secara tajam, yaitu 48,4% responden berusia 17 sampai 29 tahun
tidak mampu menyebutkan silai-sila Pancasila secara benar dan lengkap. 42,7% salah
menyebut sila-sila Pancasila, lebih parah lagi, 60% responden berusia 46 tahun ke atas
salah menyebutkan sila-sila Pancasila.
F. Rangkuman tentang Pengertian dan Pentingnya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia Pengertian Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan hal-hal
sebagai berikut: Pancasila merupakan produk otentik pendiri negara Indonesia (The
fathers).
Nilai-nilai Pancasila bersumber dan digali dari nilai agama, kebudayaan, dan adat istiadat.
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan dasar filsafat kenegaraan. Pentingnya
Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan hal-hal berikut:
Betapapun lemahnya pemerintahan suatu rezim, tetapi Pancasila tetap bertahan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Betapapun ada upaya untuk mengganti Pancasila
sebagai ideologi bangsa, tetapi terbukti Pancasila merupakan pilihan yang terbaik bagi
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia karena
bersumber dan digali dari nilai-nilai agama, kebudayaan, dan adat istiadat yang hidup dan
berkembang di bumi Indonesia. Kemukakan argumen Anda tentang Pancasila sebagai
pilihan terbaik bangsa Indonesia.

6
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

7
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

BAB III
Bagaimana pancasila menjadi dasar negara republik Indonesia?

A. Menelusuri Konsep Negara, Tujuan Negara, dan Urgensi Dasar Negara


1. Menelusuri Konsep Negara
Menurut Diponolo (1975: 23-25) negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang
berdaulat yang dengan tata pemerintahan melaksanakan tata tertib atas suatu umat di
suatu daerah tertentu.
Sejalan dengan pengertian negara tersebut, Diponolo menyimpulkan 3 (tiga)
unsur yang menjadi syarat mutlak bagi adanya negara yaitu:
a. Unsur tempat, atau daerah, wilayah atau territoir
b. Unsur manusia, atau umat (baca: masyarakat), rakyat atau bangsa
c. Unsur organisasi, atau tata kerjasama, atau tata pemerintahan.
Ketiga unsur tersebut lazim dinyatakan sebagai unsur konstitutif. Selain unsur
konstitutif ada juga unsur lain, yaitu unsur deklaratif, dalam hal ini pengakuan dari
negara lain.
Bentuk negara, sistem pemerintahan, dan tujuan negara seperti apa yang ingin
diwujudkan, serta bagaimana jalan/cara mewujudkan tujuan negara tersebut, akan
ditentukan oleh dasar negara yang dianut oleh negara yang bersangkutan.
Dengan kata lain, dasar negara akan menentukan bentuk negara, bentuk dan sistem
pemerintahan, dan tujuan negara yang ingin dicapai, serta jalan apa yang ditempuh
untuk mewujudkan tujuan suatu negara.
2. Menelusuri Konsep Tujuan Negara
Para ahli berpendapat bahwa amuba atau binatang bersel satu pun hidupnya memiliki
tujuan, apalagi manusia pasti memiliki tujuan hidup Tujuan yang ingin dicapai oleh
setiap orang mungkin sama, yaitu kesejahteraan dan kebahagiaan.
a. Aliran liberal individualis.
Aliran ini berpendapat bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan harus dicapai dengan
politik dan sistem ekonomi liberal melalui persaingan bebas.
b. Aliran kolektivis atau sosialis.
Aliran ini berpandangan bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan manusia hanya
dapat diwujudkan melalui politik dan sistem ekonomi terpimpin/totaliter
3. Menelusuri Konsep dan Urgensi Dasar Negara.
Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya identik dengan istilah grundnorm
(norma dasar), rechtsidee (cita hukum), staatsidee (cita negara), philosophische
grondslag (dasar filsafat negara).
Secara terminologis atau secara istilah, dasar negara dapat diartikan sebagai
landasan dan sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan negara.

8
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

Dasar negara juga dapat diartikan sebagai sumber dari segala sumber hukum
negara.
Sebagai suatu ketentuan peraturan yang mengikat, norma hukum memiliki sifat yang
berjenjang atau bertingkat. Artinya, norma hukum akan berdasarkan pada norma
hukum yang lebih tinggi, dan bersumber lagi pada norma hukum yang lebih tinggi lagi,
demikian seterusnya sampai pada norma dasar/norma yang tertinggi dalam suatu
negara yang disebut dengan grundnorm.
Prinsip bahwa norma hukum itu bertingkat dan berjenjang, termanifestasikan
dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yang tercermin pada pasal 7 yang
menyebutkan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan, yaitu
sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
B. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara.
Pancasila seperti jalan aspal yang memberikan arah kemana kendaraan itu dapat dibawa
tanpa ada kerusakan. Berbeda dengan jalan yang tidak diaspal, meskipun kendaraan dapat
berjalan tetapi dalam waktu yang singkat kendaraan Anda akan cepat rusak.
C. Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politistentang Pancasila sebagai Dasar
Negara.
1. Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara.
Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila merupakan dasar negara Republik
Indonesia sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang kelahirannya ditempa dalam
proses kebangsaan Indonesia. Melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 sebagai payung hukum.
2. Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Negara.
Dalam sidang yang diselenggarakan untuk mempersiapkan Indonesiamerdeka,
Radjiman meminta kepada anggotanya untuk menentukan dasar Negara.
3. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Negara.
Secara ringkas, Latif (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009-2014,
2013) menguraikan pokok-pokok moralitas dan haluan kebangsaan-kenegaraan
menurut alam Pancasila sebagai :
a. nilai-nilai ketuhanan (religiusitas),

9
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

b. nilai-nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam,
dan sifat-sifat sosial (bersifat horizontal),
c. nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan
kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh.
d. nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita-cita kebangsaan itu dalam
aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan.
e. nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta
demokrasi permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh dalam
mewujudkan keadilan sosial.
4. Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Negara.
Mungkin Anda pernah mengkaji ketentuan dalam Pasal 1 ayat (2) dan di dalam Pasal
36A jo. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945, terkandung makna bahwa Pancasila menjelma
menjadi asas dalam sistem demokrasi konstitusional.
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara.
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara lahir dan berkembang melalui suatu proses yang
cukup panjang.
2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila.
Pada era globalisasi dewasa ini, banyak hal yang akan merusak mental dan nilai
moral Pancasila yang menjadi kebanggaan bangsa dan negara Indonesia.
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara.
1. Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara.
a. Esensi Pancasila sebagai Dasar Negara.
b. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara.
2. Hubungan Pancasila dengan Proklamasi Kemerdekaan RI.
a. Pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia, baik pada dirinya sendiri
maupun terhadap dunia luar.
b. Tindakan-tindakan yang segera harus diselenggarakan berhubung
dengan pernyataan.
3. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945.
Notonagoro (1982:24-26) menegaskan bahwa Undang-Undang Dasar tidak
merupakan peraturan hukum yang tertinggi.Di atasnya, masih ada dasardasar
pokok bagi Undang-Undang Dasar, yang dinamakan pokok kaidah negara yang
fundamental (staatsfundamentalnorm).
4. Penjabaran Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD NRI 1945
a. Pancasila merupakan asas kerohanian dari Pembukaan UUD 1945 sebagai
staatsfundamentalnorm.

