Oleh
NAMA : ADIGAMA FRANS LAUKAMANG
NIM : 1910030074
DOSEN WALI : Dr.PETRUS E. de ROZARI, M.Si
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang karena izin dan karunia- Nya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa pengertian dan peranan dari pancasila
sebagai sistem filsafat. Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik pada
teknis penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………………
……………
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………………
………….
BAB
I……………………………………………………………………………………………………
……………….
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………
…………………..
1.1 LATAR
BELAKANG…………………………………………………………………………………
………….
1.2 RUMUSAN
MASALAH……………………………………………………………………………………
….
1.3 TUJUAN………………………………………………………………………………………
……………………
BAB
II……………………………………………………………………………………………………
………………..
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………
…………………..
PENUTUP…………………………………………………………………………………………
…………………….
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………………………
………..
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pancasila daribahasa Sansekerta terdiri dari dua suku kata yaitu panca yang berarti lima, dan
sila yang berarti dasar. Secara bahasa pancasila berarti lima dasar. Pancasila sebagai sistem
filsafat adalah satu kesatuan yang saling berhubungan dan tak dapat dipisahkan guna mencapai
satu tujuan tertentu.
Filsafat secara harafiah berasal dari bahasa Yunani, yakni philo-sophia. Kata
philo/philein memiliki arti cinta, dan sophia/sophos memiliki arti hikmah atau kebijaksanaan.
Maka filsafat memiliki arti mencintai sesuatu hhal yang memiliki sifat bijaksana. Filsafat sendiri
merupakan ilmu atau teori yang menjadi dasar alam pikiran dalam melakukan suatu kegiatan.
Dan makna filsafat menurut D. Runes ialah sebuah ilmu yang paling umum yang mengandung
usaha untuk mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan. Sebagai sebuah filsafat, di dalam
Pancasila terkandung sebuah pandangan, nilai-nilai serta suatu pemikiran yang menjadikannya
inti utama dari sebuah ideologi. Pancasila sebagai sebuah filsafat merupakan cerminan sebuah
pemikiran yang kristis dan rasoinal tentang kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsA secara mendasar dan menyeluruh. Filsafat Pancasila ditujukan untuk
semua orang dan bukan hanya untuk bangsa Indonesia saja, sebab didalamnya terkandung
konsep kehidupan secara luas dan tidak terbatas.
Bab II
Pembahasan
Secara garis besar Pancasila adalah suatu realita yang keberadan dan kebenaraannya tidak dapat
diragukan. Nilai-nilai Pancasila seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan harus menjadi pedoman dan tolak ukur bagi seluruh kegiatan kemasyarakatan dan
kenegaraan Bangsa Indonesia.
Filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari Bahasa
Yunani yaitu philosophia, yang terdiri atas dua kata yaitu philos (cinta) atau philia (persahabatan,
tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, intelegensi).
Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom).
Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Filsafat Negara kita adalah Pancasila, yang diakui dan diterima oleh Bangsa Indonesia sebagai
pandangan hidup. Dengan demikian, Pancasila harus dijadikan pedoman dalam kelakuan dan
pergaulan sehari-hari. Sebagai pandangan hidup bangsa, maka sewajarnyalah asas-asas pancasila
disampaikan kepada generasi baru melaluai pengajaran dan pendidikan. Pancasila menunjukan
terjadinya proses ilmu pengetahuan. Validitas, dan hakikat ilmu pengetahuan (teori ilmu
pengetahuan). Didalam fisafat Pancasila ada beberapa sudut pandang yang mendasari,
diantaranya sebagai berikut.
Ontologi
D. Runes mengungkapkan, ontologi merupakan teori tentang suatu keberadaan atau eksistensi.
Sedangkan menurut pemikiran Aristoteles mengenai filsafat terutama, ontologi merupakan ilmu
yang menyelidiki tentang sebuah hakikat sesuatu hal yang memiliki arti yang sama dengam
metafisika. Jadi dengan pemjelasan tersebut, ontologi ialah suatu bidang filsafat yang mendalami
sebuah makna tentag sebuah keberadaan sesuatu hal (eksistensi). Bidang ontologi meliputi
keberadaan manusia, benda, dan alam semesta beserta segala isinya. (baca juga: Fungsi
Mahkamah Konstitusi dalam sistem pemerintahan di Indonesia)
Dalam aspek ontologi, “keberadaan” Pancasila merupakan sesuatu hal yang nyata dan realistis.
Sebab didalam Pancasila menjelaskan tentang keberadaan Tuhan serta kehidupan masyarakat
Indonesia yang majemuk adalah sesuatu yang nyata (real). Seperti yang tertera pada sila
pertama, “Ketuhanan yang Maha Esa”. Bahwa Pancasila secara ontologi mengakui keberadaan
Tuhan yang memiliki kuasa dan sebagai pencipta alam semesta.
Epistemologi
Epistemologi merupakan cabang ilmu filsafat yang mendalami tentang dasar-dasar, asal muasal,
ketentuan, susunan metode dan kesahihan sebuah ilmu pengetahuan. Maka dari segi
epistemologi Pancasila merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan dan memiliki
dasar-dasar yang memiliki kekuatan hukum. Sebagaimana yang tercantum dalan UUD 1945.