10
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

b. Pembukaan UUD 1945 dikristalisasikan dalam wujud Pokok-pokok pikiran


yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar.
c. Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
terjelma dalam pasal-pasal UUD 1945.
5. Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan.
a. Bidang Politik.
b. Bidang Ekonomi.
c. Bidang Sosial Budaya.
d. Bidang hankam
F. Rangkuman tentang Makna dan Pentingnya Pancasila sebagai
Dasar Negara.
Pancasila sebagai dasar negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan
pada negara Republik Indonesia harus berlandaskan dan/atau harus sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Hal tersebut bermakna, antara lain bahwa,
Pancasila harus senantiasa menjadi ruh atau spirit yang menjiwai kegiatan
membentuk negara seperti kegiatan mengamandemen UUD dan menjiwai
segala urusan penyelenggaraan negara.
Urgensi Pancasila sebagai dasar negara, yaitu: 1) agar para pejabat publik
dalam menyelenggarakan negara tidak kehilangan arah, dan 2) agar
partisipasi aktif seluruh warga negara dalam proses pembangunan dalam
berbagai bidang kehidupan bangsa dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Dengan
demikian, pada gilirannya nanti cita-cita dan tujuan negara dapat diwujudkan
sehingga secara bertahap dapat diwujudkan masyarakat yang makmur dalam
keadilan dan masyarakat yang adil dalam kemakmuran.

11
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

BAB IV
Mengapa Pancasila Menjadi Ideologi Negara?

A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara.


1. Konsep Pancasila sebagai Ideologi Negara.
a. Sastrapratedja (2001: 43): ”Ideologi adalah seperangkat gagasan/ pemikiran yang
berorientasi pada tindakan dan diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur”.
b. Soerjanto (1991: 47): “Ideologi adalah hasil refleksi manusia berkat kemampuannya
menjaga jarak dengan dunia kehidupannya”.
c. Mubyarto (1991: 239): ”Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan, dan simbol-
simbol sekelompok masyarakat atau suatu bangsa yang menjadi pegangan dan
pedoman kerja (atau perjuangan) untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa
itu”.
Selanjutnya, untuk melengkapi definisi tersebut perlu Anda ketahui juga beberapa teori
ideologi yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh pemikir ideology sebagai berikut.
a. Martin Seliger: Ideologi sebagai sistem kepercayaan Ideologi.
b. Alvin Gouldner: Ideologi sebagai Proyek Nasional.
c. Paul Hirst: Ideologi sebagai Relasi.
2. Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara
Salah satu tantangan yang paling dominan dewasa ini adalah globalisasi yang
merupakan era saling keterhubungan antara masyarakat suatu bangsa dan masyarakat
bangsa yang lain sehingga masyarakat dunia menjadi lebih terbuka. Dengan demikian,
kebudayaan global terbentuk dari pertemuan beragam kepentingan yang mendekatkan
masyarakat dunia Sastrapratedja menengarai beberapa karakteristik
kebudayaan global sebagai berikut:
a. Berbagai bangsa dan kebudayaan menjadi lebih terbuka terhadap
pengaruh timbal balik.
b. Pengakuan akan identitas dan keanekaragaman masyarakat dalam
berbagai kelompok dengan pluralisme etnis dan religius.
c. Masyarakat yang memiliki ideologi dan sistem nilai yang berbeda
bekerjasama dan bersaing sehingga tidak ada satu pun ideologi yang
dominan.
d. Kebudayaan global merupakan sesuatu yang khas secara utuh, tetapi
tetap bersifat plural dan heterogen.
e. Nilai-nilai hak asasi manusia (HAM), kebebasan, demokrasi menjadi nilainilai
yang dihayati bersama, tetapi dengan interpretasi yang berbeda-beda
(Sastrapratedja, 2001: 26--27).

12
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

B. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Ideologi Negara.


1. Warga Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila sebagai Ideologi Negara.
a. Unsur ateisme yang terdapat dalam ideologi Marxisme atau komunisme
bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Unsur individualisme dalam liberalisme tidak sesuai dengan prinsip nilai gotong
royong dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Kapitalisme yang memberikan kebebasan individu untuk menguasai sistem
perekonomian negara tidak sesuai dengan prinsip ekonomi kerakyatan.
2. Penyelenggara Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila sebagai Ideologi Negara.
a. Kesediaan untuk saling menghargai dalam kekhasan masing-masing.
b. Aktualisasi lima sila Pancasila, artinya sila-sila dilaksanakan dalam kehidupan.
C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Ideologi Negara
1. Sumber historis Pancasila sebagai Ideologi Negara.
a. Pancasila sebagai ideologi negara dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno.
b. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto
c. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Habibie
d. Pancasila sebagai Ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Abdurrahman
Wahid.
e. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Megawati.
f. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY).
2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi Negara.
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan beragama
masyarakat Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan terhadap
adanya kekuatan gaib.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal saling
menghargai dan menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap sewenang-
wenang.
c. Sila Persatuan Indonesia dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa setia
kawan, rasa cinta tanah air yang berwujud pada mencintai produk dalam negeri.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dapat ditemukan dalam bentuk menghargai
pendapat orang lain, semangat musyawarah dalam mengambil keputusan.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam sikap suka
menolong, menjalankan gaya hidup sederhana, tidak menyolok atau berlebihan.
3. Sumber Politis Pancasila sebagai Ideologi Negara.

13
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalam bentuk semangat toleransi
antarumat beragama..
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab diwujudkan penghargaan terhadap
pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia..
c. Sila Persatuan Indonesia diwujudkan dalam mendahulukan kepentingan bangsa
dan negara daripada kepentingan kelompok atau golongan, termasuk partai..
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan diwujudkan dalam mendahulukan pengambilan
keputusan berdasarkan musyawarah daripada voting..
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia diwujudkan dalam bentuk tidak
menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) untuk memperkaya diri atau
kelompok karena penyalahgunaan kekuasaan itulah yang menjadi faktor pemicu
terjadinya korupsi.
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Ideologi Negara
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila menjadi asas tunggal bagi semua organisasi politik (Orpol) dan organisasi
masyarakat (Ormas).
2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pertarungan ideologis antara negara-negara super power antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet antara 1945 sampai 1990 yang berakhir dengan bubarnya negara Soviet
sehingga Amerika menjadi satu-satunya Negara super power.
Menguatnya isu kebudayaan global yang ditandai dengan masuknya berbagai ideologi
asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena keterbukaan informasi.
Meningkatnya kebutuhan dunia sebagai akibat pertambahan penduduk dan kemajuan
teknologi sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya alam secara masif.
Dampak konkritnya adalah kerusakan lingkungan, seperti banjir, kebakaran hutan.
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara.
1. Hakikat Pancasila sebagai Ideologi Negara.
a. Dimensi realitas; mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung
dalam dirinya bersumber dari nilai-nilai real yang hidup dalam masyarakatnya.
b. Dimensi idealitas; mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara..
c. Dimensi fleksibilitas; mengandung relevansi atau kekuatan yang merangsang
masyarakat untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru tentang nilai-nilai
dasar yang terkandung di dalamnya.
2. Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara.
a. Ideologi negara sebagai penuntun warga negara, artinya setiap perilaku warga
negara harus didasarkan pada preskripsi moral.
b. Ideologi negara sebagai penolakan terhadap nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
sila-sila Pancasila.

14
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

F. Rangkuman tentang Pengertian dan Pentingnya Pancasila sebagai Ideologi Negara.


Pentingnya Pancasila sebagai ideologi negara bagi mahasiswa adalah untuk
memperlihatkan peran ideologi sebagai penuntun moral dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara sehingga ancaman berupa penyalahgunaan narkoba, terorisme,
dan korupsi dapat dicegah. Di samping itu, Pancasila sebagai ideologi negara pada
hakikatnya mengandung dimensi realitas, idealitas, dan fleksibilitas yang memuat nilai-
nilai dasar, cita-cita, dan keterbukaan sehingga mahasiswa mampu menerima kedudukan
Pancasila secara akademis.

G. Tugas Belajar Lanjut: Projek Belajar Pancasila sebagai Ideologi Negara

1. konsep dan pengertian, karakter ideologi besar dunia

Ideologi merupakan pandangan atau pedoman yang digunakan sebagai acuan


untuk mencapai tujuan tertentu. Secara garis besar ideologi dibedakan menjadi dua
macam yaitu ideologi terbuka dan ideologi tertutup.
a. Ideologi terbuka merupakan pandangan atau pedoman yang bersifat fleksibel
dan dinamis mengikuti perkembangan dan pertumbuhan zaman.
b. Ideologi tertutup merupakan ideologi yang bersifat kaku, dan mutlak sehingga
dalam penerapannya tidak dapat diubah-ubah. Dari sifatnya yang kaku ideologi
tetutup digunakan sebagai acuran dalam menentukan peraturan, perundang-
undangan serta norma yang bersifat mengatur dan larangan di kehidupan
bermasyarakat.

Ideologi telah tumbuh dan berkembang di masyarakat dunia sesuai dengan


kebutuhan, cita-cita maupun tujuan yang akan dicapai oleh berbagai Negara. Oleh
sebab itu banyak Macam-macam ideologi yang dianut oleh Negara- Negara di dunia
yaitu :

a. Kapitalisme
Ideologi kapitalisme atau liberal memiliki makna pasar bebas, dimana dalam
pandangannya setiap individu memiliki hak dalam mengembangkan dan
mempertahankan keyakinan serta potensi dalam dirinya.

b. Sosialis
ideologi sosialis bersifat mengekang semua hak individu dan menjadikanya
sebagai milik Negara atau yang disebut dengan komunisme. Sistem ini
menghapus setiap pandangan lain, kelas maupun keyakinan setiap orang dan
harus mengikuti serta dikuasai oleh Negara.

c. Anarkhisme
Ideologi merupakan ideologi yang tidak adanya aturan dan pedoman yang pasti.
Umumnya digunakan oleh Negara yang terbentuk secara sukarela. Namun pada
pelaksaannya tidak ada Negara yang mau menggunkan idologi ini karena
dianggap merugikan dan menghancurkan tujuan Negara.

d. Fasisme

15
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

Fasisme merupakan ideologi yang memiliki pandangan rasis dan mutlak


mengikuti pandangan dan keyakinan tertentu. Dalam prekteknya ideologi ini
menyimpangi kaidah moralitas kemanusiaan dan agama sehingga siapapun yang
bertentangan dengan pandangannya akan dianggap musuh.

e. Demokrasi
Demokrasi yang memiliki pandangan bahwa rakyat mempunyai kekuasaan
tertinggi. Dalam pelaksanaanya rakyat turut ikut mengawasi dan mengatur
pemerintah dalam mengambil keputusan.

f. Monarki
Monarki merupakan paham idologi yang berkembang pada Negara –Negara
yang masih menganut sistem kerajaan. Dimana raja memegang kekuasaan
tertinggi dalam mengambil keputusan.

2. Pancasila sebagai ideologi, termasuk bersifat tertutup atau terbuka, berikan argumen
Anda.
pancasila sebagai ideologi bangsa bersifat terbuka. karena, apabila tertutup maka
sebuah kretifitas bangsa akan luntur jika tertutup. namun, apabila terbuka, maka
ideologi bangsa dapat dengan mudah tumbuh di pikiran para generasi muda.

3. Berbagai kasus yang terkait dengan Penyalahgunaan narkoba dan yang mengancam
eksistensi Pancasila.
a. Kasus yang terkait dengan penyalah gunaan narkoba dan yang mengancam
eksistensi pancasila
1) terganggu nya sistem syaraf seperti kejang kejang
2) depresan,menekan distem syaraf
3) stimulan ,merangsang fungsi yg dan meningkatkan kegairahan derta
kesadaran
4) halusinogen,membuat penggunanya mengalami halusinasi
5) agitatif, membuat tingkah laku brutal dan gana

b. Dampak ancaman dari eksistensi Pancasila


a. Adanya Pemberontakan ( Ancaman Fisik ) Contohnya :
a) Gerakan Aceh Merdeka ( GAM )
b) Gerakan RMS ( Republik Maluku Selatan )
c) Gerakan OPM ( Organisasi Papua Merdeka )
d) Gerakan 30 S PKI
e) Gerakan Kahar Muzakar
f) Terorisme

b. Adanya Paham/Ideologi yang masuk ke Indonesia ( Ancaman NonFisik )