(baca juga: Fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara)
Aksiologi
Aksiologi merupakan ilmu filsafat yang mendalami tentang makna, sumber dan jenis sebuah
nilai serta tingkatan dan hakikat yang terkandung didalam sebuah nilai tersebut. Dilihat dari segi
aksiologi, Pancasila memiliki nilai-nilai yang mendasari terciptanya sebuah hak dan kewajiban
warga negara didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang majemuk. Nilai-
nilai tersebut merupakan cerminan dari kehidupan bangsa yang memiliki semboyan Bhinneka
Tunggal Ika.
Filsafat Pancasila merupakan sistem ialah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling memiliki
keterkaitan, keterikatan dan saling bekerjasama untuk suatu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang dinamakan sebuah kesatuan organis.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada dasarnya menggunakan beberapa pendekatan untuk
menyelami nilai-nilai pokok yang mendasarinya, beberapa penjelasannya sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan pendekatan secara deduktif yakni dengan mencari hakikat serta
menganalisis isi dari Pancasila itu sendiri dan menyusunnya secara sistematis menjadi
suatu keutuhan pandangan yang komprehensif. (baca juga: Fungsi GBHN dalam
Pembangunan Nasional)
2. Dengan menggunakan pendekatan secara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala
yang timbul dalam kehidupan sosial dan budaya pada masyarakat kemudian
merefleksikannya lantas menarik arti serta makna yang hakiki dari gejala-gejala yang
timbul tersebut.
Pancasila sebagai filsafat mengandung sebuah pandangan, konsep-konsep kebenaran dan cara
berpikir yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi nasional bangsa Indonesia. Pancasila
memiliki fungsi dasar negara bagi suatu negara yang sesungguhnya ditujukan bukan hanya untuk
bangsa Indonesia nammun juga pada kehidupan manusia secara menyeluruh. Didalam Pancasila
yang terdiri dari lima sila yang pada hakikatnya merupakan sebuah sistem filsafat. (baca juga:
Peran konstitusi dalam negara demokrasi)
2.3 BAGAIMANA CARA MENGHARGAI NILAI-NILAI YANG
TERKANDUNG DALAM PANCASILA
Pancasila sangat penting dalam kehidupan kita apalagi kita hidup dalam asas pancasila dan
bermasyarakat majmuk, dan sangat penting dalam memaknai pancasila sebagai kepribadian
bangsa Indonesia.
dengan pancasila kita bisa saling bersatu tanpa ada yang membedakan baik beda dalam agama
maupun beda suku, dengan adanya pancasila ini kita bisa saling bersolidaritas
jadi masyarakat Indonesia harus bisa saling memahami nilai nilai yang terkandung dalam
pancasila, sebenarnya nilai nilai ini harus sudah ada di dalam diri kita.
Pendekatan induktif pancasila, ialah karena pancasila lahir, tumbuh, dan berkembang dari
persada nusantara kita sendiri, yang berupa adat istiadat, tadisi, budaya, pustaka dan keagamaan
bangsa kita sendiri, maka kemudian berkembang menjadi adat nasional atau budaya nasional.
Pendekatan deduktif pancasila, yaitu pancasila sebagai pemersatu seluruh kehidupan Bangsa
Indonesia yang beraneka ragam corak budayanya.
Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang juga merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia,
pada hakekatnya merupakan nilai-nilai bersifat sistematis, fundamental dan tersebar secara
keseluruhan. Maka dari itu, sila yang terdapat pada pancasila juga merupakan suatu nilai yang
bersifat utuh, bulat, hierakhis dan sistematis.
Lebih lanjut, maka dalam pengertian ini sila-sila dalam pancasila merupakan suatu sistem filsafat
yang memiliki konsekuensi tidak terpisah dan tidak memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan
memiliki hubungan atau esensi serta makna yang utuh.
Filsafat pancasila untuk bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki makna
bahwa setiap aspek kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara harus berdasar pada nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Filsafat kenegaraan bertolak dari pandangan negara adalah suatu persekutuan hidup individu atau
kelompok, yang merupakan masyarakat hukum.
Negara yang didikan oleh sekelompok atau organisasi manusia berdasar pada kondrat bahwa
manusia sebagai warga negara, sebagai persekutuan hidup yang berarti memiliki kedudukan
kodrat sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa (sila pertama). Negara yang merupakan
persekutuan hidup dan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Pada hakekatnya hal itu bertujuan untuk mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang berbudaya dan beradab (sila kedua). Sementara itu, negara juga merupakan suatu
organisasi hidup manusia yang harus membentuk ikatan suatu bangsa (sila ketiga).
Terwujudnya persatuan dan kesatuan melahirkan suatu bangsa yang hidup di dalam suatu
wilayah tertentu di negara, sehingga diperlukan sifar demokatis yang meliputi hak serta
kekuasaan bagi rakyat yang harus dijamin, baik secara indvidu maupun secara bersama (sila
keempat).
Menyusul hal itu, maka dalam hidup bernegara harus mewujudkan jaminan perlindungan bagi
seluruh warga, untuk mewujudkan tujuan seluruh masyarakat diperlukan prinsip keadilan yang
timbul dalam kehidupan bersama (sila kelima).
Prof. Dr. H. Tukiran Taniredja, Muhammad Afandi, S.Pd., M.Pd., Efi Miftah Faridli,S.Pd.,
M.Pd.,Paradigma Baru PENDIDIKAN PANCASILA untuk Mahasiswa, Bandung:ALFABETA,
cv, 2013.