Contohnya :
a) Paham Komunisme
b) Paham Kapitalisme
c) Paham Radikalisme

16
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

4. Berbagai kasus yang terkait dengan terorisme yang mengancam eksitensi ideologi
Pancasila.
Teror atau terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan
membangkitkan perasaan terror terhadap sekelompok masyarakat. Teror atau
terorisme selalu identik dengan kekerasan. Berbeda dengan perang, aksi terorisme
tidak tunduk dengan tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-
tiba dan target korban jiwa yang sering kali merupakan warga sipil. Aksi terorisme
juga mengandung makna bahwa serangan terorisme yang dilakukan tidak
berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi dan oleh karena itu para pelaku
terorisme layak mendapat pembalasan yang kejam.
Pelaku terorisme saat ini telah menyalahi nilai-nilai pancasila yaitu :
Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam sila pertama, setiap warga negara
wajib berketuhanan Yang Maha Esa, sikap saling menghormati dan bekerjasama antar
umat beragama perlu diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
sebagai upaya menjalankan sila pertama dengan tujuan untuk menghindari praktik
aksi terorisme dan kekerasan atas nama agama dengan tujuan menciptakan
kerukunan antar umat manusia. Eksistensi manusia harus berdialog dalam hidup
bersama melalui nilai-nilai pancasila yang pada nantinya akan membawa kedamaiaan,
ketenteraman, dan penuh kasih sayang antar sesama manusia, dengan tujuan agar
Tuhan pun mencintai manusia. Jika sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa ini mampu
dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegera. Tentunya, aksi terorisme
dapat dihindari sejak dini. Pancasila memuat makna keberagamaan dan kebersamaan
yang dapat mencegah aksi terorisme.
Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Sila kedua ini menekankan bahwa
setiap warga negara harus selalu menghargai harkat dan martabat orang lain, tidak
boleh berbuat tercela menghina atau bahkan melakukan ancaman atau teror. Harkat
dan martabat manusia harus dijunjung dengan cara yang adil dan beradab. Pengakuan
atas harkat dan martabat kemanusiaan yakni kedudukan dan derajat yang sama.
Saling mencintai sesama manusia.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Upaya merajut rasa kebangsaan dan cara mengatasi
persoalan terorisme harus dipererat kembali dengan mengimplementasikan sila
ketiga atas pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga aksi
terorisme dapat diatasi dengan menggunakan pemahaman atas sila ketiga, yakni
mengedepankan rasa kebangsaan bersama untuk persatuan dan kesatuan di antara
warga negara Indonesia.
Dengan demikian, di tengah merebaknya tindakan terorisme dan radikalisme,
pemerintah dan kepolisian harus bisa mencegah pelaku bom bunuh diri. Karena itu,
pada saat ini bangsa Indonesia harus banyak melakukan banyak sosialisasi serta
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai pancasila, menumbuhkan nilai-nilai rasa
kebangsaan dan rasa kewarganegaraan Indonesa harus dijadikan sebagai jalan
memutus mata rantai aksi terorisme
5. Berbagai kasus yang terkait dengan korupsi di Indonesia yang mengancam
eksistensi ideologi Pancasila.

17
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

Korupsi merupakan kasus yang sangat mengancam eksistensi ideologi Pancasila,


kasus ini merupakan perbuatan yang sangat bertolak belakang dengan ideologi
Pancasila, isi yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang menjujung
tinggi kesejahteraan . Jika korupsi terus di biarkan, negara ini akan hancur. Hal yang
harus kita perbuat dalam menanggulangi kasus korupsi adalah menjunjung tinggi
kejujuran serta meningkatkan kekuatan Lembaga hukum.

Dengan demikian korupsi memiliki konotasi adanya tindakan-tindakan hina, fitnah


atau hal-hal buruk lainnya.Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara
garis besar memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

a. Perbuatan melawan hukum


b. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau sarana
c. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi
d. Merugikan keuangan negara atau pereknomian Negara

"Tingginya angka korupsi ternyata berbanding lurus dengan angka kemiskinan,”


tandas Sumaryoto sambil mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) di mana pada
Maret 2017 jumlah penduduk miskin mencapai 27,77 juta (10,64% dari jumlah
penduduk Indonesia) atau bertambah 6,90 ribu orang dibandingkan September 2016
sebesar 27,76 juta orang (10,70%).

6. Berbagai kasus kesadaran pajak warga Negara yang mengancam eksistensi ideologi
Pancasila.

Ketaatan membayar pajak akan banyak membantu membangun bangsa ini, baik dari
membangun perekonomian, sosial dan lain sebagainya. Kita ketahui sistem
pemungutan pajak di Indonesia adalah sistem assessment system, sistem ini
memudahkan seseorang untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya, system
merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib
pajak unutuk menetunkan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Nilai-nilai Pancasila yang kita dapat apabila kita taat membayar pajak

1) Ketuhanan yang Maha Esa: salah satunya nilai syukur, bentuk tindakannya
adalah menyalurkan kelebihan rezeki. Misalnya warga negara yang
memberikan bantuan kepada orang yang tidak mampu melalui membayar
pajak.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab: salah satunya adalah nilai skandal sosial,
artinya kalau sampai ada orang yang tidak mau berbagi dengan orang miskin,
maka hal ini merupakan perbuatan yang merendahkan martabat orang kaya
tersebut, melalui membayar pajak kita dapat berbagi dengan orang miskin.
3) Persatuan Indonesia: Nilai-nilai ini meliputi rasa nasionalisme dan rasa memiliki
negara ini, salah satu mewujudkannya adalah dengan kesadaran akan
kewajiban sebagai warga negara, misalnya kesadaran akan kewajiban
membayar pajak.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan: maksudnya sila ini untuk kepentingan umum bukan pribadi,
dimana sejalan dengan tujuan dari fungsi pajak

18
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

BAB V
MENGAPA PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT

A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat

1. Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat

a. Sistem Filsafat Pancasila

Beberapa alasan Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat.

1) Dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya dengan
nama Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Adapun pidatonya
sebagai berikut: “Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang
Ketua kehendaki! Paduka Tuan Ketua minta dasar, minta Philosofische
Grondslag, atau jika kita boleh memakai perkataan yang muluk-muluk, Paduka
Tuan Ketua yang mulia minta suatu Weltanschauung, di atas mana kita
mendirikan negara Indonesia itu”.
2) Menurut Noor Bakry, Pancasila adalah hasil permenungan mendalam para
tokoh kenegaraan Indonesia, melalui suatu diskusi dan dialog panjang dalam
sidang BPUPKI hingga pengesahan PPKI. Hasil permenungan itu sesuai dengan
ciri-ciri pemikiran filsafat, yakni koheren, logis, inklusif, mendasar, dan
spekulatif.
3) Menurut Sastrapratedja, Pancasila menjadi ideologi negara. Pancasila adalah
dasar politik yang mengatur dan mengarahkan segala kegiatan yang berkaitan
dengan hidup kenegaraan, seperti perundang-undangan, pemerintahan,
perekonomian nasional, hidup berbangsa, hubungan warga negara dengan
negara, dan hubungan antarsesama warga negara, serta usaha-usaha untuk
menciptakan kesejateraan bersama.

Nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh


peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. Pancasila sebagai Weltanschauung,
artinya nilai-nilai Pancasila itu merupakan sesuatu yang telah ada dan
berkembang di dalam masyarakat Indonesia, yang kemudian disepakati sebagai
dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag).

2. Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat

Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau filsafat Pancasila, artinya refleksi filosofis
mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Sastrapratedja menjelaskan makna filsafat
Pancasila sebagai berikut. Pertama, agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional
dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik. Kedua,
agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam bidang-bidang
yang menyangkut hidup bernegara. Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan berbagai
perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, agar dapat
menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut dengan
kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat, serta memberikan perspektif
pemecahan terhadap permasalahan nasional.

B. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Sistem Filsafat

1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Subjectivus

19
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai


objek yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang
filsafat yang berkembang di Barat.

Pancasila sebagai genetivus subjectivus, artinya nilai-nilai Pancasila dipergunakan


untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk menemukan hal-
hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak
sesuai dengan nilai nilai Pancasila. Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipakai
dasar bagi pembuatan peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai Pancasila
harus mampu menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan dasar bagi
pembangunan nasional.

2. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila

Ontologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang hakikat segala yang ada secara
umum sehingga dapat dibedakan dengan disiplin ilmu-ilmu yang membahas sesuatu
secara khusus. Ontologi membahas tentang hakikat yang paling dalam dari sesuatu yang
ada, yaitu unsur yang paling umum dan bersifat abstrak, disebut juga dengan
istilah substansi. Inti persoalan ontologi adalah menganalisis tentang substansi.
Substansi berasal dari bahasa Latin “substare” artinya serentak ada, bertahan, ada dalam
kenyataan. Substantialitas artinya sesuatu yang berdiri sendiri, hal berada, wujud,
hal wujud.

Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas hakikat dan nilai-
nilai sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia. Sastrapratedja menjabarkan
prinsip-prinsip Pancasila sebagai berikut. pertama, prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa
merupakan pengakuan atas kebebasan beragama, saling menghormati dan bersifat
toleran, serta menciptakan kondisi agar hak kebebasan beragama itu dapat
dilaksanakan oleh masing-masing pemeluk agama. Kedua, prinsip Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab mengakui bahwa setiap orang memiliki martabat yang sama, setiap
orang harus diperlakukan adil sebagai manusia yang menjadi dasar bagi pelaksanaan
Hak Asasi Manusia. Ketiga, prinsip Persatuan Indonesia mengandung konsep
nasionalisme politik yang menyatakan bahwa perbedaan budaya, etnis, bahasa, dan
agama tidak menghambat atau mengurangi partsipasi perwujudannya sebagai warga
negara kebangsaan. Wacana tentang bangsa dan kebangsaan dengan berbagai cara pada
akhirnya bertujuan menciptakan identitas diri bangsa Indonesia. Keempat, prinsip
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan mengandung makna bahwa sistem demokrasi
diusahakan ditempuh melalui proses musyawarah demi tercapainya mufakat untuk
menghindari dikotomi mayoritas dan minoritas. Kelima, prinsip Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia sebagaimana yang dikemukakan Soekarno, yaitu didasarkan
pada prinsip tidak adanya kemiskinan dalam Negara Indonesia merdeka, hidup dalam
kesejahteraan (welfare state).

3. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila

Epistemologi adalah cabang filsafat pengetahuan yang membahas tentang sifat dasar
pengetahuan, kemungkinan, lingkup, dan dasar umum pengetahuan. Epistemologi
terkait dengan sesuatu yang paling sederhana dan paling mendasar. Littlejohn and Foss
menyatakan bahwa epistemologi merupakan cabang filosofi yang mempelajari
pengetahuan atau bagaimana orang-orang dapat mengetahui tentang sesuatu atau apa-
apa yang mereka ketahui. Mereka mengemukakan beberapa persoalan paling umum
dalam epistemologi sebagai berikut. Pertama, pada tingkatan apa pengetahuan dapat

20
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

muncul sebelum pengalaman? Kedua, pada tingkatan apa pengetahuan dapat menjadi
sesuatu yang pasti?

4. Landasan Aksiologis Pancasila

Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-
sila Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan
sakral. Sila kemanusiaan mengandung nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan
tanggung jawab. Sila persatuan mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan. Sila
keempat mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Sila
keadilan mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.

C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat

1. Sumber Historis Pancasila Sebagai Filsafat

Pembahasan sila-sila Pancasila sebagai sistem filsafat dapat ditelusuri dalam sejarah
masyarakat Indonesia sebagai berikut.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih berlangsungnya
sistem penyembahan dari berbagai kepercayaan dalam agama-agama yang hidup di
Indonesia. Pada semua sistem religi-politik tradisional di muka bumi, termasuk di
Indonesia, agama memiliki peranan sentral dalam pendefinisian institusi-institusi
social.

Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Kemerdekan Indonesia menghadirkan suatu
bangsa yang memiliki wawasan global dengan kearifan lokal, memiliki komitmen pada
penertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, dan keadilan sosial serta
pada pemuliaan hak-hak asasi manusia dalam suasana kekeluargaan kebangsan
Indonesia.

Sila Persatuan Indonesia. Indonesia adalah sebuah bangsa besar yang mewadahi
warisan peradaban Nusantara dan kerajaan-kerajaan bahari terbesar di muka bumi.

Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan


Perwakilan. Sejarah menunjukkan bahwa kerajaan-kerajaan pra-Indonesia adalah
kerajaan feodal yang dikuasai oleh raja-raja autokrat. Meskipun demikian, nilai-nilai
demokrasi dalam taraf tertentu telah berkembang dalam budaya Nusantara, dan
dipraktikkan setidaknya dalam unit politik kecil, seperti desa di Jawa, nagari di
Sumatera Barat, banjar di Bali, dan lain sebagainya

Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Masyarakat adil dan makmur
adalah impian kebahagian yang telah berkobar ratusan tahun lamanya dalam dada
keyakinan bangsa Indonesia.

2. Sumber Sosiologis

Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dibagi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama, Kelompok pertama masyarakat awam yang memahami Pancasila
sebagai sistem filsafat yang terdapat dalam agama, adat istiadat, dan budaya berbagai
suku bangsa di Indonesia. Kelompok kedua, masyarakat ilmiah-akademis yang
memahami Pancasila sebagai sistem filsafat dengan teori-teori yang

21
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

3. Sumber Politis

Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok. Kelompok pertama, meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai
sistem filsafat pada siding BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara
tahun 1958 dan1959, tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis.
Kelompok kedua, mencakup berbagai argumen politis tentang Pancasila sebagai sistem
filsafat yang disuarakan kembali di era reformasi dalam pidato politik Habibie 1 Juni
2011.

Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat berlaku juga atas kesepakatan
penggunaan simbol dalam kehidupan bernegara. Garuda Pancasila merupakan salah
satu simbol dalam kehidupan bernegara. Dalam pasal 35 Undang-Undang Dasar 1945
berbunyi sebagai berikut. ”Bendera Negara Indonesia ialah sang merah putih”. Pasal
36, ”Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Pasal 36A, ”Lambang Negara ialah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika”. Pasal 36B, ”Lagu kebangsaan
Indonesia ialah Indonesia Raya”. Bendera merah putih, Bahasa Indonesia, Garuda
Pancasila, dan lagu Indonesia Raya, semuanya merupakan simbol dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Berikut arti lambang Garuda Pancasila:

a. Garuda Pancasila sendiri adalah Burung Garuda yang sudah dikenal melalui
mitologi kuno dalam sejarah bangsa Indonesia, yaitu kendaraan Wishnu yang
menyerupai burung elang rajawali. Garuda digunakan sebagai Lambang Negara
untuk menggambarkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara
yang kuat.
b. Warna keemasan pada Burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan.
c. Garuda memiliki paruh, sayap, cakar, dan ekor yang melambangkan kekuatan dan
tenaga pembangunan.
d. Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari jadi Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945, di antaranya:

- 17 helai bulu pada masing-masing sayap.


- 8 helai bulu pada ekor.
- 19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor.
- 45 helai bulu di leher.

e. Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan
peradaban Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan,
pertahanan, dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
f. Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan
garis khatulistiwa yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yaitu negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari
timur ke barat.
g. Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaaan negara
Indonesia "Merah-Putih", sedangkan pada bagian tengah berwarna dasar hitam.
Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar Negara
Pancasila.

D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem


Filsafat

22
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

1. Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan
istilah “Philosofische Grondslag”. Soekarno memikirkan perihal kemerdekaan bangsa
Indonesia. Ide tersebut disambut baik oleh berbagai kalangan, terutama dalam sidang
BPUPKI pertama 1 Juni 1945. Akan tetapi, ide tentang Philosofische Grondslag belum
diuraikan secara rinci atau masih bersifat teoritis. Pada masa itu, Soekarno lebih
menekankan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diangkat dari
akulturasi budaya bangsa Indonesia.

2. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Ada dua tantangan Pancasila sebagai sistem filsafat, yakni kapitalisme dan komunisme.
Pertama, kapitalisme menekankan kebebasan pemiliki modal untuk mengembangkan
usahanya dalam rangka meraih keuntungan sebesar-besarnya, sehingga menimbulkan
berbagai dampak negatif , seperti monopoli, gaya hidup konsumerisme, dan lain-lain.
Kedua, komunisme yang sangat menekankan dominasi negara sebagai pemilik modal,
sehingga menghilangkan peran rakyat dalam kehidupan bernegara.

E. Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat

1. Esensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki esensi, antara lain:

1. Hakikat Sila Ketuhanan terletak pada keyakinan bahwa Tuhan adalah prinsip utama
dalam kehidupan semua makhluk. Setiap orang memiliki kebebasan yang
bertanggungjawab.
2. Hakikat Sila Kemanusiaan terletak pada manusia monopluralis, yang terdiri dari
susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk individu, sosial), dan kedudukan
kodrat (makhluk pribadi yang otonom dan makhluk Tuhan).
3. Hakikat Sila Persatuan terletak pada semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan
terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu
tanah air real, tanah air formal, dan tanah air mental. Tanah air real adalah bumi
tempat orang dilahirkan dan dibesarkan, bersuka, dan berduka, yang dialami secara
fisik sehari-hari. Tanah air formal adalah Negara bangsa yang berundang-undang
dasar, yang Anda, manusia Indonesia, menjadi salah seorang warganya, yang
membuat undang-undang, menggariskan hukum dan peraturan, menata, mengatur
dan memberikan hak serta kewajiban,
mengesahkan atau membatalkan, memberikan perlindungan, dan menghukum,
memberikan paspor atau surat pengenal lainnya. Tanah air mental bukan bersifat
teritorial karena tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, melainkan imajinasi yang
dibentuk dan dibina oleh ideologi atau seperangkat gagasan vital.
4. Hakikat Sila Kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah. Artinya, keputusan
yang diambil lebih didasarkan atas semangat musyawarah untuk mufakat, bukan
membenarkan begitu saja pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas.
5. Hakikat Sila Keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan distributif, legal,
dan komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan bersifat membagi dari negara
kepada warga negara. Keadilan legal adalah kewajiban warga negara terhadap
negara atau dinamakan keadilan bertaat. Keadilan komutatif adalah keadilan antara
sesama warga negara.

2. Urgensi bagi Pengembangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat

23
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

Beberapa hal penting bagi pengembangan Pancsila sebagai sistem filsafat, antara lain:

a. Memulihkan harga diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam
politik, yuridis, dan juga merdeka dalam mengemukakan ide-ide pemikirannya
untuk kemajuan bangsa, baik secara materiil maupun spiritual.
b. Membangun alam pemikiran yang berakar dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia
sendiri sehingga mampu dalam menghadapi berbagai ideologi dunia.
c. Menjadi dasar pijakan untuk menghadapi tantangan globalisasi yang dapat
melunturkan semangat kebangsaan dan melemahkan sendi-sendi perekonomian
yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat banyak.
d. Menjadi way of life sekaligus way of thinking bangsa Indonesia untuk menjaga
keseimbangan dan konsistensi antara tindakan dan pemikiran.

F. Rangkuman tentang Pengertian dan Pentingnya Pancasila sebagai Sistem Filsafat


1. Pengertian Filsafat Pancasila
Menurut Ruslan Abdul Gani, bahwa pancasila merupakan filsafat Negara yang lahir
collective ideologie (cita-cita bersama). Dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan
sebagai filsafat, karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam
yang dilakukan oleh the founding father bangsa Indonesia, kemudian dituangkan dalam
suatu “system” yang tepat.
2. Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila
Sebagai filsafat, pancasila memiliki karasteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda
dengan filsafat lainnya, Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan sistim yang bulat
dan utuh (sebagai suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh
atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan pancasila.
3. Prinsip-Prinsip Filsafat Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Inti atau esensi sila-sila Pancasila
meliputi:
a. Tuhan, yaitu sebagai kausa prima;
b. Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial;
c. Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri;
d. Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan hergotong royong; serta
e. Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang haknya.
b. Pancasila ditinjau dari Kausalitas Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan
materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya
yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri;
2) Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya,
Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD '45 memenuhi syarat formal
(kebenaran formal);
3) Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun
dan merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka; serta

24
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

4) Kausa Finalis. maksudnya berhubungan dengan tujuannya, yaitu tujuan


diusulkannya

4. Pancasila sebagai sistem filsafat bangsa Indonesia


Pancasila sebagai sesuatu yang ada, maka dapat dikaji secara filsafat (ingat objek
material filsafat adalah segala yang ada), dan untuk mengetahui bahwa Pancasila
sebagai system filsafat, maka perlu dijabarkan tentang syarat-syarat filsafat
terhadap Pancasila tersebut, jika syarat-syarat system filsafat cocok pada Pancasila,
maka Pancasila merupakan system filsafat, tetapi jika tidak maka bukan system
filsafat. Sebaimana suatu logam dikatakan emas bila syarat-syarat emas terdapat pada
logam tersebut.

5. Penjabaran filsafat terhadap Pancasila


Objek filsafat : yang pertama objek material adalah segala yang ada dan mungkin ada.
Objek yang demikian ini dapat digolongkan ke dalam tiga hal, yaitu ada Tuhan, ada
manusia, dan ada alam semesta.
Pancasila adalah suatu yang ada, sebagai dasar negara rumusannya jelas yaitu:
a. Ke-Tuhanan Y.M.E.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin dalam permusyawaratan/perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

G. Tugas Belajar Lanjut: Projek Belajar Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai Sistem Filsafat adalah kesatuan dari berbagai unsur yang memiliki fungsi
tersendiri, tujuan yang sama, saling keterikatan dan ketergantungan. Filsafat adalah upaya
manusia mencari kebijaksanaan hidup dalam membangun peradaban manusia. Pancasila
adalah ideologi dasar dalam kehidupan bernegara Indonesia.

Pancasila dalam filsafat digunakan sebagai objek dan subjek. Objek untuk dicari landasan
filosofi nya dan subjek untuk mengkritisi aliran filsafat yang berkembang. Maka dari itu
Pancasila harus menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan pembangunan nasional.

Kita sebagai warga negara Indonesia seharusnya mempelajari betul apa makna landasan
filosofi Pancasila dan juga mengkritisi prinsip-prinsip kehidupan kita dengan melihat
Pancasila, bukan ketika ada prinsip hidup kita yang berlawanan dengan Pancasila kita
malah ingin mengganti ideologi Pancasila tersebut.

Pancasila memiliki 3 landasan pijak filosofis yaitu Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis.
Ontologis dalam filsafat adalah tentang hakikat yang paling mendalam dan paling
umum(mendasar). Epistemologis adalah tentang sifat dasar pengetahuan. Aksiologis adalah
tentang penelitian tentang nilai-nilai.

Landasan Ontologis Pancasila adalah pemikiran filosofis atas sila-sila Pancasila sebagai dasar
filosofis negara Indonesia. Menurut Sephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, ontology
bergadapan dengan sifat makhluk hidup, dimana ada 3 mainstream utama yaitu

25
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

determinisme, pragmatism, dan kompromisme. Pancasila sebagai dasar filosofis negara


Indonesia sebagai Ontologis, pada sila ke:

1. Hal kebebasan beragama dan menghormati satu sama lain.


2. Setiap orang memiliki martabat, HAM, keadilan yang sama.
3. Ada perbedaan tapi tetap satu (rasa kebangsaan Indonesia)
4. Sistem demokrasi melalui musyawarah demi tercapainya mufakat untuk menghindari
dikotomi mayoritas dan minoritas.
5. Seharusnya, tidak ada kemiskinan dalam negara merdeka (adil secara social)

Landasan Epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari pengalaman bangsa
Indonesia yang kemudian disintesiskan melalui pandangan komprehensif kegidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Menurut Littlejohn dan Foss, pengetahuan muncul melalui rasionalisme dan atau empirisme,
yang memiliki 2 tingkatan yaitu pengetahuan mutlak dan pengetahuan relative.

Berdasarkan Epistemologi (pengetahuan), Filosofi Pancasila pada sila ke:

1. Pengalaman kehidupan beragama bangsa Indonesia.


2. Pengalaman ditindas penjajah selama berabad-abad.
3. Pengalaman terpecahbelah nya bangsa atas adu domba Belanda melaluit politik Devide
et Impera.
4. Pengalaman budaya turun menurun bangsa Indonesia dalam bermusyawarah mufakat.
5. Pengalaman budaya turun menurun bangsa Indonesia dalam bergotong royong.

Landasan Aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila. Pancasila mengandung spiritualitas, kemanusiaan, solidaritas, musyawarah, dan
keadilan.

Pancasila merupakan sumber nilai untuk memahami hidup berbangsa dan bernegara secara
utuh. Nilai-nilai dari Pancasila berdasarkan filosofinya yaitu sila ke:

1. Kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral.


2. Martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab.
3. Solidaritas dan kesetiakawanan.
4. Demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar.
5. Kepedulian dan gotong royong.

26
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

BAB VI
BAGAIMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA

A. Pengertian Nilai
Di sini nilai di fungsikan untuk mengarahkan mengendalika, dan menentukan
kelakuan seseorang, karena nilai di jadikan standar perilaku. Artinya, sesuatu di anggap
memiliki nilai apabila sesuatu tersebut secara instrinsik berharga, kajian tentang nilai di
bidang filsafat di bahas dan di pelajari secara khusus pada salah satu bidang filsafat yang di
sebut fisafat nilai. Cabang filsafat ini sering juga di artikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai.
Istilai nilai di dalam bidang filsafatb di pakai untuk menunjuk kata-kata abstrak yang
artinya keberhargaan, kebaikan dan kata kerja yang artinya tindakan kejiwaan tertentu
dalammelakukan penilaian.
Menilai berarti, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan Sesuatu dengan
sesuatu yang lain, kemudian untuk selanjutnya di ambil keputusan. Keputusan itu
merupakan nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak
benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah. Keputusan yang di lakukan oleh subjek
penilai tentu berhubungan dengan unsure-unsur yang ada pada manusia, sebagai subjek
penilai, yaitu unsure-unsur jasmani, akal, rasa, dan karsa. Sesuatu itu di katakana bernilai
apabila sesuatu berharga dan sebenarnya.
Di dalam nilai itu sendiri terkandung, cita-cita harapan dambaan dan keharusan. Oleh
karena itu, apabila kita berbicara tentang nilai, sebenarnya kita berbicara tentang hal yang
ideal. Pendidikan nilai adalah pendidikan yang mensosialisasikan nilai-nilai dalam diri
peserta didik. Pendidikan Pancasila sebagai pendidikan nilai, berusaha mensosialisasikan
dan menginternalisasikan nilai-nilai budaya bangsa dan nilai-nilai fisafat bangsa bangsa
yaitu pancasila. Pelaksanaan nya sealin melalui taksonomi.

B. Hirarki Nilai
Terdapat berbagai macam tentang pandangan nilai, hal ini sangat tergantung pada
titik tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian
serta hirarki nilai.
Max Scaler (dalam klaelan, 2002:88), menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak
sama luhurnya dan tingginya.
Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalam delapan kelompok.
Nilai ekonomis, Nilai kejasmanian, Nilai hiburan, Niali permainan dan waktu senggang yang
dapat mengembangkan pada pengayaan hidup, Nilai social, Nilai watak, Nilai estetika, Nilai
intelektual, dan Nilai keagamaan.
Notonagoro membagi nilai kedalam tiga macam, yaitu: Nilai material, Nilai vital, Nilai
kerohanian.
Dari uraian mengenai macam-macam nilai diatas dapat dikemukakan pula bahwa
yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berwujud material saja. Akan tetapi
juga sesuatu yang berwujud non material atau inmaterial. Bahkan sesuatu yang inmaterial
itu dapat mengandung nilai yang sangat baik dan tinggi bagi manusia. Nilai-nilai material
lebih mudah di ukur yaitu mengunakan alat indera atau pengukur seperti panjang luas dan
sebagainya.
Selain macam-macam nilai yang di kemukakan para tokoh aksiologi tersebut, nilai
juga mempunyai tingkatan-tingkatan. Hal ini di lihat secara objektif, karena nilai-nilai
tersebut menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Ada sekelompok nilai yang

27
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

memiliki kedudukan atau hirarki yang lebih tinggi di bandingkan dengan nilai-nilai lainnya.
Ada nilai-nilai yang lebih rendah, bahkan ada tingkatan nilai yang mutlak. atau bangsa dari
subjek pendukung nilai-nilai tersebut. Misalnya bagi bangsa Indonesia nilai religious
merupakan suatu nilai tertinggi dan mutlak. Artinya nilai religious tersebut hirarkinya di
atas segala nilai yang ada dan tidak dapat di justifikasi berdasarkan akal manusia, karena
pada tingkatan tertentu di atas dan diluar jangkauan akal piker manusia.

C. Makna Norma
Makna norma adalah tolak ukur/alat untuk mengukur benar salahanya suatu sikap
dan tindakan manusia. Norma juga di artikan sebagai aturan yang berisi rambu-rambu
yang menggambarkan ukuran tertentu, yang di dalamnya terkandung nilai yang salah. Di
samping itu, norma juga di artikan kaidah atau petunjuk hidup di gunakan untuk mengatur
perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Jika norma di
pahami sebagai standar, perilaku manusia.
Norma adalah tolak ukur benar atau salah yang mendasarkan diri pada ajaran-ajaran
agama. Dalam agama-agama selalu ada perintah dan larangan, ada halal haram lengkap
dengan sanksi-sanksinya bagi yang melanggarnya, norma itu tentunya berlaku bagi
pemeluknya karena beragama itu dasarnya adalah keyakinan. Norma hokum adalah norma
yang di tuntut dengan tegas oleh masyarakat dan di anggap perlu demi kemaslahatan dan
kesejahteraan umum.
Bisa saja mereka di jerat dengan hokum, dan dia di penjarakan dan di nyatakan
bersalah secara hokum, namun demikian secara moral tahanan politik tersebut bukanlah
seorang penjahat. Dia tetap mendapat predikat sebagai seorang yang bermoral. Tolak ukur
penilaiannya adalah ukuran baik dan buruk berdasarkan nilai-nilai yang junjung tinggi atau
yang di anggap rendah masyarakat tempat manusia yang bersangkutan itu berada . dengan
makna moral seseorang itu benar-benar bernilai perilakunya .
Norma kesopanan dan sopan santun menyangkut sikap lahiriah manusia. Jika
bertemu dengan orang yang lebih tua perlu menundukkan kepala. Norma kesopanan juga
secara lahiriah dapat juga mengungkapkan suara hati sehingga mempunyai kualitas moral.
Orang yang melanngar sopan santun kareana tidak mengetahui adat bersopan di daerah
tertentu atau karena situasi ia di anggap melanggar norma yang ada.

D. Makna Moral
Pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak manusia bermoral baik dan
manusia, moral adalah prinsip baik buruk yang ada dan melekat dalam diri individu atau
seseorang, walaupun moral itu berada di dalam diri individu tetapi moral berada dalam
satu system yang berwujud aturan. Moral dan moralitas ada sedikit perbedaan karena
moral adalah prinsip baik buruk sedangkan moralitas merupakan moralitas pertimbangan,
dengan demikian hakekat dan moralitas bisa di lihat dari cara individu yang memiliki
moral dalam mematuhi peraturan. Ada beberapa pakar mengembangkan pembelajaran
nilai moral, dengan tujuan membetuk watak dan karakteristik anak. Pakar-pakar tersebut
di antaranya Newman, Simon, Howe, dan Lickona. Dari beberapa pakar tersebut, pendapat
lickona lebih cocok di terapkan untuk membentuk watak/karakter anak.
Dalam hal ini Lickona mengacu pada pemikiran filosoft Michael Novak yang berpendapat
bahwa watak atau karakter seseorang di bentuk melalui tiga aspek yaitu, moral knowing,
moral feeling, dan moral behavior, yang saling berhubungan dan terkait.

28
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

Lickona menggarisbawahi pemikiran Novak. Ia berpendapat bahwa pembentukan


karakter atau watak anak dapat di lakukan melalui tiga kerangka piker, yaitu konsep moral,
sikap moral dan perilaku moral.

29
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

BAB VII
NILAI-NILAI PANCASILA

Sebagai bangsa Indonesia, kita tentu mengetahui dasar negara kita yang terkenal akan
kesakralannya, yang terkenal dengan semboyannya “Bhinneka Tunggal Ika”. Di mana simbolnya
merupakan lambang keagungan bangsa Indonesia yang terpancar dalam bentuk Burung Garuda.
Simbol di dadanya merupakan pengamalan hidup yang menjadikan Indonesia benar-benar khas
ideologi dari bangsa Indonesia. Itulah lambang negara kita, pengamalan sekaligus ideologi kita,
Pancasila.
Di dalam Pancasila terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut
terkandung di dalam lima garis besar dalam kehidupan berbangsa negara. Perjuangan dalam
memperebutkan kemerdekaan tak jua lepas dari nilai Pancasila. Sejak zaman penjajahan hingga
sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila tersebut.
Indonesia hidup di dalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya dan
agama. Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan. Menjadi kesatuan dan
bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya,
Bhinneka Tunggal Ika.
Tidak jauh dari hal tersebut, Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di
dalam keberagaman budaya. Dan menjadikan Pancasila sebagai dasar kebudayaan yang
menyatukan budaya satu dengan yang lain. Karena ikatan yang satu itulah, Pancasila menjadi
inspirasi berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia.

A. Pengertian Pancasila
Sebagai bangsa Indonesia, kita patut mengerti dan memahami apa Pancasila itu.
Pancasila berasal dari dua kata yakni Panca dan Sila menurut bahasa Sanskerta. Sehingga
pancasila mengandung arti lima buah prinsip atau asas. Asas-asas atau prinsip-prinsip
tersebut antara lain:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam setiap Sila yang terkandung di dalam Pancasila memiliki butir-butir penting
di mana setiap butir menekankan atau mengharuskan rakyat Indonesia untuk melakukan
pengamalan Pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Butir-Butir Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.

30
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk


agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.

C. Butir-Butir Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajad persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

D. Butir-Butir Sila Persatuan Indonesia


1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

E. Butir-Butir Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

31
STEI Bina Muda Bandung
“Muda Beda Berkarya”

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan


bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.

F. Butir-Butir Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

32

Anda mungkin juga menyukai